Disusun oleh :
Kelompok 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR
Ungkapan rasa syukur yang sebesar-besarnya kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ” Case Study” mata kuliah Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan. Untuk itu semua, kami
memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa memberikan
limpahan rahmat-Nya kepada mereka yang telah memberi bimbingan, petunjuk,
nasihat, kemudahan dan do’a kepada kami dengan tulus.
Akhirnya kami menyadari bahwa mungkin saja dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan, karenanya kami mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun yang diharapkan akan menyempurnakan makalah ini.
Namun demikian, kami berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bagi
pembaca dan menambah khasanah ilmu keperawatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Identifikasi Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD/Advers Event)............................
2.2. Peran Kerja Sama Tim untuk Keselamatan Pasien......................................................
2.3. Transisi dan Alur Pelaporan.........................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................
3.2. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3) Bagaimana transisi dan alur pelaporan?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengidentifikasi kejadian yang tidak diinginkan (KT/Adverse
event)
2) Untuk mengetahui peran kerjasama tim untuk keselamatan pasien
3) Untuk mengetahui transisi dan alur pelaporan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan resiko tertular HIV dari jarum suntik yang terkontaminasi sebesar 0,04%
Depkes RI (2010) dalam khalistiyanti (2014).
2.2. PERAN KERJASAMA TIM UNTUK KESELAMATAN PASIEN
Hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab dengan penyedia layanan kesehatan lain
dalam pemberian(penyediaan)asuhan pasien(ANA,1992 dalam kozier,fundamental
keperawatan) tim kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi seperti
dokter,perawat,psikiater,ahli giji,farmasi,pendidik di bidang kesehatan dan pekerja
social. tujuan utama dalam tim adalah memberikan pelayanan yang tepat,oleh tim
kesehatan yang tepat,di waktu yang tepat,serta di tempat yang tepat. Elemen penting
dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan komunikasi yang efektif,saling
menghargai, rasa percaya,dan proses pembuatan keputusan(kozier ,2010) konsep
kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan hubungan kerjasama yang kompleks
dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan
kesehatan untuk pasien.
b. Jenis kolaborasi Tim kesehatan
1. fully integrated major: bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki
tanggung jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.
2. partially integrated major: Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim
memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama.
3. Join program office : bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama
tetapi memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan
bersama.
4. join partnership with affiliated programming : kerja sama yang memberikan jasa
dan umumnya tidak men$ari keuntungan antara satu dan lainnya
5. join partnership for issue advocacy : bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka
panjang tapi dengan tujuan jangka pendek,namun tidak harus membentuk tim
yang baru
4
kolaborasi sangatlah penting karena masing-masing tenaga kesehatan memiliki
pengetahuan,keterampilan,kemampuan,keahlian,dan pengelaman yang berbeda.
Dalam kolaborasi tim kesehatan ,mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah
keselamatan untuk pasien. selain itu ,kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan
performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayan kesehatan. Semua
tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-
masing sehingga dapat mengurangi fakor kesalahan manusia dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
5
9. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
professional sehingga saling menghormati dan bekerja sama.
10. Untuk tim kesehatan memilikim pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman.
Hasil penelitian dari Bunga Fajar Sari (2010) dengan penelitiannya berjudul
“Bentuk Kerjasama Dalam Interaksi Sosial Waria” adalah subyek sebagai kaum yang
minoritas mampu menjalankan berbagai macam bentuk kerjasama dalam berinterkasi
dengan lingkungannya dimana mereka tinggal. Kerjasama yang biasanya mereka lakukan
seperti melakukan gotongroyong, sehingga tujuan yang diinginkan dapat terlasakan
dengan baik sekalipun mereka kaum minoritas tetapi karena memiliki interaksi yang
baik, maka tidak terjadi diskriminasi.
Hasil Penelitian Noor Ariyani (2017) yang berjudul “Komunikasi Efektif Dalam
Praktek Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan “
adalah komunikasi efektf dalam interprofesi Collaboration Practice sebagai upaya
meningkatkan kualitas pelayanan. Komunikasi yang efektif perlu ditekankan di semua
program perawatan kesehatan profesional untuk menjamin kepuasan pasien.
6
seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika mersa tidak jelas mengenai
reaksi terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin
terjadi, atau reaksi yang merugikan dari pengobatan, (Kee and Hayes, 1996).
Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling penting,
karena :
pada pasien.
c. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pasien.
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil
untuk di minum atau oral atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun
juga mengobservasi respon klien terhadap pembeian obat tersebut. Pengetahuan
tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha
membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yag dipesankan dan turut serta
bertanggung jawab dalam pengambila keputusan tentang pengobatan bersama dengan
tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan
7
resep obat yang di berikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar yaitu :
1. Benar klien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta
menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama
sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap
klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadaan gelang identifikasi hilang, perawat
harus memastikan identitas klien dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri.
Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka
gelangidentifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan.Pada
keadaan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum
setiap obat diberikan. Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi
( sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung jawab
untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan.
2. Benar obat
dokter, dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin
untuk pengobatan harus ditanda tangani oleh dokter yang perintah pengobatan
mungkin dirasakan menelepon dalam waktu 24 jam komponen
8
Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang
tepat, tetapi jika salah satu komponen, tidak ada atau perintah pengobatan tidak
lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter
tersebut untuk mengklarifikasi (Kee and Hayes, 1996).
minimal 3x :
1. Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harusdiberikan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu sehingga kadar obat dalam plasma
9
dapat dipertahankan. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan
beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.
2. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan bebeapa kali sehari pada selang waktu
tertentu.
3. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau besamaan.
4. Memberikan obat seperti kalium da aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung bersama-sama dengan makanan.
5. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kotraindikasi pemeriksaan obat
1. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
2. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-
obat peroral.
3. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral.
4. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.
6. Benar Dokumentasikan
Pemberian obat sesuai dengan standar yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu
mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan klien terhadap
pengobatan.
kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan
obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan
10
terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian
obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan
obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas seharihari selamat sakit dan sebagainya.
9. Benar Pengkajian
Perawat selalu melihat atau membantu efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
Jiak obat itu harus diminum sebelum makan (antecimun atau a.c) untuk memperoleh
kadar yang diperlukan harus beri satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin dan
sebaiknya ada obat hars diminum setelah makan misalnya indometasin.
11
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam pengelolaan farmakologi :
d. Etiket
1. Obat luar atau atau obat dalam (obat dalam di beri etiket putih, obat luar diberi
etiket biru).
2. Tanggal/bulan/tahun kadarluasa obat.
3. Jenis obat ( sedative, antihistamine, antibiotik, deuresis,dll)
e. Keadaan pasien
Hal yang perlu dikaji adalah apakah pasien sedang menjalani terapi
khusus :
12
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus
ditulis dengan jelas pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih
obat lain yang lebih aman .
pemberian obat
a) Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan
tenang.
mempersiapkan obat:
c) Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak
meja.
h) Mencatat atau membu buhkan paraf pada waktu atau pada status pasien
13
masing-masing obat, misalnya : lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan
lain-lain.
j) Obat-obat yang di beli sendiri ole pasien harus di simpan dalam lemari
k) Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan
obat :
mengenai obat
14
diberikan perawat tanpa membawa resep tertulis kecuali pada saat kegawatan.
Tanggung jawab ini hanya bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari petugas yang
memiliki wewenang.
15
5. Orang yang didelegasikan itu berhak untuk menolak apabila ia
merasa tidak mampu untuk melakukan tindakan medis tersebut
(Leenen).
Dalam praktik, seorang perawat haru membangun relasi dengan pasien
sebagai berikut :
mengumpulkan data (riwayat kesehatan, dan pemeriksaan fisik
dengan hasil laboratorium atau citra medis).
menganalisis data.
membuat rencana perawatan (tes yang harus dijalani berikutnya,
terapi, rujukan).
merawat pasien.
memantau, dan menilai jalannya perawatan, dan dapat mengubah
perawatan bila diperlukan.
Semua yang dilakukan perawat harus tercatat dalam sebuah rekam medis,
yang merupakan dokumen yang berkedudukan dalam hukum.
Perawatberkewajiban memberikan informa si yang cukup kepada pasien
memainkan peranan yang penting agar pihak pasien dapat memberikan
putusan persetujuan yang tepat dan nyata ( real consent ). Jika perawat
mengetahui dan mengaplikasikan dengan benar konsep patient safety, perawat
akan sebisa mungkin meminimalisir kesalahan atau mencegah terjadinya kejadian
yang tidak diharapkan. Perawat seharusnya menerapkan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat, sebagai berikut :
1. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
menanyakan ada tidaknya alergi obat, menanyakan keluhan pasien
sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat, mengetahui
reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan obat yang
didiapkan diri sendiri.
2. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek
hasil hitungan dosis dengan perawat lain, mencampur/mengoplos
obat.
3. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek
tanggal kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.
16
4. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas
pasien
pada papan/kardeks di tempat tidur pasien.
5. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat.
6. Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,
mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat
(Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997)8.
ALUR PELAPORAN
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu
caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis.
Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam
organisasi untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi
kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya
pencegahan terjadinya kesalahan (error) sehingga diharapkan dapat mendorong
dilakukannya investigasi selanjutnya. Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim
Keselamatan Pasien di
RS (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah sakit, wajib
segera ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk mengurangi dampak /
akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan
mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada
Atasan langsung. (Paling lambat 2 x 24 jam ); diharapkan jangan menunda
laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada Atasan
langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan
Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/ Instalasi/ Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
17
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu
Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah /
RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS .
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan Regrading.
8. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis
akar masalah / Root Cause Analysis (RCA).
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta "Pembelajaran" berupa : Petunjuk /
"Safety alert" untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada
Direksi.
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah
Sakit.
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing – masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
Tabel 1.
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
18
Tabel 2
Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Cara menghitung skor risiko : Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks
grading risiko (tabel 3) :
1) Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2) Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan,
19
3) Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan
dampak.
SKOR RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat
warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna "bands" akan
menentukanInvestigasi yang akan dilakukan : (tabel 3)
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RC
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti
ini di RS X terjadi pada 2 tahun yang lalu.
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15 Warna Bands : Merah (ekstrim)
Tabel 3
Matriks Grading Risiko
20
Tabel 4
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
(KKPRS).
Ida Ayu Desy U.P, Gede Sri Darma. 2018. Kerja Sama Tim Perawat dalam
Kozier dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Lestari Siti. 2016. Farmakologi dalam Keperawatan. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan.
Cheisy M Pangalila, dkk. 2017. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Cedera
23