Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

NAMA : ALOISIUS YEKRIS NENABU


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

BAB III PENUTUP


BAB I

A. Latar Belakang

Sebenarnya apa yang dimaksud energi terbarukan? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), energi berarti kemampuan untuk melakukan kerja atau daya (kekuatan) yang
dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi Terbarukan adalah
energi yang pada umumnya merupakan sumber daya non fosil yang dapat diperbaharui dan
apabila dikelola dengan baik maka sumber dayanya tidak akan habis. Energi baru terbarukan
perlu dikembangkan demi ketahanan energi nasional. Saat ini jumlah konsumsi BBM
mencapai 1,4 juta barrel padahal produksi minyak nasional mencapai 840 ribu barrel. Untuk
mencukupi kebutuhan ini, pemerintah harus mengimpor minyak dari luar. Oleh karena itu
alternative-alternatif lain perlu dikembangkan. Peningkatan produksi minyak dalam negeri
memang sudah digenjot dengan menggunakan Teknik-teknik peningkatan produksi seperti
enhanced oil recovey namun nilai konsumsi minyak juga terus meningkat apalagi sumur-
sumur minyak juga mengalami decline/penurunan.
Perubahan iklim adalah perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin dan berbagai
efek-efek lain secara drastis.Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan
iklim sebagai gejala yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas
manusia. Hal tersebut turut mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim
alami pada periode waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang
dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di
antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Perubahan iklim dapat diukur dalam bentuk statistik melalui International Panel on Climate
Change. Salah satu perubahan iklim yang sering terjadi adalah bencana alam yang terkait
dengan peningkatan suhu bumi
BAB II

A. Ghjk
 Ada berbagai jenis energi terbarukan (ETB) diindonesia

1. Energi bahan bakar nabati

Baru-baru ini Pertamina melakukan tender pengadaan Fatty acid Methyl Ester
(FAME) sebanyak 6.6 juta kilo liter yang merupakan aditif untuk biosolar. Langkah ini
dilakukan untuk mengurangi porsi impor BBM dengan memanfaatkan bahan bakar
nabati. Pada tahun 2015 jumlah bahan bakar nabati yang digunakan biosolar
direncakan 10%. Penggunaan bahan bakar nabati sekarang sekitar 7.5%. Bahan
Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar dari sumber hayati. Beberapa bahan bakar
nabati ini diantaranya adalah biodiesel (substitusi solar), bioethanol (substitusi
bensin) dan minyak nabati murni- Pure Plant Oil/PPO (substitusi BBM pada
pembangkit listrik berbasis bahan bakar minyak-PLTD).

2. Geothermal

Posisi Indonesia yang terletak di cincin api dengan banyaknya gunung api
mengakibatkan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang panas bumi.
Hampir 40 persen potensi geothermal di dunia ada di Indonesia. Potensi yang bisa
diambil dari panas bumi mencapai 29 GMW sedangkan pemanfaatan energi
geothermal ini baru sekitar 4%. Salah satu anak perusahaan pertamina yang
bergerak dalam bidang geothermal adalah Pertamina Geothermal Energy.

3. Energi dari angin, Surya, Air

Pembangkit listrik tenaga surya sudah banyak digunakan. Solar cell mulai banyak
bermunculan. Memang untuk solar cell memang masih memiliki kelemahan. Di
antaranya adalah butuh lokasi yang luas dan biaya investasi yang cukup tinggi.
Salah satu contoh pemanfaatan solar cell
Pembangkit listrik tenaga air sudah banyak digunakan. Dan sekarang berkembang
pembangkit listrik tenaga mikrohidro dimana pembangkit ini berkerja untuk
menghasilkan energi dengan kapasitas relative lebih kecil karena energi potensial
yang didapatkan dari mikrohidro biasanya lebih kecil.
4. Energi dari arus laut

Potensi energi dari arus laut memang belum terpetakan dengan jelas tetapi di
kawasan timur seperti NTB, NTT dan papua memiliki potensi yang cukup besar
apalagi didukung bahwa Indonesia merupakan negara maritim. Energi arus laut ini
didapatkan dari energi akibat arus pasang surut serta pergerakan massa air. Energi
ini sudah mulai dikembangkan oleh BPPT namun masih memiliki efisiensi yang cukup
rendah.

5. Energi dari sampah

Pada tahun 2010, penulis pernah membuat tugas akhir kuliah dengan judul
“Prarancangan Pabrik Biomethane dari Sampah Kota Kapasitas Bahan Baku 90000
ton/tahun”. Sampah organik memiliki potensi energi dimana konsepnya adalah
mengambil biogas kemudian biogas ini diolah menjadi biomethane dengan
menggunakan berbagai teknologi bisa berupa absorber, adsrober, dll untuk
menghilangkan beberapa kontaminan seperti H2S, CO2 sehingga bisa didapatkan
biomethane. Pada tahun 2013 ini ternyata Pertamina telah mengembangkan energi
listrik dari sampah dengan bekerja sama dengan PT Godang Tua Jaya di TPST Bantar
gebang. Dengan memanfaatkan 2000 ton sampah maka memiliki kapasitas 120 MW.
Pembangkit listrik tenaga sampah memang telah banyak dikembangkan di luar
negeri terutama di negara swedia. Salah satunya bisa dilihat TPA Kawatanu di Palu
dimana pemerintah Palu bekerja sama dengan pemerintah swedia untuk
menghasilkan PLTS ini. Selain untuk menghasilkan energi terbarukan maka dengan
adanya pembangkit listrik tenaga sampah juga akan mengurai permasalahan yang
disebabkan oleh adanya sampah terutama di ibukota.

 Kegunaan dan kendala dalam implementasinya

Dalam Proses Pelaksanaannya, Pelaksanaan EBT di Indonesia hingga saat ini mulai
sedikit demi sedikit diterapkan dan masih tetap terus digalakan oleh Negara sebagai
bentuk upaya Pemerintah menyediakan energi untuk kehidupan masyarakat seperti
ketersediaan tenaga listrik dan bahan bakar. Hal ini didasarkan kepada semakin
meningkatnya kesadaran umat manusia untuk mengelola dan menjaga kelestarian
lingkungan dengan baik sehingga diperlukan energi yang bersifat ramah lingkungan.
Kesadaran masyarakat dan pemerintah akan hal tersebut ditandai dengan kondisi
global yang sedang populer dimana pemanfaatan energi sudah mengarah kepada
energi yang berasal dari Energi Baru Terbarukan. Selain itu, EBT dapat berperan
dalam menjawab beberapa masalah lingkungan yang ada. Contohnya mengenai
kondisi energi nasional saat ini, Dimana 90% energi yang dimanfaatkan berasal dari
energi fosil yang semakin berkurang keberadaannya dan merupakan faktor penting
terjadinya perubahan iklim.

Pemanfaatan EBT ini sangat diperlukan oleh masyarakat dalam penyediaan


tenaga listrik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Jika melihat kepada Jumlah
penduduk Indonesia saat ini, dimana populasinya sangat besar, yaitu sekitar lebih
dari 250 juta jiwa dengan Pertumbuhan kebutuhan energi listrik sekitar 8% per
tahun, yang kemudian berakibat kepada terjadinya peningkatan energi listrik yang
signifikan, yaitu sekitar 7 000 MW per tahun. Maka dari itu, diperlukanlah keamanan
pasokan bagi ketersediaan energi, khususnya energi listrik.
Selain itu, Disamping Pemanfaatan EBT di Indonesia yang cenderung mengarah
kepada hal-hal positif, ternyata EBT pun masih terdapat sedikit kendala dalam
pelaksanaannya. Diantaranya yaitu mengenai Pemanfaatan EBT yang dinilai masih
membutuhkan biaya pengadaan dan operasional yang cukup tinggi dan jauh
melampaui energi konvensional dan energi fosil lainnya (minyak dan batu bara).
Selain itu, EBT memiliki nilai investasi yang tinggi sehingga memberikan dampak
serius pada kenaikan tarif listrik.
B.

 Perubahan iklim
Perubahan iklim adalah perubahan pola dan intensitas unsur iklim dalam periode
waktu yang sangat lama. Bentuk perubahan berkaitan dengan perubahan kebiasaan
cuaca atau perubahan persebaran kejadian cuaca. Perubahan iklim terjadi melalui
interaksi antarunsur iklim selama puluhan hingga jutaan tahun. Masing-masing
unsur iklim memberikan pengaruh terhadap kondisi iklim dengan tingkat pengaruh
yang berubah-ubah. Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim
bumi menghasilkan pola cuaca baru yang bertahan selama setidaknya beberapa
dekade, dan mungkin selama jutaan tahun.
Sebagian beranggapan bahwa perubahan Iklim dapat menyebabkan penderitaan
yang tak Tertanggungkan bagi masyarakat yang rentan. Sebagian menitikberatkan
perhatian pada Bagaimana menangani suatu ekosi$tem tertentu. Sebagian lagi
mengkhawatirkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan kemungkinan
ketidakstabilan iklim yang jauh lebih luas. Tetapi sebagian lagi menyatakan bahwa
pengurangan emisi sangatlah mahal (dan karenanya tidak mungkin dilakukan). Satu
hal yang tidak dapat dipungkiri adalah· bahwa pada abad 20, temperatur rata-rata
bumi naik O,4-O,8°C. Kenaikan ini diduga akan terus berlangsung, dan pada tahun
2100 temperatur rata-rata Flobal akan menjadi 1,4-5,8°C lebih hangat. Salah satu
antisipasi terhadap efek pemanasan global tersebut adalah pada naiknya
emungkinan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, seperti badai, banjir,
dan kekeringan.
 Penggunaan Teknologi dan inovasi
Perubahan iklim yang terjadi akibat naiknya suhu atmosfer semenjak revolusi
industri, maka perkembangan iptek kala itu menjadi pemicunya. Kini harapan
manusia untuk menghadapi dan mengantisipasi dampak perubahan iklim juga
kembali tertuju pada peran iptek. Berbagai pusat riset dunia saat ini hampir pasti
bersinggungan dengan tema riset perubahan iklim, termasuk di Indonesia sendiri.
Contoh lain peran iptek antara lain dalam penerapan teknologi modifikasi cuaca
yang dilakukan di BPPT baik dalam mengatasi kekeringan atau mencegah hujan
(memindah awan) agar tidak terjadi volume hujan yang berlebih (banjir). Di sektor
energi saat ini juga banyak penerapan iptek dalam riset energi baru dan terbarukan.
Dua iptek utama dalam penerapannya bidang energi ini adalah pembangkit
Listrik non bahan bakar fosil seperti tenaga surya, panas bumi dan hidro serta
pengembangan bahan bakar nabati (biofuel). Pengembangan biofuel, dengan
sentuhan iptek saat ini juga berasal dari mikroalga. Pada tema ini, saat ini LIPI fokus
pada pencarian spesies yang optimum, sedangkan BPPT fokus pada optimasi
teknologi fotobioreaktor sedangkan ITB juga fokus pada teknologi konversi menjadi
minyak diesel.
Penerapan inovasi yang bersifat adaptif terhadap perubahan iklim Akan berdampak
pada meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan petani. Begitu pula upaya mitigasi
perubahan iklim akan menimbulkan konsekuensi Biaya yang dibebankan kepada
petani. Namun dalam realitas kemampuan Modal petani umumnya rendah akibat
berbagai faktor. Akses petani Terhadap lembaga perbankan juga sangat terbatas
karena dalam Menyalurkan pinjaman modal lembaga perbankan menerapkan
prinsip-Prinsip perbankan yang cukup ketat dan sulit untuk dapat dipenuhi oleh
Petani. Untuk mengatasi permasalah tersebut maka penguatan Kelembagaan
keuangan di pedesaan yang berperan dalam penyaluran Pinjaman modal kepada
petani perlu dilakukan agar petani dapat Mendapatkan pinjaman modal dengan
persyaratan yang mudah dipenuhi,Proses yang cepat dan suku bunga relatif rendah.

 penggunaan bahan bakar dan dampak secara nyata terhadap beban lingkungan
suatu daerah

Peningkatan penggunaan BBM terutama BBM dari fosil sudah barang tentu juga
akan meningkatkan gas karbon dioksida (CO2) sebagai gas hasil pembakaran dari
BBM fosil. Seperti diketahui gas CO2 adalah salah satu komponen gas rumah kaca,
diperkirakan setiap tahun dilepaskan sekitar 18,35 miliar ton CO2. Ketika atmosfer
semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, maka semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang Dipancarkan ke bumi, sehingga
menyebabkan pemanasan global (global warming). Penyebab utama pemanasan
global ini adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam dan
batubara yang melepaskan gas CO2 dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas
rumah kaca ke atmosfer. Pemanasan global sudah menjadi isu internasional dan
menjadi permasalahan dunia karena dampaknya dapat membahayakan makhuk
hidup di dunia diantaranya adalah suhu bumi meningkat, terjadi perubahan iklim,
peningkatan permukaan laut, gangguan ekologis dan dampak sosial politik. Protokol
Kyoto adalah konvensi yang dilakukan oleh negara-negara di dunia yang peduli
lingkungan, berkomitmen untuk mengurangi emisi gas CO2 dan lima gas rumah kaca
lainnya. Jika Protokol Kyoto sukses diberlakukan, diprediksi akan mengurangi
ratarata pemanasan global antara 0,02°C – 0,28°C pada tahun 2050. Indonesia
sebagai negara yang masih mempunyai hutan yang cukup luas punya peluang untuk
mensukseskan Protokol Kyoto tersebut. Beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan
di Indonesia adalah membatasi emisi karbon dengan mengganti dari energi fosil
dengan sumber energi lainnya seperti biofuel yang lebih ramah lingkungan,
memperbanyak tanaman untuk menyerap gas rumah kaca yang berlebih, menjaga,
mengelola dan melestarikan hutan, karena hutan sangat potensial menyerap gas
rumah kaca, menjaga keseimbangan antara tingkat polusi dan RTH (Ruang Terbuka
Hijau) di setiap wilayah, mendorong penelitian dan pengembangan bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan.
Dampaknya adalah :
1. Menimpa yang paling rentan, Komunitas yang paling miskin dan komunitas
yang tinggal di tepi pantai, buruh tani dan suku-suku asli menjadi kelompok
yang paling rentan sebab mereka kurang mampu dalam mengatasi dampak
perubahan iklim seperti bencana alam, penyakit , dan kekurangan makanan,
hal tersebut akan memicu kerusuhan yang mematikan dan terancamnya
stabilitas keamanan.
2. Mempengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati, musnahnya berbagai
jenis keanekaragaman hayati disebabkan oleh mencairnya es di kutub,
banjir, hujan badai, kekeringan, kebakaran hutan dan kurangnya
ketersediaan pangan. Beberapa fakta yaitu menurunnya 80% populasi
penguin sejak tahun 1975, menurunnya populasi Kijang Karibu Arktik karena
kelaparan, terancamnya burung-burungyng melakukan migrasi karena cuaca
ekstrim dan berkurangnya persediaan makanan di tempat tujuan migrasi.

C. Framework halirisasi pemanfaatan energi primer sampai sekunder

 Analisis pemodelan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu analisis permintaan energi
Final, transformasi energi dan penyediaan energi primer. Analisis permintaan energi
Final dilakukan menggunakan asumsi pertumbuhan PDB, pertumbuhan penduduk,
Juga mempertimbangkan kebijakan, Renstra dan roadmap terkait pengembangan
Energi yang berlaku saat ini. Demikian pula untuk analisis penyediaan energi Primer
dilakukan dengan mempertimbangkan pemanfaatan berbagai jenis sumber energi
dan potensi sumber daya energi termasuk berbagai kebijakan yang berlaku,
serta perkembangan teknologi energi saat ini. Sedangkan analisis transformasi
energi dilakukan dengan mempertimbangkan RUPTL, RUEN dan penurunan emisi.

Anda mungkin juga menyukai