Anda di halaman 1dari 62

Makalah

Askep Lansia Dengan Demensia

Oleh Kelompok 5:

Dina Putri Aryati


Fitra Suci Ayuni Titania
Mulya Ulfa Kaswati
Ratna Julita
Sherin Syafitri
Sindy Eka Putri
Welly Utama
Wenti Endika Utama

Dosen : Ns. Ade Sriwahyuni S.Kep,MNS

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TA 2020/2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ilmu dasar keperawatan
2 ini yang berjudul ”Askep dimensia pada lansia” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini
baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

             Bukittinggi, 16 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………….. 1
B.RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………. 2
C.TUJUAN DAN MANFAAT……………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEMENSIA……………………………………………………….. 3
B.ETIOLOGI DEMENSIA……………………………………………………………… 5
C. KLASIFIKASI………………………………………………………………………… 6
D. PATOFISIOLOGI…………………………………………………………………… 8
Pathway demensia……………………………………………………………. 10
E.GEJALA KLINIS……………………………………………………………………… 12
F.DIAGNOSIS…………………………………………………………………………... 14
G. PENATALAKSANAAN…………………………………………………………….. 16
H. PENCEGAHAN DEMENSIA………………………………………………………. 18

BAB III ASKEP DEMENSIA PADA LANSIA


A. PENGKAJIAN………………………………………………………………………. 19
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………………………………. 24
C.INTERVENSI………………………………………………………………………….. 26
D. IMPLEMETASI………………………………………………………………………. 60
E.EVALUASI…................................................................................................................. 60

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………….. 63

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 65

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak,bersifat kronis atau


progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,termasuk
memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa,
dan penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya
disertai, kadang-kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit
serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi
otak (Durand dan Barlow, 2006).
Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di
wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih daridua kali lipat dan
peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yangterjadi di negara-negara
barat. Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia diperkirakan
menjadi sekitar 80 juta orang. (Demensia dikawasan asia pasifik, 2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan
tanda-tanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada
akhirnya penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 501tahun. Sebagian
besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para
Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan
jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih
sejak dini disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor,
M. N, 2003)

1
B . RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, adapun permasalahan yang hendak
kelompok kemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu mengenai bagaimana
gambaran klinis dari polisitemia serta bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien
dengan demensia ?

C . TUJUAN DAN MANFAAT


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia dengan demensia
2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pasien lansia dengan demensia
3. Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan keperawatan
pasien lansia dengan demensia
4. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia dengan demensia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demensia

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer,
L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi
aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
(Mickey Stanley, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama
pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks
serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan
kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika
degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas
bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai
latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang
rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh
diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
3
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,
penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya
sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia
diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang
normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan
penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi
fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun
penyakit Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan
mental yang lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal,
seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan
keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

B. Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan
membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir
Untuk demensia tipe Alzheimer ada beberapa penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament predisposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.

4
Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi
radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor
lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang
non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :
 Faktor genetic
 Faktor infeksi
 Faktor lingkungan
 Faktor imunologis
 Faktor trauma
 Faktor neurotransmitter

C. Klasifikasi

a. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini.


Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer
sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

 Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,


 Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
 Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

5
 Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
 Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti


penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem
telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk
fungsinya juga terjadi perubahan.

b. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer 
tetapi  terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

 Peningkatan reflek tendon dalam,


 Respontar eksensor,
 Palsi pseudobulbar,
 Kelainan gaya berjalan,
 Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,
sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor


resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan
juga dengan MRI dan aliran darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

 Terdapat gejala demensia


 Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
 Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

 Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)


2. Demensia prasenilis (<65th)

6
 Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
 Menurut kerusakan struktur otak

1. Tipe Alzheimer
2. Tipe non-Alzheimer
3. Demensia vaskular
4. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
5. Demensia Lobus frontal-temporal
6. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
7. Morbus Parkinson
8. Morbus Huntington
9. Morbus Pick
10.Morbus Jakob-Creutzfeldt
11.Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
12.Prion disease
13.Palsi Supranuklear progresif
14.Multiple sklerosis
15.Neurosifilis
16. Menurut sifat klinis:
17. Demensia proprius
18. Pseudo-demensia
D. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai
pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron
yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian
dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah
intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan
biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang
7
pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.
Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular
yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP,
protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan
menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel
neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia
menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus
secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda
yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya system transport
internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya
diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron
yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta)
yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal.
A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta,
fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan
tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril –
fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas
sehingga menggagu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara
neurokimia kelainan pada otak

8
Pathway demensia

Pembentukan β-amyloid

oksidasi Excitotoxicity Agregasi β-amyloid Inflamasi Hiperfospolirasi protein


tau

Plak senelis dengan aktivasi Neurofibrilary tangles


mikrogial

Kematian sel neuron

Deficit neurotransmitter Abnormalitas kognitif dan perilaku (Alzheimer)

Dementia Alzheimer Penyakit Cerebrovaskuler


Kematian sel otak yg
massif
Infark multiple di
Hilangnya memori/ ingatan Abnormalitas
otak
jangka pendek substansia alba
Tremor,
Ketidakmampuan
menggunakan Perubahan Hemisfer kiri
benda, mudah lupa Proses pikir otak rusak
Gangguan kognitif
Penurunan
kemampuan Dementia vaskular
melakukan aktifitas Gejala neuropsikiatrik
Peningkatan Kelemahan
reflek tendon anggota gerak
Kurang perawatan diri Perubahan Halusinasi
nafsu makan
kelainan gaya berjalan

Risiko perubahan Mudah Perubahan


nutrisi lebih dari tersinggung, persepsi kurang koordinasi gerakan
kebutuhan tingkah laku sensori
defensive,
depresi Risiko cedera
Kehilangan
Agitasi, disorientasi
fungsi
neurologis, tonus
otot Sindrom stress
Klg malu, imobilisasi Koping
relokasi
secara social, sulit klg tdk
mengambil keputusan efektif
Nokturia, inkontinensia
konstipasi,
Klg perlu bantuan untuk mempertahankan
Perubahan pola eliminasi lingkungan rumah

9
Perubahan kesejahteraan psikososial, kewaspadaan Perubahan kesehatan atau pemeliharaan
ps thd kesalahan persepsi pada reaksi klg kesehatan , penatalaksanaan
pemeliharaan rumah

Denial, ekspresi Kesulitan tidur


rasa bersalah

Antipasi berduka Perubahan pola tidur

10
E. Gejala Klinis

Demensia yang paling banyak ditemukan yaitu tipe Alzheimer


Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat
gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,
dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif.
Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30
tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan
penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan
mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun
yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala
neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri
barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau),
depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

 Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :


Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan
memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu
adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya
antara lain: Disorientasi, gangguan bahasa (afasia), Penderita mudah bingung,
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan
kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi, dan ada gangguan
visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat
prevalensinya 15-20%,”
Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya
antara lain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan membisu, daya intelektual
serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa

11
mengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan
ornag lain, kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun
keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan
dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit
mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri
bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai
dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga
merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka
belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah
sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang
mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik,
pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik
perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman

12
perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat
dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka.
Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia
penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi
tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi,
apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:


 Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
 Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
 Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
 Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
 Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

F. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
 Pembedaan antara delirium dan demensia
 Bagian otak yang terkena
 Penyebab yang potensial reversibel
 Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
 Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
 Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
 Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
 Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
 Peran Keluarga

13
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita
demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental
maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara
aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-
hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju
kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,
sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh
anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat
seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya
Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita
demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema,
walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin
mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada
ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran
adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita
demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui
apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan
gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu
untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat
menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat
Lansia dengan demensia.

G. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan
dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik,
dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera

14
setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia
yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala
perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang
mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam
pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian
terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang
menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota
keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka
merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada
penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.
Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung,
diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk
berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral
dan fungsi kognitif.

 Obat untuk demensia


a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada
beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan
keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia
alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini
juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi
kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat
kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu
sistem kardiovaskular.
b. Cholinedan lecithin

15
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti
untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor,
cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan,
namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada
sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in
hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar
dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58
persen.
c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan
dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan
umum.
d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate.
Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas,
dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline
tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
e. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat
untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat
untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia
jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular
tanpa dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi
alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial

16
H. Pencegahan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
ataupun menunda terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya
ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
 Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan
teman yang memiliki persamaan minat atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks


dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
5. Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental
dapat meningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan
mengkompensasi perubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini
mencakup teka teki dan permainan kata,belajar bahasa,bermain alat
music,membaca,menulis,atau menggambar. Tidak hanya kegiatan ini
yang membantu menunda terjadinya demensia,tetapi juga membantu
menurunkan efek. Semakin sering melakukan aktivitas maka semakin
menguntungkan.
6. Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa
tiga dosis tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu
menurunkan kadar homosistein dan berguna untuk memperlambat
perkembangan penyakit Alzheimer.
7. Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-
orang dengan kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab
demesia vaskuler.
8. Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena
menurut penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran dan
omega 3 dan asam lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-

17
kacangan tertentu dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan
resiko terkena demensia.
9. Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk
influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikan
mengurangi resiko demensia karena memiliki efek perlindungan
terhadap berkembangnya demensia.

18
BAB III
ASKEP DIMENSIA PADA LANSIA

A. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA


1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan secara umum pada penyakit demensia antara lain:
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa
yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan
factor predisposisi).

c. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini
bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra
tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan
kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan
menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi
stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan
barang, atau berjalan-jalan.
d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
e. Makanan/cairan

19
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/
kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan (mungkin
mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
f. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang,
kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk
buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada
waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.
g. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-
kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan,
mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat).
Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan
adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung
secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat
sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata
yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan
substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan
motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi
atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan
individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.

20
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
 Demensia terjadi akibat kerusakan yang terjadi di dalam susunan saraf pusat terkait
dengan proses penuaan. Pada pengkajian Lansia dengan masalah demensia bisa
digolongkan dalam pengkajian sistem saraf secara umum.

Perubahan umum dari sistem saraf yang terkait dengan Proses Menua adalah sebagai
berikut:
Struktur Otak:
 Kehilangan berat otak karena penuaan menyebabkan pengurangan jumlah dari neuron
dengan kehilangan area yang besar dari cortex dan cerebellum.
 Atrofi dari tegangan dengan perluasan sulci dan gyri paling banyak di daerah frontal.
 Dilatasi dari ventrikel karena proses menua.
 Peningkatan akumulasi intrasel dari pigmen lipofuscin menyebabkan intisel
mengasumsikan posisi yang abnormal.
 Perkembangan dari senile plaques atau lesi yang anatomik terkait dengan penuaan.
Fungsi Metabolik dan Fisiologik
 Menurunnya konsumsi oksigen menyebabkan penurunan energi intraseluler,
penggunaan glukosa, aliran darah.
 Perubahan metabolik dari kompleks sinaptik menyebabkan efek neurotransmiter
berhubungan dengan fungsi otak dengan tidur, kontrol temperatur, mood
mengakibatkan gangguan tidur, intoleransi terhadap dingin dan depresi.
 Penurunan kadar norepinephrine, peningkatan kadar serotonin dan monoamin
oksidase menyebabkan perubahan dalam fungsi neurotransmiter dan depresi,
penurunan kadar dopamin menyebabkan penyakit parkinson’s.
 Perubahan umum dalam sirkulasi otak menyebabkan kekacauan mental (association
retrieval, recall, memory dan kemampuan kognitif), dalam pergerakan (kekuatan
motorik, kelincahan dan ketangkasan), pada interpretasi sensory (penglihatan,
pendengaran, penciuman, peraba dan perasa), kemampuan dalam koping dengan
kejadian multipel (depresi, afek, komunikasi).
 Penurunan jumlah neuron menyebabkan penurunan dalam kekuatan transmisi dari
otak ke anggota badan dan mengakibatkan perubahan ambang bekerja dari organ dan
sistem.

21
 Peningkatan recovery time dari susunan saraf otonom menyebabkan pemanjangan
waktu untuk kembali ke fungsi organ awal setelah stimulasi mengakibatkan
kecemasan dan ketegangan akibat stimulasi yang berlebihan.
 Penurunan dendrites pada saraf, sinap, lesi pada akson menyebabkan penurunan pada
hantaran saraf tepi dan memperlambat waktu reaksi.
 Perubahan ekstra piramidal menyebabkan perubahan affect, mengurangi pergerakan
dan berkedip.
Perubahan Electroencephalographic (EEG)
 Pada pembacaan menampakkan satu siklus yang lebih rendah daripada tahap lain
yang matang.
Fungsi dan Struktur Sensori
 Penurunan ukuran pupil dan perubahan respon cahaya yang minimal menyebabkan
kesulitan melihat dalam gelap, pada malam hari atau adaptasi yang lambat untuk
melihat dalam gelap.
 Penurunan dalam sensitivitas dari cones di retina terhadap warna menyebabkan
kesulitan dalam membedakan warna (merah dan hijau menjadi hitam).
Perubahan Pola Tidur
 Tetap pada tahap I dan II untuk jangka waktu yang lama dan mungkin membutuhkan
waktu yang lama untuk tertidur.
 Tahap III tetap sama, waktu tahap IV sangat berkurang atau terlewati semua dengan
penuaan, menyebabkan frekuensi bangun saat malam hari dan penurunan intensitas
dari tidur membuat lebih mudah untuk bangun dan tidak mendapatkan tidur yang
cukup.
 Waktu tidur REM sebanding dengan tahap lain dari masa dewasa tetapi penuaan
mengakibatkan mimpi kurang dan pengurangan pada REM mengakibatkan mudah
terangsang, letargi dan depresi.
 Pengurangan pada tahap IV menyebabkan rasa lemas, capek, cemas dan tegang.
 Insomnia, sleep apnea dan tidur sebentar, meningkat dengan usia menyebabkan
gangguan pola tidur dan penyimpangan.

1. Diagnosa Keperawatan

22
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi,
tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2)Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
3)Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas,
mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga,
dan tingkah laku agresif.
4)Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5)Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
6)Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak
adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
7)Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai
dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
8)Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.
9)Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

23
2. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Perubahan Setelah diberikan Mandiri Mandiri
proses pikir tindakan keperawatan a. Kembangkan a. Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan,
berhubungan diharapkan klien lingkungan yang meningkatkan pengembangan evaluasi diri yang positif dan
dengan mampu mengenali mendukung dan mengurangi konflik psikologis
perubahan perubahan dalam hubungan klien- b. Memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan
fisiologis berpikir dengan KH: perawat yang memengaruhi rencan intervensi. Catatan: evaluasi orientasi
(degenerasi - Mampu terapeutik secara berulang dapat meningkatkan respon yang
neuron memperlihatkan negative/tingkat frustasi
ireversibel) kemampuan c. Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang
ditandai kognitifuntuk meningkatkan gangguan neuron
dengan hilang menjalani d. Pendekatan terburu-buru menyebabkan klien bingung,
ingatan atau konsekuensi kesalahan persepsi/perasaan, terancam
b. Kaji derajat
memori, kejadian yang e. Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan
gangguan kognitif,
hilang menegangkan gangguan perceptual
seperti perubahan
konsentrsi, terhadap emosi dan f. Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan
orientasi, rentang
tidak mampu pikiran tentang diri pengenalan terhadap realita dan klien
perhatian,
menginterpret - Mampu g. Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dank eras
kemampuan
asikan mengembangkan menimbulkan stress/marah yang mencetuskan konfrontasi
berpikir. Bicarakan
24
stimulasi dan strategi untuk dengan keluarga dan respons marah
menilai mengatasi mengenai h. Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dalam
realitas anggapan diri yang perubahan perilaku otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien
dengan negative dalam respons penerimaan pesan dan percakapan secara
akurat. - Mampu mengenali keseluruhan
perubahan dalam i. Menimbulkan respons verbal, meningkatkan pemahaman.
berpikir atau Isyarat menstimulasi komunikasi, memberi pengalaman
c. Pertahankan
tingkah laku dan positif
lingkungan yang
factor penyebab j. Mengarahkan perhatian dan penghargaan. Membantu klien
menyenangkan dan
- Mampu dengan alat bantu proses kata dalam menurunkan frustasi
tenang
memperlihatkan k. Provokasi menurunkan harga diri dan merupakan ancaman
penurunan tingkah yang mencetuskan agitasi yang tidak sesuai
laku yang tidak l. Lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi.
diinginkan, d. Lakukan Orientasi pada realita meningkatkan perasaan realita klien,
ancaman, dan pendekatan dengan penghargaan diri dan kemuliaan (kebahagiaan) personal
kebingungan cara perlahan dan m. Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan dan meningkatkan
tenang kecurigaan, delusi

n. Tertawa membantu dalam komunikasi dan meningkatkan


kestabilan emosi

e. Tatap wajah ketika


25
berbicara dengan
klien

f. Panggil klien
dengan namanya

g. Gunakan suara
yang agak rendah
dan berbicara
dengan perlahan
pada klien
h. Gunakan kata-kata
pendek, kalimat
dan Ulangi
instruksi tersebut
sesuai kebutuhan

i. Berhenti sejenak di
antara
kalimat/pertanyaan.

26
Beri isyarat
tertentu, gunakan
kalimat terbuka
j. Dengarkan dengan
penuh perhatian
pembicaraan klien.
Interpretasikan
pertanyaan, arti,
dan kata. Beri kata
yang benar
k. Hindari kritikan,
argumentasi, dan
konfrontasi
negative
Kolaborasi
a. Dapat digunakan untuk mengontrol agitasi, halusinasi.
Mallril jarang digunakan karena adanya beberapa efek
samping yang bersifat ekstrapiramidal, meningkatkan
kekacauan mental; masalah penglihatan dan terutama
gangguan berdiri dan berjalan.
l. Gunakan distraksi.
b. Dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi memerlukan
Bicarakan tentang

27
kejadian yang penelitian lebih lanjut.
sebenarnya saat c. Dalam penelitian merupakan cara yang dilakukan terus
klien menerus untuk menyelidiki kemanfaatan dari tiamin
mengungkapkan dosis tinggi selama fase awal penyakit untuk
ide yang salah, jika memperlambat berkembangnya gangguan/meningkatan
tidak meningkatkan keadaan kognisi secara sederhana
kecemasan
m. Hindari klien dari
aktivitas dan
komunikasi yang
dipaksakan
n. Gunakan hal yang
humoris saat
berinteraksi pada
klien

Kolaborasi
a. Antisiklotik,
seperti
haloperidol
(haldol);
tioridazin

28
(Mallril)
b. Vasodilator,
seperti
siklandelat
(Cyclospasmol)
c. Titamin

2 Perubahan Setelah diberikan Mandiri Mandiri


persepsi tindakan keperawatan a. kembangkan a. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan
sensori diharapkan perubahan lingkungan yang pada klien
berhubungan persepsi sensori klien suportif dan b. Meningkatkan koping dan menurunkan halusinasi
dengan dapat berkurang atau hubungan perawat – c. Untuk membantu klien dalam memahami halusinasi
perubahan terkontrol dengan KH: klien terapeutik
persepsi, - Mengalami b. Bantu klien untuk
transmisi atau penurunan memahami
integrasi halusinasi halusinasi
sensori - Mengembangkan c. beri informasi
(penyakit strategi psikososial tentang sifat
neurologis, untuk mengurangi halusinasi
tidak mampu stress atau ,hubungannya
d. Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat
berkomunikas dengan
29
i, gangguan mengatur prilaku. stresor/pengalaman asimetris menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada
tidur, nyeri) - Mendemonstrasika emosional yang salah satu sisi tubuh (gangguan unilateral). Klien tidak dapat
ditandai n respon yang traumatic,pengobata mengenali rasa lapar .
dengan sesuai stimulasi n dan cara
cemas, apatis, - Perawat mampu mengatasi
gelisah, mengidentifikasi d. kaji derajat sensori
halusinasi. factor eksternal atau gangguan
e. Untuk menurunkan kebutuahan akan halusinasi
yang berperan persepsi dan
terhadap perubahan bagaimana hal f. Meningkatkan masukan sensori,membatasi /menurunkan
- kemampuan tersebut kesalahan interpretasi stimulasi

persepsi sensori mempengaruhi


klien termasuk
penurunan
penglihatan atau
pendengaran
e. ajarkan strategi
untuk mengurangi
stress
f. anjurkan untuk
menggunakan kaca
mata atau alat bantu
pendengaran sesuai
30
keperluan

3 Sindrom Setelah diberikan Mandiri Mandiri


stress relokasi tindakan keperawatan a. Jalin hubungan a. Untuk membangun kepercayaan dan rasa aman
berhubungan diharapkan klien dapat saling mendukung b. Menurunkan kecemasan dan perasaan terganggu
dengan beradaptasi dengan dengan klien c. Untuk menentukan persepsi klien tentang kejadian dan
perubahan perubahan aktivitas b. Orientasikan pada tingkat serangan.
dalam sehari- hari dan lingkungan dan
aktivitas lingkungan dengan rutinitas baru
kehidupan KH : d. Perawatan di rumah sakit mengubah aktivitas klien dan
sehari-hari - Mengidentifikasi meningkatkan masalah tingkah laku. Memberi kesempatan
c. Kaji tingkat
ditandai perubahan mengontrol lingkungan dan melindungi dari kelainan
stressor (seperti
dengan - Mampu beradaptasi tingkah laku
penyesuaian diri,
kebingungan, pada perubahan
krisis
keprihatinan, lingkungan dan
perkembangan,
gelisah, aktivitas kehidupan e. Konsistensi mengurangi kebingungan dan meningkatkan
peran keluarga,
tampak sehari- hari rasa kebersamaan
akibat perubahan
cemas, mudah - Mempertahankan f. Memfasilitasi bantuan dengan komunikasi dan manajemen
status kesehatan)
tersinggung, rasa berharga pada dari kekurangan sekarang serta selanjutnya
d. Tempatkan pada
tingkah laku diri dan identitas
ruangan pribadi
defensive, pribadi yang positif g. Menurunkan ketegangan, mempertahankan rasa saling
jika mungkin dan
kekacauan - Membuat percaya dan orientasi. Saat klien mengetahui secara
bergabung dengan
31
mental, pernyataan positif orang terdekat perlahan tentang apa yang terjadi, koping klien akan
tingkah laku tentang lingkungan dalam aktivitas meningkat
curiga, dan yang baru perawatan, waktu h. Stress meningkat, rasa tidak nyaman/nyeri fisik dan
tingkah laku - Memperlihatkan makan, dan kelelahan mencetuskan penurunan tingkah laku dan
agresif. penerimaan sebaginya gangguan komunikasi. Perilaku katastropik ini
terhadap perubahan menimbulkan panic dan rasa bermusuhan
lingkungan dan
penyesuaian i. Menenangkan situasi dan member klien waktu untuk
kehidupan memperoleh kendali terhadap perilaku dan emosinya
e. Tentukan jadwal
- Mampu
aktivitas yang
menunjukan
wajar dan
tentang perasaan
masukkan dalam
yang sesuai/tidak j. Rasa diterima menurunkan rasa takut, dan respons agresif
kegiatan rutin
cemas dan rasa k. Memberikan keyakinan, menuunkan stress, dan
takut berkurang meningkatkan kualitas hidup
- Tidak menyimpan f. Identifikasi
pengalaman kekuatan klien
menyakitkan yang dimiliki
- Menggunakan sebelumnya
bantuan dari
sumber yang tepat
selama waktu
32
pengaturan pada
lingkungan baru g. Berikan penjelasan
dan informasi yang
menyenangkan
mengenai
kegiatan/peristiwa

h. Catat tingkah laku,


munculnya
perasaan
curiga/paranoid,
mudah
tersinggung,
defensive

33
i. Pertahankan
keadaan tenang.
Tempatkan dalam
lingkungan tenang
yang memberikan
kesempatan untuk
“beristirahat”

j. Atasi tingkah laku


agresif dengan
pendekatan yang
tenang
k. Gunakan sentuhan
jika tidak
mengalami
paranoid/sedang
mengalami agitasi

34
sesaat

4 Perubahan Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


pola tidur tindakan keperawatan a. Jangan a. Irama sirkadian (siklus tidur-bangun)yang tersinkronisasi
berhubungan diharapkan tidak terjadi menganjurkan klien disebabkan oleh tidur siang yang singkat
dengan gangguan pola tidur tidur siang apabila
perubahan pada klien dengan KH : berakibat efek b. Derangement psikis terjadi bila terdapat penggunaan
lingkungan - Memahami factor negative terhadap kortikosteroid, termasuk perubahan mood, insomnia
ditandai penyebab gangguan tidur pada malam
dengan pola tidur hari c. Mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien
keluhan - Mampu b. Evaluasi efek obat pada malam hari terbukti mengganggu tidur
verbal tentang menentukan klien (steroid d. Hambatan kortikal pada formasi reticular akan berkurang
kesulitan penyebab tidur ,diuretik) yang selama tidur, emningkatkan respons otomatik, karenanya
tidur, terus- inadekuat mengganggu tidur respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama
menerus - Mampu memahami tidur
terjaga, tidak rencana khusus
mampu untuk
menentukan menangani/mengor e. Gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan
c. Tentukan kebiasaan
kebutuhan/ eksi penyebab tidur mengganggu pemulihan sehubungan dengan gangguan
dan rutinitas waktu
waktu tidur. tidak adekuat psikologis dan fisiologis, sehingga irama sirkadian
tidur malam dengan
- Mampu terganggu
kebiasaan klien
menciptakan pola
(memberi susu
35
tidur yang adekuat hangat) f. Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan
dengan penurunan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas
terhadap pikiran yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan
d. Memberika
yang melayang- waktu tidur
lingkungan yang
layang (melamun) g. Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan
nyaman untuk
- Tampak atau menghambat waktu istirahat
meningkatkan tidur
melaporkan dapat h. Peningkatan kebingungan, disorientasi, tingkah laku tidak
(mematikan lampu,
beristirahat yang kooperatif (sindrom sundower) dapat mengurangi tidur
ventilasi ruang
cukup i. Penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan
adekuat, suhu yang
kestabilan lingkungan. Catatan : penundaan waktu tidur
sesuai, menghindari
diindikasikan agar klien membuang kelebihan energy dan
kebisingan)
memfasilitasi tidur
j. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
k. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih
selama malam hari
e. Buat jadwal
l. Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara
intervensi untuk
lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
memungkinkan
waktu tidur lebih
lama(memeriksa
tanda vital,
mengubah posisi)

36
f. Berikan kesempatan
untuk tidur sejenak,
anjurkan latihan
saat siang hari,
turunkan aktivitas
mental/fisik pada
sore hari

g. Hindari penggunaan
“pengikatan” secara
terus menerus

h. Evaluasi tingkat
37
stress/orientasi
sesuai
perkembangan hari
demi hari

i. Buat jadwal tidur


secara teratur.
Katakan pada klien
bahwa saat ini
adalah waktu untuk
tidur

j. Berikan makanan
kecil sore hari, susu
hangat, mandi, dan
38
masase punggung
k. Turunkan jumlah
minuman sore.
Lakukan berkemih
sebelum tidur
l. Putarkan musik
yang lembut atau
“suara yang jernih”

5 Kurang Setelah diberikan Mandiri Mandiri


perawatan diri tindakan keperawatan a. Identifikasi kesulitan a.Memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi.
berhubungan diharapkan klien dapat dalam berpakaian/ Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau
dengan merawat dirinya sesuai perawatan diri, memerlukan konsultasi dari ahli lain.
intoleransi dengan kemampuannya seperti: keterbatasan
aktivitas, dengan KH : gerak fisik, apatis/
menurunnya  Mampu melakukan depresi, penurunan
daya tahan aktivitas perawatan kognitif seperti
dan kekuatan diri sesuai dengan apraksia. b. Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar
ditandai tingkat kemampuan. mungkin dilupakan.
dengan  Mampu
penurunan mengidentifikasi dan b. Identifikasi
kemampuan menggunakan sumber kebutuhan

39
melakukan pribadi/ komunitas kebersihan diri dan
aktivitas yang dapat berikan bantuan c.Kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa
sehari-hari. memberikan bantuan. sesuai kebutuhan menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan perawatan
dengan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin
rambut/kuku/ kulit, berkemih dengan memegang dirinya.
bersihkan kaca d. Pekerjaan yang tadinya mudah sekarang menjadi terhambat
mata, dan gosok karena penurunan motorik dan perubahan kognitif.
gigi.
c. Perhatikan adanya e.Meningkatkan kepercayaan untuk hidup.
tanda-tanda
nonverbal yang
fisiologis.

d. Beri banyak waktu


untuk melakukan
tugas.

40
e. Bantu mengenakan
pakaian yang rapi
dan indah.
6. Koping Setelah diberikan Mandiri Mandiri
individu tidak asuhan keperawatan a. Kaji perubahan dari a. Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana
efektif diharapkan koping gangguan persepsi perawatan atau pemilihan intervensi.
berhubungan individu menjadi dan hubungan
dengan efektif dengan kriteria dengan derajat b.Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu
pemecahan hasil : ketidakmampuan memperlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber
masalah tidak - Mampu bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan
adekuat menyatakan atau b. Dukung kemampuan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mepertahankan
ditandai mengkomunikasika koping patisipasi aktif
dengan cepat n dengan orang c. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima
marah, curiga, terdekat tentang kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
mudah situasi dan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima
tersinggung. perubahan yang situasi baru.
sedang terjadi
- Mampu
menyatakan d.Klien Demensia sering merasa malu, apatis, tidak adekuat,
penerimaan diri bosan dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan
41
terhadap situasi akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar
- Mengakui dan dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan
menggabungkan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti
perubahan ke dalam c. Pernyataan meningkatnya mobilitas)
konsep diri dengan pengakuan terhadap e. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk
cara yang akurat penolakan tubuh, mencegha waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat
tanpa haraga diri mengingatkan mengarah padda tidak adanya keinginan dari apatis. Setiap
yang negatif kembali fakta upaya dibuat untuk mendukung klien keluar darii tugas-tugas
kejadian tentang yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari
realitas bahwa masih dan untuk membentuk klien mandiri. Apapun yang dilakukan
dapat menggunakan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan
sisi yang sakit dan meningkatnya kemampuan koping.
belajar mengontrol f. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
sisi yang sehat perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses
d. Beri dukungan rehabilitasi.
psikologis secara g.Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian
menyeluruh tentang peran individu masa mendatang.

h.Dapat mengindikasikan terjadinya depresi dimana


memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut

42
Kolaborasi
a. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk
perkembangan perasaan. Kerjasama fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi
kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang
juga sering muncul pada kejadian ini.
e. Bentuk program
aktivitas pada
keseluruhan hari

43
f. Anjurkan orang yang
terdekat untuk
mengizinkan klien
melakukan hal-hal
untuk dirinya
semaksimal mungkin

g. Dukung perilaku
atau usaha seperti
peningkatan minat
atau partisipasi
dalam aktivitas
rehabilitasi

h. Monitor gangguan
tidur peningkatan
44
konsentrasi, letargi,
dan withdrawal

Kolaborasi
a. Rujuk pada ahli
neuropsikologi
dan konseling
bila ada indikasi

7. Hambatan Setelah diberikan Mandiri Mandiri


komunikasi asuhan keperawatan, a. Kaji kemampuan a. Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam
verbal diharapkan klien tidak klien untuk berkomunikasi.
berhubungan mengalami hambatan berkomunikasi.
dengan komunikasi verbal b. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan
perubahan dengan kriteria hasil : agar tidak terjadi miskomunikasi.
persepsi  Membuat
b. Menentukan cara-
ditandai teknik/metode
cara berkomunikasi
dengan komunikasi yang
seperti
disorientasi dapat dimengerti
mempertahankan
tempat, orang sesuai kebutuhan
kontak mata,
dan waktu. dan meningkatkan
pertanyaan dengan
45
kemampuan jawaban ya atau
berkomunikasi tidak,
menggunakan
kertas dan
pensil/bolpoint,
gambar, atau papan c. Untuk memudahkan klien dalam memanggil perawat saat
tulis; bahasa membutuhkan bantuan.
isyarat, penjelas
arti dari
komunikasi yang
disampaikan.
c. Letakkan bel/lampu
panggilan di tempat
mudah dijangkau dan
berikan penjelasan
cara
menggunakannya.
Jawab panggilan Kolaborasi
tersebut dengan a. Memberikan terapi bicara pada klien.
segera. Penuhi
kebutuhan klien.
Katakan kepada
46
klien bahwa perawat
siap membantu jika
dibutuhkan.

Kolaborasi
a. Kolaborasi
dengan ahli
wicara bahasa.

8. Risiko Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


terhadap tindakan keperawatan a. Kaji pengetahuan a. Identifikasi kebutuhan untuk membantu perencanaan
perubahan diharapkan klien klien/keluarga pendidikan
nutrisi kurang mendapat nutrisi yang mengenai kebutuhan
dari seimbang dengan KH: makan
kebutuhan  Mengubah pola b. Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi
tubuh asupan yang benar. b. Usahakan/ berikan c. Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai
berhubungan  Mendapat diet bantuan dalam
dengan nutrisi yang memilih menu d. Makan panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak
mudah lupa, seimbang. c. Berikan makanan untuk makan
kemunduran  Mempertahankan/ kecil setiap jam Kolaborasi:
hobi, mendapat kembali sesuai kebutuhan
perubahn berat badan yang a. Bantuan diperlukan untuk mengembangkan

47
sensori. sesuai. d. Hindari makanan keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan / makan
 Ikut serta dalam yang terlalu panas yang disukai
aktifitas yang b. Pertolongan utama terhadap fungsi bowell atau BAB
mempermudah
koping adaptif. Kolaborasi :
a. Rujuk atau
konsultasikan
dengan ahli gizi

b. Pemberian
suppositoria dan
pelumas
faeces /
pencahar.

9. Risiko Setelah dilakukan Mandiri Mandiri


48
terhadap tindakan keperawatan a. Kaji derajat a. Mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi
cedera diharapkan Risiko gngguan kesadaran perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku
berhubungan cedera tidak terjadi kemampuan,tingkah impulsif berisiko trauma karena kurang mampu
dengan dengan KH : laku impulsive dan memgendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual
kesulitan - Meningkatkan penurunan persepsi berisiko terjatuh
keseimbangan tingkat aktivitas visual. Bantu b. Klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah
, kelemahan, - Dapat beradaptasi keluarga awal terjadi trauma akibat tidak bertanggung jawab
otot tidak dengan lingkungan mengidentifikasi terhadap kebutuhan keamanan dasar
terkoordinasi, untuk mengurangi risiko terjadinya c. Mempertahankan keamanan dengan menghindari
aktivitas risiko bahaya yang konfrontasi yang meningkatkan risiko terjadinya trauma
kejang. trauma/cedera mungkin timbul d. Perlambatan proses metabolisme mengakibatkan
- Tidak mengalami hipotermia. Hipotalamus dipengaruhi proses penyakit yang
trauma/cedera menyebabkan rasa kedinginan
- Keluarga e. Klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat
mengenali potensial menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran
di lingkungan dan dosis/penggantian obat diperlukan untuk mengurangi
b. Hilangkan sumber
mengidentifikasi gangguan
bahaya lingkungan
tahap-tahap untuk
memperbaikinya
f. Membahayakan klien, meningkatkan agitasi dan timbul
risiko fraktur pada klien lansia (berhubungan dengan
penurunan kalsium tulang)

49
c. Alihkan perhatian
saat perilaku
teragitasi

d. Gunakan pakaian
sesuai dengan
lingkungan
fisik/kebutuhan
klien

e. Kaji efek samping


obat, tanda
keracunan (tanda
50
ekstrapiramidal,hip
otensi
ortostatik,gangguan
penglihatan,
gangguan
gastrointestinal)
f. Hindari penggunaan
restrain terus-
menerus. Berikan
kesempatan
keluarga tinggal
bersama klien
selama periode
agitasi akut

51
52
3. Implementasi
(implementasi sesuai dengan intervensi)
4. Evaluasi

No
. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx
1. Perubahan proses pikir berhubungan  Mampu memperlihatkan
dengan perubahan fisiologis kemampuan kognitifuntuk
(degenerasi neuron ireversibel) menjalani konsekuensi kejadian
ditandai dengan hilang ingatan atau yang menegangkan terhadap emosi
memori, hilang konsentrsi, tidak dan pikiran tentang diri
mampu menginterpretasikan  Mampu mengembangkan strategi
stimulasi dan menilai realitas dengan untuk mengatasi anggapan diri yang
akurat. negative
 Mampu mengenali perubahan dalam
berpikir atau tingkah laku dan factor
penyebab
 Mampu memperlihatkan penurunan
tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman, dan kebingungan

2. Perubahan persepsi sensori  Mengalami penurunan halusinasi


berhubungan dengan perubahan
 Mengembangkan strategi
persepsi, transmisi atau integrasi
psikososial untuk mengurangi stress
sensori (penyakit neurologis, tidak
atau mengatur prilaku.
mampu berkomunikasi, gangguan
tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,  Mendemonstrasikan respon yang
apatis, gelisah, halusinasi. sesuai stimulasi

 Perawat mampu mengidentifikasi


factor eksternal yang berperan
terhadap perubahan

 kemampuan persepsi sensori

3. Sindrom stress relokasi berhubungan  Mengidentifikasi perubahan


53
dengan perubahan dalam aktivitas  Mampu beradaptasi pada perubahan
kehidupan sehari-hari ditandai lingkungan dan aktivitas kehidupan
dengan kebingungan, keprihatinan, sehari- hari
gelisah, tampak cemas, mudah  Mempertahankan rasa berharga
tersinggung, tingkah laku defensive, pada diri dan identitas pribadi yang
kekacauan mental, tingkah laku positif
curiga, dan tingkah laku agresif.  Membuat pernyataan positif tentang
lingkungan yang baru
 Memperlihatkan penerimaan
terhadap perubahan lingkungan dan
penyesuaian kehidupan
 Mampu menunjukan tentang
perasaan yang sesuai/tidak cemas
dan rasa takut berkurang
 Tidak menyimpan pengalaman
menyakitkan
 Menggunakan bantuan dari sumber
yang tepat selama waktu pengaturan
pada lingkungan baru

4. Perubahan pola tidur berhubungan  Memahami factor penyebab


dengan perubahan lingkungan gangguan pola tidur
ditandai dengan keluhan verbal  Mampu menentukan penyebab tidur
tentang kesulitan tidur, terus-menerus inadekuat
terjaga, tidak mampu menentukan  Mampu memahami rencana khusus
kebutuhan/ waktu tidur. untuk menangani/mengoreksi
penyebab tidur tidak adekuat
 Mampu menciptakan pola tidur yang
adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang
(melamun)
 Tampak atau melaporkan dapat

54
beristirahat yang cukup

5. Kurang perawatan diri berhubungan  Mampu melakukan aktivitas


dengan intoleransi aktivitas, perawatan diri sesuai dengan tingkat
menurunnya daya tahan dan kekuatan kemampuan.
ditandai dengan penurunan  Mampu mengidentifikasi dan
kemampuan melakukan aktivitas menggunakan sumber pribadi/
sehari-hari. komunitas yang dapat memberikan
bantuan.

6. Koping individu tidak efektif  Mampu menyatakan atau


berhubungan dengan pemecahan mengkomunikasikan dengan orang
masalah tidak adekuat ditandai terdekat tentang situasi dan
dengan cepat marah, curiga, mudah perubahan yang sedang terjadi
tersinggung.  Mampu menyatakan penerimaan diri
terhadap situasi
 Mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri
dengan cara yang akurat tanpa
haraga diri yang negative

7. Hambatan komunikasi verbal  Membuat teknik/metode komunikasi


berhubungan dengan perubahan yang dapat dimengerti sesuai
persepsi ditandai dengan disorientasi kebutuhan dan meningkatkan
tempat, orang dan waktu. kemampuan berkomunikasi

8. Risiko terhadap perubahan nutrisi  Mengubah pola asupan yang benar.


kurang dari kebutuhan tubuh  Mendapat diet nutrisi yang
berhubungan dengan mudah lupa, seimbang.
kemunduran hobi, perubahn sensori.  Mempertahankan/ mendapat
kembali berat badan yang sesuai.
 Ikut serta dalam aktifitas yang
mempermudah koping adaptif.

9. Risiko terhadap cedera berhubungan  Meningkatkan tingkat aktivitas


dengan kesulitan keseimbangan,  Dapat beradaptasi dengan
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, lingkungan untuk mengurangi risiko

55
aktivitas kejang. trauma/cedera
 Tidak mengalami trauma/cedera
 Keluarga mengenali potensial di
lingkungan dan mengidentifikasi
tahap-tahap untuk memperbaikinya

56
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi otak yang hampir
menyeluruh. Penderita lebih menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan perilakunya.
Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan (berkelana). Pada akhirnya
penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa kehilangan kemampuan
berbicara.

57
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

58

Anda mungkin juga menyukai