Anda di halaman 1dari 6

SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

NAMA : MAKARIA ASRIANA HADIA

NIM : 1903030091

KELAS : C

SEMESTER : 1V

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
1. Pembangunan Sosial {partisipasi masyarakat} di Daerah Manggarai

Partisipasi masyarakat desa dari pelbagai unsur sangat penting dalam proses pembangunan desa
di Manggarai. Partisipasi bahkan menjadi satu indikator kunci dalam menakar keberhasilan
pembangunan desa. Warga masyarakat yang dimaksudkan di sini terdiri dari unsur BPD, tokoh
masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pendidik, lembaga kemasyarakatan desa, tokoh pemuda,
tokoh agama, tokoh adat dan utusan masyarakat lainnya. Proses pembangunan desa di Manggarai
diharapkan dapat melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pemeliharaan aset, sampai pada evaluasi pelaksanaan tata kelola desa. Dalam proses
perencanaan, masyarakat terlibat dalam musdus, musdes dan musrenbangdes untuk
menyampaikan aspirasi dan mengusulkan kegiatan-kegiatan pembangunan di desa. Musyawarah-
musyawarah itu biasanya dihadiri para pihak terkait seperti pemerintah kecamatan, Tenaga
Pendamping Profesional (TPP), BPD, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, PKK,
lembaga kemasyarakatan desa, tenaga kesehatan, dan lain-lain. Sehubungan dengan musyawarah
tersebut, banyak desa menyampaikan bahwa tingkat partipasi kaum perempuan dalam
musyawarah desa sangat rendah, bahkan jauh dari unsur proporsionalitas bila dibandingkan
dengan partisipasi kaum pria. Kehadiran perempuan sangat tidak representatif. Sementara
dominasi kaum pria sangat kuat. Terkait dengan pelaksanaan musrenbangdes, ada persepsi
sebagian masyarakat bahwa musrenbangdes hanyalah rutinitas dan seremoni perencanaan
tahunan karena ada banyak usulan pembangunan dari beberapa tahun sebelumnya, bahkan selalu
diusulkan nyaris saban tahun, kerapkali tidak direalisir. Padahal beberapa usulan, seperti
pembangunan jalan, saluran irigasi, jembatan, selalu menjadi prioritas usulan setiap tahun.Dalam
pelaksanaan pembangunan desa, banyak warga masyarakat yang terlibat. Sistem pelaksanaan
pembangunan swakelola memberi ruang terbuka bagi partisipasi warga masyarakat. Dengan
demikian, mereka dapat memperoleh pemberdayaan ekonomi dari hasil sistem pelaksanaan
Padat Karya Tunai (PDT). Masyarakat dipekerjakan dan dibayar tunai upahnya. Di samping itu,
masyarakat juga terlibat dalam menikmati layanan-layanan sosial dan ekonomi dari pemerintah
desa seperti layanan posyandu (PMT bayi balita, ibu hamil dan lansia), menerima bantuan
Raskin, bantuan PKH, bantuan ternak, rehab rumah tidak layak huni, pembangunan jamban, dan
pelatihan-pelatihan teknologi tepat guna. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan
pembangunan desa bisadilakukan melalui pemantauan langsung terhadap kualitas pelaksanaan
pembangunan. Masyarakat desa kerapkali mengungkapkan ketidaksetujuan pembangunan-
pembangunan yang kurang berkualitas, namun sikap tersebut tidak disertai dengan keberanian
untuk melaporkan kepada pihak berwajib untuk diproses hukum. Konsep tentang partisipasi
diwujudkan juga melalui keterlibatan warga dalam menjaga merawat dan memelihara hasil
pembangunan di desa. Dalam konteks ini, masyarakat desa di Manggarai ikut andil dalam
menjaga dan memelihara hasil pembangunan sebagai aset desa seperti menjaga aset jalan, air
minum bersih, kantor desa, posyandu, gedung PAUD, dan sarana olahraga desa. Aset-aset
tersebut dijaga dan dipelihara masyarakat setelah adanya Musyawarah Desa Serah Terima
(MDST) hasil pekerjaan dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) kepada pemerintah desa untuk
kemudian diserahkan secara resmi kepada masyarakat untuk dinikmati, dimanfaatkan, dijaga,
dirawat dan dipelihara. Musyawarah ini Poskolegnas UIN Jakarta in Associate with APHAMK
Jakarta juga bermanfaat bagi masyarakat untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
pelaksanaan pembangunan di desa.

2. Pembangunan lingkungan di Manggarai

Kabupaten Mabar yang telah ditetapkan sebagai salah satu daerah pariwisata super prioritas
harus memiliki pembangunan yang juga mendukung lingkungan."Tidak ada satu pembangunan
tanpa lingkungan, lahan, tanah dan ekologis, oleh karena kami sudah menjadi daerah pariwisata
yang super prioritas. Maka semua pembangunannya harus disesuaikan dengan lingkungan atau
ramah lingkungan," katanya sebelum membuka Pelatihan Penandaan Anggaran Hijau yang
diinisiasi oleh LSM Burung Indonesia di Jayakarta Hotel, Labuan Bajo.Diakuinya, pembangunan
di kabupaten yang baru berusia 17 tahun ini, belum sepenuhnya fokus pada lingkungan, karena
pembangunan yang ada masih berorientasi secara menyeluruh di semua kecamatan. Sehingga
diperlukan pembangunan di segala sisi baik infrastruktur dan lainnya yang ramah terhadap
lingkungan."Oleh karena itu dalam diskusi ini mari kita saling mengisi bagaimana penganggaran
harus berpedoman pada lingkungan," jelasnya. Kabupaten Mabar, lanjut dia, secara tegas
menolak tambang karena tambang dinilai akan merusak dan ditolak masyarakat serta tidak sesuai
dengan arah pembangunan yakni pengembangan pariwisata. Selain itu, hasil kegiatan tersebut
juga diharapkan menjadi rekomendasi bagi penyusunan RPJMD Kabupaten Mabar selanjutnya.
Sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Burung Indonesia mendorong Pemerintah
Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) untuk melakukan perencanaan dan penganggaran berbasis
ekologi.Hal ini merupakan salah satu cara untuk pembangunan daerah yang lestari dan
berkelanjutan. Bupati Manggarai Barat, Drs Agustinus Ch, Dula foto bersama sejumlah peserta
Pelatihan Penandaan Anggaran Hijau di Jayakarta Hotel, Labuan Bajo, Rabu (11/3/2020).

Bupati Manggarai Barat, Drs Agustinus Ch, Dula foto bersama sejumlah peserta Pelatihan
Penandaan Anggaran Hijau di Jayakarta Hotel, Labuan Bajo, Rabu (11/3/2020). "Salah satunya
intervensi perencanaan dan penganggaran publik karena sumber daya yang banyak ada di sana
(pemerintah)," kata Flores Programme Manager Burung Indonesia, Tiburtius Hani dalam
Pelatihan Penandaan Anggaran Hijau di Jayakarta Hotel, Labuan Bajo, Rabu (11/3/2020).
Kegiatan bertema "Mendorong Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Ekologi" ini digelar
selama 2 hari sejak 11--12 Maret 2020. Kegiatan yang terselenggara berkat kerja sama LSM
Burung Indonesia, Pemkab Manggarai Barat dan Bird Life International ini juga menghadirkan
OPD perwakilan dari Pemkab Mabar dan 3 provinsi lainnya di antaranya Maluku Utara,
Sulawesi Tengah dan Gorontalo Tiburtius menjelaskan, perencanaan dan penganggaran berbasis
ekologi ini diharapkan dapat dijalankan semua perwakilan pemerintah yang hadir. Dengan
demikian, semua kegiatan pembangunan di daerah akan berdampak pada keberlangsungan
lingkungan dan ekologi."Jadi tidak hanya bebannya pada Dinas Kehutanan atau Dinas
Lingkungan Hidup saja, tapi terdistribusi juga kepada dinas lainnya seperti dinas pendidikan di
mana dapat mengembangkan kurikulum berbasis ekologi seperti pendidikan lingkungan,"
tegasnya.Pembangunan berbasis ekologi, lanjut Tiburtius, dirasa penting karena kegiatan
pembangunan lebih dominan dilakukan oleh pemerintah. "Lebih banyak dari pemerintah, jika
kegiatan dari pemerintah tidak dirancang dengan baik akan merubah lingkungan sangat besar,
sehingga harus ada intervensi perencanaan dan pembangunan di daerah. Karena sumber utama
pembangunan dari pemerintah," katanya. Kegiatan tersebut, lanjut Tiburtius, juga bertepatan
dengan akan berakhirnya RPJMD Pemkab Mabar, sehingga diharapkan dapat menjadi
rekomendasi bagi penyusunan RPJMD yang baru. Kegiatan ini juga dibuka langsung oleh Bupati
Manggarai Barat, Drs Agustinus Ch, Dula. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio
Viana)
3. Pembangunan Bidang Pertanian di Daerah Manggarai

Pertanian adalah sektor ekonomi utama di propinsi Nusa Tenggara Timur.Flores, salah satu
pulau utama di propinsi ini, dikenal di dunia melalui keragaman hasil buminya, termasuk kopi,
kemiri, mete, coklat, cengkeh, dan lainnya.Akan tetapi, hasil dari pertanian rupanya belum dapat
menjamin kesejahteraan masyarakat Flores umumnya; masih banyak masyarakat yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Saat ini, desa-desa di Flores menghasilknya banyak produk pertanian
yang dijual langsung setelah panen tanpa diolah lebih lanjut; sehingga masyarakat kehilangan
potensi untuk mendapatkan nilai tambah dari produk olahan.Pariwisata adalah salah satu sektor
ekonomi yang berkembang pesat di Flores. Akan tetapi, perkembangan industri pariwisata saat
ini belum banyak tersinergikan dengan potensi hasil pertanian di masyarakat. Padahal
perkembangan pariwisata di kota utama di Flores seperti Labuan Bajo (Kabupaten Manggarai
Barat) dan Maumere dapat menjadi pasar bagi produk-produk turunan hasil pertanian. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan produk lokal berbasis pertanian sebagai
modal utama dalam upaya mengembangkan sinergi antara pertumbuhan pariwisata dan
pengembangan ekonomi lokal di Manggarai Barat, Flores. Hasil pertanian lokal memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai produk olahan bagi pasar pariwisata, dilihat dari jumlah dan
sebarannya.Produk pertanian, baik pangan, perkebunan, dan hortikultura yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan adalah beras, singkong, kopi, kacang mete, kemiri, dan pisang. Akan
tetapi pengolahan produk masih memiliki banyak kendala untuk bisa dilaksanakan, termasuk
keterbatasan keahlian masyarakat untuk mengolahan hasil pangan dan keterbatasan infrastruktur
utama.Wisatawan dan industri pariwisata juga harus menjadi pertimbangan penting dalam
pengolahan produk.Kabupaten Manggarai Barat adalah salah satu kabupaten di propinsi Nusa
Tenggara Timur, tepatnya di ujung barat pulau Flores. Dengan total wilayah seluas 2.947,50 km2
Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Komodo, Sano
Nggoang, Mbeliling, Kuwus, Ndoso, Lembor, Boleng, Welak, Lembor Selatan, dan Macang
Pacar. Iklim utama di kawasan ini adalah kemarau (terutama pada bulan Juni-September) dan
penghujan(terutama pada bulan Desember-Maret). Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai
Barat adalah 251.689 jiwa dengan konsentrasi tertinggi penduduk terletak di kecamatan Komodo
19,6% dan Macang Pacar 13,9% (Manggarai Barat dalam Angka 2015, Kab. Manggarai Barat).
Sebagian besar penduduk usia produktif di Manggarai Barat bekerja pada sektor pertanian dan
perkebunan. Saat ini, sektor pertanian (terdiri dari pertanian, kehutanan, dan perikanan)
merupakan kontributor terbesar pada Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Manggarai
Barat yaitu sebesar 44%.Masyarakat Flores memang masyarakat agraris yang sebagian besar
bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan.Lebih dari 70% perikehidupan di Flores
tergantung baik langsung maupun tidak langsung pada pertanian.Selebihnya terdistribusi di
sektor ekonomi sekunder (kontruksi dan manufaktur) serta sektor ekonomi tersier(perdagangan,
transportasi, dan jasa termasuk pariwisata).Selang beberapa tahun terakhir, pariwisata tumbuh
sangat pesat dan menjadi salah satu primadona generator pertumbuhan ekonomi di Manggarai
Barat.Memang jika ditinjau dari data PDRB, kontribusi sektor pariwisata (dilihat dari sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran) sangat kecil (1%).Hal ini disebabkan kontribusi
pembangunan pariwisata tersebar ke beberapa sektor ekonomi pembangunan, seperti sektor
konstruksi (pembangunan hotel, bandara, dan fasilitas).

Anda mungkin juga menyukai