Anda di halaman 1dari 18

S

MAKALAH

HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA

DALAM DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN

RAKYAT DAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

NAMA : 1. JEFYON MAIKEL MAIKEL SOSIBONG

2. NNOVITA

3. PIPIN
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Bagaimana Harmoni Kewajiban
dan Hak Negara dan Warga Negara dalam Demokrasi yang Bersumbu pada Kedaulatan Rakyat dan
Musyawarah untuk Mufaka

ini dengan baik dan tepat pada waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata
kuliah Kewarganegaraan di program studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, diantarnya :

1. Bapak Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si. selaku dosen pengampu pada mata kuliah
kewarganegaraan yang telah memberikan ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
2. Keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan menyemangati kami.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
4. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami masih merasa belum sempurna. Oleh
karena itu, kami memohon maaf apabila masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kritik
dan saran tersebut akan kami jadikan bahan evaluasi kedepannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Yogyakarta, 23 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 3

2.1 Latar Belakang ...........................................................................................3

2.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

2.3 Tujuan.......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan

Warga Negara................................................................................................... 6

2.2 Alasan Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga

Negara .............................................................................................................. 6

2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan Hak

Warga Negara Indonesia .................................................................................... 8

2.3.1 Sumber Historis......................................................................................... 8

2.3.2 Sumber Sosiologis....................................................................................... 9

2.3.3 Sumber Politik ........................................................................................ ..10

2.4 Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan Hak

Negara dan Warga Negara................................................................................. 11

2.4.1 Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, SertaIlmu

Pengetahuan dan Teknologi...............................................................................12

2.4.2 Aturan Dasar Ihwal Perkonomian dan Kesejahteraan Sosial ........................12

2.4.3 Aturan Dasar Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara............................13


2.4.4 Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia ..................... …14

2.5 Esensi dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga

Negara ......................................................................................................15

2.5.1 Agama................................................................................................15

2.5.2 Pendidikan dan Kebudayaan ................................................................ 15

2.5.3 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat ............................................ 16

2.5.4 Pertahanan dan Keamanan.................................................................... 17

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan..............................................................................................18

3.2 Saran.......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20


BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehigga
dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan
mutlak untuk didapatkan individu sebagai anggota warga Negara sejak masih berada dalam kandungan,
sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan atau kewajiban bagi individu dalam melaksanakan
peran sebagai anggota warga Negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam praktik
kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimbangan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam
pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan yang
terbentuk antara warga negara dan negara itu sendiri. Jadi sifat hak dan kewajiban itu adalah bersifat
timbal balik (resiprokalitas). Maksudnya adalah, bahwa warga negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara. Masalah
pokok antara negara dengan warga negara adalah masalah hak dan kewajiban. Setiap warga negara
diberikan kebebasan oleh negara dalam hak dan kewajiban semua sama. Berbicara hak dan kewajiban
negara kembali ke warga negara tersebut. Karena hubungan antara negra dengan wrga negara sangat
kuat hal itu bisa dilihat dari sila ke-4 pancasila bahwa kewajiban bangsa indonesia berlandaskan pada
kedaulatan rakyat.

Meningkatkan rasa kesadaran bersama akan tanggung jawab kita terhadap hak
dan kewajiban negara menjadi masalah utama. Warga negara memiliki hak, karena ketidaksadaran
maka hak tadi disalahgunakan orang lain. Begitu juga dengan kewajiban seseorang terhapa negara,
namun karena ketidaksadaran warga

negara akan tugas dan kewajibannya maka hak yang semestinya menjadi hak
milik orang lain dilanggar dan diabaikan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Hak
dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk
merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita
karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat,
sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya.2 Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk
mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Walaupun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam undang-undang dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Namun secara filosofis tetap menunjukkan adanya pandangan
bangsa Indonesia bahwa hak asasi tidak dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam hal ini,
Indonesia menganut paham harmoni antara kewajiban dan hak maupun sebaliknya.

Hak dan kewajiban antara warga negara dan negara Indonesia mengalami
dinamika, terbukti adanya perubahan-perubahan isi pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang
dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang melaui proses amandemen undang-undang dan juga
perubahan undang-undang yang menyertainya. Semua hal itu dilakukan untuk menyesuaikan hak dan
kewajiban warga negara dan negara Indonesia sesuai jamannya. Jika tidak dilakukannya hal tersebut,
akan terjadi ketidakpuasan antara warga negara dengan negaranya karena tidak mendapatkannya apa
yang warganya inginkan di jamannya.

Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah dipahami
orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang beraneka ragam dalam kehidupan
kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan kewajibannya seringkali terlupakan.

Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi
amat penting untuk dikaji lebih mandalam. mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan
demokrasi. Berikut akan diulas harmoni kewajiban dan hak negara dan negara dalam demokrasi
berdasarkan sistem yang berlaku di negara Indonesia.

2.2 Rumusan Masalah

Rumuan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana konsep dan urgensi harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara?

2. Apa alasan diperlukan harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara?

3. Apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik kewajiban hak Negara serta warga Negara?

4. Bagaimana argument tentang dinamika dan tantangan mengenai kewajiban hak Negara dan warga
Negara?

5. Apa esensi urgensi harmoni kewajiban dan hak warga Negara?


2.3 Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Memamhami konsep dan urgensi harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara.

2. Mengetahui alasan diperlukannya harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara.

3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik kewajiban hak Negara serta warga Negara.

4. Mengetahui argumen tentang dinamika dan tantangan mengenai kewajiban hak Negara dan warga
Negara.

5. Memahami esensi urgensi harmoni kewajiban dan hak warga Negara.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang
semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.Hak dan kewajiban merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipis 1ahkan. Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh pengikut
utilitarianisme, ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Menurut mereka, setiap kewajiban
seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa kita
baru dapat berbicara tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak yang tidak ada
kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak.

Hak dan kewajiban warga negara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
diatur dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang dimulai dari pasal 27 sampai pasal
34, yang isi pasal tersebut terdapat hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia. Pengaturan akan
hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar yang penjabarannya dituangkan dalam suatu
undangundang.
2.2 Alasan Diperlakukan Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara dan Warga Negara

Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi
amat penting untuk di kaji mendalam mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan
demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator
keberhasilan tumbuhnya kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang
menjalankan sistem pemerintah demokrasi, hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban warga negara
dapat terjamin. Pengaturan hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban warga negara secara lebih
operasional kedalam berbagai peraturan perundang-undang sangat bermanfaat. Pengaturan demikian
itu akan menjadi acuan bagi penyelenggaraan negara agar terhindar dari tindakan sewenangwenang
ketika mengoptimalkan tugas kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat atau warga negara hal itu
merupakan pegangangan atau pedoman dalam mengaktualisasikan hak-haknya dengan penuh rasa
tanggung jawab (Handayani, 2015: 2-3).

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga Negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga Negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak dari pada kewajiban.
Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan social yang
berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, dengan cara


mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus tau hak dan kewajibannya.
Seprti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban
seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di
Indonesia ini tidak akan

pernah seimbang, apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Oleh karena itu, diperlukannya
harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara agar terciptanya kehidupan bernegara yang
harmonis dan berkesinambungan antara kepentingan rakyat dalam pemenuhan hak dan kewajibannya
oleh Negara.
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara Indonesia
2.3.1 Sumber Historis

Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia Barat
(Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, yang pertama kali merumuskan
adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak
kebebasan, dan hak milik. Perkembangan selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia
Barat, yaitu :

1. Magna Charta (1215) Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan. Isinya
adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya,
seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan
sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat
itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.

2. Revolusi Amerika (1276) Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris
disebut Revolusi Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat
menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.

3. Revolusi Prancis (1789) Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenangwenang dan absolut. Declaration des droits de
I’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi
Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).

Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin luas. Sejak


permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang menjadi empat macam kebebasan (The Four
Freedoms). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.
Hak asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia dan bersifat universal, meliputi berbagai bidang
kehidupan manusia dan tidak lagi menjadi milik negara Barat. Sekarang ini, hak asasi manusia telah
menjadi isu kontemporer di dunia. PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mencanangkan Universal
Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia).

Pada tahun 1997, Interaction Council mencanangkan suatu naskah, berjudul


Universal Declaration of Human Responsibilities (Deklarasi Tanggung Jawab Manusia). Naskah ini
dirumuskan oleh sejumlah tokoh dunia seperti Helmut Schmidt, Malcom Fraser, Jimmy Carter, Lee Kuan
Yew, Kiichi Miyazawa, Kenneth Kaunda, dan Hassan Hanafi yang bekerja selama sepuluh tahun sejak
bulan Maret 1987. Prinsip dasar deklarasi ini adalah tercapainya kebebasan sebanyak mungkin, tetapi
pada saat yang sama berkembang rasa tanggung jawab penuh yang akan memungkinkan kebebasan itu
tumbuh.
2.3.2 Sumber Sosiologis

Suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur


kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi yang kita peroleh
melainkan oligarki di mana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar
rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi,
pendidikan, dan sebagainya).

Sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini adalah
akibat munculnya kebencian sosial budaya terselubung (sociocultural animosity). Gejala ini muncul dan
semakin menjadi-jadi pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ketika rezim Orde Baru berhasil dilengserkan,
pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung fanatik Orde Baru dengan
pendukung Reformasi, tetapi justru meluas menjadi konflik antarsuku, antarumat beragama, kelas
sosial, kampung, dan 10 sebagainya. Sifatnya pun bukan vertikal antara kelas atas dengan kelas bawah
tetapi justru lebih sering horizontal, antarsesama rakyat kecil, 128 sehingga konflik yang terjadi bukan
konflik yang korektif tetapi destruktif (bukan fungsional tetapi disfungsional), sehingga kita menjadi
sebuah bangsa yang menghancurkan dirinya sendiri (self destroying nation). Ciri lain dari konflik yang
terjadi di Indonesia adalah bukan hanya yang bersifat terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih
berbahaya lagi adalah konflik yang tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan. Socio-cultural
animosity adalah suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari perbedaan ciri budaya dan
perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas
dendam. Konflik terselubung ini bersifat laten karena terdapat mekanisme sosialisasi kebencian yang
berlangsung di hampir seluruh pranata sosial di masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung,
tempat ibadah, media massa, organisasi massa, organisasi politik, dan sebagainya).

2.3.3 Sumber Politik

Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan warga
negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi pada era reformasi.
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di masyarakat, yaitu :
1) Mengamandemen UUD NRI 1945

2) Penghapusan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

3) Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta pemberantasan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)

4) Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah
5) Otonomi daerah

6) Mewujudkan kebebasan pers

7) Mewujudkan kehidupan demokrasi

Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945
belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan
penghormatan HAM. Di samping itu, dalam 11 tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, berpotensi tumbuhnya praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan
timbulnya kemerosotan kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu adalah terjadinya krisis
dalam berbagai bidang kehidupan (krisis multidimensional). Tuntutan perubahan UUD NRI 1945
merupakan suatu terobosan yang sangat besar. Dikatakan terobosan yang sangat besar karena pada era
sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan tersebut. Sikap politik 130 pemerintah yang diperkuat
oleh MPR berkehendak untuk tidak mengubah UUD NRI 1945. Apabila muncul juga kehendak mengubah
UUD NRI 1945, terlebih dahulu harus dilakukan referendum (meminta pendapat rakyat) dengan
persyaratan yang sangat ketat. Karena persyaratannya yang sangat ketat itulah maka kecil kemungkinan
untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945. Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan
UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu
1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan
perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yaitu :

1) Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999

2) Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000

3) Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001

4) Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Dari empat kali perubahan tesebut dihasilkan berbagai aturan dasar yang baru,
termasuk ihwal hak dan kewajiban asasi manusia yang diatur dalam pasal 28 A sampai dengan 28 J. 2.4
Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Aturan dasar ihwal kewajiban dan hak negara dan warga negara setelah Perubahan UUD NRI 1945
mengalami dinamika yang luar biasa. Berikut disajikan bentuk-bentuk perubahan aturan dasar dalam
UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah Amandemen tersebut.
2.4.1 Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ketentuan mengenai hak warga negara di bidang pendidikan semula diatur


dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945. Setelah perubahan UUD NRI 1945, ketentuannya tetap diatur
dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945, namun 131 dengan perubahan. Perhatikanlah rumusan naskah
asli dan rumusan perubahannya berikut ini. Rumusan naskah asli Pasal 31, (1) Tiaptiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran. Rumusan perubahan Pasal 31, (1) Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan.

Perubahan UUD NRI Tahun 1945 juga memasukkan ketentuan baru tentang
upaya pemerintah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rumusannya terdapat dalam
Pasal 31 Ayat (5) UUD NRI Tahun 1945: “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia”.

Perubahan dunia itu pada kenyataannya berlangsung sangat cepat serta dapat
mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia. Kita menyadari pula bahwa budaya kita bukan
budaya yang tertutup, sehingga masih terbuka untuk dapat ditinjau kembali dan dikembangkan sesuai
kebutuhan dan kemajuan zaman. Menutup diri pada era global berarti menutup.kesempatan
berkembang. Sebaliknya kita juga tidak boleh hanyut terbawa arus globalisasi. Karena jika hanyut dalam
arus globalisasi akan kehilangan jati diri kita. Jadi, strategi kebudayaan nasional Indonesia yang kita
pilih.adalah sebagai berikut:

a. Menerima sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa;

b. Menolak sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa;

c. Menerima secara selektif: unsur budaya asing yang belum jelas apakah sesuai atau bertentangan
dengan kepribadian bangsa.

2.4.2 Aturan Dasar Ihwal Perkonomian dan Kesejahteraan Sosial

Sebelum diubah, ketentuan ini diatur dalam Bab XIV dengan judul
Kesejahteraan Sosial dan terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 33 dengan 3 ayat dan Pasal 34 tanpa ayat.
Setelah perubahan UUD NRI 1945, judul bab menjadi Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial,
terdiri atas dua pasal, yaitu Pasal 33 dengan 5 ayat dan Pasal 34 dengan 4 ayat. Ambillah naskah UUD
NRI 1945 dan bacalah dengan seksama pasal-pasal yang dimaksud tersebut.Salah satu perubahan
penting untuk Pasal 33 terutama dimaksudkan untuk melengkapi aturan yang sudah diatur sebelum
perubahan UUD NRI 1945, sebagai berikut:
a. Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945: menegaskan asas kekeluargaan;

b. Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai Negara.

c. Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya harus dikuasai negara.

Adapun ketentuan baru yang tercantum dalam Pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945
menegaskan tentang prinsip-prinsip perekonomian nasional yang perlu dicantumkan guna melengkapi
ketentuan dalam Pasal 33 Ayat (1), (2), dan (3) UUD NRI 1945. Mari kita bicarakan terlebih dahulu
mengenai ketentuan-ketentuan mengenai perekonomian nasional yang sudah ada sebelum perubahan
UUD NRI 1945.

Sebelum diubah Pasal 34 UUD NRI 1945 ditetapkan tanpa ayat. Setelah
dilakukan perubahan UUD NRI 1945 maka Pasal 34 memiliki 4 ayat. Perubahan ini didasarkan pada
kebutuhan meningkatkan jaminan konstitusional yang mengatur kewajiban negara di bidang
kesejahteraan sosial. Adapun ketentuan mengenai kesejahteraan sosial yang jauh lebih lengkap
dibandingkan dengan sebelumnya merupakan bagian dari upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara
kesejahteraan (welfare state), sehingga rakyat dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaannya.

2.4.3 Aturan Dasar Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara

Semula ketentuan tentang pertahanan negara menggunakan konsep


pembelaan terhadap negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945]. Namun setelah perubahan UUD NRI 1945
konsep pembelaan negara dipindahkan menjadi Pasal 27 Ayat (3) dengan sedikit perubahan redaksional.
Setelah perubahan UUD NRI Tahun 1945, ketentuan mengenai hak dan kewajiban dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945] merupakan penerapan dari
ketentuan Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI 1945.

Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI 1945 menegaskan sebagai berikut: “Usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai komponen
utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung”. Dipilihnya sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (Sishankamrata) dilatarbelakangi oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.
Dengan dasar pengalaman sejarah tersebut maka sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta tersebut dimasukkan ke dalam ketentuan UUD NRI Tahun 1945. Tahukah
Anda apa maksud upaya tersebut? Jawabannya adalah untuk lebih mengukuhkan keberadaan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta tersebut. Di samping itu juga kedudukan rakyat dan TNI serta
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dalam usaha pertahanan dan keamanan negara makin
dikukuhkan. Dalam hal ini kedudukan rakyat adalah sebagai kekuatan pendukung, sedang TNI dan Polri
sebagai kekuatan utama. Sistem ini menjadi salah satu ciri khas sistem pertahanan dan keamanan
Indonesia yang bersifat semesta, yang melibatkan seluruh potensi rakyat warga negara, wilayah, sumber
daya nasional, secara aktif, terpadu, terarah, dan berkelanjutan.

2.4.4 Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Penghormatan terhadap hak asasi manusia pasca Amandemen UUD NRI 1945
mengalami dinamika yang luar biasa. Jika sebelumnya perihal hak-hak dasar warganegara yang diatur
dalam UUD NRI 1945 hanya berkutat pada pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34, setelah Amandemen
keempat UUD NRI 1945 aturan dasar mengenai hal tersebut diatur 15 tersendiri di bawah judul Hak
Asasi Manusia (HAM). Di samping mengatur perihal hak asasi manusia, diatur juga ihwal kewajiban asasi
manusia.

2.5 Esensi dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara

UUD NRI Tahun 1945 tidak hanya memuat aturan dasar ihwal kewajiban dan
hak negara melainkan juga kewajiban dan hak warga negara. Dengan demikian terdapat harmoni
kewajiban dan hak negara di satu pihak dengan kewajiban dan hak warga negara di pihak lain. Esensi
dan urgensi harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara dapat dipahami dengan
menggunakan pendekatan kebutuhan warga Negara yang meliputi:

2.5.1 Agama

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Kepercayaan bangsa kita kepada Tuhan Yang
Maha Esa telah ada semenjak zaman prasejarah, sebelum datangnya pengaruh agama-agama besar ke
tanah air kita. Karena itu dalam perkembangannya, bangsa kita mudah menerima penyebaran agama-
agama besar itu. Rakyat bangsa kita menganut berbagai agama berdasarkan kitab suci yang diyakininya.
Undang-Undang Dasar merupakan dokumen hukum yang mewujudkan cita-cita bersama setiap rakyat
Indonesia. Dalam hal ini cita-cita bersama untuk mewujudkan kehidupan beragama juga merupakan
bagian yang diatur dalam UUD. Ketentuan mengenai agama diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 29.
2.5.2 Pendidikan dan Kebudayaan

Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua istilah yang satu sama lain saling
berkorelasi sangat erat. Pendidikan adalah salah satu bentuk upaya pembudayaan. Melalui proses,
pendidikan kebudayaan bukan saja ditransformasikan dari generasi tua ke generasi muda, melainkan
dikembangkan sehingga mencapai derajat tertinggi berupa peradaban. Tujuan pendidikan nasional
terdapat dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD NRI 1945, yaitu “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dengan undang-undang”

Jika kita melihat fungsi-fungsi negara (function of the state) dalam lingkup
pembangunan negara (state-building) cakupannya meliputi hal-hal berikut ini.

a. Fungsi minimal: melengkapi sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti pertahanan dan
keamanan, hukum, kesehatan, dan keadilan.

b. Fungsi madya: menangani masalah-masalah eksternalitas, seperti pendidikan, lingkungan, dan


monopoli.

c. Fungsi aktivis: menetapkan kebijakan industrial dan redistribusi kekayaan

Berdasarkan klasifikasi fungsi negara tersebut, penyelenggaraan pendidikan


termasuk fungsi madya dari negara. Artinya, walaupun bukan merupakan pelaksanaan fungsi tertinggi
dari negara, penyelenggaraan pendidikan juga sudah lebih dari hanya sekedar pelaksanaan fungsi
minimal negara. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan sangatlah penting.

2.5.3 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat

Sesuai semangat Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 asas perekonomian
nasional adalah kekeluargaan. Kekeluargaan merupakan asas yang dianut oleh masyarakat Indonesia
dalam berbagai aspek kehidupan yang salah satunya kegiatan perekonomian nasional. Asas
kekeluargaan dapat diartikan sebagai kerja sama yang dilakukan lebih dari seorang dalam
menyelesaikan pekerjaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum.

Penerapan asas kekeluargaan dalam perekonomian nasional adalah dalam


sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi nasional yang berasas
kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-
sungguh pada ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang bertumpu pada
kekuatan mayoritas rakyat. Dengan demikian sistem ini tidak dapat dipisahkan dari pengertian “sektor
ekonomi rakyat”, yakni sektor ekonomi baik sektor produksi, distribusi, maupun konsumsi yang
melibatkan rakyat banyak, memberikan manfaat bagi rakyat banyak, pemilikan dan penilikannya oleh
rakyat banyak.

2.5.4 Pertahanan dan Keamanan

Berdasarkan aturan dasar ihwal pertahanan dan keamanan Negara Pasal 30


Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung. Dengan demikian tampak bahwa komponen utama dalam Sishankamrata adalah
TNI dan Polri. Mengenai adanya ketentuan dalam Pasal 30 Ayat (5) UUD NRI 1945 yang menyatakan
bahwa kedudukan dan susunan TNI dan Polri lebih lanjut diatur dengan undang-undang, merupakan
dasar hukum bagi DPR dan presiden untuk membentuk undang-undang. Pengaturan dengan undang-
undang mengenai pertahanan dan keamanan negara merupakan konsekuensi logis dari prinsip yang
menempatkan urusan pertahanan dan keamanan sebagai kepentingan rakyat.

Keamanan nasional suatu negara salah satu evolusi di era modern saat ini
adalah dimana sekala ancaman tidak hanya ditargetkan pada sistem semata namun dapat menargetkan
infrastruktur kritis suatu negara. Oleh sebab itu, untuk menanggapi ancaman maka suatu negara
membutuhkan pengolahan keamanan melalui regulasi kebijakan di bidang pertahanan dan keamanan
nasional. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat populasi terbesar di
dunia akan membutuhkan pertahanan maupun keamanan baik dari segi regulasi maupun badan khusus
yang menangapi permasalahan. Dengan demikan, kebutuhan membangun pertahanan dan keamanan
nasional sangat penting dan Indonesia juga perlu belajar dari pengalaman beberapa negara dan
membutuhkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan (Yasin, 2015: 103).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang telah ditulis, maka dapat disimpulkan :

1. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan
melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.

2. Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan warga negara dengan negara. Hak
dan kewajiban bersifat timbal balik, bahwa warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara,
sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara.

3. Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam UUD NRI 1945 mulai pasal 27
sampai 34, termasuk di dalamnya ada hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia. Pengaturan akan
hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar yang penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-
undang.

4. Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan aspek hak
asasi manusia sebagaimana tertuang dalam UUD NRI 1945, namun secara filosofis tetap
mengindikasikan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak asasi tidak dapat berjalan tanpa
dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini Indonesia menganut paham harmoni antara kewajiban dan
hak ataupun sebaliknya harmoni antara hak dan kewajiban.

6. Hak dan kewajiban warga negara dan negara mengalami dinamika terbukti dari adanya perubahan-
perubahan dalam rumusan pasal-pasal UUD NRI 1945 melalui proses amandemen dan juga perubahan
undangundang yang menyertainya.19

7. Jaminan akan hak dan kewajiban warga negara dan negara dengan segala dinamikanya diupayakan
berdampak pada terpenuhinya keseimbangan yang harmonis antara hak dan kewajiban negara dan
warga negara.
3.2 Saran

Meskipun kelompok kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan dalam pembahasan materi ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

[MKRI] Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2015. Hak Dan Kewajiban

Warga Negara Indonesia Dengan UUD 45. https://mkri.id/index.php?


page=web.Berita&id=11732 (Diakses pada 26 Oktober 2020) Handayani, Ria. 2015. Hak dan
Kewajiban Warga Negara. Vol 3 No.5

Murzanita, Melisa. 2018. Harmoni Kewajiban Dan Hak

Negara Dan Warga Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan
Musyawarah Untuk Mufakat. Makalah. http://melisamurzanita.blogspot.com/2018/03/harmoni-
hak-dankewajiban-negara-dan.html. (Diakses pada 28 Oktober 2020)

Winarno, dkk.2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenrisetdikti Republik Indonesia.

Yasin, Johan. 2015. Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara

Dalam Hukum Positif Indonesia. Vol 2 No. 1

Yovita, Fiona. 2020. Bagaimana Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara

Dan Warga Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan Musyawarah
Untuk Mufakat?. http://web.if.unila.ac.id/fionayovita2311/2020/03/29/pendidikankewarga-
negaraan-pertemuan-5/ (Diakses pada 26 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai