Anda di halaman 1dari 10

PRAKTEK PERLINDUNGAN dan PENEGAKAN HUKUM

KELOMPOK 2

Anggota Kelompok :

Adinda Thalia Salsabilla . XII IPS 2 . 02


Alista Yunni’Matul Izza . XII IPS 2 . 04
Aurellia Rivanya Effendy . XII IPS 2 . 06
Faiz Noor Cholili . XII IPS 2 . 08

1
DAFTAR ISI
COVER ARTIKEL................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2

BERITA 1................................................................................................................................ 4

BERITA 2................................................................................................................................ 5

PENDAHULUAN (BAB I) .................................................................................................. 6

1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................6

PEMBAHASAN (BAB II)......................................................................................................6

2.1 Bukti yang Menyatakan Bahwa Indonesia Adalah Negara Hukum................................ 6

2.2 Peran Penegak Hukum dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada


Masyarakat...............................................................................................................................7

2.1 Berita 1 ............................................................................................................................ 7

2.2 Berita 2.............................................................................................................................. 7

2.3 Tingkat Kesadaran Masyarakat Indonesia terhadap Hukum............................................ 7

.3.1 Berita 1..............................................................................................................................7

3.2 Berita 2...............................................................................................................................8

2.4 Tanggapan Kelompok Mengenai Berita........................................................................... 8

.4.1 Berita 1..............................................................................................................................8

4.2 Berita 2.............................................................................................................................. 8

PENUTUP (BAB III) ............................................................................................................ 9

2
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 9

3.2 Saran............................................................................................................................. 9

SUMBER RUJUKAN....................................................................................................... 10

BERITA 1

3
Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perdagangan
Wanita Dan Anak Di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur

Sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Timur, di Samarinda terdapat temuan beberapa


kasus tindak pidana perdagangan perempuan dan anak. Namun jika ditelusuri melalui
instansi Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja, data yang diperoleh sangatlah
sedikit. Meskipun dari pandangan salah satu responden di Kepolisian Samarinda Utara,
ketika melakukan razia di tempat- tempat hiburan malam sering ada kecurigaan
perempuan-perempuan yang berkerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) masih
tergolong anak-anak. Namun polisi umumnya tidak mendapat cukup bukti karena
umumnya perempuan muda tersebut mengantongi KTP sehingga usianya secara
administratif sudah dewasa.
Jumlah kasus perdagangan perempuan dan anak di Kalimantan Timur menurut data dari
Koalisi Anti Traffiking di Kalimantan Timur sebanyak 74 kasus, dengan rincian
sepanjang tahun 2003 ditemukan 3 kasus, tahun 2004 sebanyak 55 kasus, tahun 2005
sebanyak 5 kasus, tahun 2006 sebanyak 7 kasus dan tahun 2007 sebanyak 4 kasus.
Namun jumlah kasus perdagangan perempuan dan anak harus dipandang sebagai
”fenomena gunung es”. Artinya bahwa jumlah kasus yang tidak nampak dipermukaan
atau tidak terungkap/tertangani sebenarnya jauh lebih banyak.

Penanganan tindak pidana yang berkaitan dengan perempuan dan anak sebelum tahun
2005 langsung ditangani oleh bagian Reserse. Namun berdasarkan S.Kep. Kapolri No
07/I/2005 tanggal 31 Januari 2005 penanganan persoalan kasus perempuan dan anak-
anak ditangani oleh Satuan Reserse Kriminal Remaja Anak dan Wanita (Sat Reskrim
Renata) serta dibentuklah unit dibawah Sat Reskrim Renata RPK (Ruang Pelayanan
Khusus) yang menangani khusus persoalan Wanita dan Anak-anak.
Komposisi Penyidik di Sat Reskrim Renata adalah 5 orang polisi laki-laki dan 2 orang
polisi perempuan. Kedua anggota RPK pernah mengikuti kursus kejuruan tentang RPK
untuk perempuan dan anak di Jakarta selama 3 bulan. Menurut hasil wawancara dengan
Pihak Poltabes Samarinda, diinformasikan bahwa kasus-kasus perdagangan perempuan
banyak terjadi di wilayah kerja Polsek Samarinda Utara. Hal ini diakibatkan banyaknya
lokasi tempat-tempat hiburan berada di wilayah Polsek Samarinda Utara.
Penanganan kasus tindak pidana perdagangan perempuan dilakukan langsung oleh para
penyidik laki-laki, karena ditingkat polsek polisi yang bertugas tidak ada yang
perempuan, maka penanganannya dilakukan oleh polisi laki-laki. Ruang Pelayanan
Khusus (RPK) bagi perempuan dan anak hanya ada di Poltabes Samarinda. Sedangkan
di tingkat Polsek tidak ada RPK.
Diakui oleh penyidik yang bersangkutan bahwa kadangkala mengalami hambatan dalam
penyidikan karena umumnya kasus yang terjadi berkaitan perdagangan perempuan
untuk tujuan komersialisasi seksual. Sehingga ada rasa rikuh dari pihak korban bahkan
dari polisi, hal ini mengakibatkan penyidikan membutuhkan waktu lebih untuk bisa
mengkondisikan korban dapat memberikan informasi dengan lebih jelas tanpa rasa malu
kepada polisi laki-laki. Dengan demikian dalam penanganan tindak pidana perdagangan
perempuan dan anak akan lebih efektif jika ditangani oleh polisi perempuan mengingat
faktor psikologis korban.

4
Tabel 1: Jumlah Kasus Perdagangan Perempuan dan Anak di Kalimantan Timur

No Tahun Jumlah
1 2003 3
2 2004 55
3 2005 5
4 2006 7
5 2007 4
Total 74
Sumber : Dokumentasi LBH Apik Kaltim

Berita 2

Polda Jatim Panggil Wali Kota Malang karena Diduga Langgar Prokes
Saat Gowes ke Pantai Kondang Merak

Polda Jawa Timur (Jatim) memanggil Wali Kota Malang Sutiaji untuk menjalani pemeriksaan
terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan (prokes).
Diketahui, pelanggaran prokes itu terjadi ketika Sutiaji bersepeda saat Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 di Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang, Minggu
(19/9/2021) lalu.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Repli Handoko saat dikonfirmasi membenarkan
pemanggilan Wali Kota Malang Sutiaji.
Namun demikian, Gatot tidak menyebut secara detail rincian waktu pemanggilan pemeriksaan
terhadap Sutiaji itu.
"Benar (ada pemanggilan) dalam pekan ini, tapi harinya belum dapat update dari tim
penyidiknya," ujarnya dikutip dari Antara.
Lebih lanjut, Gatot juga menyiratkan pemanggilan yang dilayangkan Polda Jatim tidak hanya
ditujukan kepada Wali Kota Malang saja.
Namun, juga ditujukan ke sejumlah orang yang akan diperiksa. Mengingat dalam kasus ini
gowes itu dilakukan secara rombongan. Bahkan, Polres Malang telah memeriksa mereka secara
maraton.
"Siapa saja yang akan diambil keterangan juga belum ada infonya. Masih saya tanyakan terus ke
Ditreskrimum (Polda Jatim)," ujarnya pula.
Sebelumnya, sejumlah elemen masyarakat melaporkan pelanggaran gowes ini ke Polres Malang.
Setidaknya, ada sembilan orang dilaporkan, antara lain Wali Kota Sutiaji, beberapa staf, ASN
hingga Camat Kota Malang.
"Kami melaporkan adanya pelanggaran prokes yang dilakukan oleh Wali Kota Malang Bapak
Sutiaji beserta rombongan," kata jubir JAASMARA A Mevlana di Mapolres Malang.
Wali Kota Malang Sutiaji menyatakan siap menjalani pemeriksaan yang akan dilakukan
kepolisian soal dugaan pelanggaran aturan PPKM.
Sutiaji mengatakan, bahwa meskipun hingga saat ini masih belum ada surat resmi pemanggilan
untuk pemeriksaan soal dugaan pelanggaran PPKM tersebut, dirinya akan bersikap proaktif.

5
"Untuk proses hukum, walaupun belum ada surat resmi kami dimintai keterangan. Maka saya
sampaikan saya akan proaktif, saya akan datang ke sana," kata Sutiaji, di Malang, Kamis
(23/9/2021).

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembuatan dari tugas artikel yang berjudul “Praktek Perlindungan dan
Penegakan Hukum” ini untuk menganalisis dan mencari tahu cara kerja praktek
perlindungan dan penegakan hukum yang ada di Indonesia. Hal ini sangat penting untuk
diketahui, mengingat sebagai warga negara kita harus menjalankan hukum sesuai aturan
atau Undang-Undang yang berlaku dalam suatu masyarakat sebagai suatu kewajiban
seorang Warga Negara Indonesia. Praktek perlindungan hukum dilaksanakan olek para
penegak hukum yang memiliki tugasnya masing-masing sesuai bidang yang mereka jalani.
Contohnya seperti, polisi, tentara,advokat,jaksa,hakim,dan sebagainya. Penegakan hukum di
Indonesia dapat dikatakan berjalan kurang baik, karena masih terdapat beberapa warga
negara yang diberlakukan tidak adil di mata hukum. Maka dari itu, kami buat artikel ini
untuk meningkatkan kesadaran akan hukum pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa bukti yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum?
2) Bagaimana peran penegak hukum dalam memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat?
3) Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap hukum?
4) Apa tanggapan kelompok terhadap berita tersebut?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bukti yang Menyatakan Bahwa Indonesia Adalah Negara Hukum

Pernyataan bahwa Indonesia merupakan ‘Negara Hukum’ tercantum di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah
negara hukum.” Hal ini semakin mempertegas kepada seluruh masyarakat bahwa Indonesia adalah negara
hukum, sehingga rakyat wajib untuk mentaati aturan yang sudah berlaku

2.2 Peran Penegak Hukum dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Masyarakat

2.2.1 Berita 1

Dalam berita 1 dengan judul “Upaya Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak

6
Pidana Perdagangan Wanita Dan Anak Di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur”,
pihak kepolisian sebagai penegak hukum berniat untuk segera memberikan perlindungan
hukum kepada anak dan wanita di Indonesia. Peran kepolisian dalam pemberian
perlindungan yaitu menyediakan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) yang ditangani oleh
Polisi Wanita (Polwan). RPK ini sangat penting artinya untuk memberikan pelayanan
bagi kasus-kasus berkaitan perdagangan perempuan dan anak.
Secara khusus para awak RPK telah mengikuti pelatihan/kursus berkaitan dengan
bidang tugasnya. Selain itu juga mengikuti berbagai seminar dan lokakarya tentang
penghapusan perdagangan perempuan dan danak baik yang diselenggarkan oleh
pemerintah, pemerintah daerah maupun LSM.
Hal ini sesuai dengan Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah
diatur dalam pasal 13 yaitu : memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
Berdasarkan ketentuan diatas nampak secara tegas dinyatakan bahwa peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia salah satunya adalah penegakan hukum. Penegakan hukum
merupakan salah satu tugas pokok yang harus dijalankan oleh anggota kepolisian.

2.2.2 Berita 2

Dalam berita ini ,polda jatim memegang peran sbg penegak hukum. mereka melakukan
pemanggilan kepada walikota untuk memenuhi pemeriksaan lebih lanjut terkait dugaan
pelanggaran protokol kesehatan. peran polda dalam kasus ini adalah menyelidiki
kebenaran yang diaspirasikan masyarakat dan juga sebagai penegak hukum.
hal ini sesuai dengan peran polri dalam masyarakat memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

2.3 Tingkat Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Hukum

2.3.1 Berita 1

Pada berita 1 masyarakat terlihat belum memahami apa dan bagaimana yang tergolong
tindak pidana perdagangan perempuan dan anak, sehingga peran masyarkat masih lemah
dalam upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan perempuan dan
anak.
 Bentuk respon masyarakat terhadap makin maraknya kasus-kasus trafficking di
Kaltim, dan pelaksanaan Keppres No. 88 dan 87 Tahun 2002 tentang RAN
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak, dan RAN PEKSA, maka
beberapa lembaga sepakat dibentuk Koalisi Anti Traffiking (KAT KALTIM).
Koalisi ini disahkan melalui SK Gubernur Kalimantan Timur Nomor
350/K.63/2004. Beberapa lembaga yang tergabung dalam koalisi ini antara lain :
Biro sosial Setda Propinsi Kalimantan Timur, LBH Apik Kalimantan Timur,
Dinas Sosial Propinsi Kalimantan Timur, Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Kalimantan Timur, UPT Panti Sosial Karya Wanita (PSKW),

7
Rumah Sakit Umum Daerah A Wahab Syahranie, Ruang Pelayanan Khusus
Poltabes Samarinda, Rumah Sakit Jiwa Samarinda, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Komite Hak Asasi Manusia Kalimantan Timur.

2.3.2 Berita 2

Pada berita 2 masyarakat memiliki kesadaran yang baik, masyarakat melaporkan


tindak pelanggaran yang dilakukan oleh wali kota Malang Bapak Sutiaji beserta
rombongannya ke polres terdekat agar pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat yang sedang berjalan dimasa pandemic berjalan sesuai peraturan
yang sudah dibuat oleh pemerintah.

2.4 Tanggapan Kelompok Mengenai Berita

2.4.1 Berita 1

Menurut kelompok kami, berita yang menyajikan tentang upaya penanganan kepolisian
dalam kasus perdagangan manusia (Human Trafficking) Perlu ditingkatkan peran dan
partisipasi dari semua pihak (penegak hukum Indonesia hingga respon dari masyarakat
sekitar)untuk mendorong penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan
perempuan dan anak.

2.4.2 Berita 2
Menurut kelompok kami, berita yang menyajikan tentang pelanggaran prokes
seharusnya tidak dilakukan oleh Sutiaji beserta rombongan sebagai bapak wali kota
dan warga yang seharusnya mematuhi aturan pemerintah yang telah ditetapkan.

BAB III

PENUTUP

8
3.1 Kesimpulan

Pada Pasal 5 Ayat 3, UU HAM dijelaskan bahwa Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi


yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai
dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum dan Setiap orang berhak
mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang objektif dan tidak
berpihak. Oleh karena itu, terdapat banyak macam perlindungan hukum. Perlindungan
hukum diberikan juga kepada tersangka sebagai pihak yang diduga telah melakukan
pelanggaran hukum. Perlindungan hukum dapat dijalankan apabila proses penegakan hukum
dilaksanakan. Karena penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan
hukum.

3.2 Saran

Berdasarkan uraian artikel diatas diharapkan lembaga penegak hukum dan perlindungan
hukum di Indonesia Perlu ditingkatkan peran dan partisipasi dari semua pihak untuk
mendorong penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan perempuan dan
anak. selain itu untuk pelanggaran prokes PPKM sebaiknya sebagai warga negara harus
mulai membuka kesadaran hukum yang telah ditetapkan.

Sumber Rujukan :

Sumber : Dokumentasi LBH Apik Kaltim

https://www.kompas.tv/amp/article/218599/videos/polda-jatim-panggil-wali-kota-

9
malang-karena-diduga-langgar-prokes-saat-gowes-ke-pantai-kondang-merak?page=all
https://www.google.com/search?
q=berita+perdagangan+manusia+di+kota+samarinda+&rlz=1C1CHBF_enID915ID915&
biw=1366&bih=667&sxsrf=AOaemvLWyc1oKVfgw8gU4gK6aax5ynnUew
%3A1633528019451&ei=06hdYb_xGuviz7sP_buauA4&ved=0ahUKEwj_ptGK9rXzAh
Vr8XMBHf2dBucQ4dUDCA0&uact=5&oq=berita+perdagangan+manusia+di+kota+sam
arinda+&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBAgjECc6BwgjELADECc6BwgAEEcQsANKB
AhBGABKBAhDGAFQtiFYtiFg6iNoAXACeACAAdgBiAHYAZIBAzItMZgBAKABA
cgBCcABAQ&sclient=gws-wiz

10

Anda mungkin juga menyukai