PSIKOLOGI ANAK
OLEH
KELOMPOK 8:
HAMIDA(190104005)
NURDIANA(190104018)
RAHMATIA(190104021)
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat, Taufik dan
hidayah-Nya yang diberikan kepada kita, sehingga makalah “PSIKOLOGI ANAK” ini bisa
diselesaikan. Shalawat dan salam kita sampaikan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah tentang ekosistem
adalah tugas makalah yang telah kami susun untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa
lainnya.
Kami menyadari dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembimbing.
Demi kesempurnaan makalah ini, tidak terkecuali dari pihak mahasiswa sendiri, karena tidak ada
seorang pun di dunia ini memiliki pengetahuan yang sempurna. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan naungan Rahmat serta Hidayahnya kepada kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan primer manusia yang berjalan dinamis dan
berkembang sesuai tuntutan masyarakat yang modern.Salah satu cirri dalam masyarakat
modern yaitu selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini menyangkut
berbagai bidang, diantaranya dalam pendidikan komponen yang melekat yaitu kurikulum,
guru dan siswa.1
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan jugasebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan kurikulum dari kurikulum 2006 menjadi
kurikulum 2013 diharap dapat merubah mindset guru dari kurikulum sebelumnya, antara lain
terkait dengan standar penilaiannya.
Dalam pendidikan, ada tiga faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain,
yaitu tujuan, proses pembelajaran, dan evaluasi. Tujuan akan menjadi titik tolak dan acuan
bagi proses pembelajaran dan evaluasi.Proses pembelajaran menentukan apakah tujuan
pendidikan tercapai atau tidak. Hanya dengan evaluasi yang benar, tujuan pendidikan dapat
diketahui hasilnya2.Evaluasi yang dilakukan secara benar akan banyak manfaatnya karena
dari hasil evaluasi itu akan diperoleh umpan balik yang berharga bagi masukan maupun
proses pendidikan.3
Suatu sistem pelaksanaan evaluasi yang komprehensif dapat menjadi salah satu alat
utama bagi pengendalian mutu pendidikan, sehingga out put dari pendidikan itu akan
berpengaruh terhadap kemajuan suatu masyarakat,bangsa dan negara. Oleh karena itu,
evaluasi sebagai sub sistem dari proses pendidikan seharusnya bersifat menyeluruh dengan
memperhitungkan aspek aspek pembelajaran. Kemajuan belajar siswa harus dilihat selama
proses pembelajaran, bukan hanya dilihat pada saat akhir sewaktu ujian.
Sebuah penilaian dalam pendidikan baru bersifat menyeluruh jika mencakup aspek dari
semua proses belajar dan hasil belajarnya yang secara bertahap menggambarkan semua aspek
perilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilan, atau sering disebut dengan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu orientasi pendidikan diubah dalam
kurikulum 2013, yang mana pendidikan mengacu pada ke tiga aspek diatas.
1
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta:PT.Prestasi Pustakarya,
2013), hal. 1
2
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan
Berbasis Kompeten, (Yogyakarta: Ar Ruzz, 2005), hal. 147.
3
Suyanto & Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millennium III , (Yogyakarta:
Adi Cita,2000), hal. 98.
Dengan sistem penilaian yang sebenarnya, atau dalam kurikulum 2013 disebut dengan
penilaian autentik. Hal ini dilatar belakangi dari kurikulum sebelumnya banyak ditemukan
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar.Antara lain belum
sepenuhnya menekankan pendidikan, belum menghasilkan ketrampilan sesuai kebutuhan,
menekankan aspek kognitif, dan tes menjadi cara penilaian yang dominan.4
Kurikulum yang sejatinya adalah jalan untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran
harusnya bersifat menyeluruh, agar dalam pelaksanaannya tidak menemui kendalam dalam
pelaksanaannya. Baik secara proses pembelajaran maupun penilaianan yang akan dilakukan.
Ditemukan banyak permasalahan berkaitan dengan kurikulum, seperti yang telah disebutkan
diatas bahwa permasalahan mendasar berkaitan dengan arah penilaian yang masih bersifat
kognisi.
Dalam artian bahwa penilaian yang dilakukan selama ini masih bersifat masih hanya
bertumpu pada pengetahuan,belum menyeluruh dalam pelaksanaannya.Hal itu
mengakibatkan out put pendidikan tidak dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas dan sikap yang diterimanya. Kurikulum
memegang kedudukan penting yaitu sebagai kunci dalam pendidikan, hal ini disebabkan
karena kurikulum berkaitan dengan arah, isi, dan proses pendidikan. Selain itu juga
kurikulum membahas tentang rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam kelas,
sekolah, daerah, wilayah maupun nasional akan jelas arah yang akan ditempuh. Unsur unsur
yang terdapat dalam kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem
penyampaian media serta evaluasi.5
BAB II
4
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,(Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hal. 61-62.
5
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 102.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian (evaluasi)
6
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 102.
Teknik penilaian dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan belajar
siswa. Namun, tidak ada satu pun teknik penilaian yang paling tepat untuk semua
kompetensi untuk setiap saat. Teknik penilaian yang digunakan sangat tergantung pada
kecakapan yang akan dinilai. Untuk menilai kecakapan akademik akan berbeda dengan
kecakapan vokasional maupun kecakapan personal. Secara umum penilaian terhadap
hasil belajar dapat dilakukan dengan tes, (tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan),
pemberian tugas, penilaian kinerja (performance assessment), penilaian proyek ,
penilaian hasil kerja peserta didik (product assessment), penilaian sikap, dan penilaian
berbasis portofolio (portofolio based assessment). Setiap teknik penilaian penilaian
mempunyai keterbatasan. Penilaian yang komprehensif memerlukan lebih dari satu
teknik penilaian.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran, Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan
tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi bukan sekedar menilai sesuatu
aktivitas secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang
dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Evaluasi juga merupakan penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. 7Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk
menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan
keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem nilai yang ada pada
si pembuat keputusan.
Arifin menjelaskan bahwa fungsi evaluasi hasil belajar secara menyeluruh yaitu :
7
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran.(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009). h.29-32
1. Secara psikologis, dapat membantu peserta didik untuk menentukansikap dan tingkah
lakunya. Dengan mengetahui prestasi belajarnya,maka peserta didik akan mendapatkan
kepuasan dan ketenangan.
2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu terjun ke
masyarakat. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran harus sesuai
dengan kebutuhan.
3. Secara didaktis-metodis, untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada
kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing – masing.
4. untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua,
pemerintah, sekolah, dan peserta didik itu sendiri.
Sedangkan menurut Purwanto mengelompokkan fungsi penilaian dalamkegiatan
evaluasi pendidikan dan pengajaran, yakni:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.Pengajaran sebagai suatu
sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Komponen-kompenen yang dimaksud adalah: tujuan, materi atau bahan pengajaran,
metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta
alatevaluasi.
c. Untuk keperluan Bimbingan Konseling (BK). Hasil-hasil penilaian dalam kegiatan
evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber
informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru
pembimbing lainnya.
d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.8
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
8
M.Ngaling Purwanto,”Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”,(Bandung:Remaja Rosdakarya .2010)hlm 5.
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melaluiobservasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang disertai rubrik,sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
9
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat BahasaDeapartemen Pendidikan
Nasional, 2008), hal. 313
11
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1988), hal.
216
Setiap kegiatan atau program dijalankan tidak selalu mulus pasti dilakukan evaluasi
kembali untuk menindaklanjuti apakah program tersebut berjalan sesuai perencanaan atau tidak.
Setelah perumusan evaluasi yang selanjutnya diaplikasikan kembali untuk melihat keberhasilan
dari evaluasi apakah berdampak semakin baik atau semakin menurun.
Adapun tindakan yang dapat kita lakukan ketika mengetahui dampak evaluasi, yaitu:
menghentikan program, hal ini dilakukan jika program tersebut tidak ada
manfaatnya atau tidak terlaksana sebagaimana yg telah diharapkan;
merevisi program, hal ini dilakukan karena ada bagian-bagian yang kurang
sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit);
melanjutkan program, hal ini dilakukan karena pelaksanaan program
menunjukkan bahwa segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan harapan dan
memberikan hasil yang bermanfaat; dan
menyebarluaskan program (melaksanakan program ditempat-tempat lain atau
mengulangi lagi program dilain waktu), karena program tersebut berlangsung
sangat baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi ditempat dan waktu lain.
Dampak Penilaian(Evaluasi) menurut Rossi dan freeman, 1985 adalah sebuah evaluasi
yang mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan
seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya. Dampak penilaian(Evaluasi) ini bisa juga dilihat
dari definisi yang berbeda, misalnya menurut US Environmental Protection Agency mengartikan
bahwa evaluasi dampak adalah sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari sebuah
program dengan membandingkan outcome yang dihasilkan dengan taksiran awal apa yang akan
terjadi apabila tidak mengikuti program yang ada (Wikipedia, 2008).
Dalam bidang pendidikan dampak evaluasi ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan sebuah sistem atau proses pendidikan yang telah dilakukan oleh seseorang dalam
sekolah atau institusi tertentu yang lebih dititik beratkan pada tingkat keberhasilan outcome
dalam masyarakat. Tingkat keberhasilan outcome ini mencakup berbagai hal, baik dari aspek
perilaku maupun pengaplikasian ilmu yang didapat ketika menjalani program pendidikan.
Dengan adanya evaluasi ini secara umum diharapkan mampu memberi masukan tentang
program pendidikan yang sudah ada baik dari sisi kelebihan maupun kekurangannya ketika
sudah berada dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Dengan kata lain, dengan evaluasi
ini diharapkan mampu meningkatkan akuntabilitas, sebagai pembelajaran yang dinamis,
memberi kesempatan kepada pembuat keputusan untuk memperbaiki program pendidikan yang
sedang berjalan dan pada akhirnya akan membantu pengalokasian dana yang lebih baik.
Ruang lingkup kedua yang dikaji oleh psikologi pendidikan adalah psikologi atau
keadaan jiwa dari anak. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling mendasar dan merupakan
titik awal dari pertumbuhan dan perkembangan dalam seluruh aspek dan fungsi yang ada dalam
diri seseorang, ini menjadikan masa ini menjadi masa yang begitu penting sekaligus sulit.
Penting dalam arti bahwa pada masa ini apa yang dialami oleh seseorang akan sangat
memberikan makna yang sangat mendalam dan begitu mempengaruhi pembentukan kepribadian
seseorang dalam kehidupannya nanti di masyarakat, dan juga merupakan masa yang sulit karena
pada masa ini terjadi kesulitan untuk membentuk kepribadian anak.
Psikologi pada masa kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di mana
dia berada, oleh karena itu perkembangan psikologi pada masa ini seharusnya terjadi secara
teratur dan terarah menuju pada suatu tingkat kedewasaan dan peningkatan pada proses belajar.
Perkembangan psikologi peserta didik ada empat tahap yaitu, tahap sensorikmotorik, di mana
seorang individu melakukan suatu gerakan refleks yang berulang kali untuk mencapai tujuan
tertentu. Tahap pra-operasional, yaitu tahap di mana individu mulai menggunakan symbol dan
membedakan antara simbol dan benda. Tahap konkrit operasional, yaitu tahap di mana individu
mulai memakai hubungan timbal-balik. Tahap formal-operasional yaitu tahap di mana individu
mampu berpikir secara abstrak dan hipotesis. Tanpa orang lain yang membantu perkembangan
anak maka anak akan mengalami gangguan pada jiwanya nanti sekalipun mungkin anak masih
dapat memperkembangkan sesuatu dari dirinya sendiri tanpa bantuan dari luar, dengan tubuhnya
yang kecil menjadi tubuh yang tinggi besar.
Namun suatu hal yang pasti anak yang berkembang tanpa bantuan dari luar diri anak
tersebut akan kehilangan hakikat kemanusiaannya dan akan mengalami
ketidakseimbangan.Orang tua perlu mencari benang merah dan sinkronisasi beberapa hal yang
utama, yang membantu anak mengembangkan hal-hal dasar dalam kepribadiannya12.
Sebagaimana orang tua memilih sekolah yang sesuai dengan orientasi nilai dan harapan mereka,
begitu juga orang tua seyogyanya mengadaptasikan pola-pola pendidikan yang konstruktif dan
positif dari sekolah. Paling tidak, di antara keduanya, saling mengisi dan bukan saling
meniadakan. Untuk itu lah, komunikasi orang tua dengan anak, dan komunikasi antara orang tua
dengan pihak sekolah, karena, ketika terjadi ketidakberesan, kita tidak bisa semata-mata
menunjuk pihak sekolah sebagai penyebab masalah dari persoalan yang dihadapi anak. Bisa saja
persoalan dimulai / terjadi di sekolah, namun kita harus melihatnya secara bijaksana, karena
reaksi seorang anak terhadap sesuatu, sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaluinya dan
pola asuh yang paling mendominasi bentukan sikap dan kepribadiannya.
Jadi, keluarga, adalah tempat utama pendidikan dan pengembangan seorang anak.
Sekolah, pada dasarnya mengarahkan, memberikan bimbingan dan kerangka bagi anak untuk
belajar, bertumbuh dan berkembang. Sementara keluarga, justru menjadi pusat pendidikan
(center of education) yang utama, pertama dan mendasar. Dalam masa perkembangan kejiwaan
seorang anak membutuhkan pertolongan dan bantuan orang lain dan yang paling berperan adalah
kedua orang tuanya. Orang tuanyalah yang bertanggung jawab penuh dalam perkembangan
psikologi dan eksistensi anaknya. Dan tidak menutup kemungkinan peranan pendidik dalam
pembentukan psikologi anak sehingga seorang pendidik haruslah dapat mengerti tahapan-
tahapan tersebut sehingga melaluinya seorang pendidik dapat memberikan pemaknaan dalam
proses pembelajaran sehingga seorang anak dapat memiliki kepribadian yang harmonis dalam
12
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 5.
perkembangannya. Anak dalam hubungannya dengan diri sendiri dapat dikatakan merupakan
suatu ciptaan yang khas. Perkembangan yang lancar dan teratur serta dengan mendapatkan
bantuan yang baik dari luar diri anak tersebut baik itu dari orang tua maupun pendidik dapat
menjadikan anak tersebut menjadi individu yang bertanggung jawab atas perbuatannya.13
13
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 112.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Secara psikologis, dapat membantu peserta didik untuk menentukansikap dan tingkah
lakunya. Dengan mengetahui prestasi belajarnya,maka peserta didik akan mendapatkan
kepuasan dan ketenangan.
Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu terjun ke
masyarakat. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran harus sesuai
dengan kebutuhan.
Secara didaktis-metodis, untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada
kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing – masing.
untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua,
pemerintah, sekolah, dan peserta didik itu sendiri.
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
B.Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan masukan yang sifatnya
membangun kami harapkan dari pembaca.Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Gunarsa Singgih D. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Sudjana, Nana dkk, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2001