Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja

Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi

karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun

dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap

sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang

melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif

maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut

Robert M.Z Lawang (dalam Sunarto 2006), perilaku menyimpang adalah semua

tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan

menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk

memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut Lemert penyimpangan dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan

sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang

bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat

ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan dll.

Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak

mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti

18

Universitas Sumatera Utara


merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lainlain

(Kamanto Sunarto 2006:78).

Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan dari

abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti

menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga

perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang

menyimpang. Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan

menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu

perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan.

Menurut Soerjono Soekanto (1990:237), perilaku menyimpang disebut

sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau

penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak

sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak

bisa diintegrasikan dalam pola tingkahlaku umum. Disebut sebagai penyakit

masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus

menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu

fungsinya. Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan

penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab

para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa

atau abnormal sifatnya. Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri

demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat

mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas.

19

Universitas Sumatera Utara


Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi

sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.

Deviasi merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan

nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan

sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara

seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya kaidah serta peraturan di dalam

masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilai-

nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto,

1990:237).

Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan

sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku

remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual.

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan

anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka

mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja

mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat

diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 1998).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan

kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang

melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik

20

Universitas Sumatera Utara


terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah

satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan

kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan

remaja antara lain : bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film

porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika,

mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang

lain.

Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain

(Bagong Narwoko, 2007: 94-96) :

1. Pengaruh teman sebaya

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk

prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata

teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktu dengan

teman sebayanya. Jika remaja mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan

orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya

karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan

keluarga. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan

dan permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangat lah besar dalam

pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan cenderung

bersikap sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.

21

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.

Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap

aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang

tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua

yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak

efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan

munculnya kenakalan remaja.

Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga

berhubungan dengan kenakalan. Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar,

anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak

karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan menentang kekuasaan.

3. Media Massa

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu

singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu

pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media

massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam

proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka

akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan

adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai

22

Universitas Sumatera Utara


penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral

pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.

2.2 Kontrol Sosial dan Peran Orang tua Terhadap Remaja

Kontrol sosial merupakan lembaga sosial yang berbeparan melakukan

pengendalian perilaku anggota masyarakat agar kehidupan sosial tetap dalam

keadaan konform (Elly, 2011: 256). Berdasarkan hal tersebut bentuk perilaku

menyimpang yang dilakukan remaja merupakan bukti lemahnya kontrol sosial

dari institusi-institusi pendukung perkembangan perilaku remaja tersbut.

Institusi Keluarga merupakan elemen penting dalam pembentukan

karakter seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berperan sebagai

pemberi arah dan kontrol bagi anggotanya sebagai sebuah institusi. Adanya peran-

peran tertentu dalam keluarga mengharuskan adanya kelas-kelas tertentu yang

disepakati dalam sebuah keluarga. Tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga

merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia

meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan

primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi

dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia

terlebih dahulu mengenal keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal

norma-norma di-nilai dar masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-

norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya.

23

Universitas Sumatera Utara


Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka, kita

dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku

lainnya dan di dalam suku tertentu itu pun pola perilaku orang yang berasal dari

kelas sosial atas berbeda dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan

pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya

ditimbulkan oleh norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga, yang diturunkan

melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anak mereka secara

turun-temurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orang tua

akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa

segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya ada pula pada orang tuanya

(Jumiatun,2012).

Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa kondisi keluarga sangat

berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seorang remaja. Dalam hal itu

ditemukan bahwa kebanyakan remaja yang terlibat ternyata adalah anak dari

korban perceraian orang tua dimana anak merasa tidak membutuhkan orang tua

dalam menjalani hidup, dan menurutnya siapa yang dapat memberinya

ketenangan adalah lebih pentig dibanding sosok orang tua. Tanpa adanya fungsi

kontrol dari peran orang tua menjadikan pengaruh dari teman sepermainan

maupun pacarnya yang kurang baik akan dengan mudah untuk diterima tanpa

harus ada yang melarang dimana ini menjadi fungsi dari orang tua.

Ketika hal memilih teman juga menjadi hal yang sangat menarik jika

dilihat kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah. Adanya kecenderungan

24

Universitas Sumatera Utara


bahwa teman sebagai tempat curhat dan bercerita tentang pengalawan antara

teman yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang seorang teman mempengaruhi

temannya yang lain untuk melakukan hal yang diperbuatnya dengan pacarnya

dimana dalam hal ini hubungan sex pra nikah. Sedikit banyaknya teman

tempatnya bercerita akan terpengaruh dan dan timbul keinginan untuk juga

mencobanya. Di pahami dan disadari atau tidak, namun kondisi ini memang ada

menurut beberapa literatur dan hasil penelitian yang banyak dilakukan bahwa

pengaruh dari teman dan ceritanya sangat mempengaruhi perilaku sex pra nikah

yang dilakukan para remaja.

Semua kondisi tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian remaja di

atas, apabila terjadi maka yang pertama menjadi korban adalah anak-anaknya

terutama dalam usia remaja, di mana sosok figur panutan masih dibutuhkan dalam

kerangka pembentukan identitasnya (Soerjono Soekanto, 2004:70). Jadi, sebab-

sebab perilaku yang menyimpang pada remaja ini tidak hanya terletak pada

lingkungan famili, tetapi juga disebabkan oleh konteks kulturalnya.

2.3 Norma Sosial

Norma sosial adalah apa yang harus dan dilarang dalam masyarakat.

Norma-norma tersebut diciptakan dan dibentuk karena individu sebagai anggota

masyarakat saling berhubungan dan berinteraksi. Selanjutnya norma tersebut

berfungsi untuk mengarahkan, menyalurkan, dan membatasi hubungan-hubungan

25

Universitas Sumatera Utara


anggota masyarakat pada umumnya. Dalam setiap masyarakat, norma sosial

biasanya terpusat pada kegiatan seharihari yang bermakna bagi anggota-

anggotanya. Norma sosial yang terpusat itu dinamakan pranata sosial, contohnya

keluarga.

Keluarga merupakan konkritisasi dari sejumlah norma sosial yang

mengatur hubungan antar jenis, hubungan orang tua dengan anak, sosialisasi

dalam keluarga, mengatur dan mengarahkan hubungan sehari-hari meskipun

dalam keluarga ada kekhususan normatif dimana berhubungan dengan pribadi-

pribadi dalam keluarga tersebut. Akan tetapi dapat juga diketemukan-aspek umum

dalam kehidupan berkeluarga dan aspek umum ini erat hubungannya dengan

norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu

yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana

tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain dan norma ini merupakan kriteria bagi

orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.

Berbicara tentang norma, erat hubungannya dengan nilai. Karena nilai

yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhi perilakunya. Menurut Milton

Rokeach, nilai merupakan suatu tipe keyakinan yang dipusatkan didalam sistem

kepercayaan pada diri seseorang, mengenai bagaimana seseorang harus

bertingkah laku atau apa yang tidak boleh dilakukan (Sekarningsih, 1993: 108).

26

Universitas Sumatera Utara


Pada dasarnya norma itu muncul mempertahankan atau memelihara nilainilai

yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang

baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial

dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu

norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan

yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan normanorma masyarakat tersebut,

maka ia dikatakan menyimpang.

Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam

suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu:

1. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan.

2. Penyimpangan seksual dalam arti perilaku yang lain dari biasanya.

3. Bentuk-bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol.

4. Gaya hidup yang lain dari yang lain.

Akan tetapi penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi

dimana dalam suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang

normal terhadap masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu

sama untuk setiap masyarakat.

Pada intinya kehidupan masyarakat tidak terdapat nilai-nilai dan norma-

norma sosial, sebaliknya tidak akan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang

berdiri tanpa ada masyarakat pendukungnya. Nilai dan norma sosial merupakan

27

Universitas Sumatera Utara


hasil kesepakatan di dalam kehidupan masyarakat yang antara masyarakat yang

satu dan masyarakat lainnya terdapat karakter sosiokultural yang berbeda-beda.

Inilah yang mengakibatkan timbulnya perbedaan konsep nilai-nilai dan norma

sosial yang berlaku di masing-masing kelompok. Kehidupan masyarakat yang

baik adalah kehidupan masyarakat yang memilki komitmen nilai-nilai dan norma-

norma sebagai patokan untuk menjadi manusia-manusia yang beradab. Konsep

tentang sesuatu yang baik beserta pedoman untuk mencapai konsep tersebut yang

bermoral adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ideal beserta

kepatuhan akan norma-norma sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan ideal

tersebut. Oleh karena itu, jika terjadi perubahan, maka yang terpenting adalah arti

dan tujuan dari perubahan itulah yang terpenting. Perubahan yang baik adalah

perubahan yang direncanakan dengan seperangkat tujuan yang jelas, yaitu

pembangunan.

Beberapa hal yang merusak atau mengganggu proses asimilasi remaja

dengan keluarganya sehingga remaja mencari kenyamanan bergaul di luar

keluarga adalah (Soerjono Soekanto, 2004:70) :

1. Tidak ada saling pengertian mengenal dasar-dasar kehidupan bersama.

2. Terjadinya konflik mengenai otonomi, di mana satu pihak orang tua

ingin agar anaknya dapat mandiri, di lain pihak keluarga

mengekangnya.

3. Terjadinya konflik nilai-nilai yang tidak diserasikan.

28

Universitas Sumatera Utara


4. Pengendalian dan pengawasan orang tua yang berlebihan.

5. Ketiadaan rasa saling menolong dan kebersamaam dalam keluarga.

6. Adanya masalah dalam hubungan antara ayah dan ibu.

7. Jumlah anak yang banyak yang kurang mendapatkan kasih sayang

orang tua

8. Campur tangan pihak luar keluarga.

9. Kedudukan sosial ekonomi yang berada di bawah standard.

10. Pekerjaan orang tua yang tidak seimbang, seperti jabatan ibu yang

lebih tinggi dari ayah.

11. Aspirasi orang tua yang tidak disesuaikan dengan kenyataan yang

terjadi.

12. Konsepsi peranan keluarga yang menyimpang dari kenyataan.

13. Timbulnya favoritismedi kalangan anggota keluarga, yang ini akan

menimbulkan perhatian yang kurang adil merata dan seimbang di

antara anggota keluarga.

14. Pecahnya keluarga yang disebabkan konflik ayah, ibu dan anak-

anaknya.

15. Persaingan tajam di antara anak-anak yang menyolok.

29

Universitas Sumatera Utara


2.4 Gaya Hidup di Perkotaan

Menurut Bagong Suyanto (2004), salah satu kelompok yang rentan untuk

ikut terbawa arus perubahan jaman adalah para remaja. Karena remaja memiliki

karakteristik tersendiri yang unik yakni labil, sedang pada taraf mencari identitas,

mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.

Secara sosiologis, remaja umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh

eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombang-

ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga

mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi

kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung

mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya. Di

berbagai komunitas dan kota besar yang metropolitan, tidak heran jika hura-hura,

seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda

para remaja (Bagong Suyanto, 2004).

Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia dalam mencari jati

dirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jati diri tersebut ia mudah untuk

terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut

membentuk sikap dan pribadi mereka. Gaya hidup (lifestyle) menggambarkan

keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler

dalam Sakinah, 2002). Menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 1997) gaya hidup

adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap

seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu

30

Universitas Sumatera Utara


banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang

misalnya :

1. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk

mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar

rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang

yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

2. Gaya Hidup Instan

Gaya hidup instan merupakan pola hidup ingin mendapatkan segala

sesuatu (prestasi, ketenaran, kekayaan, popularitas, moral, dan sebagainya) secara

mudah tanpa proses yang panjang. Dalam hal ini pandangan hidup bisa

menyangkut perilaku, kebiasaan, etika, moral, hukum, adat istiadat yang

mempengaruhi perilaku atau pandangan seseorang tentang dunia ini. Merebaknya

gaya hidup instan di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari mentalitas

sebagian mereka dan juga masyarakat yang ingin meraih segala sesuatu dengan

cepat dan mudah.

Gaya hidup instan berkembang karena di dalam kehidupan sehari-hari,

hampir semua orang terlibat dalam prosedur, metode, atau proses mencapai tujuan

31

Universitas Sumatera Utara


dengan jalan paling cepat, tepat namun dengan hasil optimum. Itulah sebabnya

manusia berlomba menciptakan “mesin pemercepat proses” untuk menghemat

waktu, biaya, daya, dan tujuan kemudahan. Sebagai contoh, mesin kalkulator,

telepon genggam, computer dan lainnya. Kemudahan-kemudahan yang diusung

alat-alat teknologi ini mempengaruhi perilaku, pola hidup, pandangan, falsafah

hidup, tidak saja para remaja tetapi juga anak-anak, bahkan mungkin sebagian

besar orang tua. Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang ingin

mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa menghiraukan, apakah cara yang di

tempuh wajar atau tidak.

3. Gaya Hidup Permisif

Masyarakat permisif merupakan masyarakat yang memaklumi perilaku

menyimpang dan menganggap kesalahan sebagai suatu kewajaran. Ungkapan

yang muncul adalah “itu kan biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap,

misalnya seks bebas, pornografi, perjudian dan korupsi. Masyarakat Permisif

terbentuk karena Individualisme Ekspresif dan Individualisme Utilitarianisme.

Individualisme Ekspresif menginginkan kebebasan dan bebas dari kontrol

kelompok. Sedangkan Individualisme Utilitarianisme mengedepankan untungrugi

dan persaingan. Kedua individualisme tersebut meski tidak saling terkait tetapi

membuat anggota Masyarakat Permisif tidak peduli. Ketidakpedulian berakibat

permisif. Sebaliknya, kepedulian membuat orang lain terganggu. Padahal

32

Universitas Sumatera Utara


sebelumnya mereka tidak mengganggu orang yang peduli dengan ketidak

peduliannya. Akibatnya nilai luhur terkikis dan dosa berkembang dengan cepat.

4. Gaya Hidup Bebas

Banyak generasi muda yang menuntut kebebasan dalam banyak hal.

Batas-batas moral dilanggar, nasihat-nasihat bijak tidak mendapatkan tempat.

Nilai-nilai luhur yang terasa penuh aturan mereka dobrak, tergantikan dengan

nilai-nilai baru dengan semangat liberalisme. Barangsiapa yang menentang

semangat perubahan ini dicap sebagai berpikiran kolot, fanatik serta ketinggalan

zaman. Tidak jarang mereka yang menetang mendapat pengasingan diri. Seakan-

akan kebebasan menjadi pandangan hidup dalam menyongsong masa depan. Pada

akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang terjerumus dalam anomaly seperti

yang paling nge-trend saat ini pergaulan bebas yang berlanjut pada sex bebas.

33

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai