Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY, DEBT

TO ASSETS RATIO, EARNING PER SHARE DAN TOTAL


ASSETS TURNOVER TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI
KASUS PADA PERUSAHAAN LQ-45 TAHUN PERIODE 2018-
2020)

PROPOSAL

Disusun oleh :
Hayatul Fitriyana
Nim : 11870124296

JURUSAN MANAJEMEN S1
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal merupakan lembaga perantara antara pihak memiliki


kelebihan dana dengan pihak yang sedang membutuhkan dana, dan sebagai
lembaga yang mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien (Tandelilin,
2010:26). Instrument pasar modal yang sudah sangat sering diperdagangkan
adalah saham. Saham adalah tanda bukti keikutsertaan sebagai pemilik
dalam suatu perusahaan (Riyanto, 2011:240). Keuntungan memiliki saham
bagi investor adalah mendapatkan capital gain dan deviden yang diperoleh
setiap tahunnya. Semua keuntungan ini bisa diperoleh investor bila
perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Kinerja
keuangan perusahaan bisa dilihat dari tingginya nilai perusahaan.

Memaksimalkan nilai perusahaan adalah tujuan utama dari


manajemen keuangan (Kasmir, 2011:6). Nilai perusahaan yang tinggi akan
dapat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Jika harga saham tinggi,
maka nilai perusahaan tersebut akan tinggi pula dan hal ini juga
mencerminkan tingkat kepercayaan investor yang tinggi pada perusahaan
yang mengeluarkan saham tersebut (Wiagustini, 2010:8). Permintaan dan
penawaran akan saham juga akan sangat mempengaruhi fluktuasi dari harga
saham (Miraza, 2013).

Investor saham di Indonesia sangatlah minim, hanya 1 persen dari


jumlah penduduk Indonesia (Kusuma, 2014). Peningkatan jumlah investor
saham sangat diharapkan oleh Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan
peningkatan jumlah investor saham dapat menahan gejolak krisis ekonomi
(Mahrofi, 2013). Ketidaktahuan masyarakat akan penilaian saham
merupakan permasalahan utama yang menjadi penyebab minimnya jumlah
investor saham di Indonesia.

2
Cara yang digunakan untuk menilai saham ada dua, yakni dengan
analisis fundamental dan analisis teknikal (Husnan, 2010:307). Analisis
teknikal dalam memprediksi arah pergerakan harga saham menggunakan
data pasar historis (Tandelilin, 2010:392). Analisis fundamental dalam
meakukan analisis penilaian saham dengan menggunakan estimasi dari
nilai-nilai faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham
dimasa depan (Husnan, 2010:307).

Penelitian ini lebih memfokuskan mengenai bagaimana menilai


perusahaan dengan menggunakan analisis fundamental melalui analisis
perusahaan. Alasan dilakukannya penelitian mengenai analisis perusahaan
adalah karena informasi yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan
informasi yang paling mudah, paling murah dan sudah sangat cukup untuk
dapat menggambarkan bagaimana kondisi perusahaan selama ini
(Tandelilin, 2010:364). Analisis fundamental mempercayai bahwa kinerja
suatu perusahaan yang menerbitkan suatu saham akan sangat
mempengaruhi nilai perusahaannya (Deitiana, 2013). Pertimbangan investor
dalam memilih investasi saham juga dilihat dari laporan keuangan
perusahaan yang dapat memperkirakan keadaan atau posisi dan arah
perusahaan (Hermuningsih, 2012:194).

Laporan keuangan menghasilkan rasio keuangan yang menjadi dasar


dalam melakukan analisis fundamental. Analisis rasio keuangan bisa
membantu investor dalam hal membuat keputusan untuk berinvestasi
(Martani et al., 2009). Rasio keuangan merupakan suatu analisis kinerja
keuangan antara satu pos dengan pos lainnya dari laporan keuangan.
Informasi dalam rasio keuangan dapat mencerminkan kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam berbagai aspek (Wiagustini, 2010:75). Rasio
keuangan berguna dalam menganalisis kinerja keuangan dari suatu
perusahaan (Horne, 2012:190).

Wiagustini (2010:77) menyatakan terdapat lima rasio keuangan,


yaitu rasio likuiditas (dalam penelitian ini diproksikan dengan current ratio),
rasio profitabilitas (dalam penelitian ini diproksikan dengan return on

3
equity), rasio solvabilitas (dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to
assets ratio), rasio pasar (dalam penelitian ini diproksikan dengan earning
per share) dan rasio aktivitas (dalam penelitian ini diproksikan dengan total
assets turnover). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
kelima proksi diatas terhadap harga saham dalam Indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2013.

Current ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


didalam membayarkan hutang yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2011:134).
Tingginya nilai current ratio dapat meningkatkan minat investor untuk ikut
berinvestasi dengan membeli saham dari perusahaan tersebut, maka hal ini
menyebabkan harga sahamnya akan naik. Hal ini menunjukan bahwa
current ratio berpengaruh positif terhadap harga saham.

Bagherzadeh et al. (2013) menyatakan current ratio mempengaruhi


harga saham secara signifikan. Penelitian dari Raharjo dkk. (2013),
Wicaksono (2013) dan Mifta, dkk. (2013) menunjukkan current ratio
berpengaruh terhadap harga saham secara positif dan signifikan. Artinya,
current ratio yang tinggi dapat menyebabkan harga sahamnya semakin
tinggi pula, sehingga hipotesisnya menjadi:

H1: Current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Rasio profitabilitas mempengaruhi harga saham secara signifikan


(Bismark, 2008). Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan
dengan return on equity, yang merupakan rasio yang mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. Nilai return on equity yang semakin
tinggi akan semakin memperkuat posisi dari pemilik perusahaan (Kasmir,
2011:204). Aldiansyah dkk. (2013), Machfiro (2012), Azim et al. (2011),
dan Khan (2012) menemukan hasil yang sama dimana return on equity
mempengaruhi harga saham secara signifikan dan positif. Nilai return on
equity yang tinggi dapat meningkatkan harga saham perusahaannya,
sehingga hipotesisnya menjadi:

4
H2: Return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham.

Debt to assets ratio, adalah rasio yang menilai perbandingan antara


total utang yang dimiliki perusahaan dengan total aktivanya. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktivanya (Kasmir, 2011:156). Artinya, bagi perusahaan
dengan solvabilitas tinggi, akan menghadapi risiko kerugian yang tinggi
pula (Wiagustini, 2010:76). Hal ini mengakibatkan penurunan minat
investor untuk membeli saham tersebut. Debt to assets ratio berpengaruh
secara signifikan negatif terhadap harga saham (Suhadi, 2009). Prasetyo
(2013) dan Viandita, dkk (2013) juga menunjukkan hasil penelitian yang
sama, dimana debt to assets ratio memiliki pengaruh secara signifikan
negatif terhadap perubahan harga saham, sehingga hipotesisnya menjadi:

H3: Debt to assets ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap harga


saham.

Earning per share adalah rasio yang membandingkan antara jumlah


earning pemegang saham dengan jumlah lembar saham perusahaan
(Tandelilin, 2010:365). Earning per share yang semakin tinggi dapat
menarik minat investor untuk melakukan investasi, karena nilai earning per
share menunjukkan laba yang bisa diperoleh dari selembar saham yang
dimiliki pemegang saham (Raharjo dkk., 2013). Pranowo (2009)
menyatakan earning per share berpengaruh secara signifikan positif
terhadap harga saham. Penelitian ini juga didukung oleh Dini et al. (2011),
Sharma (2011), Menaje (2012), Jauharia et al. (2012), Safitri (2013), Wang
et al. (2013), Omete (2013), dan Menike et al. (2014) dimana hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh
signifikan positif terhadap harga saham. Hal ini berarti, perusahaan dengan
nilai earning per share yang semakin tinggi dapat meningkatkan harga
sahamnya, sehingga hipotesisnya menjadi:

H4: Earning per share berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

5
Total assets turnover adalah rasio yang berguna dalam melakukan
pengukuran perputaran aktiva dan jumlah penjualan yang didapatkan
perusahaan (Kasmir, 2011:185). Nilai total assets turnover yang tinggi
mengindikasikan efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Hasil akhirnya tentu adalah laba yang tinggi dan kinerja
keuangan yang semakin baik (Aldiansyah dkk., 2013).

Aldiansyah dkk. (2013) menyatakan bahwa total assets turnover


berpengaruh secara positif signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini
juga didukung oleh Wicaksono (2013) dan Sipayung (2014), dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa total assets turnover berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti, nilai total assets turnover
yang semakin tinggi dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut,
sehingga hipotesisnya menjadi:

H5: Total assets turnover berpengaruh positif terhadap harga saham.

Ada beberapa indeks yang aktif diperdagangkan dalam Bursa Efek


Indonesia (BEI), salah satunya adalah indeks LQ45. Penelitian ini
menggunakan indeks LQ45 selain karena saham-saham yang terdaftar
didalamnya sudah pasti merupakan perusahaan dengan saham terbaik dan
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi juga kapitalisasi yang baik, tetapi
saham perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 juga tidak tetap dan
selalu mengalami perubahan disetiap periodenya. Adanya perubahan daftar
nama saham perusahaan disetiap periode, memperlihatkan betapa ketatnya
persaingan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjadi bagian dari
indeks LQ45.

Alasan kedua adalah karena rasio-rasio ini mempengaruhi harga saham


secara signifikan, seperti current ratio dinyatakan berpengaruh signifikan
dalam penelitian Suwahyono (2006), Raharjo dkk. (2013), dan Satrigraha
(2014). Variabel return on equity dinyatakan berpengaruh signifikan dalam
penelitian Pradipta (2012), Machfiro (2012), dan Khan (2012). Variabel
debt to assets ratio dinyatakan berpengaruh signifikan dalam penelitian

6
Suhadi (2009), Prasetyo (2013), dan Viandita, dkk (2013). Variabel earning
per share dinyatakan berpengaruh signifikan dalam penelitian Tampubolon
(2009), Malhotra et al. (2013), dan Dini et al. (2011). Variabel total assets
turnover dinyatakan berpengaruh signifikan dalam penelitian Annajihi
(2009), Aldiansyah dkk. (2013), dan Wicaksono (2013). Kelima variabel
tersebut dinyatakan mempengaruhi harga saham secara signifikan walaupun
dengan arah yang berbeda.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terhadap Rasio
Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Provitabilitas &
Rasio Pasar Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ-45
Tahun Periode 2018-2020)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis


merumuskan permasalahan dari penilitian ini:
1. Apakah Rasio Likuiditas mempunyai pengaruh secara Parsial terhadap
Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah Rasio Solvabilitas mempunyai pengaruh secara Parsial terhadap
Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah Rasio Aktivitas mempunyai pengaruh secara Parsial terhadap
Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah Rasio Provitabilitas mempunyai pengaruh secara Parsial
terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
5. Apakah Rasio Pasar mempunyai pengaruh secara Parsial terhadap
Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

Apakah Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Pasar dan

Rasio Provitabilitas mempunyai pengaruh secara Simultan terhadap Harga Saham

INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

7
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Apakah Rasio Likuiditas mempunyai pengaruh
secara Parsial terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Apakah Rasio Solvabilitas mempunyai pengaruh
secara Parsial terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk Mengetahui Apakah Rasio Aktivitas mempunyai pengaruh secara
Parsial terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Untuk Mengetahui Apakah Rasio Provitabilitas mempunyai pengaruh
secara Parsial terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
5. Untuk Mengetahui Apakah Rasio Pasar mempunyai pengaruh secara
Parsial terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Untuk Mengetahui Apakah Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas,

Rasio Pasar dan Rasio Provitabilitas mempunyai pengaruh secara Simultan

terhadap Harga Saham INDEX LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti
Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama
ini di dapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.
b. Bagi Investor
Bagi para pelaku pasar seperti investor dan pemakai lainnya dapat
memperoleh informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi.
c. Bagi Pihak lain / Peneliti Selanjutnya

8
Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tentang
Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio
Pasar dan Rasio Solvabilitas terhadap Harga Saham.
1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan Skripsi ini adalah sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah sebagai landasan pemikiran secara

garis besar, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta

sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang landasan teori yang melandasi penelitian ini sebagai

dasar dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, kajian

keislaman yang berhubungan dengan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka

pemikiran, serta hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian,

mencakup desain penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel, jenis dan

sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional

variable, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari penulisan yang berisikan kesimpulan

penulis atas hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Disamping itu

9
disertakan beberapa keterbatasan dari penelitian ini serta saran-saran yang

diharapkan bermanfaat dan dapat dipakai sebagai bahan perbandingan agar

tidak salah dalam pengambilan keputusan selanjutnya.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teory Agency

Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu bentuk hubungan

kontraktual antara seseorang atau beberapa orang yang bertindak sebagai

principal dan seseorang atau beberapa orang lainnya yang bertindak sebagai

agent, untuk melakukan pelayanan bagi kepentingan principal dan mencakup

pendelegasian wewenang dalam pembuatan keputusan dari principal kepada

agent (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam perekonomian modern, manajemen

dan pengendalian perusahaan terpisah dari kepemilikan. Manejer bertanggung

jawab terhadap pemilik yang kemudian berimbas dengan pendanaan baik dari

investor atau kreditor.

Tujuan dari sistem pemisahan ini adalah menciptakan efisiensi dan

efektivitas dengan memperkerjakan agen-agen profesional dalam mengelola

perusahaan. Penguasaan kendali perusahaan dipegang oleh agent sehingga agent

dituntut untuk selalu tranparan dalam melaksanakan kendali perusahaan dibawah

principal. Salah satu bentuk pertanggung jawabannya adalah dengan mengajukan

laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk melaporkan kondisi

keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu.

Informasi dari laporan keuangan tersebut dapat dijadikan pihak eksternal

perusahaan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Jika laba yang diperoleh

perusahaan nilainya tinggi dalam jangka waktu yang relatif lama, maka dapat

11
dilihat bahwa perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasinya dengan baik.

Hal ini juga mengidikasikan bahwa dari nilai laba bersih yang diperoleh,

perusahaan dapat melakukan pembagian devidan kepada setiap investor.

Selain itu, dapat dilihat juga dari arus kas yang diperoleh perusahan. Jika

arus kas yang diperoleh perusahaan nilainya tinggi dalam jangka waktu yang

relatif lama, maka perusahaan dinilai dapat melakukan pengembalian atas kredit

yang diperikan oleh pihak kreditor. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan

kepada perusahaan akan semakin kuat dan perusahaan pun akan mendapatkan

kredit dengan mudah dalam setiap kegiatan operasinya.

2.1.2 Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang

atau badan dalam suatu perusahaan. Saham berujud selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat

berharga tersebut. Menurut Fahmi (2012 :81) pengertian saham adalah : Tanda bukti

penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. ;Kertas yang tercantum

dengan jelas nominal, nama perusahaan dan dikuti dengan hak dan kewajiban yang

dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

Persediaan yang siap untuk dijual. Saham sebagai sekuritas yang bersifat

ekuitasmemberikan imflikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan

atas suatu perusahaan. Saham tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo dan tidak

memberikan pendapatan tetap.

2.1.3 Pasar Modal

Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

mendapatkan tambahahan dana dengan cara melakukan go publik dan ikut serta

dalam perdagangan di bursa. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar

12
modal memiliki tingkat likuiditas yang cukup tinggi yang menanggung suatu

risiko. Dalam kaitannya dengan penanaman modal pada surat berharga,

investor diharapkan pada risiko sehubung dengan tingkat keuntungan yang

diharapkan. Pasar modal merupakan lembaga perantara antara pihak yang

memeliki kelebihan dana dengan pihak yang sedang membutuhkan dana, dan

sebagai lembagayang mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien

(Tandelilin, 2010:26). Instrumen keuangan yang diperjualbelikan dipasar

modal adalah instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun)

seperti saham, obligasi, waran, right, serta reksadana.

2.1.4 Investasi

Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang yang

dimasukkan kedalam proses produksi yang efisien selama periode waktu yang

tertentu yang hasilnya untuk untuk konsumsi dimasa yang mendatang

(Jogiyanto, 2003). Menurut Sunariyah (2004), Investasi sering diartikan

sebagai penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu yang lama dengan harapan mendapatkan keuntungan

dimasa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat

dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.

Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang

akan datang.

2.1.5 Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil replikasi dari sekian

banyak transaksi uang yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-

13
transaksi dan peristiwa financial dicatat, digolongkan, dan diringkas dengan

cara yang tepat dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran untuk

berbagai tujuan.Menurut Kasmir (2012:7) laporan keuangan adalah laporan

yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

periode tertentu.

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Laporan

keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian dari laporan keuangan.

Menurut Indra (2010:297), tujuan umum laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas suatu

entitas yang berguna bagi sejumlah pemakai untuk membuat dan mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dipakai suatu enitas dalam

aktivitasnya guna mencapai tujuan.

2.1.6 Likuiditas

Likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu sehingga

likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. (Irham Fahmi, 2011: 174)

Selain itu Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau

kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber

untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

perusahaan itu menanggung risiko.Likuiditas merupakan kemampuan untuk

mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Jangka

14
pendek secara konvensional dianggap periode hingga satu tahun meskipun jangka

waktu ini dikaitkan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan (periode waktu

yang mencakup siklus pembelian produksi-penjualan-penagihan).

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian

besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus

segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan

sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid.

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek

perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang

lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).Dua rasio

likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio

quick (sering juga disebut acid test ratio).

2.1.6.1 Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah

menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Berikut ini

perhitungan rasio lancar untuk perusahaan ABC.

Current Ratio = Aset Lancar = 7.539

Kewajiban Lancar 3.400

= 2,2

Rasio diatas bisa diinterpretasikan sebagai berikut: setiap Rp1 utang dijamin oleh

Rp2,2 aktiva lancar. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada

angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk perusahaan yang normal

berkisar pada angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan

15
rasio lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas

yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan

aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap

profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang

lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. (Abdul Halim, 2009: 75)

2.1.7 Solvabilitas (Leverage)

Leverage diartikan sebagai rasio seberapa besarkemampuan perusahaan

membiayai asetnya dengan utang danmerupakan indikator tingkat keamanan dari

para kreditor. Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai

dengan utang. Penggunan utang yang telalu tinggi akan membahayakan

perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage

(utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan

sulit untuk melepaskan beban utang yang layak diambil dan dari mana sumber-

sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang (Irham Fahmi, 2011: 127).

Perusahaan yang telah go public tentunya tidak akan lepas dari hutang

yang dapat digunakan untuk memperluas usahanya secara ekstensifikasi maupun

intesifikasi. Hutang yang digunakan untuk memperbesar ukuran perusahaan dapat

diperoleh dari kreditor seperti bank atau lembaga pemberi pinjaman lainnya.Rasio

leverage yang digunakaan untuk memproksikan debt covenant yangmerupakan

salah satu hipotesis dalam teori akuntansi positif. Leverage menunjukkan seberapa

besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang dan merupakan indikasi tingkat

keamanan dari para pemberi pinjaman. Jika perusahaan telah diberi pinjaman oleh

kreditor, maka kreditor secara otomatis mempunyai kepentingan terhadap

16
terhadap keamanan dana yang ia pinjamkan, yang diharapkan dapat menghasilkan

keuntungan (Dita, 2017).

Leverage diukur menggunakan Debt To Assets Ratio (debt ratio), Debt To

Equity Ratio dan Long Term Debt To Equity Ratio.

2.1.7.1 Debt to Assets Ratio (debt ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan hutang dengan total

aktiva. Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh

hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva (Kasmir, 2014:156).

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio

yang tiggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial

leverage) yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan

meningkatkan Rentabilitas Modal Saham (Return On Equity atau ROE) dengan

capat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham

(ROE) akan menurun cepat pula. Risiko perusahaan dengan financial leverage

yang tinggi akan semakin tinggi pula.

Untuk Perusahaan ABC, contoh ratio leverage sebagai berikut:

DAR = Total Utang = 3.400 + 4.945

Total Aset 12.698

= 0,66

Perusahaan ABC menggunakan dana dari kreditur 66% dari total dananya, yan

berarti cukup besar. Rasio di atas juga bisa diinterpretasikan sebagai berikut:

setiap Rp0,66 utang perusahaan dijamin oleh Rp1 aset perusahaan. (Abdul Halim,

2009:79)

17
2.1.8 Profitabilitas

Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam

suatu perseroan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti

hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan

pemilik perusahaan. Pengertian profitabilitas menurut Mamduh M. Hanafi

(2012:81): “Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang

tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu profit margin, return

on asset (ROA), dan return on equity (ROE).”

Kasmir (2015:114) mengatakan bahwa:

“Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode

tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen

suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari

penjualan atau dari pendapatan investasi.”

Menurut Sudana (2011:22) bahwa:

“Porfitability ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan.”

Menurut Sartono (2012:122) bahwa:

“Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahan

untuk menghasilkan laba baik dalam hubungannya dengan penjualan,

assets maupun laba bagi modal sendiri. Dengan demikian bagi investor

18
jangka panjang akan sangat bekepentingan dengan analisis profitabilitas

ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-

benar akan diterima dalam bentuk dividen.”

2.1.8.1 Return On Equity (ROE)

Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak

dengan modal sendiri kasmir (2015:204).Rasio ini menunjukkan daya untuk

menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham.

Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan

semakin kuat. Rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas

(return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi

dengan total ekuitas pemegang saham. Brigham & Houston ( 2011:133)

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Sartono (2012:124)

ROE yaitu:

“Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar

kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang besar maka rasio ini

akan besar”.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012:84) ROE adalah

sebagai berikut:

“Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal

saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut

pandang pemegang saham.”

19
Pengertian (ROE) menurut Agus Harjito dan Martono (2010:61) adalah

sebagai berikut :

”Return On Equity sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan

untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik

modal sendiri.”

Menurut Kasmir (2015:204) Rumus untuk mencari Return on Equity

(ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

2.1.9 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu komponen

yang diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu

perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang

siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS

merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan

(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar

saham. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham

biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per

Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang

diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan

prospek earning perusahaan di masa depan. (Gede Priana

Dwipratama. 2009)

20
Earning per share merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham

yang diterbitkan (Widiatmojo, 1996 dalam Martono, 2009).

Kenaikan earning per share berarti perusahaan sedang dalam tahap

pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami

peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain

semakin besar earning per share menandakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar

saham.

Maksimalisasi laba (profit maximization) sering dipandang

sebagai tujuan yang tepat bagi sebuah perusahaan. Namun, hal ini

sebenarnya memiliki kelemahan karena dengan hanya menerbitkan

saham dan menggunakan hasilnya untuk berinvestasi dalam

sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal tersebut

bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per

saham (EPS), sehingga ukuran yang lebih tepat adalah

memaksimalkan earning per share (Horne dan Wachowicz, 2005

dalam Martono, 2009).

Earning per share adalah termasuk salah satu rasio pasar

(Ang, 1997) rasio pasar pada dasarnya mengukur kemampuan

manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui

pengeluaran investasi. Rasio ini merupakan pengukuran yang

paling lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan 27 langsung

dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

21
kekayaan para pemegang saham (Ang, 1997).

Earning per share adalah salah satu rasio pasar yang

merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para

pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas

keikutsertaan dalam perusahaan. Munawir (2001) dalam Martono

(2009) menyebutkan bahwa earning per share (laba per lembar

saham) biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh

para investor. Earning per share adalah salah satu indikator

pendapatan sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pergerakan harga saham (Taufik, 2002 dalam Martono, 2009).

Semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan

maka semakin besar earning per share perusahaan (Subiyantoro

dan Andreani, 2001 dalam Martono, 2009). Dalam jangka pendek,

rencana pembelian kembali saham mungkin dapat menutupi

kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal itu akan

mengurangi kepercayaan pemodal terhadap perusahaan, meskipun

bagi pemodal pendapatannya sendiri dari saham tersebut

meningkat. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menurun

dan harga saham juga mengalami penurunan (Ang, 1997).

Penggunaan rasio earning per share dalam penelitian ini

yang digunakan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi return

saham adalah menurut pendekatan dari (Sasongko dan Nila, 2006).

Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang mampu membuktikan

bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan

22
signifikan terhadap return saham.

Pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Eduardus

Tandelilin (2001:241) adalah :

“Suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi

laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Komponen

penting utama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan

adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal earning per share

(EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan laba bersih

yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”.

Sementara menurut Lukman Syamsudin (2004:66) bahwa:

“Pada umumnya pemegang saham dan calon investor sangat

tertarik pada earning per share karena menggambarkan jumlah

rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.”

Earning Per Share (EPS) selalu menjadi perhatian dalam

laporan keuangan, investor tertarik pada Earning Per Share (EPS)

karena menunjukkan keuntungan untuk tiap lembar saham. Jika

Earning Per Share (EPS) naik, investor akan berinvestasi pada

perusahaan tersebut sehingga harga saham naik. Dan menunjukkan

besarnya bagian keuntungan yang akan diterima pemegang saham.

Pernyataan ini didukung oleh Iskandar Z. Alwi (2003:77) bahwa:

“Pendapatan per saham (Earning per Share/EPS)

perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada

umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS

23
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap

lembar saham”.

Earning per share (EPS) menunjukkan besarnya jumlah

uang yang akan didapatkan atas setiap saham biasa yang beredar

diperiode tersebut. EPS atau laba per saham (LPS) menurut PSAK

adalah dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang

tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan

jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu

periode. EPS hanya ditujukan untuk perhitungan saham biasa

(common stock).

Semakin besar laba bersih suatu perusahaan, maka akan

semakin besar pula nilai EPS. Jika EPS suatu perusahaan

meningkat, maka semakin besar bagian laba bersih yang dapat

disalurkan sebagai cash dividend kepada pemegang saham biasa.

“Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk

mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula

kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka

dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki

earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki

earning per share rendah”.

24
Earnings available for common stockholders dihitung

dengan cara mengurangi Net Income dengan dividend preferred

stock pada periode tersebut atau dengan akumulasi preferred stock

pada periode tersebut. Formula penghitungan EPS di atas tersebut

dengan asumsi tidak terdapat instrumen konversi, seperti stock

option, stock warrant, stock rights, convertible bonds, dan

convertible securities lainnya yang ditukarkan kedalam bentuk

common stock yang dapat menyebabkan terjadinya diluted EPS.

Nilai EPS ini akan digunakan oleh shareholders untuk

menilai harga saham tersebut dipasaran. EPS umumnya

menunjukkan prospek stokeholders dan manajemen perusahaan.

EPS menjadi perhatian utama investasi publik dan

dipertimbangkan sebagai salah satu indikator penting dalam

menilai kesuksesan suatu perusahaan.

2.1.10 Total Assets Turnover (TATO)

Menurut Syamsuddin (2009:19) mengatakan bahwa “Total assets

turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan

keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan

tertentu”. Menurut Susan Irawati (2006:52) Total Assets Turnover merupakan

“Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas

pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan suatu perusahaan”.

Sedangakan menurut Ridwan D.Sundjaja dan Inge Barlian (2003:189)

menyatakan bahwa “Perputaran total aktiva, menunjukan efisiensi–efisiensi

25
dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan

penjualan”.

Total assets turnover merupakan perbandingan antra penjualan dengan

total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan

perputarannya total aset dalam satu periode tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Total Assets

Turnover dapat menunjukn efisiensi yang bermanfaat untuk menggunakan

aktivanya untuk menghasilkan penjualan.

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Menurut Chandrarin (2017:2) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme dan mengacu pada teori

akuntansi positif yang telah dikembangkan oleh Watts & Zimmerman. Penelitian

kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari website

Perusahaan dan website BEI (www.idx.co.id) yang berupa data sekunder.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi atas laporan keuangan Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di

BEI pada periode 2018-2020.

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 61). Populasi dalam penelitian ini

adalah Seluruh Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI pada periode 2018-2020.

3.3.2 Sampel

27
Sugiyono (2012:116) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Sampel merupakan sebagian

dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa

mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah

populasinya). Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive

Sampling.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:122), purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan sampel

secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh sampel

yang representative berdasarkan kriteria yang ditentukan. Penentuan kriteria

sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan

sampel penelitian yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisis.

Sampel penelitian yang diambil adalah berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Perusahaan yang tergabung didalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan yang tergabung di Bursa Efek Indonesia selama periode 2018-

2020 secara terus menerus;

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Dalam memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan dua cara

yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi.

3.4.1 Studi Pustaka

28
Peneliti mendapatkan data yang berkaitan dengan judul dan

masalah yang diteliti melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal, skripsi,

internet, dan sumber bacaaan lain yang memiliki hubungan dengan objek

yang diteliti.

3.4.2 Studi Dokumentasi

Peneliti mengumpukan data-data guna mendapatkan informasi

terkait objek penelitian. Data tersebut adalah laporan tahunan yang

diperoleh dari internet dengan cara mengunduhnya melalui situs

https://www.idx.co.id serta mengambil data dari website perusahaan

terkait.

3.5 Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel Dependen (Dependent Variabel)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2013:63) variable dependen adalah tipe

variable yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variable independen. Dalam

penelitian ini variable dependennya adalah Harga Saham (Y)

Pada saat ini banyak formula yang telah dikembangkan untuk menjawab

berbagai permasalahan tentang Harga Saham ini, karena dengan mengetahui

kondisi Harga Saham perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-

tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Salah satu

yang dianggap populer dan banyak dipergunakan dalam penelitian dan analisis

adalah model Zmijewski. Model Zmijewski ini lebih dikenal dengan sebutan X-

score.

X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

Sumber: Peter dan Yoseph (2011)

29
Dimana:

a. Laba Setelah Pajak terhadap Total Aset (X1)

ROA merupakan rasio yang membandingkan laba setelah pajak dengan total

asetnya. Rasio ini menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan aset

yang diinvestasikan untuk dibagikan dengan laba yang dihasilkan. Laba setelah

pajak diperoleh dari laporan laba rugi, dan total aset diperoleh dari neraca.

Laba Bersih
X1 =
Total Aset

Sumber: Peter dan Yoseph (2011)

b. Total Hutang terhadap Total Aset (X2)

Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan antara total hutang dengan

total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan secaratotal.

Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.

Total Hutang
X2 =
Total Aset

Sumber: Peter dan Yoseph (2011)

c. Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar (X3)

Rasio ini diukur dengan membandingkan antara aktiva lancar dengan

hutanglancar. Rasio ini untuk mengukur likuiditas perusahaan, namun

difokuskandalam jangka pendek. Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.

Aset Lancar
X3 =
Liabilitas Lancar

Sumber: Peter dan Yoseph (2011)

3.5.2 Variabel Independen (Independent Variabel)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2013) variable independen adalah tipe

variable yang menjelaskan atau mempengaruhi variable yang lain. Variabel ini

30
disebut juga sebagai variabel yang diduga sebagai sebab, disebut sebagai

variabel yang mendahului. Variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Current Ratio, Return On Equity, Debt To Assets Ratio,

Earning Per Share Dan Total Assets Turnover.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data yang

diperoleh sehingga dihasilkan suatu hasil analisis (Pamungkas, 2013). Hal ini

disebabkan data yang diperoleh dari penelitian tidak dapat digunakan secara

langsung tetapi perlu diolah agar data tersebut dapat memberikan keterangan yang

dapat dipahami, dan teliti.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

regresi data panel dengan bantuan software Eviews 10. Data panel atau polling

adalah kombinasi dari data bertipe cross-section dan time series. Yakni sejumlah

variable diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka

waktu tertentu. Ciri khusus pada data time series adalah berupa urutan numeric

dimana interval antar observasi atau sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap,

sedangkan data cross section adalah suatu unit analisis pada suatu titik tertentu

dengan observasi sejumlah variabel. Dalam model data panel, persamaan model

dengan menggunakan data cross section dapat ditulis sebagai berikut:

𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽1𝑋𝑖 + 𝜀𝑖,i=1,2,…N

Di mana N adalah banyaknya data cross section. Sedangkan persamaan

model dengan time series dapat ditulis sebagai berikut:

𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽1𝑋t + 𝜀t,t=1,2,…T

31
Dengan T merupakan banyaknya data time series. Sehingga persamaan

data panel yang merupakan kombinasi dari persamaan cross section dan time

series dapat ditulis sebagai berikut:

𝑌𝑖t = 𝛼 + 𝛽1𝑋𝑖t + 𝜀𝑖t,i=1,2,…N;t=1,2,….T

Dimana Y adalah variabel dependen, X adalah variabel independen, N

adalah banyaknya observasi, T adalah banyaknya waktu, dan N x T adalah

banyaknya data panel. Sehingga persamaan pada penelitian ini menjadi sebagai

berikut:

FD𝑖t = 𝛼 + 𝛽1CR(𝑖t) + 𝛽2DAR(𝑖t) + 𝛽3UKA(𝑖t) + 𝛽4TATO(𝑖t) + 𝛽5SG(𝑖t) + 𝜀 (𝑖t)

Keterangan:

FD = Financial Distress

CR = Current Ratio (Likuiditas)

DAR = Debt Asset Ratio (Leverage)

JKA = Jumlah Komite Audit

TATO = Total Asset Turnover Ratio (Operating Capacity)

SG = Sales Growth

𝛼 = Konstanta

𝛽1, 𝛽2, ……..𝛽n = Koefisien Regresi

i = Perusahaan yang diobservasi (cross section)

t = Periode penelitian (time series)

𝜀 = Error term

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran umum suatu data yang

dilihat dari statistik-statistik seperti nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians,

32
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2016).Tujuan dari analisis statistik deskriptif berguna untuk

mengetahui gambaran umum penyebaran data dalam penelitian dan deskripsi

mengenai Current Ratio, Return On Equity, Debt To Assets Ratio, Earning Per

Share Dan Total Assets Turnover.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Dengan pemakaian metode Ordinary Least Squared (OLS), untuk

menghasilkan nilai parameter model penduga yang lebih tepat, maka diperlukan

pendekteksian apakah model tersebut menyimpang dari asumsi klasik atau tidak,

deteksi tersebut terdiri dari:

2.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variable pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal.Pengujian

normalitas residual yang banyak digunakan adalah Uji Jarque-Bera (JB).Uji JB

dapat dilakukan dengan mudah dalam program Eviews yang langsung menghitung

nilai JB statistic.Jika nilai Jarque-Bera lebih kecil dari nilai X2 tabel maka data

tersebut berdistribusi normal.Jika nilai Jarque-Bera lebih besar dari nilai X2 tabel

maka data tersebut berdistribusi tidak normal.

3.7.2.1 Uji Multikoloneoritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antarvariabel independen.

Dalam penelitian ini deteksi multikolinearitas akan dilakukan dengan

menggunakan korelasi bivariat untuk mendeteksi adanya multikolinearitas.

33
Kriterianya adalah jika korelasi bivariat lebih besar dari 0,9 maka di dalam model

terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2017).

3.7.2.2 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterosdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterosdastisitas yaitu

diantaranya dengan mengunakan uji glejser. Tingkat signifikan yang digunakan

adalah α 0,05yang lazim digunakan dalam penelitian. Uji glejser digunakan untuk

meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan persamaaan

regresi: {Ut} = α + βXt + vt

3.7.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antarkesalahan pengaganggu (residual) pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi maka

dinamakan ada masalah autokorelasi.

Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW). Uji DW

hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada

variable lag di antara variable bebas. Hipotesis yang akan diuji :

H0 : tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

Tabel 3.5

Durbin Watson d test : Pengambilan Keputusan

34
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL
Tidak ada autokorelasi positif No decision dL <d < dU
Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 - dL< d < 4
Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 - dU <d <4 - dL
Tidak ada autokorelasi positif dan Tidak di tolak dU < d < 4 - dU
negative
Sumber : Imam Ghozali, 2017)

3.7.3 Pemilihan Metode Analisis Data Panel

Sebelum uji asumsi klasik, perlu dilakukan pemilihan metode analisis data

untuk mendapatkan metode yang tepat. Secara umum ada 3 metode data panel

yang sering digunakan yaitu

3.7.3.1 Pooled Least Square (Common Effect)

Model Common effect dikatakan sebagai model yang paling sederhana,

dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang dimiliki oleh

data panel. Common effect dilakukan dengan mengkombinasikan data time series

dan cross-section. Penggabungan kedua jenis data tersebut dapat digunakan

metode OLS biasa sehingga sering disebut dengan Pooled Least Square atau

common OLS model untuk mengestimasi model data panel.

Model Common Effect adalah model yang paling sederhana, karena

metode yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan

mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya

menggabungkan kedua jenis data tersebut, maka dapat digunakan metode Ordinal

Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data

panel. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun

waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam

rentan waktu. Asumsi ini jelas sangat jauh dari realita sebenarnya, karena

35
karakteristik antar perusahaan baik dari segi kewilayahan jelas sangat berbeda

(Fairuz, 2017). Persamaan metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑋𝑗𝑖𝑡 + 𝜀𝑖t

Dimana :

𝑌𝑖𝑡 : Variabel terikat individu ke-i pada waktu ke-i

𝑋j𝑖𝑡 : Variabel bebas ke-j individu ke-i pada waktu ke-t

i : Unit cross-section sebanyak N

j : Unit time series sebanyak T

𝜀𝑖𝑡 : Komponen error individu ke-i pada waktu ke-t

α : Intercept

𝛽𝑗 : Parameter untuk variabel ke-j

3.7.3.2 Model Efek Tetap atau Fixed Effect Model (FEM)

Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dari analisis data panel

yang menggunakan metode common effect, penggunaan data panel common effect

tidak realistis karena akan menghasilkan intercept ataupun slope pada data panel

yang tidak berubah baik antar individu (cross section) maupun antar waktu (time

series). Model ini juga untuk mengestimasi data panel dengan menambahkan

variabel dummy.Teknik ini dinamakan Least Square Dummy Variabel

(LSDV).Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga dapat

mengkombinasikan efek waktu yang bersifat sismatik. Hal ini dapat dilakukan

melalui penambahan variabel dummy waktu di dalam model.

Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dari analisis data panel

yang menggunakan metode common effect, penggunaan data panel common effect

36
tidak realistis karena akan menghasilkan intercept ataupun slope pada data panel

yang tidak berubah baik antar individu (cross section) maupun antar waktu (time

series).

Model ini juga untuk mengestimasi data panel dengan menambahkan

variabel dummy.Model ini mengasumsikan bahwa terdapat efek yang berbeda

antar individu. Perbedaan ini dapat diakomodasi melalui perbedaan diintersepnya.

Oleh karena itu dalam model fixed effect, setiap individu merupakan parameter

yang tidak diketahui dan akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabel

dummy yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Yit =𝑌𝑖𝑡 =∝𝑖+ 𝛽𝑗𝑋𝑗𝑖𝑡+ ∑ 𝑛𝑖=2+ 𝜀𝑖t

Dimana :

𝑌 : Variabel terikat individu ke-i pada waktu ke-i

𝑋𝑗𝑖𝑡 : Variabel bebas ke-j individu ke-i pada waktu ke-t

: Dummy variavel

𝜀 : Komponen error individu ke-i pada waktu ke-t

Α : Intercept

: Parameter untuk variabel ke-j

Teknik ini dinamakan Least Square Dummy Variabel (LSDV).Selain

diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga dapat mengkombinasikan efek

waktu yang bersifat sismatik. Hal ini dapat dilakukan melalui penambahan

variabel dummy waktu di dalam model.

37
3.7.3.3 Random Effect Model (REM)

Metode random effect adalah metode yang menggunakan residual yang

diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar individu/perusahaan.Dalam

metode ini mengasumsikan bahwa setiap variabel mempunyai perbedaan intersep

tetapi intersep tersebut bersifat random/stokastik.

Dalam metode ini perbedaan karakteristik individu dan waktu

diakomodasikan dengan error dari model.Mengingat terdapat dua komponen yang

mempunyai kontribusi pada pembentukan error yaitu (individu dan waktu), maka

pada metode ini perlu diuraikan menjadi error dari komponen individu, error

untuk komponen waktu dan error gabungan (Fairuz, 2017). Persamaan random

effect dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑌𝑖𝑡= 𝛼 + 𝛽𝑗𝑋𝑗𝑖𝑡+ ; = 𝑢𝑖+ 𝑉𝑡 + 𝑊𝑖t

Dimana :

𝑢𝑖 : Komponen error cross-section

𝑉𝑡 : Komponen time series

𝑊𝑖𝑡 : Komponen error gabungan

3.7.4 Pemilihan Model Data Panel

Untuk menguji kesesuaian atau kebaikan dari tiga metode pada teknik

estimasi dengan model data panel, maka digunakan Uji Lagrange Multiplier, Uji

Chow dan Uji Hausman : (Ghozali, 2017).

3.7.4.1 Uji Chow

Uji Chow adalah untuk menentukan uji mana di antara kedua metode

yakni metode common effect dan metode fixed effect yang sebaiknya digunakan

38
dalam pemodelan data panel. Hipotesis dalam uji chow ini sebagai berikut :

(Ghozali, 2017).

H0 : Model Common Effect

Ha : Model Fixed Effect.

Apabila hasil uji ini menunjukkan probabilitas F lebih dari taraf

signifikansi 0,05 maka model yang dipilih adalah common effect. Sebaliknya,

apabila probabilitas F kurang dari taraf signifikansi 0,05 maka model yang

sebaiknya dipakai adalah fixed effect.

3.7.4.2 Uji Hausman

Uji Hausman yaitu untuk menentukan uji mana diantara kedua model

random effect dan model fixed effect yang sebaiknya dilakukan dalam pemodelan

data panel. Hipotesis dalam uji hausman sebagai berikut :

Ho : Metode Random Effect

Ha : Metode Fixed Effect

Jika probabilitas Chi-Square lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka

Ho ditolak dan model yang tepat adalah model Fixed Effect dan sebaliknya.

3.7.4.3 Uji Lagrange Multiplier (LM)

Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah model

Random Effect atau model Common Effect (OLS) yang paling tepat digunakan.

Uji signifikasi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan.Metode

Breusch Pagan untuk uji signifikasi Random Effect didasarkan pada nilai residual

dari metode OLS.

Hipotesis yang digunakan adalah :

39
H0 :Common Effect Model

Ha :Random Effect Model

Jika nilai LM statistik lebih besar dari nilai kritis statistik chi-squares

maka kita menolak hipotesis nol, yang artinya estimasi yang tepat untuk model

regresi data panel adalah metode Random Effect dari pada metode Common

Effect.

Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai statistik chi-squares

sebagai nilai kritis, maka kita menerima hipotesis nol, yang artinya estimasi yang

digunakan dalam regresi data panel adalah metode Common Effect bukan metode

Random Effect.

Uji LM tidak digunakan apabila pada uji Chow dan uji Hausman

menunjukan model yang paling tepat adalah Fixed Effct Model.Uji LM dipakai

manakala pada uji Chow menunjukan model yang dipakai adalah Common

EffectModel, sedangkan pada uji Hausman menunjukan model yang paling tepat

adalah Random Effect Model. Maka diperlukan uji LM sebagai tahap akhir untuk

menentukan model Common Effect atau Random Effect yang paling tepat.

3.7.5 Pengujian Hipotesis

3.7.5.1 Uji Parsial (Uji-t)

Uji t yaitu untuk menguji hubungan regresi secara parsial, dalam uji t

statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel-variabel terikat

dengan menggunakan Eviews. Uji t menguji apakah suatu hipotesis diterima atau

ditolak, dimana untuk kekuatan pada uji t adalah sebagai berikut : (Ghozali,

2017).

40
Ho : Berarti tidak ada pengaruh yang berarti dari variabel bebas

terhadap variabel terkait.

H1 : Berarti ada pengaruh yang berarti dari variabel bebas terhadap

variabel terkait.

Untuk memutuskan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak,

maka pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t

tabel jika :

𝑡ℎ𝑖𝑡> : maka Ho ditolak Ha diterima

𝑡ℎ𝑖𝑡> : maka Ho diterima Ha ditolak

3.7.5.2 Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui semua variabel independen atau bebas

yang akan dimasukkan dalam model yang mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependennya. Nilai F dalam penelitian ini menggunakan

tingkat signifikan sebesar 5%.

Adapun Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah :

1) Jika nilai F hitung > F table maka H0 ditolak dan menerima Ha, artinnya

terdapat pengaruh yang simultan antara variabel independen dan variabel

dependen.

2) Jika nilai F hitung < F table maka H0 diterima dan ditolak Ha, artinya tidak

terdapat pengaruh yang simultan antara variabel independen dan variabel

dependen.

3) Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka H0 diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen, sedangkan jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka H0 ditolak,

41
artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2011: 98).

3.7.5.3 R-Square (R2)

Koefisien determinasi (R²) mengukur tingkat ketepatan atau kecocokan

dari regresi data panel, yaitu merupakan proporsi presentase sumbangan X1,X2

dan D1 terhadap variasi (naik turunnya) Y yang dilihat menggunakan Eviews.

Koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus : (Ghozali, 2017).

R2 = ESS

TSS

Dimana :

ESS : Jumlah kuadrat dari regresi

TSS : Total jumlah kuadrat

Besarnya nilai R² berada di antara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0 < R² < 1.Jika

R² semakin mendekati 1 (satu), maka model tersebut baik dan pengaruh antara

variabel terkait Y semakin kuat (erat hubungannya).

42

Anda mungkin juga menyukai