Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE

PENINGKATAN KAPASITAS TIM RUJUKAN TERPADU KESEHATAN MATERNAL


NEONATAL TINGKAT PROVINSI DAN KAB/KOTA
TAHUN ANGGARAN 2022

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan


Menu Kegiatan : Bantuan Operasional Kesehatan Provinsi
Rincian Menu Kegiatan : Pelayanan UKM Essensial
Komponen : Penurunan AKI/AKB: Peningkatan kapasitas tim
rujukan terpadu ttg maternal neonatal tingkat Provinsi
dan Kab/Kota
Sub Komponen : -
Target 2022 : 34 provinsi
Sasaran Kegiatan : Tenaga kesehatan
Satuan Output : Orang di 34 provinsi

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
b. Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi
d. Peraturan Menteri Kesehatan No.64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
f. Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi dan
Pelayanan Kesehatan Seksual
g. Permenkes No 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 284/MENKES/SK/III/2004 tentang
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
i. Permenkes No.001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
j. Permenkes No. 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu

2. Gambaran Umum

a. Definisi Operasional Output


Orang di 34 provinsi adalah jumlah tenaga kesehatan yang di orientasi
/ditingkatkan kapasitasnya dalam rujukan terpadu kesehatan maternal dan
neonatal
b. Latar Belakang

Penurunan Angka Kematian Ibu dan Neonatal menjadi salah satu prioritas
nasional. Angka Kematian Ibu telah berhasil diturunkan dari 359 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI 2012) menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 (SUPAS 2015). Sementara itu, Angka Kematian Bayi
(AKB) juga telah mengalami penurunan dari semula 32 per 1000 kelahiran hidup
(SDKI 2012) menjadi 24 per 1000 kelahiranhidup (SDKI 2017).
Dari analisa penyebab kematian Ibu SRS litbang tahun 2016 menunjukan bahwa
penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan (33.07%); perdarahan
obstetri (27,03%); komplikasi non obstetrik (15,7%); komplikasi obstetrik lainnya (12,04%);
infeksi pada kehamilan (6,06%); dan lainnya (4,81%).Proporsi penyebab kematian
neonatal menurut SRS litbang 2016 adalah komplikasikejadianintrapartum
28,3%,gangguan/kelainan pernafasan dan kardiovaskuler 21,3%; BBL dan
prematur19%; kelainan kongenital 14,8%; infeksi 7,3%, tetanus neonatorum
1,2%; danlainnya8,2%. Dimana tempat kematian ibu dan neonatal terbanyak
menurut SRS 2016terjadi di rumah sakit (77% dan 68%), sedangkan sisanya
terjadi di rumah, perjalanan ke fasilitas kesehatan maupun di fasilitas kesehatan
lain. Adapun kematian ibu dan neonatal di rumah sakit salah satunya terjadi
karena keterlambatan dalam merujuk. Keterlambatan merujuk bisa disebabkan
oleh beberapa kemungkinan antara lain keterlambatan dalam pengambilan
keputusan, kurangnya sistem informasi rujukan ataupun tidak adanya fasilitas
dalam merujuk.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat
kepada pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yaitu salah satunya
dengan membuat manual rujukan yang disesuaikan dengan kondisi deerah
berisikan mekanisme rujukan yang kuat sehingga keterlambatan tidak terjadi.
Tahun 2016, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah membuat kebijakan
dengan membangun Sistem Informasi Rujukan melalui Sistem Rujukan
Terintegrasi (SISRUTE NASIONAL) dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya untuk pelayanan yang lebih baik. Selain itu, terdapat juga Sistem
Penanggulangan Gawat Terpadu sebagai peningkatan mutu pelayanan dalam
penanganan korban/pasien gawat darurat secara terpadu dan terintegrasi
dengan dibentuknya Public Service Center (PSC). Saat ini sedang dilakukan
integrasi rujukan ibu dan bayi dalam SISRUTE dan PSC 119.
Koordinasi antara lintas program baik di provinsi maupun Kab/Kota dalam
membuat sistem rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan
mengkolaborasikan sistem rujuka yang telah ada. Untuk itu diperlukan penigkatan
kapasitas nakes baik di FKTP ,maupun di FKRTL terkait rujukan terpadu
kesehatan maternal dan neonatal

c. Analisis Kelayakan/Manfaat
Output ini secara langsung adalah untuk indikator kinerja kegiatan “Jumlah
Provinsi/ Kabupaten/kota/Puskesmas yang menyelenggarakan peningkatan
kapasitas tim rujukan terpadu maternal dan neonatal “Output ini adalah untuk
mendukung pencapaian indikator RPJMN 2020 – 2024 serta percepatan
penurunan AKI dan AKB.

B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Tenaga kesehatan di fasybnakes: dokter, bidan dan perawat
2. Puskesmas
3. Rumah Sakit
4. Dinas Kesehatan Kab/Kota
5. Dinas Kesehatan Provinsi
6. Kementerian Kesehatan

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Pelaksana
Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi

2. Metode Pelaksanaan
- Pertemuan persiapan
- Kegiatan peningkatan kapasitas/orientasi
- Monev

3. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


a. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Dilaksanakan di Provinsi
b. Pelaksana Kegiatan
Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota
c. Penanggung jawab Kegiatan
Kepala Dinas Kesehtan provinsi/Kab/Kota
d. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan mulai awal triwulan II tahun
2022

Tahapan SubKomponen Rincian bentuk kegiatan


(Komponen/ /Item
SubKomponen)
Dinas Kesehatan Provinsi
1. pertemuan kooridinasi pemanfaatan
Sisrutedan PSC 119 dalam pelayanan
kesehatan maternal neonatal
2. peningkatan kapasitas kab/kota dalam
Peningkatan kapasitas
pemanfaatan Sisrute dan PSC 119
tim rujukan terpadu ttg
Peningkatan dalam pelayanan kesehatan maternal
maternal neonatal
kapasitas tim neonatal
tingkat Provinsi dan
rujukan terpadu ttg
Kab/Kota (TOR berlum
maternal neonatal Dinas Kesehatan Kab/Kota
berisi target,
tingkat Provinsi dan 1. pertemuan kooridinasi pemanfaatan
pesertanya berapa per
Kab/Kota Sisrute dan PSC 119 dalam pelayanan
pelatihan, tempat
kesehatan maternal neonatal
kegiatan dll)
2. peningkatan kapasitas Fasyankes
dalam pemanfaatan Sisrute dan PSC
dalam pelayanan kesehatan maternal
neonatal
Target : peningkatan kapasitas ini diharapkan diselenggarakan di 34 provinsi dan 514
kab/kota.
Peserta provinsi : tim kab/kota ( Kesga, Yankes, SpOG, SpA, bidan, perawat )
Peserta kab/kota : Kesga, Yankes, RS, Puskesmas, Praktik mandiri bidan, klinik, dll

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Pencapaian keluaran akan dicapai dalam kurun waktu sepanjang TA 2022.

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sebesar ................,-


(..........................) dibebankan pada BOK Non Fisik Pelayanan Kesehatan Keluarga
Tahun Anggaran 2022.
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota

...............................................
NIP. ................................

Anda mungkin juga menyukai