Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER


DI PERGURUAN TINGGI

3.4 Pengembangan Nilai – Nilai Karakter di


Perguruan
Tinggi
Sebelum mendesain program pendidikan karakter,
pertanyaan utama yang mesti dijawab adalah keutamaan
(virtues) atau nilai (value) apa yang ingin ditanamkan dan
dilatihkan dalam program pendidikan karakter yang akan
di desain. Pembuat desain pendidikan karakter mesti
menentukan nilai utama apa yang ingin diraih dalam
program pendidikan karakter yang akan didesain. Memilih
fokus keutamaan dan nilai sekaligus menunjukkan bahwa
pendidikan karakter yang akan didesain merupakan
sebuah tindakan sadar yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu (Albertus, 2015)
Fokus pada nilai keutamaan menjadi penting agar
tujuan desain pendidikan karakter yang direncanakan
dapat terarah dan efektif. Mengapa demikian? Banyaknya
sasaran pengembangan keutamaan dapat menjadi alasan
untuk tidak memusatkan perhatian pada prioritas utama
yang ingin dikembangkan. Oleh karena itu, meskipun ada
banyak nilai dan keutamaan yang baik, dalam mendesain
praksis pendidikan karakter diperlukan fokus yang
menjadi sasaran sebuah program.
Setelah menentukan nilai atau keutamaan yang
ingin diraih, pendesain pendidikan karakter mesti dapat
menjelaskan atau mendeskripsikan tentang apa yang
dimaksud dengan nilai tersebut. Mampu mendefinisikan
nilai atau keutamaan menunjukkan bahwa dalam
diri pendesain terdapat pemahaman dan pengertian
yang jelas tentang apa yang sedang diusahakan untuk
dikembangkan. Mendeskripsikan keutamaan merupakan
bagian dalam proses pengetahuan dan pemahaman para
pelaku pendidikan karakter dalam menjalankan fungsinya
masing-masing. Memiliki kejelasan pemahaman dan
pengertian akan keutamaan yang ingin ditanamkan dan
dilatihkan menjadi bagian penting yang membantu proses
akuisisi pemahaman dan pengetahuan akan keutamaan
bagi setiap anggota komunitas.
Deskripsi keutamaan ini mengakomodasi moral
knowledge dalam terminologi Lickona. Dalam filosofi
Aristoteles, pemahaman dan pengertian tersebut juga
sangat penting karena hal itu dapat mempertajam proses
pembentukan diri individu sebagai makhluk
berkeutamaan. Pemahaman tentang nilai, keutamaan, yang
ingin diraih dapat dilihat dari eksploitasi tertulis ataupun
verbal. Pendidikan karakter selalu berhubungan dengan
masalah nilai.
Nilai-nilai utama yang hendak dikembangkan dalam
pendidikan karakter di perguruan tinggi mengacu pada
Naskah Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan
Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti
Tahun 2011, bertumpu pada nilai-nilai dasar karakter yaitu
: jujur, cerdas, tangguh dan peduli (JUCETAPE). Nilai-nilai
dasar tersebut selanjutnya dijabarkan dalam mata kuliah
pengembangan karakter sebagaimana terlihat dalam tabel
2.1 berikut.
Tabel 2.1 Materi Kuliah Pengembangan Karakter

No Nilai-nilai dasar Materi Kuliah


Karakter Dikti
1 Jujur Konsep mengenal diri sendiri, motivasi diri, kontrol diri,
hubungan diri dengan Tuhan, kebajikan diri, sistem nilai
diri, ketulusan keikhlasan, pengorbanan diri, memberi
dan membagi, dan lain-lainnya.
2 Cerdas Konsep diri sebagai achiever (senantiasa menciptakan
keunggulan), kemampuan untuk menganalisis
menggunakan SWOT, kemampuan untuk membuat
keputusan, manajemen perubahan, L-Directed Thinking,
R-Directed Thinking (kecerdasan otak kiri dan kanan),
dan lain-lainnya.
3 Tangguh Konsep pengaruh lingkungan yang destruktif atau
konstruktif, tekanan atau stres, kemampuan bekerja
di bawah tekanan, manajemen stres, ketahanan diri,
menjadi pemenang bukan pecundang, manajemen
risiko dan lain-lainnya.
4 Peduli Menyadari bahwa terdapat berbagai macam
kepentingan, konsep kemasyarakatan, memahami etika
kemasyarakatan, konsep kepentingan bersama, konsep
toleransi dan lain-lainnya.

Dalam dimensi filosofis yang lain, nilai-nilai utama


pendidikan karakter dapat dikembangkan dari :
1. Nilai-nilai Secara Komprehenshif
Karakter baik akan terjadi pada diri seseorang jika
pada diri seseorang itu hadir (terinternalisasi) nilai-nilai
kebaikan. Phenik (1954) menyatakan bahwa nilai-nilai yang
perlu dihadirkan pada diri seseorang terdiri atas 6 nilai
yakni nilai-nilai simbolik, empirik, estetik, etik, sinnoetik,
dan sinoptik. Jika dimodelkan kekomprehenshifan yang
mencakup 6 nilai ini adalah sebagai berikut.
Gambar 3. 1 Model Kekomprehenshifan Nilai dalam Membentuk Karakter Baik
(diadaptasi dari Akbar 2014)

Nilai simbolik adalah nilai-nilai yang bisa dihadirkan


dari dunia simbolik. Mahasiswa kita perlu menghargai
berbagai sistem simbol yang hidup di tengah-tengah
masyarakat tempat dimana mereka hidup. Berbagai sistem
simbol ini diantaranya ada pada bahasa dan matematika.
Melalui pendidikan bahasa agar seseorang menghargai
pentingnya kemampuan berkomunikasi, berkomunikasi
dengan siapapun dan apapun secara baik dan santun, baik
ketika menggunakan bahasa lisan, tulis, isyarat, gerakan
tubuh, dan lainnya. Melalui matematika diupayakan agar
mahasiswa menghargai pentingnya berpikir dan bertindak
dengan atau secara “presisi” atau secara tepat, berpikir
secara logis, rasional, efisien, terbuka, dan jujur.
Nilai empirik adalah nilai-nilai yang dihadirkan
dari Ilmu-ilmu pengetahuan empirik. Penghadiran nilai-
nilai empirik pada diri seseorang ini agar seseorang itu
menghargai teori dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan
empirik. Ketika seseorang itu menghargai nilai-nilai
empirik maka mereka akan menggunakan teori yang
berasal dari berbagai ilmu pengetahuan untuk
keperluan menjalani
hidupnya, sehingga mereka mampu mencapai kehidupan
yang sejahtera, berkualitas, dan bahagia; sebab, berbagai
ilmu pengetahuan dikembangkan oleh para ilmuwan
tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kualitas hidup manusia. Jika di sekolah-sekolah
ada pelajaran rumpun ilmu sosial seperti: IPS, ekonomi,
geografi, sejarah, sosiologi, antropologi, sosiologi, dan ilmu
psikologi adalah dalam kerangka menghadirkan nilai-nilai
empirik dari berbagai ilmu pengetahuan empirik tersebut.
Nilai etik adalah nilai-nilai moral yang berkembang
di tengah-tengah komunitas manusia. Upaya pendidikan
dengan menginternalisasikan nilai-nilai etik agar seseorang
menghargai pentingnya melakukan pilihan-pilihan
perilaku moral ketika mereka hidup di tengah-tengah
komunitas manusia, yang ada kalanya nilai moralnya
berbeda-beda antara komunitas manusia yang satu dengan
lainnya. Terkait dengan upaya menghadirkan nilai-nilai
etik ini maka di sekolah-sekolah diberikan mata pelajaran
misalnya: Pendidikan Moral, Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Aqidah Akhlaq, dll.
Nilai estetik adalah nilai keindahan. Pendidikan
karakter berupaya menginternalisasikan nilai keindahan
pada diri seseorang agar seseorang itu menghargai
keindahan. Implikasi dari nilai ini adalah di sekolah-
sekolah para siswa menempuh pembelajaran berbagai
macam kesenian dan kebudayaan. Seni lukis, seni tari, seni
kaligrafi, seni patung, seni drama, dan berbagai macam
kesenian lainnya sehingga rasa keindahannya dapat
berkembang secara optimal.
Di Era mutakhir pendidikan karakter bangsa,
diwujudkan dalam program penguatan pendidikan
karakter (PPK) yang tujuan utamanya adalah untuk
mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo –
Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan
PPK ini terintegrasi dalam gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap
dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK
adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan
integritas.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan
dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa
Tahun 2010 juga merupakan bagian integral
Nawacita. Dalam hal ini butir ke 8 (delapan) Nawacita:
Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental
dalam pendidikan yang hendak mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan
perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir
dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk
itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai
dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan
dan memberadabkan para pelaku pendidikan.
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama
karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan
keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan
kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan
pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi
relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan
Tuhan, individu dengan sesama, dan individu
dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter
religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan
menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai,
toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja
sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli
dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan,
melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi
budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya
bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi,
cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum,
disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan
agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan
perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu
untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras),
tangguh tahan banting, daya juang, profesional,
kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan
tindakan menghargai semangat kerja sama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai,
kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan
bersama, musyawarah mufakat, tolong- menolong,
solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan,
dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang
mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada
nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab
sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan
sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan
yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran,
cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti
korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan
menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai
yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri
melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain,
yang berkembang secara dinamis dan membentuk
keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun
pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah
perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik
secara kontekstual maupun universal. Nilai religius
sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam
bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan
masing- masing dan dalam bentuk kehidupan
antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai
masyarakat dan bangsa nilai- nilai religius
dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-
nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong
royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama
nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman
nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan
berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang
tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.
Pojok gagasan

Jelaskan dengan contoh sikap seorang sarjana kehutanan yang sesuai dengan nilai utama karakter
bangsa (pilih salah satu, yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri)

Anda mungkin juga menyukai