Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN NAMA DIRI MASYARAKAT BUGIS

Syamsul Rijal
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti
Jalan A. Mangerangi 73, Makassar, Sulawesi Selatan
emal: rijal1703@yahoo.com.

Abstract: Use of Self Name in Bugis Society. This study describes the comparison between the
proper name in the Bugis language with name nonlanguage Bugis and the factors that influence the
naming of the Bugis community. Data collected through observation with note technique. The data
collected were analyzed descriptively. The names of the Bugis have equivalents in other lan-
guages. There are seven factors that influence the selection process on behalf Bugis society, na-
mely: (1) religion, (2) trends, (3) pride, (4) prestige, (5) heredity, (6) retention of identity, and (7)
conditions or circumstances.

Abstrak: Penggunaan Nama Diri pada Masyarakat Bugis. Penelitian ini mendeskripsikan
perbandingan antara nama diri dalam bahasa Bugis dengan nama diri nonbahasa Bugis dan faktor-
faktor yang memengaruhi pemberian nama dalam masyarakat Bugis. Data dikumpulkan melalui
observasi dengan teknik catat. Data terkumpul dianalisis secara deskriptif. Nama-nama orang
Bugis memiliki padanan dengan bahasa lain. Terdapat tujuh faktor yang memengaruhi proses
pemilihan nama diri pada masyarakat Bugis, yakni: (1) agama, (2) tren, (3) kebanggaan, (4) geng-
si, (5) keturunan, (6) pemertahanan identitas, dan (7) kondisi atau keadaan.

Kata kunci: nama diri, sikap bahasa, masyarakat Bugis

Bahasa merupakan salah satu unsur kebu- dikenal dalam masyarakat. Di Sulawesi Selatan
dayaan. Bahasa adalah faktor yang menyebabkan misalnya, nama-nama yang dibelakangnya mele-
terjadinya kebudayaan. Bahasa terlibat dalam se- kat kata Kalla, Habibie, Yasin Limpo, Kahar
mua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan Muzakkar, dan lain-lain. tentu akan mendapat
cara memunyai nama atau istilah bagi unsur-un- respon yang berbeda dibandingkan dengan na-
sur dari semua aspek kebudayan itu (Nababan, ma-nama seperti Rahim, Rahman, Ardi, Arman,
1991:50). Di sinilah bahasa sangat berperan da- dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa
lam menandai sebuah benda sebagai simbolnya. nama pun dapat memengaruhi keturunan dan
Pemberian nama kepada seorang anak da- kelas sosial seseorang dalam masyarakat.
lam konteks budaya adalah sesuatu yang sangat Masyarakat Batak selalu memberikan na-
esensial sifatnya. Anggapan seperti itu juga ber- ma kepada anak atau keturunannya sesuai de-
laku dalam kehidupan masyarakat Bugis yang ngan garis keturunan ayah dalam keluarga. De-
sangat menyakralkan arti sebuah nama. Dalam ngan demikian, nama-nama orang Batak dapat
nama seorang anak, terdapat harapan dan doa menjadi alat pemersatu jika suatu saat mereka
yang dititipkan orang tua agar kelak setelah de- keluar dari komunitasnya lalu bertemu dengan
wasa si anak akan mengikuti arti nama yang me- sesama marganya. Mereka pasti akan mengenali
lekat pada dirinya. dan mengakui bahwa nama marga yang sama
Selain itu, penggunaan nama diri pada adalah berasal dari satu keturunan atau satu sil-
seseorang bukan hanya sekadar doa dan harapan, silah keluarga meskipun mereka belum saling
melainkan nama juga berfungsi sebagai penanda mengenal sebelumnya. Hal ini sejalan dengan
sosial seseorang dalam masyarakat. Kebanyakan fungsi bahasa yang katakan oleh Fishman “con-
orang yang disegani dalam kehidupan sosial ma- trastive self-identification”(identifikasi-diri yang
syarakat hanya karena sebuah nama yang telah kontrastif) atau yang oleh Garvin dan Mathiot

147
148 Jurnal Retorika, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2012, hlm. 147—153

disebut sebagai “unifying and separating renta, mappatoba, mapparessa, dan lain-lain.
function” (fungsi menyatukan dan sekaligus sedangkan untuk perempuan biasanya kata tenri
memisahkan) (Sumarsono, 2008:169). Jika sese- dikombinasikan dengan kata-kata lain seperti:
orang keturunan Batak dari marga Situmorang tenri pada, tenri gangka, tenri sangka, tenri a-
bertemu dengan sesamanya tentu mereka akan waru, tenri sompa, tenri cacca, dan lain-lain.
mengidentifikasi dirinya sebagai satu keluarga, Fenomena kebahasaan seperti dalam pen-
namun pada sisi lain, secara tidak sadar mereka jelasan di atas telah banyak menginterferensi ba-
telah memisahkan diri dari marga-marga lain- hasa-bahasa daerah termasuk bahasa Bugis. Hal
nya. tersebut sangat menarik untuk diteliti lebih jauh
Penggunaan nama juga dapat menunjuk- dengan membandingkan nama-nama dari bahasa
kan kebangsawanan seseorang, seperti gelar An- Bugis dengan bahasa-bahasa serapan lainnya
di pada masyarakat Bugis, dan La Ode atau Wa yang memiliki arti yang mirip. Oleh karena itu,
Ode pada masyarakat Buton. Selain itu, nama tulisan ini disusun untuk menyelidiki perban-
dapat pula menjadi penanda jumlah atau tingkat dingan nama-nama orang Bugis yang berba-hasa
kelahiran dalam satu keluarga, seperti nama-na- Bugis dengan nama-nama dari bahasa di luar
ma pada masyarakat Bali. Semua penggunaan bahasa Bugis.
tanda untuk nama-nama dalam masyarakat Bu- Gambaran dalam latar belakang di atas
gis, Buton, dan Bali adalah salah satu ciri sosial merupakan salah satu fenomena kebahasaan
yang menunjukkan kesukuannya. Jika mereka yang hampir terjadi pada semua bahasa-bahasa
berada dalam komunitas di luar komunitasnya, daerah di Indonesia. Fenomena tersebut sedikit
pasti sangat mudah dikenali meskipun mereka menginterferensi bahasa asli, termasuk bahasa
telah berbicara dengan bahasa yang digunakan Bugis yang sampai sekarang masih bertahan pe-
oleh masyarakat setempat. makainya dan pemakaiaannya. Salah satu bentuk
Masyarakat Bugis yang pada umumnya interferensi tersebut adalah penggunaan nama-
memeluk agama Islam lebih banyak memberikan nama Bugis pada masyarakat Bugis yang sangat
nama-nama yang berbau bahasa Arab kepada a- jarang lagi ditemukan saat ini.
naknya. Nama yang berbahasa Arab diberikan Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
kepada anak karena orang tua beranggapan bah- nama-nama orang Bugis yang memiliki padanan
wa bahasa Arab identif dengan bahasa Alquran dengan bahasa lain dan membandingkan makna
yang merupakan kitab suci dan pedoman kesela- dari dua nama bagaimana sikap bahasa penutur
matan orang Islam. bahasa Bugis terhadap penggunaan nama dari
Nama anak yang baik adalah nama yang bahasanya sendiri.
mengandung arti doa atau harapan baik untuk
kehidupan akhirat kelak Thalib (2002: 9-10).
METODE
Nama yang baik memunyai ciri-ciri: (1) me-
ngandung makna pujian, misalnya: Ahmad atau Data yang terdapat dalam tulisan ini meru-
Muhammad, yang berarti terpuji; (2) mengan- pakan kumpulan dari nama-nama orang Bugis
dung doa dan harapan, misalnya: Ali, yang ber- yang diambil secara acak sesuai dengan tujuan
arti yang tinggi; Shalih, artinya yang baik; (3) penelitian. Nama-nama tersebut adalah nama
mengandung makna semangat, misalnya: Saiful- yang dianggap masih menggunakan bahasa Bu-
lah artinya pedang Allah; Qamaruddin, artinya gis dan nama-nama yang tidak menggunakan ba-
(cahaya) bulan agama. hasa Bugis.
Ciri-ciri nama yang diberikan oleh Thalib Metode pengumpulan data dilakukan de-
sedikit sejalan dengan pedoman pemberian na- ngan observasi bebas. Cara ini dilakukan dengan
ma-nama bugis dari orang tua kepada anaknya. teknik catat, yakni mencatat nama-nama yang di-
Perbedaannya terletak pada perbedaan jenis ke- temukan dalam berbagai ranah kehidupan ma-
lamin dengan makna nama yang diberikan. Laki- syarakat. Cara tersebut seperti: mencatat nama-
laki biasanya diberikan nama yang mengandung nama teman sekolah, teman kuliah, tetangga,
makna keberanian sedangkan perempuan yang keluarga, teman dari teman, keluarga dari teman,
nama mengandung doa. Anggapan demikian me- teman sepermainan; daftar hadir mahasiswa pe-
lahirkan nama-nama bugis seperti untuk laki-laki nulis; daftar nama teman penulis dalam situs per-
biasanya prefiks mappa dikombinasikan dengan temanan facebook; dan beberapa nama yang per-
kata-kata lain misalnya: mappangara, mappa-
Syamsu Rijal, Penggunaan Nama Diri Masyarakat Bugis 149

nah ditemui dan dibaca oleh penulis. Populasi Seiring perkembangan zaman, penggu-
data tersebut kembali dipilih untuk dijadikan naan nama dalle ini semakin tergeser dengan
sampel penelitian dengan memilih nama-nama bahasa-bahasa lain yang hidup berdampingan
dari bahasa serapan yang memiliki padanan da- dengan bahasa Bugis termasuk bahasa Indone-
lam bahasa Bugis dan sebaliknya, nama-nama sia. Sekarang nama dalle ini hampir sepe-nuhnya
Bugis yang memiliki padanan dalam bahasa se- tergantikan dengan nama rezki. Hal ini disebab-
rapan yang lain. kan oleh adanya faktor gengsi orang tua mem-
Beberapa data yang telah ditemukan di- berikan nama untuk anaknya dengan kata dalle
analisis dengan menggunakan beberapa teori da- karena dianggap terlalu kuno atau tidak lagi se-
lam sosiolinguistik. Data tersebut dianalisis de- suai dengan zaman sekarang.
ngan membandingkan sikap-sikap bahasa orang Padahal jika dilihat dari segi arti, kedua
Bugis dalam memilihkan nama-nama diri untuk nama itu sama. Bahkan, jika orang Bugis yang
anaknya (analisis komparatif). Analisis inilah memiliki nama rezki ditanya tentang makna na-
yang akan dideskripsikan untuk menemukan fak- manya, mereka akan menjawab dengan kata dal-
tor-faktor yang memengaruhi pemilihan nama le. Tentu kata dalle ini lebih dipahami makna-
dalam masyarakat Bugis. nya dibanding dengan kata rezki yang memang
bukan kosakata asli bahasa Bugis.
Ayu memiliki arti yang serupa dengan
HASIL
Cenning. Kata ayu dalam bahasa Jawa berarti
Nama-nama Orang Bugis yang Memiliki Pa- ‘cantik’, ‘anggun’, ‘menawan’. Jika dikonversi
danan dengan Bahasa Lain ke dalam bahasa Bugis maknanya kira-kira sama
dengan cenning. Orang tua Bugis dahulu masih
Sesuai dengan data yang telah dikumpul- ada menggunakan nama I Cenning. Namun, se-
kan, berikut ditampilkan nama orang Bugis yang karang nama seperti itu susah lagi dijumpai ka-
memiliki padanan dalam bahasa lain. (1) Rezki rena telah tergeser dengan kata ayu. Kata ayu ini
memiliki arti yang serupa dengan Dalle, (2) Ayu lebih disenangi oleh sebagian orang Bugis kare-
memiliki arti yang serupa dengan Cenning, (3) na kendengaran lebih keren dan modern diban-
Muhammad memiliki arti yang serupa dengan ding dengan kata cenning. Dengan demikian, da-
Mapparenta, (4) Faishal/hakim memiliki arti se- pat dikatakan bahwa orang-orang Bugis merasa
rupa dengan Mapparessa, (5) Adam memiliki ar- gengsi menggunakan kosakata bahasanya sendi-
ti yang serupa dengan Mappatoba, (6) Hadi me- ri. Padahal makna kata cenning pasti lebih dipa-
miliki arti yang serupa dengan Parenrengi, (7) hami dibanding dengan kata ayu yang berasal
Putri Ayu memiliki arti yang serupa dengan Indo dari kosakata bahasa Jawa.
Cenning, dan (8) Adiputra memiliki arti yang se- Muhammad memiliki arti yang serupa de-
rupa dengan Ambo Masse. ngan mapparenta. Hampir seratus persen orang
Kedelapan data yang telah ditampilkan di Bugis memeluk agama Islam. Agama Is-lam ini
atas, selanjutnya dianalisis berdasarkan sikap ba- merupakan agama yang sudah menjadi agama
hasa penuturnya yang diuraikan sebagai berikut. turun-temurun dalam masyarakat Bugis. Pusat-
Rezki memiliki arti yang serupa dengan Dalle. pusat pendidikan agama Islam didirikan di ber-
Kata rezki yang diserap dari bahasa Arab meru- bagai wilayah yang bersuku Bugis. Agama Islam
pakan salah satu nama yang sangat banyak digu- akhirnya semakin mengakar dalam masyarakat
nakan oleh masyarakat Bugis. Kata rezki ini se- Bugis sebagai agama yang dipercaya dapat
benarnya memiliki padanan kata yang serupa da- memberi keselamatan dunia dan akhirat.
lam bahasa Bugis, yaitu kata dalle. Dahulu kita Agama Islam mengajarkan berbagai jalan
masih dapat menjumpai nama dalle ini, yang keselamatan dan kebahagian. Salah satunya de-
biasanya kalau dalam sapaan Bugis menjadi La ngan jalan memilih nama yang baik dan tentu
Dalle (untuk laki-laki) atau I Dalle (untuk pe- sesuai dengan kitab tuntunan orang Islam, yakni
rempuan). Akan tetapi, pada saat sekarang, kita Alquran. Dalam masyarakat, ada anggapan bah-
sudah susah menjumpai nama-nama seperti itu, wa bahasa Arab identif dengan bahasa Alquran
kalau memang masih ada, pasti usia orang itu karena di dalam melaksanakan ibadah khususnya
sudah tua. salat, umat Islam membaca Alquran yang meng-
gunakan bahasa Arab.

149
150 Jurnal Retorika, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2012, hlm. 147—153

Selanjutnya, berkembanglah ajaran-ajaran dan menyesali kesalahannya. Berdasarkan hal


untuk memberikan nama-nama kepada anak de- tersebut, nama adam ini dianggap memiliki sifat
ngan menggunakan bahasa Arab atau dengan yang segera bertaubat dari kesalahan (Thalib,
memilih penggalan-penggalan ayat dalam Alqur- 2002: 36). Jika nama adam ini diberikan orang
an. Salah satu kata atau nama yang paling ba- tua kepada anaknya sesuai dengan makna taubat
nyak muncul dalam Alquran adalah Muhammad. berarti kata tersebut memiliki padanan kata yang
Muhammad ini adalah nama nabi terakhir dalam memiliki makna serupa dalam bahasa Bugis,
tarikh Islam dan diakui sebagai nabi yang dapat yaitu kata mappatoba yang artinya orang yang
mempersatukan dan memimpin ummat dengan bertaubat.
baik. Jadi, arti kata muhammad kira-kira serupa Penggunaan nama adam sekarang lebih
dengan kata mapparenta dalam bahasa Bugis. banyak digunakan dibanding dengan kata map-
Mapparenta dapat berarti ‘orang yang meme- patoba. Orang tua cenderung memilih kata adam
rintah atau pemimpin’. Nama muhammad inilah karena dalam agama Islam nama adam ini di-
yang sering dikombinasikan dengan kata lain un- kenal sebagai nabi pertama. Namun, nama map-
tuk dijadikan sebagai sebuah nama. patoba ini masih dapat ditemukan sekarang ini
Nama-nama orang yang menggunakan tetapi terbatas pada kelas sosial tertentu. Bia-
kata muhammad sekarang sudah sangat banyak sanya hanya keturunan-keturunan bangsawan
tetapi sangat susah lagi ditemukan nama mappa- yang menggunakannya seperti Andi Mappatoba.
renta karena orang Bugis lebih meyakini kata Jadi, faktor keturunan juga dapat memengaruhi
muhammad sebagai nama yang bisa memberikan sikap bahasa dalam pemilihan nama orang-orang
efek kebaikan bagi anaknya. Meskipun demiki- Bugis.
an, nuansa makna kedua kata tersebut tentu Hadi memiliki arti yang serupa dengan
masih dapat dirasakan perbedaannya oleh orang Parenrengi. Kata parenrengi yang berasal dari
Bugis sebagai penutur asli. Kata mapparenta ti- kata dasar renreng yang berarti ‘tuntun’. Jadi,
dak dapat sepenuhnya diwakili oleh kata mu- parenrengi berarti ‘orang yang menuntun kita
hammad, begitu pula sebaliknya, kata muham- berjalan’. Kata parenrengi ini memiliki makna
mad tidak dapat diwakili secara tepat maknanya yang serupa dengan kata hadi dalam bahasa
oleh kata mapparenta. Arab yang berarti ‘penunjuk (jalan)’ (Thalib,
Faishal/hakim memiliki arti serupa de- 2002: 32).
ngan Mapparessa. Kata faishal dan hakim ada- Orang-orang Bugis lebih senang menggu-
lah dua kata dalam bahasa Arab yang memiliki nakan nama hadi yang dianggap memiliki mak-
arti yang sama, yakni ‘penengah’ atau ‘seorang na yang bagus karena berasal dari bahasa Arab
yang bijak dan adil dalam menyelesaikan segala yang identif dengan Alquran. Kata parenrengi
urusan’ (Thalib, 2002: 129). Dalam bahasa Bu- ini biasanya hanya digunakan oleh orang Bugis
gis, ada kata mapparessa yang artinya ‘meme- yang berdarah bangsawan sehingga sering kita
riksa’. Kata faishal/hakim ini memiliki arti yang dengar nama Andi Parenrengi.
serupa dengan mapparessa dalam bahasa Bugis Putri Ayu memiliki arti yang serupa de-
yang sering digunakan sebagai sebuah nama. ngan Indo Cenning. Seperti yang telah dipa-
Seiring perkembangan, kata faishal atau parkan pada data kedua penelitian ini bahwa kata
hakim ini lebih banyak juga digunakan sebagai ayu memilki arti yang serupa dengan kata cen-
nama oleh orang bugis karena orang Bugis me- ning dalam bahasa Bugis. Jadi, kata putri dari
rasa kata itu berasal dari bahasa Arab dan di- bahasa Sansekerta kira-kira memiliki arti yang
anggap islami dibandingkan kata mapparessa serupa dengan kata indo dalam bahasa Bugis.
dalam bahasa Bugis. Meskipun demikian, kata Dengan demikian, paduan kata putri ayu dalam
mapparessa ini lebih dipahami maknanya oleh bahasa Jawa dan Sansekerta kira-kira memiliki
orang Bugis sebagai penutur asli. Inilah salah makna yang sepadan dengan paduan kata indo
satu bentuk pemilihan nama yang dipengaruhi cenning dalam bahasa Bugis.
oleh faktor agama khususnya agama Islam. Salah satu pertanyaan besar sekarang, ma-
Adam memiliki arti yang serupa dengan sih adakah orang tua yang mau memberikan na-
Mappatoba. Kata Adam adalah nama nabi perta- ma kepada anaknya seperti nama indo cenning.
ma dalam tarikh Islam yang dibuang ke dunia Lebih banyak yang memilih nama putri ayu ka-
karena melanggar perintah Allah. Setelah peris- rena orang-orang Bugis selalu menjaga gengsi
tiwa itu, Adam segera bertaubat kepada Allah dan ikut tren dalam masyarakat. Jika dibanding-
Syamsu Rijal, Penggunaan Nama Diri Masyarakat Bugis 151

kan nuansa maknanya, pasti orang Bugis lebih mengadposi siaran-siaran pilihan dari luar ne-
memahami makna nama indo cenning daripada geri, misalnya film-film Korea, Jepang, India,
putri ayu karena nama indo cenning berasal dari Amerika, Inggris, bahkan film-film dari Malay-
bahasanya sendiri. sia pun juga sudah memasuki siaran-siaran na-
Adiputra memiliki arti yang serupa de- sional Indonesia.
ngan Ambo Masse. Kata adiputra berasal dari Melalui tontonan siaran televisi ini, orang
dua kata, yaitu adi yang berarti kuat dan putra tua terasuki pikirannya dengan nama-nama to-
berarti ‘anak laki-laki’. Paduan kata adiputra ini koh dalam sebuah film atau nama-nama olahra-
kira-kira memiliki makna yang serupa dengan gawan, artis, tokoh bangsa, dan tokoh dunia
ambo masse dalam bahasa Bugis. Kata ambo da- yang sering mereka lihat. Karena terlalu sering
pat mewakili arti putra dan kata masse dapat menonton, mereka menjadi gemar dan ingin
mewakili kata adi. Namun, sekarang kita susah mengikuti atau menyamai tokoh tersebut. Akhir-
lagi menemukan paduan kata seperti ambo mas- nya, kegemaran dan kecintaan terhadap sesosok
se ini. Orang-orang Bugis lebih senang memilih tokoh itu kadang-kadang diabadikan lewat pem-
kata adiputra karena dianggap lebih modern dan berian nama-nama diri kepada anaknya. Selan-
tidak ketinggalan zaman. jutnya, bermunculanlah nama-nama seperti: Azi-
Paduan kata ambo ini masih dapat ditemu- zah, Ronal, Ibrahimovich, Saddam Husain, Kari-
kan di beberapa daerah yang berpenduduk orang na, Bunga, dan lain-lain.
Bugis seperti di Kabupaten Wajo dan sebagian Jadi, yang dimaksud dengan tren di sini
wilayah Sidrap. Sebagian besar dapat ditemukan adalah fenomena aktual yang terjadi dalam ma-
pada komunitas penganut kepercayaan To Lo- syarakat (Azhar, 2008: 14). Apalagi zaman seka-
tang di Kabupaten Sidrap. rang ini, hampir semua peristiwa ditayangkan di
televisi. Mulai hal-hal yang sangat penting sam-
pai hal-hal tidak penting seperti berita perceraian
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian
artis. Semua itu pasti akan membekas dan me-
Nama dalam Masyarakat Bugis.
mengaruhi penontonnya.
Faktor Agama
Kebanggaan
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri se-
Penggunaan nama seseorang masih diang-
bagai salah satu penyebab sikap bahasa tersebut
adalah adanya pengaruh kuat agama Islam dalam gap sebagai salah satu hal membanggakan jika
kebudayaan masyarakat Bugis. Bahasa Arab se- nama tersebut sangat bagus artinya di mata ma-
syarakat. Sama halnya dengan bahasa itu sendiri
lalu dianggap sama dengan bahasa Alquran yang
di dalamnya terdapat kebenaran mutlak menurut sebagai kosakata, nama juga memberikan ke-
orang muslim. Dengan demikian, orang tua lebih banggaan tersendiri, baik bagi pemiliknya mau-
banyak memilih nama-nama dari bahasa Arab pun orang yang memberikan nama itu (orang tua
karena dianggap dapat menjadi cerminan apa masing-masing). Orang-orang yang memiliki na-
yang dilukiskan dalam Alquran tersebut. Nama ma unik biasanya mudah diingat dan memberi
seseorang kelak akan dipergunakan sampai akhi- kesan tersendiri, baik bagi pemiliknya maupun
dalam masyarakat.
rat dan orang tualah yang akan mempertang-
gungjawabkan baik-buruknya nama anak-anak- Jika dalam sebuah keluarga telah sukses
nya (Thalib, 2002: 14). dan dikenal masyarakat luas tentu simbol per-
tama yang paling dikenal adalah nama orang
Tren dalam Masyarakat tersebut. Ketika keluarga tersebut menambahkan
namanya di belakang nama asli anaknya tentu si
Media massa yang telah memasuki hampir anak juga ikut terkenal dan mendapat perhatian
setiap lini kehidupan masyarakat adalah satu pe- berbeda di dalam masyarakat.
nyebab masyarakat selalu ingin mengikuti hal- Bagi sebagian orang Bugis, nama adalah
hal yang lagi menjadi tren. Televisi adalah salah sesuatu yang dapat memberikan wibawa tersen-
satu media yang sangat cepat memengaruhi ma- diri bagi pemiliknya. Anggapan itulah yang se-
syarakat. Televisi memberikan berbagai tonton- bagian orang masih memberikan nama-nama ke-
an yang selalu bersifat baru. Tidak jarang yang pada anaknya yang berbau atau berbahasa Bugis.
Namun, hal tersebut masih terbatas dalam ma-

151
152 Jurnal Retorika, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2012, hlm. 147—153

syarakat karena penggunaan nama-nama yang diikutkan lagi di belakang nama anaknya men-
berbahasa Bugis itu hanya digunakan oleh ke- jadi Andi Akibe Latto dan Andi Kubade Latto.
luarga bangsawan atau keturunan Andi dalam Pada sisi lain, orang-orang Bugis yang ti-
kelas sosial masyarakat Bugis. Hal itulah yang dak termasuk dalam silsilah keluarga bangsawan
menyebabkan sebagian orang masih memberi- kadang-kadang merasa malu menggunakan na-
kan nama-nama kepada anaknya terutama ke- ma-nama bernuansa bangsawan. Nama mereka
luarga bangsawan seperti: Andi Balla Sada, Andi biasanya ditandai dengan prefiks atau kata san-
Patongai, Andi Mappatoba, Andi Panguriseng. dang La dan I dalam kelas sosial masyarakat.
Ada pula sebagian masyarakat Bugis yang masih Kata sandang La dan I inilah yang sering dikom-
menggunakan kata Ambo dan Indo kemudian binasikan dengan kata-kata lain seperti: La Upe,
dikombinasikan dengan kata-kata lain, seperti: La Cilaleng, La Beddu, I Sennang, I Rejja, dan
Ambo Upe’, Ambo Awe, Ambo Ranreng, Indo E- lain-lain.
sa, dan nama lainnya.
Selain nama-nama Bugis tersebut, ada pu- Pemertahanan Identitas
la nama-nama serapan dari bahasa lain yang juga
dianggap dapat memberikan prestise atau wiba- Jika diperhatikan berdasarkan jumlah na-
wa tersendiri bagi pemiliknya. Nama-nama ter- ma-nama orang Bugis yang menggunakan baha-
sebut seperti: Arya, Cakra, Dimas, Duta, Ayu, sa Bugis secara sengaja untuk mempertahankan
Sri, Putri, Ika, Dirga, Budi, Dewi, dan lain-lain. identitas, faktor inilah yang paling sedikit. Sebe-
narnya faktor ini dapat bertumpang tindih de-
Gengsi ngan faktor lain seperti faktor prestise dan faktor
keturunan. Namun, keluarga-keluarga bangsa-
Pemberian nama kepada seorang anak bia- wan memberikan nama kepada anaknya kadang-
sanya masih dipertimbangkan secara historis kadang tidak bermaksud untuk mempertahankan
oleh orang tua. Artinya, orang tua mempertim- tradisi tetapi sekadar untuk menyambung silsilah
bangkan jenis bahasa yang akan digunakan seba- keluarga dan menjaga wibawa. Jadi, sebenarnya
gai nama anaknya. Bahasa-bahasa yang masih mereka telah melanjutkan silsilah keluarga dan
kental nuansa bugisnya biasanya dianggap se- sekaligus secara tidak sengaja mempertahankan
suatu yang kuno karena tidak cocok lagi dengan identitasnya sebagai orang Bugis.
zaman sekarang. Pertimbangan lain dari orang Ada beberapa nama yang pernah ditemu-
tua biasanya memikirkan kondisi psikologis si kan yang dipilih dengan sengaja untuk memper-
anak ketika bergaul dengan teman-temannya. tahankan identitas seseorang sebagai orang Bu-
Dalam pergaulan, anak-anak biasanya mengejek gis. Misalnya seorang teman bernama I Sumarni.
teman-temannya jika teman tersebut memiliki Berdasarkan kebiasaan, kita hanya sering mene-
nama yang masih menggunakan bahasa-bahasa mukan nama Sumarni, tetapi orang tua I Sumar-
lama termasuk bahasa Bugis. Faktor inilah yang ni menambahkan kata sandang I di depan na-
membuat orang tua tidak memberikan nama ke- manya dengan sengaja agar orang lain dapat me-
pada anaknya yang menggunakan bahasa Bugis ngenalnya sebagai orang Bugis. Hal ini dilaku-
asli karena untuk menjaga gengsi anaknya kelak kan orang tua tersebut karena mereka sedang
setelah dewasa. merantau di daerah lain dan bercampur dengan
berbagai suku. Ada pula nama I Sabah yang la-
Keturunan hir di salah satu wilayah negara Malaysia, yaitu
Sabah. Supaya orang-orang mengenalnya seba-
Gelar kebangsawanan juga sangat meme- gai orang Bugis, orang tuanya menambahkan
ngaruhi pemberian nama seorang anak dalam kata sandang I di depan namanya. Nama-nama
masyarakat Bugis. Nama-nama kebangsawanan lain yang pernah ditemukan adalah La Rusi, La
ini diwariskan secara turun-temurun berdasarkan Suridam, dan La Tasong.
garis keturunan ayah. Misalnya seseorang ber- Prefiks atau kata sandang I dalam nama-
nama Andi Paddaitu memberikan nama kepada nama orang Bugis sebenarnya tidak cukup untuk
anaknya dengan mengikutkan namanya sehingga menandai sebagai seorang suku Bugis jika nama
nama anaknya menjadi Andi Latto Paddaitu. Se- yang ada di belakangnya tidak berbahasa Bugis.
telah Andi Latto memiliki anak, nama Latto ini Alasannya, sebagian orang Bali juga mengguna-
Syamsu Rijal, Penggunaan Nama Diri Masyarakat Bugis 153

kan kata sandang I di depan namanya. Jadi, ha- naan nama diri: (1) ditemukan sejumlah nama
rus ada identitas tambahan untuk membedakan. diri masyarakat Bugis yang memiliki padanan
dengan bahasa lainnya; (2) faktor yang meme-
Kondisi atau Keadaan ngaruhi proses pemilihan nama-nama diri pada
masyarakat Bugis, yakni: (a) agama, (b) tren, (c)
Kadang-kadang pemberian nama diri bagi prestise, (d) gengsi, (e) keturunan, (f) pemer-
orang Bugis mengandung makna yang sangat tahanan identitas, dan (g) kondisi atau keadaan.
filosofis. Makna-makna nama tersebut biasanya Ketujuh faktor inilah yang memengaruhi orang
disesuaikan dengan kondisi atau keadaan yang Bugis dalam memilih nama untuk anaknya, baik
melatarbelakangi proses kelahiran seorang anak. nama-nama diri yang berasal dari kosakata ba-
Misalnya, seorang yang bernama Andi Nissi hasa lain, maupun bahasa yang berasa dari ba-
Purnama, ternyata proses kelahirannya dilatar- hasa Bugis itu sendiri.
belakangi oleh beberapa peristiwa. Pertama, Selain itu, ada hal menarik pada masya-
Andi Nissi Purnama lahir tepat bulan purnama. rakat Bugis terkait dengan sikap bahasa dalam
Kedua, beberapa hari sebelum Andi Nissi Purna- memilih nama diri dengan pemertahanan bahasa
ma lahir, orang tuanya sempat membeli mobil Bugis sampai saat ini. Penutur bahasa Bugis
yang bermerek Nissan. tetap menggunakan bahasanya dalam pergaulan
sehari-hari tetapi mereka memiliki pandangan
PENUTUP kurang baik (sikap negatif) terhadap bahasanya
dalam hal memilih nama diri. Justru mereka
Berdasarkan analisis komparatif sikap memandang positif penggunaan kosakata bahasa
bahasa penutur bahasa Bugis terhadap penggu- lain untuk dijadikannya sebagai nama diri.

DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Terjemahannya. 1971. Kompleks Per- Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pe-
cetakan Al Karim Kepunyaan Raja Fahd. ngantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Azhar, Iqbal Nurul. 2008. “Ketika Bahasa Madura Sapir, Edward. 1929. “The Status of Linguistic as a
Tidak Lagi Bersahabat dengan Kertas dan Sciences”, in Edward Sapir, 1958, Culture,
Tinta: Kajian Ethnolinguistik dari Sudut Language and Personality. Barkelay C.A.:
Pandang Sosiolinguistik”, dalam Anwar University of California Press.
Efendi, Bahasa dan Sastra: Dalam Berbagai Sumarsono. 2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pus-
Perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana. taka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Be- Taha, Zainuddin. 2008. Gapura Bahasa: Kumpulan
sar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Makalah Pilihan tentang Bahasa dan Pe-
Balai Pustaka. ngajaran Bahasa. Makassar: Badan Pe-
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: nerbit UNM.
Rajawali Press. Thalib, Muhammad. 2002. Tuntunan Islami Memberi
Nama Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

153

Anda mungkin juga menyukai