Anda di halaman 1dari 4

1. QS.

AL-BAQARAH Ayat 267-268

‫ون َولَسْ ُتم ِب َئا ِخذِي ِه إِآلَّ أَن ُت ْغ ِمضُوا‬ ِ ْ‫ت َما َك َس ْب ُت ْم َو ِممَّآأَ ْخ َرجْ َنا لَ ُكم م َِّن ْاألَر‬
َ ‫ض َوالَ َت َي َّممُوا ْال َخ ِب‬
َ ُ‫يث ِم ْن ُه ُتنفِق‬ ِ ‫ِين َءا َم ُنوا أَنفِقُوا مِن َط ِّي َبا‬
َ ‫َياأَ ُّي َها الَّذ‬
‫فِي ِه‬
}268{ ُ‫ْطانُ َي ِع ُد ُك ُم ْال َف ْق َر َو َيأْ ُم ُر ُكم ِب ْال َفحْ َشآ ِء َوهللاُ َي ِع ُد ُكم م َّْغف َِر ًة ِّم ْن ُه َو َفضْ الً َوهللاُ َواسِ ٌع َعلِي ُم‬
َ ‫} ال َّشي‬267{ ‫َواعْ لَمُوا أَنَّ هللاَ َغنِيٌّ َحمِي ٌد‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
jangan-lah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan dari padanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Dan ketahui lah, bahwa Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji. Setan men-janjikan (menakut-
nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyu-ruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang
Allah menjanjikan untukmu ampunan dari padanya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunianya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 267-268).

Tafsir Ayat :

Allah ta’ala menganjurkan kepada hamba-hambanya untuk menginfakkan sebagian apa yang
mereka dapatkan dalam berniaga, dan sebagian dari apa yang mereka panen dari tanaman dari
biji-bijian maupun buah-buahan, hal ini mencakup zakat uang maupun seluruh perdagangan
yang dipersiapkan untuk dijual belikan, juga hasil pertanian dari biji-bijian dan buah-buahan.
Termasuk dalam keumuman ayat ini, infak yang wajib maupun yang sunnah. Allah ta’ala
memerintahkan untuk memilih yang baik dari itu semua dan tidak memilih yang buruk, yaitu
yang jelek lagi hina mereka sedekahkan kepada Allah, seandainya mereka memberikan
barang yang seperti itu kepada orang-orang yang berhak mereka berikan, pastilah mereka pun
tidak akan meridainya, mereka tidak akan menerimanya kecuali dengan kedongkolan dan
memicingkan mata. Maka yang seharusnya adalah mengeluarkan yang tengah-tengah dari
semua itu, dan yang lebih sempurna adalah mengeluarkan yang paling baik. Sedang yang
dilarang adalah mengeluarkan yang jelek, karena yang ini tidaklah memenuhi infak yang
wajib dan tidak akan memperoleh pahala yang sempurna dalam infak yang sunnah.

(2‫“ ) َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هللاَ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬Dan ketahui lah, bahwa Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji“. Allah
ta’ala adalah Maha kaya atas seluruh makhluk, Allah ta’ala Maha kaya dari infak orang-orang
yang berinfak, dan Allah ta’ala Maha kaya atas ketaatan orang-orang yang taat. Allah
memerintahkan hal itu kepada mereka dan menganjurkan mereka untuk itu demi
kemaslahatan mereka, dan semata-mata karena karunia dan kemuliaannya atas mereka. Di
samping kesempurnaan kekayaannya dan luasnya pemberiannya Diapun Maha Terpuji dalam
segala perkara yang disyariatkannya untuk hamba-hambanya dari hukum-hukum yang
menyampaikan mereka kepada negeri keselamatan. Dia Terpuji dalam perbuatan-
perbuatannya yang tidak akan keluar dari koridor karunia, keadilan dan hikmahnya. Terpuji
sifat-sifatnya, karena sifat-sifat Allah semuanya baik dan sempurna, yang tidak ada seorang
pun dari hamba-hambanya yang mampu sampai pada eksistensinya dan tidak akan mengerti
seperti apa persisnya sifat-sifat tersebut. Ketika Allah menganjur-kan mereka untuk berinfak
yang berguna, Allah juga melarang mereka dari menahan harta mereka yang dapat
merugikan, dan Allah menjelaskan kepada mereka bahwa mereka itu di antara dua seruan
Yang Maha Penyayang, yang mengajak kepada kebaikan, menjanjikan kepadanya kebaikan,
karunia dan pahala yang segera maupun yang tertunda serta mengganti apa yang telah mereka
infakkan, dan seruan dari setan yang mengajak mereka untuk menahan harta dan menakut-
nakuti mereka bila mereka menginfakkan harta mereka pastilah mereka akan menjadi miskin.

Dan barang siapa yang memenuhi seruan Ar-Rahman lalu ia menginfakkan sebagian dari apa
yang Allah Rizki kan kepadanya, maka bergembiralah dengan ampunan dosa dan
mendapatkan apa yang dicarinya. Dan barang siapa yang mengikuti penyeru setan maka
sesungguhnya setan hanya mengajak kelompoknya agar menjadi penghuni-penghuni neraka.
Karena itu, seorang hamba harus memilih di antara kedua perkara itu yang lebih pantas dan
cocok untuknya.

Lalu Allah menutup ayat ini bahwasanya Dia, ( ‫“ ) َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬Maha luas (karunianya) lagi Maha
Mengetahui“, maksudnya, luas sifat-sifatnya, banyak pemberiannya, Maha Mengetahui orang
yang berhak untuk dilipat gandakan pahalanya dari orang-orang yang beramal dan Maha
Mengetahui orang yang pantas yang akan di-bimbing kepada perbuatan kebajikan dan
meninggalkan kemung-karan.

2. QS .At-Taubah ayat 60

۞ ِ ‫ض ًة م َِّن هّٰللا‬ َ ‫ْن الس َِّبي ۗ ِْل َف ِر ْي‬


‫هّٰللا‬
ِ ‫ب َو ْالغ‬
ِ ‫َار ِمي َْن َوفِيْ َس ِبي ِْل ِ َواب‬ ِ ‫ت ل ِْلفُ َق َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي‬
ِ ‫ْن َو ْال َعا ِملِي َْن َعلَ ْي َها َو ْالم َُؤلَّ َف ِة قُلُ ْو ُب ُه ْم َوفِى الرِّ َقا‬ ٰ ‫ِا َّن َما الص‬
ُ ‫َّدَق‬
‫هّٰللا‬
‫َۗو ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬

--

Terjemahan

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil
zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba
sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk
orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana.

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya zakat-zakat) zakat-zakat yang diberikan (hanyalah untuk orang-orang fakir)


yaitu mereka yang tidak dapat menemukan peringkat ekonomi yang dapat mencukupi mereka
(orang-orang miskin) yaitu mereka yang sama sekali tidak dapat menemukan apa-apa yang
dapat mencukupi mereka (pengurus-pengurus zakat) yaitu orang yang bertugas menarik
zakat, yang membagi-bagikannya, juru tulisnya, dan yang mengumpulkannya (para mualaf
yang dibujuk hatinya) supaya mau masuk Islam atau untuk memantapkan keislaman mereka,
atau supaya mau masuk Islam orang-orang yang semisal dengannya, atau supaya mereka
melindungi kaum Muslimin. Mualaf itu bermacam-macam jenisnya; menurut pendapat Imam
Syafii jenis mualaf yang pertama dan yang terakhir pada masa sekarang (zaman Imam Syafii)
tidak berhak lagi untuk mendapatkan bagiannya, karena Islam telah kuat. Berbeda dengan
dua jenis mualaf yang lainnya, maka keduanya masih berhak untuk diberi bagian.
Demikianlah menurut pendapat yang sahih (dan untuk) memerdekakan (budak-budak) yakni
para hamba sahaya yang berstatus mukatab (orang-orang yang berutang) orang-orang yang
mempunyai utang, dengan syarat bila ternyata utang mereka itu bukan untuk tujuan maksiat;
atau mereka telah bertobat dari maksiat, hanya mereka tidak memiliki kemampuan untuk
melunasi utangnya, atau diberikan kepada orang-orang yang sedang bersengketa demi untuk
mendamaikan mereka, sekalipun mereka adalah orang-orang yang berkecukupan (untuk jalan
Allah) yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah tetapi tanpa ada yang membayarnya,
sekalipun mereka adalah orang-orang yang berkecukupan (dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan) yaitu yang kehabisan bekalnya (sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan)
lafal fariidhatan dinashabkan oleh fi'il yang keberadaannya diperkirakan (Allah; dan Allah
Maha Mengetahui) makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam penciptaan-Nya. Ayat ini
menyatakan bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada orang-orang selain mereka, dan tidak
boleh pula mencegah zakat dari sebagian golongan di antara mereka bilamana golongan
tersebut memang ada. Selanjutnya imamlah yang membagi-bagikannya kepada golongan-
golongan tersebut secara merata; akan tetapi imam berhak mengutamakan individu tertentu
dari suatu golongan atas yang lainnya. Huruf lam yang terdapat pada lafal lilfuqaraa`
memberikan pengertian wajib meratakan pembagian zakat kepada setiap individu-individu
yang berhak. Hanya saja tidak diwajibkan kepada pemilik harta yang dizakati, bilamana ia
membaginya sendiri, meratakan pembagiannya kepada setiap golongan, karena hal ini amat
sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi cukup baginya memberikannya kepada tiga orang dari
setiap golongan. Tidak cukup baginya bilamana ternyata zakatnya hanya diberikan kepada
kurang dari tiga orang; demikianlah pengertian yang disimpulkan dari ungkapan jamak pada
ayat ini. Sunah telah memberikan penjelasannya, bahwa syarat bagi orang yang menerima
zakat itu, antara lain ialah muslim, hendaknya ia bukan keturunan dari Bani Hasyim dan tidak
pula dari Bani Muthalib.

Anda mungkin juga menyukai