Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI 1

MKDK4005.12
LIVINDA TRI ANIS SETIYADI
858687164

Dalam proses pembelajaran, teknik/cara yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru
merupakan komponen penting dalam keberhasilan belajar mengajar. Karena setiap siswa yang berada
dalam satu kelas memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga seorang guru dituntut untuk berkreasi se-
kreatif mungkin agar suatu pembelajaran dapat diserap oleh masing-masing siswa yang mempunyai
kemampuan yang berbeda beda dalam menangkap materi pembelajaran. Proses belajar memiliki ciri yaitu
adanya perubahan sikap dan tingkah laku, pengetahuan, serta keterampilan dari peserta didik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa proses belajar tidak dilakukan dengan secara instan namun memerlukan tahap-tahap
yang berkesinambungan untuk menjadikan seorang siswa memiliki progress yang signifikan dalam
menangkap/memahami/mengimplementasikan sebuah materi pembelajaran. Mari kita lihat ilustrasi
dibawah ini:

Dapat kita lihat gambar di atas. Gambar di atas merupakan ilustrasi sistem pendidikan Indonesia pada saat
ini. Hewan pada gambar di atas menggambarkan bahwa itu adalah beraneka ragam siswa yang ada di
dalam satu kelas. Lalu ada manusia berpakaian seragam diilustrasikan sebagai guru/pendidik. Sedangkan
pohon, merupakan materi pembelajaran yang harus dipahami dan harus dicapai oleh suluruh siswa serta
siswa dituntut untuk berhasil mengambil buah dengan cara memanjat pohon itu. Dapat kita lihat disitu ada
beberapa hewan yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Tentu saja jika perintahnya untuk mengambil
buah dengan cara memanjat pohon, si monyet akan bisa sampai terlebih dahulu. Dari sinilah untuk dapat
menerapkan proses belajar yang sesuai dengan karakteristik the scientific basis of the arts of teaching
diperlukan pemahaman terlebih dahulu potensi masing-masing siswa. Problemnya, bagaimana siswa dalam
satu kelas yang punya beranekaragam karakter dapat memahami/berhasil dalam proses belajar dan
mencapai tujuan belajar. Guru harus memiliki seni dalam mengajar, dan untuk menghadirkan seni dalam
mengajar membutuhkan kreativitas. Seni dalam mengajar meliputi seni mengelola kata, seni mengelola
lingkungan kelas, seni mengelola perbedaan dan seni mengelola konflik. Kita ambil contoh dari ilustrasi di
atas, bagaimana jika di dalam kelas ada seorang murid seperti karakter seekor gajah yang ada di dalam
gambar tersebut yang dituntut untuk bisa mengambil buah dengan cara memanjat. Tugas seorang guru
disini adalah bagaimana seekor gajah tetap dapat mengambil buah tanpa harus memanjat. Guru harus bisa
menyampaikan kepada siswa tersebut bahwa untuk mendapatkan buah tidak harus memanjat. Namun
gunakan anggota tubuh yang dapat menjangkau buah atau menggunakan alat bantu yang ada di sekitar.
Guru dapat mencontohkan bagaimana menggunakan anggota tubuh lainnya dan alat bantu yang ada untuk
menjangkau buah tersebut agar bisa diambil oleh siswa tanpa harus memanjat.
Pengalaman

Saya mengajar di sebuah MI yang berada di desa. Tentu saja karakteristik murid di desa tidak sama dengan
karakteristik murid di kota. Karena menurut pengalaman saya, murid di desa tidak terlalu memiliki
persaingan ketat di antara para siswa karena para orang tua berprinsip bahwa sudah bisa bersekolah saja
sudah bersyukur. Berbeda dengan di kota, walaupun masih SD, persaingan nilai sangatlah ketat bahkan
orang tua pun ikut bersaing dengan wali murid yang lainnya untuk mendapatkan nilai bagus, para orang tua
rela merogoh uang di saku untuk memasukkan bimbel. Sehingga di sini agar proses belajar mengajar
berhasil perlu ada nya edukasi yang kompleks, saya juga sering berkomunikasi dengan wali murid melalui
pesan WhatsApp ketika anak mereka punya kendala belajar di kelas sehingga saya dan wali murid bisa
menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar anak dan tidak tertinggal di kelas. Suatu
ketika terdapat materi perkalian yang dimana seluruh siswa dituntut untuk hafal perkalian dengan metode.
Di kelas, ada siswa yang diajari menghafal perkalian langsung bisa dan ada juga yang tidak bisa. Dari
sinilah saya memulai menerapkan seni dalam teknik mengajar saya.

1. Langkah pertama yaitu menerapkan seni mengelola perbedaan. Saya mulai mendata dan membagi
siswa dalam 2 kategori yaitu pro (langsung bisa perkalian hanya dengan menghafal), dan noob (murid
yang tidak bisa perkalian dengan hafalan).
2. Setelah saya mendata dan mengklasifikasikan, langkah selanjutnya saya baru menerapkan seni
mengelola kelas dan mengelola konflik. Ruang kelas sangatlah berpengaruh dalam keberhasilan proses
belajar mengajar, dalam pengelolaan kelas saya menerapkan duduk secara rolling pada kegiatan belajar
mengajar. Tetapi pada saat khusus pembelajaran perkalian, saya mengubah tempat duduk mereka
menjadi berkelompok dimana satu kelas nya berisi 24 siswa, lalu saya bagi menjadi 4 kelompok yang
masing-masingnya beranggotakan 6 orang. Di tiap kelompok saya campur mana murid yang sudah hafal
perkalian dan mana murid yang belum hafal perkalian. Saya juga menerapkan seni mengelola konflik,
tentu saja di tiap proses pembelajaran ada beberapa konflik seperti pada saat dijelaskan ada yang
bercanda dengan temannya, saya juga memisahkan beberapa siswa yang terindikasi suka bercanda
dalam kelompok yang berbeda. Agar pada saat dijelaskan tidak ada kegaduhan.
3. Lalu saya mulai mengajarkan mereka teknik menghitung perkalian dengan konsep jarimatika.
Disini memerlukan seni mengolah kata, bagaimana metode jarimatika akan tersampaikan dengan baik,
hal ini dilakukan agar mereka tau bagaimana cara menghitung perkalian, saya tidak menjelaskan dengan
cepat. Mereka saya suruh untuk memperhatikan saya yang mengajar di depan, mereka juga saya suruh
untuk menirukan peragaan jari saya ketika saya menjelaskan. Setelah saya selesai menjelaskan. Saya
mempersilahkan mereka bertanya jika ada yang belum paham. Dan saya akan menjelaskan ulang di
bagian yang tidak paham ketika ada yang kebingungan. Setelah itu, saya memberi kertas berisikan soal,
tidak banyak. Hanya 5 soal. 5 soal itu di kerjakan berkelompok. Saya menganjurkan dan menyuruh
untuk menghitung bersama. Dalam kegiatan tersebut, dalam kelompok mereka sangat berantusias
menghitung dengan jari. Saya berkeliling ketika mereka mengerjakan soal secara berkelompok. Ketika
ada salah satu murid dari satu kelompok yang terlihat diam saja dan tidak ikut berhitung dengan teman-
teman satu kelompok. Saya menghampirinya, dan mengajarkan ulang secara lebih dekat. Teman-teman
yang ada di dekatnya juga ikut melihat saya ketika mengajari siswa yang diam pada saat mengerjakan.
Setelah soal tersebut selesai dikerjakan. Saya mongoreksi dengan menghampiri bangku tiap kelompok.
Apabila ada yang salah, tidak langsung saya salahkan tetapi saya ajak menghitung ulang bersama-sama
dengan metode jarimatika hingga jawaban benar.
4. Agar lebih hafal perkalian, saya memutar lagu hafalan perkalian seperti di serial kartun Upin-Ipin
yang saya download dari channel YouTube Les’ Copaque Productions ketika pembelajaran berakhir,
sehingga siswa dapat lebih bersemangat dan cepat hafal
5. Tak lupa juga, walaupun saya sudah mengajari mereka teknik jarimatika, saya juga membuat satu
video pembelajaran cara/teknik berhitung perkalian dengan jari lalu saya share ke WhatsApp grup kelas,
sehingga mereka di rumah bisa menonton lagi. Saya juga mengirimkan lagu tentang perkalian pada grup
WhatsApp agar bisa diputar secara berulang kali.
6. Saya melakukan kegiatan berkelompok dan bernyanyi tersebut berulang kali hingga dirasa setiap
siswa sudah bisa perkalian. Lalu untuk memastikan mereka sudah bisa berhitung perkalian dan hafal
perkalian, saya melakukan evaluasi dengan cara mengadakan kuis. Seminggu 3 kali pada saat sebelum
pulang, saya mengadakan kuis. Saya panggil namanya satu persatu saya suruh maju ke bangku saya,
saya beri pertanyaan tentang perkalian, mereka saya persilahkan menghitung dengan jari atau langsung
bisa menjawab karena sudah hafal. Bagi yang saya kasih pertanyaan bisa menjawab, saya persilahkan
meninggalkan kelas. Bagi yang masih tidak bisa pada saat di kasih pertanyaan, saya beri satu lembar
kertas yang berisi 5 soal perkalian dan saya suruh mengerjakan di rumah untuk dikumpulkan di
keesokan harinya.

Dari rangkaian proses belajar yang saya lakukan, hanya cukup 2-3 minggu saja murid saya dalam satu
kelas bisa hafal perkalian. Ketika saya uji di ulangan harian, nilai yang mereka dapatkan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai