05af7f13035606ae2338a16d7c0e8d32
05af7f13035606ae2338a16d7c0e8d32
Pendahuluan
1
TEKS
2
Teks
Patogenesis
Jamur terdapat di mana-mana dan pajanan terhadap saluran napas
sulit dihindarkan sehingga paru merupakan salah satu target infeksi oleh
jamur. Mikosis primer terjadi bila spora terhirup melalui saluran nafas.
Infeksi jamur terjadi setelah menghirup spora, setelah menghirup konidia,
atau oleh reaktivasi dari infeksi laten. Penyebaran hematogen sering terjadi
terutama pada host imunokompromis. Jika infeksi terjadi pada parenkim
paru disebut pneumonia jamur yang merupakan proses infeksi di paru yang
disebabkan oleh 1 atau lebih jamur endemik atau oportunistik. Timbulnya
kelainan pada paru dipengaruhi oleh faktor virulensi jamur berupa
dimorfisme termal, produksi toksin, kapsul dan faktor adhesi, adanya enzim
hidrolitik, serta stimulasi oleh inflamasi. Pertahanan lokal antijamur pada
tubuh host meliputi integritas mukosa dan silia pernapasan, sedangkan
pertahanan sistemik yang penting adalah imunitas sel, fagositosis, dan reaksi
peradangan. Umumnya spora terinhalasi dan masuk ke saluran napas bawah
kecuali kandidiasis dan sporotirokosis. Selanjutnya jamur dapat masuk
dalam peredaran darah lalu menyebar secara limfogen ke dalam hilus dan
mediastinum kemudian secara hematogen ke organ lain sehingga terjadi
2,3,5
kelainan pada organ tersebut.
Jamur patogen endemik (misalnya Histoplasma capsulatum,
Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides
brasiliensis) menyebabkan infeksi pada host sehat dan pada orang
imunokompromis yang terdapat di Amerika dan seluruh dunia. Organisme
jamur oportunistik (misalnya Candida spesies, spesies Aspergillus, Mucor
3
TEKS
4
Teks
Faktor Risiko
Faktor resiko mikosis paru adalah berbagai keadaan yang
mempermudah pasien mengalami mikosis paru. Faktor resiko yang sering
dilaporkan antara lain: kolonisasi jamur, penggunaan jangka panjang
antimikroba berspektrum luas, kortikosteroid sistemik, obat sitostatika,
serta alat-alat kesehatan invasif. Faktor resiko lainnya, pekerja atau petani
dengan paparan berat terhadap burung, kelelawar, atau kotoran hewan
pengerat atau kotoran hewan lainnya di daerah endemik cenderung menjadi
salah satu penyebab pneumonia jamur endemik. C immitis, karena
virulensinya, juga merupakan penyebab mikosis di kalangan pegawai
laboratorium. Kondisi yang mempengaruhi pasien terinfeksi jamur patogen
oportunistik adalah sebagai berikut: Leukemia akut atau limfoma selama
kemoterapi myeloablative sumsum tulang atau transplantasi sel
induk, transplantasi organ padat, pengobatan imunosupresif, terapi
kortikosteroid berkepanjangan, Acquired immunodeficiency
syndrome, Neutropenia berkepanjangan dari berbagai penyebab, sindrom
defisiensi imun, postsplenectomy, dan predisposisi genetik.
Beberapa penyakit meningkatkan resiko mikosis paru dan berperan
penting dalam kriteria diagnosis mikosis paru. Dalam Pedoman Diagnosis
5
TEKS
Gejala Klinik
Gambaran klinis infeksi jamur paru bisa simtomatik atau
asimpomastik. Pada yang simtomatik gejala dapat berupa batuk, batuk
kronik dengan dahak mukoid atau purulen, batuk darah, kadang-kadang
6
Teks
disertai sesak napas, nyeri dada dan demam akut. Keluhan pasien umumnya
sama dengan keluhan penyakit paru pada umumnya. Gejala yang muncul
dapat demam, batuk biasanya produktif, nyeri dada atau nyeri pleiritik.
Dispnea menyebabkan kegagalan pernafasan. Gejala obstruktif dari
adenopati mediastinum dapat ditemukan. Hemoptisis terjadi akibat
aspergillosis invasif atau mucormycosis. Riwayat perjalanan ke daerah
endemik mikosis atau paparan juga penting dalam anamnesis pasien. Pada
pasien neutropenia atau immunocompromised, demam persisten bahkan
sebelum ada temuan paru mungkin merupakan tanda awal infeksi, terutama
jika demam tidak responsif terhadap antibiotik spektrum luas.
Hipersensitivitas atau reaksi alergi termasuk asma bronkial alergi, mikosis
1,2,3,5,
bronkopulmonalis alergi (spesies Aspergillus, Candida).
Temuan pemeriksaan fisik pada pasien dengan mikosis paru yang
mungkin adalah: peningkatan suhu, takikardia, gangguan pernapasan, rales,
tanda-tanda konsolidasi paru, nyeri pleura yang sulit dibedakan dengan
penyakit paru lainnya. Kemungkinan temuan diluar paru yang penting
meliputi: Meningitis (kekakuan leher, sakit kepala, perubahan status
mental), Lesi kulit (pustula, papula, plak, nodul, borok, abses, lesi
2,3,4,5
hemoragik).
Jumlah sel darah putih mungkin meningkat pada host normal
dengan mikosis endemik. Eosinofilia dapat ditemukan, terutama pada orang
dengan coccidioidomycosis. Pada pasien dengan neutropenia atau
leukopenia, kemungkinan untuk terjadinya infeksi oportunistik Candida atau
7
TEKS
Diagnosis
Diagnosis mikosis paru umumnya didapatkan secara kebetulan atau
terdapat kecurigaan yang tinggi terhadap jamur. Specimen bahan
pemeriksaan didapatkan dari sputum, cairan serebrospinal, bilasan bronkus,
cairan BAL, biopsi paru transbronkial, biopsi transtorakal atau biopsi paru
terbuka. Histoplasmosis primer sering tidak terdiagnosis. Pemeriksaan
sputum langsung tidak terdapat gambaran yang pasti, berbeda bila
pemeriksaan ini dilakukan pada blastinomikosis dan koksidiomikosis.
Pemeriksaan sputum pada aspergilosis, kandidiasis dan kriptokokosis kurang
memberikan manfaat. Uji serologi yang sering digunakan untuk pemeriksaan
2, 6,7
jamur paru adalah uji imunodifusi dan uji fiksasi komplemen.
Sebagian besar mikosis paru tidak ada ciri khas pada gambaran foto
toraks, bisa ditemukan infiltrat interstisial, konsolidasi, nodul multipel,
kavitas, dan efusi pleura. Gambaran foto toraks yang khas adalah fungus
ball dalam kavitas pada aspergiloma. Hasil yang lebih baik didapatkan pada
pemeriksaan CT-scan toraks. Hasil laboratorium rutin yang mungkin
8
Teks
9
TEKS
10
Teks
11
TEKS
12
Teks
13
TEKS
14
Teks
Kriteria mayor, bila terdapat salah satu dari tiga kondisi berikut
pada CT-scan : lesi padat dengan atau tanpa halo sign, air-
cresent sign atau kavitas;
Kriteria minor bila didapatkan gejala infeksi saluran napas
bawah (misalnya batuk, nyeri dada, sesak napas, hemoptisis,
dan lain-lain), pemeriksaan fisik ditemukan pleural rub,
gambaran infiltrat baru yang tidak sesuai dengan kriteria
mayor.
Hasil Miologi
Pemeriksaan langsung :
o Ditemukan elemen jamur kapang dari spesimen
sputum, BAL, bilasan bronkus, aspirat sius.
o Pertumbuhan jamur kapang dalam medium biakan
Pemeriksaan tidak langsung :
o Aspergilosis: antigen galaktomanan terdeteeksi dalam
plasma, serum, BAL, liquor serebro spinal.
o Penyakit jamur invasif selain kriptokokus dan
zigomikosis: B-d-glukan terdeteksi dalam serum
Histoplasmosis
Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum. Terjadi pada tanah yang
terkontaminasi dengan kelelawar atau burung kotoran. Umumnya
ditemukan di daerah beriklim sedang, subtropis, dan tropis. 50% - 90% dari
penduduk di daerah-daerah tes positif untuk eksposur. Orang-orang yang
tinggal dan bekerja di sekitar kelelawar atau burung kotoran berisiko
terinfeksi. Transmisi adalah melalui inhalasi konidia yang cukup kecil untuk
15
TEKS
Kriptokokosis
Kriptokokosis adalah infeksi oportunistik yang sering terjadi pada
pasien acquired immunodeficiency syndrome ( AIDS ), tetapi dapat terjadi
pada pasien imunosupresi lainnya dan kadang-kadang pada pasien tanpa
immunokompromis . Sebagian besar kasus disebabkan Cryptococcus
neoformans, sedangkan Cryptococcus gattii hanya terjadi pada sebagian
kecil kasus, sering pada pasien imunokompeten. Meningoencephalitis parah
merupakan gejala yang paling sering namun bila terjadi kriptokokosis paru
pada pasien seropositif HIV, tanpa pengobatan yang tepat akan menyebar
luas lebih parah. Sedangkan pada pasien imunokompeten infeksi terjadi
bersifat lokal dan self-limiting. Gambaran klinik dan radiologi bervariasi dan
tidak spesifik, dipengaruhi oleh status kekebalan pasien. Diagnosa
16
Teks
17
TEKS
Kandidiasis
Kandidiasis pada paru juga bisa terjadi. Hifa terlalu besar untuk
respon fagositosis tetapi rusak oleh PMN dan dengan mekanisme
ekstraseluler (myeloperoxidase dan b-glukuronidase). Sitokin limfosit
diaktifkan dapat menghambat pertumbuhan C. albicans. Resistensi terhadap
infeksi invasif oleh Candida dimediasi oleh fagosit, komplemen dan antibodi,
meskipun imunitas seluler memainkan peran utama. Pasien dengan
kerusakan fungsi fagositosis dan defisiensi myeloperoxidase beresiko untuk
Candidiasis. Faktor risiko untuk kandidiasis adalah keadaan pasca-operasi,
kemoterapi kanker sitotoksik, terapi antibiotik, luka bakar, penyalahgunaan
15,16
obat.
18
Teks
Penatalaksanaan
Pengobatan utama untuk mikosis paru mencakup agen antijamur.
Tidak ada perbedaan penggunaan obat anti jamur pada pasien keganasan
dengan pasien tanpa keganasan. Prinsip pengobatan antijamur dapat
diberikan sebagai terapi profilaksis, terapi empirik, terapi pre-emptive dan
terapi definitif. 1)Terapi profilaksis, pemberian anti jamur kepada pasien
dengan faktor risiko, tanpa tanda infeksi dengan tujuan mencegah
timbulnya infeksi jamur. Terapi profilaksis biasanya diberikan pada awal
periode risiko tinggi terkena infeksi. 2) Terapi empirik, pemberian antijamur
kepada pasien dengan faktor risiko disertai tanda infeksi (misalnya demam
persisten engan neutropenia biasanya selama 4-7 hari) yang etiologinya
belum diketahui dan tidak membaik setelah terapi antibiotika adekuat
selama 3-7 hari. Terapi empirik diberikan kepada pasien dengan diagnosis
possible. 3) Terapi pre-emptive (targeted prophylaxis), pemberian
antijamur dengan faktor risiko, disertai gejala klinis dan hasil pemeriksaan
radiologi dan atau laboratorium yang mencurigakan infeksi jamur. Terapi
pre-emptive diberikan kepada pasien dengan diagnosis probable. 4) Terapi
19
TEKS
20
Teks
21
TEKS
22
Teks
2
Tabel 2. Pengobatan pasien imunokompeten dengan infeksi kriptokokosis.
23
TEKS
2
Tabel 3. Pengobatan pasien imunokompromis dengan infeksi kriptokokosis.
24
Teks
25
TEKS
2
Tabel 5. Rekomendasi pengobatan untuk candidemia.
2
Tabel 6. Pengobatan untuk infeksi pneumocytis jirovecii pneumonia.
26
Teks
2
Tabel 7. Pilihan obat untuk profilaksis PCP.
2
Tabel 8. Rekomendasi pengobatan infeksi jamur lain yang jarang.
27
TEKS
Ringkasan
Mikosis paru adalah gangguan paru (termasuk saluran napas) yang
disebabkan oleh infeksi/ kolonisasi jamur atau reaksi hipersensitif terhadap
jamur. Faktor resiko mikosis paru adalah berbagai keadaan yang
mempermudah pasien mengalami mikosis paru. Faktor resiko yang sering
dilaporkan antara lain: kolonisasi jamur, penggunaan jangka panjang
antimikroba berspektrum luas, kortikosteroid sistemik, obat sitostatika,
serta alat-alat kesehatan invasif..
Pemeriksaan mikologi merupakan prosedur diagnosis yang sangat
bronkoalveolar (BAL), jaringan biopsi, darah, cairan pleura, pus. Baku emas
diagnosis mikosis paru berasal dari biakan spesimen maupun hasil biopsi
jaringan.
28
Teks
patogen tertentu yang telah diisolasi atau yang secara klinis dicurigai. Pada
flukonazol atau itrakonazol. Obat lain yang juga diandalkan sebagai pilihan
obat anti jamur sistemik adalah flusitosin dan golongan azole seperti
Daftar Pustaka
2. Limper AH, Knox KS, Sarosi GA, Ampel NM, Bennet JE, Catanzaro A, et
al. An official American Thoracic Society statement: Treatment of fungal
infections in adult pulmonary and critical care patients. Am J Respir Crit
Care Med 2011; 183:96-128.
3. Bochud PY, Chien JW, Marr KA, Leisenring WM, Upton A, Janer M, et al.
Toll-like receptor 4 polymorphisms and aspergillosis in stem-cell
transplantation. N Engl J Med. Oct 23 2008;359(17):1766-77.
29
TEKS
30
Teks
13. Benjamin DK Jr, Driscoll T, Seibel NL, Gonzalez CE, Roden MM, Kilaru R,
et al. Safety and pharmacokinetics of intravenous anidulafungin in
children with neutropenia at high risk for invasive fungal infections.
Antimicrob Agents Chemother. Feb 2006;50(2):632-8.
14. Walsh TJ, Anaissie EJ, Denning DW, Herbrecht R, Kontoyiannis DP, Marr
KA, et al. Treatment of aspergillosis: clinical practice guidelines of the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. Feb 1
2008;46(3):327-60.
16. Hamza NS, Ghannoum MA, Lazarus HM. Choices aplenty: antifungal
prophylaxis in hematopoietic stem cell transplant recipients. Bone
Marrow Transplant. Sep 2004;34(5):377-89.
17. Cornely OA, Maertens J, Winston DJ, Perfect J, Ullmann AJ, Walsh TJ, et
al. Posaconazole vs. fluconazole or itraconazole prophylaxis in patients
with neutropenia. N Engl J Med. Jan 25 2007;356(4):348-59.
31