Makalah
Makalah
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 202I
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang menegakkan langit, membentangkan
bumi, dan mengurus seluruh makhluk, Dzat yang mengutus Rasulullah SAW
sebagai pembawa petunjuk dan menjelaskan syariat agama kepada setiap makhluk
secara jelas.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabatnya dan orang–orang yang mengikuti mereka dengan baik
hingga akhir zaman.
Kami bersyukur kepada Allah SWT, karena kami telah diberikannya
kesehatan dan kesempatan waktu sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Filsafat Ekonomi Islam. Dan berkat rahmatnya kami dapat menyusun
laporan ini menjadi sebuah Makalah untuk memenuhi mata kuliah yang terkait.
Penulis berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya serta mahasiswa pada khususnya dalam menambah ilmu pengetahuan
serta wawasan berkenaan. Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami akan sangat berterima kasih bagi siapa saja atas
adanya kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ontologi.......................................................................................3
1. Konsep tentang Tuhan.............................................................4
2. Konsep tentang Rasul dan Nabuwwah....................................5
3. Konsep tentang Manusia.........................................................6
B. Epistemologi................................................................................7
1. Al-Qur’an................................................................................8
2. As-Sunnah...............................................................................9
3. Aliran-aliran Epistemologi......................................................10
C. Aksiologi.....................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yulizar D. Sanrego dan Ismail, Falsafah Ekonomi Islam, (Jakarta: CV Karya Abadi,
2015) hlm: 4-5.
1
2
terhadap ilmu pengetahuan dan berpotensi pada tindakan yang salah dijalankan
oleh manusia. Semua sistem kefilsafatan yang menjadi pokok pengkajian dengan
melalui pemikiran mendalam, teliti dan bebas selalu berkisar pada tiga masalah
tersebut.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ontologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?
3. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi?
2
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif : Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakikat Ilmu, (Jakarta: PT Gramedia, 1978) hlm: 5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
Komponen pertama dari filsafat ilmu adalah ontologi. Istilah ontologi
berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ta onta berarti “yang
berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan.3 Komponen ini menyelidiki tentang
hakikat sesuatu, menyelidiki akar yang paling mendasar dari hal tertentu untuk
mendapatkan suatu pandangan dan pemahaman yang sebenar-benarnya. Ontologi
kadangkala disamakan dengan metafisika. Pada komponen ini, banyak
dibicarakan mengenai hakikat sesuatu (existence, being), mengenai manusia, alam
dan pencipta, dan lainnya.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis yang
berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam
rangka tradisional. Ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip
umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi
dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika yang juga disebut proto-
filsifia atau filsafat yang pertama atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah
hakikat sesuatu, ke-Esaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan
segala sifatnya.4 Dengan demikian metafisika umum atau ontologi adalah cabang
filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu
yang ada.
Adapun mengena objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada individu,
ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk
kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang
ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan
3
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm: 118-119.
4
Jalaluddin Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),hlm:
104.
4
kualitatif, realitas trampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi telaah
monism, paralerisme atau plurarisme.
Ada berbaga faktor dalam mengenal Allah SWT atau menjadi bukti adanya
Allah SWT sebagai Rabb alam semesta ini. Pertama, dalil fitrah. Mengenal Allah
adalah hal yang telah menjasi fitrah manusia di muka bumi. Allah telah membuat
manusia mengakui keberadaan-Nya. Bukan karena terpaksa akan tetapi karena
kesadaran. Telah menjadi fitrah dalam dirinya bahwa setiap sesuatu ada
penciptanya termasuk dirinya sendiri, yakni Allah SWT.
5
serta menegakkan keadilan. Allah menurunkan kitab suci kepada para Rasul untuk
dijalankan sebagai pedoman bagi setiap ummat.
B. Epistemologi
Dalam belajar filsafat, kita akan menemui banyak cabang kajian yang akan
membawa kita pada fakta dan betapa kaya dan beragam kajian filsafat itu.
Sebenarnya yang terpenting adalah bagaimana kita semua memahami apa saja
yang menjadi kajian filsafat, cabang-cabang filsafat.5
Epistemologi Islam berarti suatu cara untuk menemukan ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada sumber-sumber otoritatif Islam, Al-qur’an maupun As-
5
Nuraini Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hlm:111
8
Sunnah. Ilmu pengetahuan dalam Islam harus memiliki kebenaran yang tentu
berbeda dengan kebenaran yang terkandung dalam ilmu pengetahuan
konvensional.6 Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi mempunyai banyak
sekali pemaknaan atau pengertian yang kadang sulit untuk dipahami. Dalam
memberikan pemaknaan terhadap epistemologi, para ahli memiliki sudut pandang
yang berbeda, sehingga memberikan pemaknaan yang berbeda ketika
mengungkapkannya.
Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang
metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berubungan dengan batas-
batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu.
Epistemologi Islam telah ada sejak Islam ada, karena Islam adalah agama yang
membawa ilmu pengetahuan bagi manusia, yang mengeluarkan manusia dari
kegelapan alam pikiran kepada cahaya alam terang benderang.
Pada pemahaman ini, epistemologi Islam terkait erat dengan peran usul fiqh
sebagai metodologi penetapan hukum, dan bahkan menjadi sumber kajian sendiri
bagi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, mengkaji epistemologi Islam berarti tidak
terlepas dari mengkaji dan memfungsikan usul fiqh sebagai salah satu metodologi
ilmu pengetahuan dalam tradisi Islam.
1. Al-Qur’an
Al-qur’an berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qur’anan yang secara bahasa
berarti bacaan, saling berkaitan, saling berhubungan satu sama lain. Al-qur’an
yang memiliki banyak nama seperti al-kitab, al-furqan, al-dzikr, al-huda, al-
rahman, al-syifa, al-maw’idzah, al-karim, al-hakim, al-muhaimin dan lain
sebagainya merupakan kitab suci yang wajib diimani oleh manusia. Al-qur’an
merupakan burhan bagi manusia, memiliki kebenaran mutlak, sebagai penawar
dan terpelihara kemurniannya dari berbagai upaya distorsi manusia terhadapnya.
6
Nina W. Syam, Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama,
2010), hlm: 229
9
2. As-Sunnah
Sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-qur’an adalah As-Sunnah. As-
Sunnah secara bahasa berarti undang-undang atau peraturan yang tetap berlaku,
cara yang diadakan, jalan yang dijalani, keterangan. Sedangkan hadits secara
bahasa adalah perkataan, berita atau khabar. Menurut ulama hadits, As-sunnah
secara istilah adalah perkataan Rasulullah SAW dalam perbuatan dan taqrirnya,
tabiat, budi pekerti atau perjalanan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi rasul
maupun sesudahnya.
Kehujjahan As-sunnah sebaga sumber hukum kedua dalam Islam sangat
jelas sekali dan kuat. Di antaranya:
a. Dalil-dalil Al-qur’an yang menyatakan wajibnya mengikuti As-Sunnah dan
melarang mencela dan mengingkari As-sunnah. Apabila seseorang
meningkari As-sunnah, maka sesungguhnya dia telah pula mengingkari Al-
qur’an. Jadi, Al-qur’an dan As-sunnah merupakan sumber hukum yang
tidak terpisahkan.
b. Dalil-dalil dari As-sunnah itu sendiri atau hadits yang diberitakan oleh
Rasulullah Saw yang menerangkan kedudukan dan kewajiban mengikuti
perintah dan menjauhi larangannya.
c. Dalil-dalil ijma’ yang memerintahkan untuk mengikuti As-sunnah.
Diantaranya kesepakatan kaum muslimin sejak masa sahabat Rasulullah,
tabi’in, tani’it-tabi’in dan generasi sesudahnya sampai hari ini.
3. Aliran-aliran Epistemologi
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu
aliran:
a. Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa sumber
pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
11
C. Aksiologi
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari
kata axio dan logos, axio artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos
artinya akal, teori. Axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,
kriteria dan status metafisik dari nilai. Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut
pandangan kefilsafatan.
Nilai intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung
kualitas-kualitas pengirisan di dalam dirinya, sedangkan nilai instrumentaslnya
ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat digunakan untuk mengiris, jadi
dapat menyimpulkan bahwa nilai intrinsik ialah nilai yang dikandung pisau itu
sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan nilai instrumental ialah nilai sesuatu
yang bermanfaat atau dapat dikatakan nilai guna.
Terkait dengan ekonomi Islam, aksiologi berarti praktek yang telah dan
sedang berlangsung dari konsep ekonomi Islam pada kehidupan sehari-hari.
7
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002) hlm: 37
12
Aksiologi diperlukan untuk melihat fungsi dan kegunaan ilmu ekonomi Islam
dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya praktek pelarangan bunga dengan segala bentuk alternatif
aplikasinya dalam dunia bisnis, kebijakan-kebijakan yang berbasis pada syariah
dan sebagainya baik di level mikro maupun makro.
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu:
1. Etika
Bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang.
Semua perilaku mempunyi nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar
suatu perilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepatnya perilaku adalah
beretika baik atau beretika tidak baik.
2. Estetika
Bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia
dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan dikhotomis, dalam
arti bahwa yang dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi
yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang
dan tidak nyaman pada pihak lainnya.
Aksiologi memberikan manfaat untuk mengantisipasi perkembangan
kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi tetap
berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi ialah:
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan kebenaran
yang hakiki, maka perilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran
dan tidak berorientasi pada kepentingan langsung.
2. Dalam penilaian objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak
mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, tidak
mencampuri masalah kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat
dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik.
3. Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang
memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian
alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-temuan universal.
13
A. Kesimpulan
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu
ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka
ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Komponen ini
menyelidiki tentang hakikat sesuatu, menyelidiki akar yang paling mendasar dari
hal tertentu untuk mendapatkan suatu pandangan dan pemahaman yang sebenar-
benarnya.
Epistemologi Islam berarti suatu cara untuk menemukan ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada sumber-sumber otoritatif Islam, Al-qur’an maupun As-
Sunnah. Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan
tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berubungan dengan
batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu.
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari
kata axio dan logos, axio artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos
artinya akal, teori. Axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,
kriteria dan status metafisik dari nilai. Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut
pandangan kefilsafatan.
B. Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari
filsafat dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara kerjanya
yang bersifat sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas,
menganalisa sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan
problematika hidup dan kehidupan manusia serta mampu menjadi perelat antara
berbagai macam disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu sama lain. Dengan
demikian, menggunakan analisa filsafat, berbagai macam disiplin ilmu yang
15
17