Anda di halaman 1dari 3

Solusi Penanganan Sampah Pasar dengan Teknologi BSF

Pasar tradisopnal hingga saat ini masih menjadi urat nadi perekonomian dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Banyaknya aktivitas perdagangan oleh masyarakat membuat pasar
tradisional menjadi penghasil sampah kedua terbesar di Indonesia dengan 50% komposisi
sampahnya adalah organik. Oleh sebab itu, jika kita mengelola sampah organik pasar dengan
baik, maka dapat mengurangi timbunan sampah di TPA. Salah satu metode penanganan
sampah organik adalah teknologi Black Soldier Fly (BSF). Kehadiran maggot atau BSF dalam
sistem pengelolaan sampah sangat berguna karena larva memiliki kemampuan mumpuni
dalam mendegradasi limbah organik. Sebagian besar daur hidup dari BSF berperan sebagai
decomposer atau pengurai. Selain menyelesaikan masalah sampah, BSF juga menghasilkan
produk bernilai tambah diantaranya pakan ternak, larva kompos dan biofuel.
Pasar Gotong Royong dan Pasar Rejowinangun Kota Magelang merupakan pasar tradisional
yang telah membangun sarana BSF. Dalam perjalanannya mempunyai kendala dalam
operasional pembiakan BSF. Oleh karena itu Pemkot Magelang meminta WRC untuk
menganalisis dan mendampingi kedua pasar dalam merevitalisasi Instalasi BSF yang telah
tersedia. Dalam kegiatannya dilakukan tiga kegiatan utama yaitu perbaikan sarana prasarana
unit BSF, edukasi pengetahuan petugas, mengevaluasi produk BSF, dan menjembatani siklus
ekonomi hasil maggot BSF. Kegiatan tersebut dilakukan, sampai akhirnya berhasil operasi
untuk konversi sampah organic dengan kapasitas 160 – 200 kg/hari dan produk maggot yang
didapatkan adalah X gram selama 1 periode.
Pupuk Trichoderma

Desa Bejiharjo di Kabupaten Gunung Kidul memiliki kekayaan bentukan alam


dengan nama Goa Pindul. Pada Tahun 2014 masyarakat mulai mengelola sebagai
kawasan wisata alam, yang akhirnya menyepakati pendirian Bumdes Maju Mandiri untuk
mengoptimalkan potensi dan mengelola kawasan wisata dengan baik. Perlahan Bumdes
tidak hanya tertarik mengelola kekayaan alam, tetapi juga mengelola potensi lain. Salah
satu potensi itu adalah pengelolan kawasan agrowisata. Dengan pertimbangan latar
belakang masyarakat agraris, pengembangan program “bernada” pertanian dipilih agar
lebih mudah dilakukan. Kawasan agrowisata dicanangkan untuk menambah obyek wisata
melalui edukasi dan mendapat nilai ekonomi melalui penjualan produk, yaitu bibit
tanaman. Selain itu, dengan bertambahnya agrowisata pertanian, maka masa tinggal
wisatawan di kawasan goa pindul akan semakin lama. Hal ini akan berdampak pada
tambahan kegiatan ekonomi dari sektor perdagangan makanan dan penginapan.

Pertanian organik menjadi salah satu konsep di pengembangan agrowisata.


Bumdes Maju Mandiri berusaha untuk mendayagunakan bahan lokal di desa. Bahan baku
local yang banyak didapati adalah daun jati dan kotoran sapi. Jati adalah tanaman
dominan yang berada di Desa Bejiharjo. Selama ini daun jati menjadi sampah yang
meresahkan bagi masyarakat, utamanya saat musim kemarau, karena karakteristik daun
jati yang mengugurkan daunnya pada musim ini. Kotoran sapi didapati karena beberapa
masyarakat yang mempunyai sapi untuk diternak. Kedua bahan tersebut adalah bahan
baku pupuk. Pupuk digunakan untuk menumbuhkan tanaman agrowisata Goa Pindul.
Dengan penerapan sampah menjadi pupuk ini, BUMDes tidak hanya mendapatkan
produk pupuk daun jati, tetapi nilai dari pendayagunaan sampah menjadi material yang
berharga. WRC dengan dukungan Hibah Teknologi Tepat Guna DPKM UGM menjadi
partner BUMDes dalam instalasi sarana prasarana pembuatan kompos di 8 unit di
kelompok tani, training pada petani dan pihak bumdes, serta pendampingan operasional
pembuatan kompos. Teknik pengomposan yang digunakan adalah dengan menggunakan
Trichoderma, karena dapat untuk menguraikan material dengan karakteristik selulosa
yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai