Perguruan Tinggi Sebelum mendesain program pendidikan karakter, pertanyaan utama yang mesti dijawab adalah keutamaan (virtues) atau nilai (value) apa yang ingin ditanamkan dan dilatihkan dalam program pendidikan karakter yang akan di desain. Pembuat desain pendidikan karakter mesti menentukan nilai utama apa yang ingin diraih dalam program pendidikan karakter yang akan didesain. Memilih fokus keutamaan dan nilai sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang akan didesain merupakan sebuah tindakan sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Albertus, 2015) Fokus pada nilai keutamaan menjadi penting agar tujuan desain pendidikan karakter yang direncanakan dapat terarah dan efektif. Mengapa demikian? Banyaknya sasaran pengembangan keutamaan dapat menjadi alasan untuk tidak memusatkan perhatian pada prioritas utama yang ingin dikembangkan. Oleh karena itu, meskipun ada banyak nilai dan keutamaan yang baik, dalam mendesain praksis pendidikan karakter diperlukan fokus yang menjadi sasaran sebuah program. Setelah menentukan nilai atau keutamaan yang ingin diraih, pendesain pendidikan karakter mesti dapat menjelaskan atau mendeskripsikan tentang apa yang dimaksud dengan nilai tersebut. Mampu mendefinisikan nilai atau keutamaan menunjukkan bahwa dalam diri pendesain terdapat pemahaman dan pengertian yang jelas tentang apa yang sedang diusahakan untuk dikembangkan. Mendeskripsikan keutamaan merupakan bagian dalam proses pengetahuan dan pemahaman para pelaku pendidikan karakter dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Memiliki kejelasan pemahaman dan pengertian akan keutamaan yang ingin ditanamkan dan dilatihkan menjadi bagian penting yang membantu proses akuisisi pemahaman dan pengetahuan akan keutamaan bagi setiap anggota komunitas. Deskripsi keutamaan ini mengakomodasi moral knowledge dalam terminologi Lickona. Dalam filosofi Aristoteles, pemahaman dan pengertian tersebut juga sangat penting karena hal itu dapat mempertajam proses pembentukan diri individu sebagai makhluk berkeutamaan. Pemahaman tentang nilai, keutamaan, yang ingin diraih dapat dilihat dari eksploitasi tertulis ataupun verbal. Pendidikan karakter selalu berhubungan dengan masalah nilai. Nilai-nilai utama yang hendak dikembangkan dalam pendidikan karakter di perguruan tinggi mengacu pada Naskah Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti Tahun 2011, bertumpu pada nilai-nilai dasar karakter yaitu : jujur, cerdas, tangguh dan peduli (JUCETAPE). Nilai-nilai dasar tersebut selanjutnya dijabarkan dalam mata kuliah pengembangan karakter sebagaimana terlihat dalam tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Materi Kuliah Pengembangan Karakter
No Nilai-nilai dasar Materi Kuliah
Karakter Dikti 1 Jujur Konsep mengenal diri sendiri, motivasi diri, kontrol diri, hubungan diri dengan Tuhan, kebajikan diri, sistem nilai diri, ketulusan keikhlasan, pengorbanan diri, memberi dan membagi, dan lain-lainnya. 2 Cerdas Konsep diri sebagai achiever (senantiasa menciptakan keunggulan), kemampuan untuk menganalisis menggunakan SWOT, kemampuan untuk membuat keputusan, manajemen perubahan, L-Directed Thinking, R-Directed Thinking (kecerdasan otak kiri dan kanan), dan lain-lainnya. 3 Tangguh Konsep pengaruh lingkungan yang destruktif atau konstruktif, tekanan atau stres, kemampuan bekerja di bawah tekanan, manajemen stres, ketahanan diri, menjadi pemenang bukan pecundang, manajemen risiko dan lain-lainnya. 4 Peduli Menyadari bahwa terdapat berbagai macam kepentingan, konsep kemasyarakatan, memahami etika kemasyarakatan, konsep kepentingan bersama, konsep toleransi dan lain-lainnya.
Dalam dimensi filosofis yang lain, nilai-nilai utama
pendidikan karakter dapat dikembangkan dari : 1. Nilai-nilai Secara Komprehenshif Karakter baik akan terjadi pada diri seseorang jika pada diri seseorang itu hadir (terinternalisasi) nilai-nilai kebaikan. Phenik (1954) menyatakan bahwa nilai-nilai yang perlu dihadirkan pada diri seseorang terdiri atas 6 nilai yakni nilai-nilai simbolik, empirik, estetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik. Jika dimodelkan kekomprehenshifan yang mencakup 6 nilai ini adalah sebagai berikut. Gambar 3. 1 Model Kekomprehenshifan Nilai dalam Membentuk Karakter Baik (diadaptasi dari Akbar 2014)
Nilai simbolik adalah nilai-nilai yang bisa dihadirkan
dari dunia simbolik. Mahasiswa kita perlu menghargai berbagai sistem simbol yang hidup di tengah-tengah masyarakat tempat dimana mereka hidup. Berbagai sistem simbol ini diantaranya ada pada bahasa dan matematika. Melalui pendidikan bahasa agar seseorang menghargai pentingnya kemampuan berkomunikasi, berkomunikasi dengan siapapun dan apapun secara baik dan santun, baik ketika menggunakan bahasa lisan, tulis, isyarat, gerakan tubuh, dan lainnya. Melalui matematika diupayakan agar mahasiswa menghargai pentingnya berpikir dan bertindak dengan atau secara “presisi” atau secara tepat, berpikir secara logis, rasional, efisien, terbuka, dan jujur. Nilai empirik adalah nilai-nilai yang dihadirkan dari Ilmu-ilmu pengetahuan empirik. Penghadiran nilai- nilai empirik pada diri seseorang ini agar seseorang itu menghargai teori dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan empirik. Ketika seseorang itu menghargai nilai-nilai empirik maka mereka akan menggunakan teori yang berasal dari berbagai ilmu pengetahuan untuk keperluan menjalani hidupnya, sehingga mereka mampu mencapai kehidupan yang sejahtera, berkualitas, dan bahagia; sebab, berbagai ilmu pengetahuan dikembangkan oleh para ilmuwan tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Jika di sekolah-sekolah ada pelajaran rumpun ilmu sosial seperti: IPS, ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, antropologi, sosiologi, dan ilmu psikologi adalah dalam kerangka menghadirkan nilai-nilai empirik dari berbagai ilmu pengetahuan empirik tersebut. Nilai etik adalah nilai-nilai moral yang berkembang di tengah-tengah komunitas manusia. Upaya pendidikan dengan menginternalisasikan nilai-nilai etik agar seseorang menghargai pentingnya melakukan pilihan-pilihan perilaku moral ketika mereka hidup di tengah-tengah komunitas manusia, yang ada kalanya nilai moralnya berbeda-beda antara komunitas manusia yang satu dengan lainnya. Terkait dengan upaya menghadirkan nilai-nilai etik ini maka di sekolah-sekolah diberikan mata pelajaran misalnya: Pendidikan Moral, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Aqidah Akhlaq, dll. Nilai estetik adalah nilai keindahan. Pendidikan karakter berupaya menginternalisasikan nilai keindahan pada diri seseorang agar seseorang itu menghargai keindahan. Implikasi dari nilai ini adalah di sekolah- sekolah para siswa menempuh pembelajaran berbagai macam kesenian dan kebudayaan. Seni lukis, seni tari, seni kaligrafi, seni patung, seni drama, dan berbagai macam kesenian lainnya sehingga rasa keindahannya dapat berkembang secara optimal. Di Era mutakhir pendidikan karakter bangsa, diwujudkan dalam program penguatan pendidikan karakter (PPK) yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir ke 8 (delapan) Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Religius Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. 2. Nasionalis Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama. 3. Mandiri Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. 4. Gotong Royong Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong- menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. 5. Integritas Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas). Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing- masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat, maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai- nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai- nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya. Pojok gagasan
Jelaskan dengan contoh sikap seorang sarjana kehutanan yang sesuai dengan nilai utama karakter bangsa (pilih salah satu, yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri)