Anda di halaman 1dari 5

JUDUL

Hubungan hygiene sanitasi dengan angka kuman peralatan makanan pada


Pedagang kaki lima di Alun-alun kota Madiun

TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan


hygiene sanitasi dengan angka kuman peralatan makan pada pedagang
makanan kaki lima di Alun-Alun Kota Madiun.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi personal hygiene pedagang makanan kaki lima di


Alun-Alun Kota Madiun.
2. Mengidentifikasi sanitasi peralatan makan pedagang makanan kaki
lima di Alun-Alun Kota Madiun.
3. Mengidentifikasi teknik pencucian peralatan makan pedagang kaki
lima di Alun-Alun Kota Madiun.
4. Mengidentifikasi sanitasi penyimpanan peralatan makan pedagang
makanan kaki lima di Alun-Alun Kota Madiun.
5. Mengidentifikasi jumlah angka kuman peralatan makan pedagang
makanan kaki lima di Alun-Alun Kota Madiun.
6. Menganalisis hubungan personal hygiene dengan angka kuman
peralatan makan pada pedagang makanan kaki lima di Alun-Alun
Kota Madiun.
7. Menganalisis hubungan sanitasi peralatan makan dengan angka
kuman peralatan makan pada pedagang makanan kaki lima di Alun-
Alun Kota Madiun.
8. Menganalisis hubungan teknik pencucian peralatan makan dengan
angka kuman peralatan makan pada pedagang makanan kaki lima di
Alun-Alun Kota Madiun.
9. Menganalisis hubungan sanitasi penyimpanan peralatan makan
dengan angka kuman peralatan makan pada pedagang makanan kaki
lima di Alun-Alun Kota Madiun.
TESIS

Kontaminasi makanan dapat terjadi dengan salah satu penyebabnya adalah


peralatan makan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan bahwa
untuk persyaratan peralatan makan tidak boleh terdapat kuman,oleh karena
itu pada pedagang kaki lima perlu mendapat perhatian khusus pada
hygiene sanitasi pada peralatan makan karena angka kumannya yang
melebihi baku mutu.

PERNYATAAN MAKSUD

1. Dalam Makalah ini akan di bahas kriteria mulai keutuhan peralatan,


fungsi dan kebersihan peralatan makan pedagang kaki lima di kota
madiun
2. Kebersihan dan Kesehatan seorang pedagang kaki lima
3. Mendeteksi kuman pada alat makanan di pedangan kaki lima

KERANGKA ILMIAH

2.1 Hygiene Sanitasi


2.1.1 Definisi Hygiene
2.1.2 Definisi Sanitasi
2.2 Personal Hygiene Pedagang
2.2.1 Macam-macam Personal Hygiener
2.2.2 Tujuan Personal Hygiene
2.3 Sanitasi Peralatan Makanan
2.3.1 Persyaratan Peralatan Makanan
2.3.2 Sanitasi Peralatan Makanan
2.4 Makanan Dan Alat Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit
2.4.1 Definisi Makanan
2.4.2 Fungsi Makanan
2.4.3 Kontaminasi Makanan
2.5 Teknik Pencucian Peralatan Makanan
2.5.1 Maksud Pencucian
2.5.2 Persyaratan Pencucian
2.6 Sanitasi Penyimpanan Peralatan Makanan
2.7 Angka Kuman
2.7.1 Jumlah Kuman
2.7.2 Gangguan Kesehatan Akibat Kuman
2.7.3 Pemeriksaan Swab Peralatan Makanan
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Angka Kuman Pada Peralatan
Makanan
2.9 Pedagang Kaki Lima
2.9.1 Sejarah Pedagang Kaki Lima
2.9.2 Makanan Jajanan
2.9.3 Penyabab Munculnya Pedagang
2.9.4 Pengelompokan Pedagang
2.9.5 Karakteristik Pedagang
2.9.6 Ciri-ciri Pedagang

Latar Belakang
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan (Kepmenkes RI, 2003). Upaya pengamanan makanan dan minuman
pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan,
peralatan pengolahan makan dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kontaminasi makanan, antara lain adalah hygiene perorangan yang
buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan
yang tidak bersih (Chandra, 2007). Agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui
makanan yang terkontaminasi dapat mengakibatkan penyakit bawaan makanan (foodborne
disease) biasanya bersifat toksik atau infeksius. Kadang-kadang penyakit ini disebut
keracunan makanan (food poisoning) (WHO, 2005).

Penyakit bawaan makanan terjadi akibat makanan yang dikonsumsi terkontaminasi


dengan suatu mikroba. Kontaminasi dapat terjadi setiap saat, salah satu penyebabnya adalah
peralatan makan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Agar tidak
membahayakan kesehatan pada masyarakat di Indonesia telah dibuat peraturan dalam bentuk
Permenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, bahwa untuk persyaratan peralatan makan
tidak boleh terdapat kuman lebih dari 100 koloni/cm 2. Tingginya angka kesakitan penyakit
bawaan makanan disebabkan oleh hygiene sanitasi yang buruk. Salah satu prinsip hygiene
sanitasi makanan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah hygiene sanitasi peralatan
makan (Budiman Chandra, 2007). Peralatan makan dapat menyebabkan kontaminasi pada
makanan karena secara langsung kontak dengan. Kontaminasi pada peralatan makan dapat
disebabkan oleh praktek hygiene sanitasi peralatan makan yang tidak tepat, baik melalui
proses pencucian, pengeringan maupun penyimpanan (Purnamawijayanti, 2006).

Sejumlah survei terhadap kejadian luar biasa (KLB) makanan memegang peran penting
dalam kasus penyakit. Hal tersebut karena kesalahan penanganan pada saat penyiapan
makanan tersebut baik dirumah, pedagang, jasa katering, kantin, rumah sakit, sekolah,
pangkalan militer, saat jamuan makanan atau pesta yang menyebabkan munculnya penyakit
(WHO, 2005).
Pada bulan Juli hingga September 2017, Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas)
terdapat insiden keracunan makanan di berbagai wilayah indonesia yang mendominasi
produk makanan yaitu keracunan yang disebabkan oleh makanan olahan jasaboga 9 insiden
dengan 422 korban, makanan olahan jajanan (PKL) sebanyak 6 insiden dengan 88 korban,
makanan olahan dalam kemasan 2 insiden 37 orang korban, serta penyebab keracunan oleh
makanan yang tidak diketahui sebanyak 1 insiden dengan 7 korban dan 1 diantaranya
meninggal dunia (BPOM RI, 2017).

Peralatan makan yang kurang bersih dapat memicu berkembangnya angka kuman serta
menyebabkan penularan penyakit lewat makanan (foodborne disease) yang akan menurunkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu perlu diupayakan agar peralatan makan yang
akan dipakai harus memenuhi syarat kesehatan (Amaliyah Nur, 2017). Angka kuman pada
peralatan makan tersebut dapat diminimalisir dengan menggunakan detergen ditambah
dengan jeruk nipis dan abu gosok, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Brilian dan
Laily (2017) telah membuktikan bahwa peggunaan abu gosok dan jeruk nipis efektif
mengurangi jumlah koloni kuman sehingga peralatan makan lebih bersih dan layak
digunakan.

Kawasan Alun alun Kota Madiun salah satu tempat umum tempat yang menarik
dikunjungi di pusat Kota Madiun. Alun-Alun ini berfungsi sebagai lokasi upacara,
berolahraga, bersantai, berkumpul dan terdapat banyak pedagang kaki lima yang berjualan.
Alun-Alun berada di Jalan Kolonel Marhadi No.12, Kotamadya Madiun Jawa Timur.
Pedagang di sekeliling Alun-Alun cukup banyak terdapat lebih dari 30 pedagang kaki lima
dan menyediakan menu makanan yang beragam untuk masyarakat seperti batagor, siomay,
tahu petis, bakso, mie ayam dan beraneka minuman, waktu berjualan dimulai pukul 14.00-
24.00 WIB. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau untuk masyarakat di sekitar Kota
Madiun. Hanya saja bangunan atau tenda pedagang kaki lima terkesan kumuh dan kurang
tertata dengan baik. Pengunjung mulai ramai ketika hari menjelang sore hari hingga malam
hari. Kawasan ini menjadi salah satu tempat berkumpul favorit bagi anak muda di sekitar
Kota Madiun.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu orang yang menjalankan usaha berjualan
makanan yang umumnya mudah ditemui di pinggir jalan, di emperan, ditoko dan trotoar yang
memakai alat dagang lapak maupun pedagang yang memakai gerobak atau pikulan, peralatan
dagang yang digunakan harus memenuhi kriteria mulai keutuhan peralatan, fungsi dan
kebersihan peralatan makan. Peranan peralatan makanan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Damayanti, 2011).

Kenyataan di lapangan masih banyak pedagang kaki lima di Alun-Alun pada proses
pencucian peralatan makan hanya menggunakan bilasan air yang terdapat di bak pencucian,
pedagang tersebut tidak mengganti air yang sudah kotor dan tetap digunakan untuk mencuci
peralatan hingga berkali-kali pencucian, masih banyak ditemukan pedagang makanan yang
teknik pencucian peralatan makannya tidak menggunakan air yang mengalir sehingga hal
tersebut dapat meningkatkan tingginya angka kuman pada peralatan makan sehingga dapat
mengkontaminasi orang yang mengkonsumsi makanan menggunakan peralatan tersebut.
Setelah pedagang melakukan proses pencucian, peralatan makan diletakkan dimeja tanpa ada
penutup maupun pelindung dari sumber pencemar. Untuk itu peran pembersihan atau
pecucian peralatan perlu diketahui secara mendasar dengan memperhatikan tahap pencucian
yang benar yaitu dengan membuang sisa kotoran,merendamnya dengan air, mencuci dengan
detergent, membilas dengan air mengalir, mengeringkan dengan lap yang bersih (Nur
Amaliyah, 2017).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rona, Sulistyani, Nikie (2016)
menyatakan bahwa, ada hubungan teknik pencucian peralatan makan (p=0,002) dengan
jumlah kuman di Lapas Wanita Kelas IIA Semarang, karena teknik pencucian yang tidak
memenuhi syarat mempunyai risiko lebih besar angka kumannya daripada yang teknik
pencucian yang memenuhi syarat.

Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan dari 3 pedagang masih banyak ditemukan
penggunaan lap yang tidak bersih serta pemakaian yang berulang-ulang untuk membersihkan
peralatan makan dan meja penyajian, setelah perlalata makan dicuci bersih diletakkan tanpa
ada pelindung dari sumber pencemar, banyak yang tidak menggunakan celemek dan tidak
mencuci tangan pada saat berjualan hanya mebersihkan tangan menggunakan lap yang belum
tentu bersih. Berdasarkan hasil Laboratorium pada 3 Pedagang dengan pemeriksaan usap
peralatan makan angka kumannya dengan standart Permenkes No.
1098/Menkes/SK/VII/2003 yaitu : 173 koloni/cm2, 12 koloni/cm2, 6 koloni/cm2, terdapat 1
pedagang yang tidak memenuhi persyaratan dan baku mutunya adalah <100 koloni/cm2

Keberadaan tingginya angka kuman pada peralatan makan pedagang makanan kaki lima
tersebutdiakibatkan karena kurangnya perilaku personal hygiene pada pedagang, tingkat
kebersihan peralatan makan yang tidak memenuhi standart kesehatan, sarana tempat
pencucian peralatan makan yang masih kotor, tahapan proses teknik pencucian yang tidak
sempurna karena air pencucian yang digunakan tidak mengalir dan pemakaian berulang kali
tanpa memperhatikan kebersihannya, serta tempat untuk penyimpanan peralatan makan yang
tidak tertutup. Melihat masalah di atas dan mengingat pentingnya pengawasan terhadap
penyehatan makanan dan peralatan makan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian“Hubungan Hygiene Sanitasi Dengan Angka Kuman Peralatan Makan Pada
Pedagang Makanan Kaki Lima Di Alun-Alun Kota Madiun”.

Anda mungkin juga menyukai