Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIK 

NYATA ATAU CONTOH-CONTOH SEDERHANA MAHASISWA


DALAM BIDANG KOMPETENSI PEDAGOGIS, KOMPETENSI
KEPRIBADIAN, KOMPETENSI SOSIAL, DAN KOMPETENSI
PROFESIONALDALAM KEGIATAN BELAJAR DI KELAS ATAU DILUAR
KELAS

MKDK4005.12
PROFESI KEGURUAN

LIVINDA TRI ANIS SETIYADI


858687164
S1-PGSD
UPBJJ POKJAR ALKHODIJAH MOJOKERTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2021.2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan esai ini.

Mata kuliah Profesi Keguruan merupakan MKDK yang membekali mahasiswa dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi terampil sebagai
seorang pendidik yang profesional dan untuk mengembangkan diri mahasiswa dalam melaksanakan
tugas sebagai guru secara profesional. Dan dalam kesempatan kali ini, saya sebagai penulis akan
memberikan pengalaman pribadi yang saya alami pada saat saya melakukan kegiatan belajar
mengajar dalam menerapkan kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional di kelas yang akan saya tuangkan dalam esai ini secara rinci.

Dalam proses penyusunan esai ini tentunya ada beberapa hambatan seperti membuat serinci
mungkin step by step pengalaman yang telah penulis alami dalam pelaksanaan kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang dimiliki
oleh penulis. Walaupun terdapat beberapa hambatan dalam penulisan esai ini, namun semua ini
diberikan kelancaran dalam penyusunan esai ini, hal tersebut tidak lain berkat bantuan, dorongan,
serta bimbingan orang tua, dan dosen sehingga kendala penulis teratasi. Langkah pertama dalam
proses pembuatan esai ini tentunya penulis harus memiliki kompetensi tersebut sehingga dapat
menuangkan dalam bentuk esai yang lebih mudah dipahami. Tujuan penulisan esai ini yaitu berbagi
pengalaman mengajar yang sesuai dengan kompetensi guru. Selain itu tujuan penulisan esai ini yaitu
diharapkan pengalaman penulis dalam penerapan kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dapat diberi masukan dan kritik oleh pembaca sebagai
evaluasi agar penulis dapat lebih baik lagi dalam mengembangkan kemampuannya guna kelancaran
belajar mengajar dan guna meningkatkan kualitas guru.

Dengan adanya esai ini semoga memberikan ilmu dan pengetahuan khususnya bagi para
pembaca. Penulis sadar esai ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Maka dari itu,
kepada pembaca memberikan masukannya berupa kritik serta saran untuk perbaikan kedepannya.
Atas perhatian dan tanggapan pembaca, penulis ucapkan terima kasih.

Mojokerto, 2 November 2021

Penulis

(Livinda Tri Anis Setiyadi)


PEMBAHASAN

1. Kompetensi Pedagogis
Peserta didik saya diharuskan untuk bisa perkalian. Tugas saya sebagai guru adalah harus mampu
mengelola sebuah pembelajaran dan membimbing anak didik saya untuk bisa perkalian. Saya adakan
bimbingan jadi 4 tahap yaitu sesi belajar kelompok, les khusus, evaluasi dan motivasi. Saya ajarkan
jarimatika lalu saya suguhi soal tentang perkalian untuk dikerjakan. Saya ikut mendampingi ketika
menyelesaikan soal yang saya berikan. Untuk menguatkan pemahaman perkalian, saya ajak
menyanyikan lagu perkalian. Selanjutnya evaluasi yaitu dengan mengadakan kuis sebelum pulang
sekolah, bagi yang belum bisa ketika diberi kuis perkalian, siswa wajib ikut les khusus belajar
perkalian setelah pulang sekolah selama 30 menit. Saya juga memberi motivasi bagi siswa yang tak
bisa perkalian agar siswa tersebut semangat dan tidak merasa minder sehingga terdapat kemauan
belajar yang tinggi dapat terus tumbuh. Semua bimbingan tersebut dilakukan agar bahan ajar yang
ada dapat cepat diserap oleh murid sehingga proses pembelajaran mencapai tujuan belajar.

2. Kompetensi Kepribadian
Sebagai seorang guru saya dituntut agar memiliki akhlak yang mulia agar anak didik meneladinya.
Ketika suatu saat ada murid saya yang jatuh. Saya mengobati murid tersebut di depan teman-
temannya. Saya mencontohkan bahwa ketika ada temannya yang jatuh kita semua harus menolong
dengan membagi tugas/peran yang membopong ke UKS (saya mencontohkan bagaimana cara
membopong), saya juga mencontohkan bagaimana cara menghibur ketika teman kita menangis
karena kesakitan (saya mencontohkan dengan cara mengobrol tentang hal lucu), dan saya juga
mencontohkan pertolongan pertama ketika teman jatuh (cara membersihkan luka, saya juga
mengenalkan obat-obat nya beserta fungsinya). Hal tersebut perlu dilakukan guna menumbuhkan
kepekaan sosial.

3. Kompetensi Sosial
Guru harus memiliki kemampuan komunikasi yang efektif kepada siswa dan orang tua. Pada suatu
hari saya mendengar murid saya mengumpat. Saya mendekatinya ketika pulang sekolah dan
menanyakan mengapa saat berdebat dengan temannya dia mengumpat. Awalnya dia gugup. Namun
saya bertanya lagi dengan lebih halus dan melakukan sentuhan fisik seperti sosok ibu yang mengelus
rambutnya. Dan anak tersebut menjawab bahwa ia berkata kasar karena meniru kakaknya ketika
bermain game. Keesokan harinya saya menemui ibu dari anak tersebut dan mendiskusikannya. Lalu
ibunya mengakui bahwa ibunya sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengontrol anak-anaknya di
rumah. Lalu saya menyarankan kepada ibu dari anak tersebut untuk melarang kakak dari murid saya
untuk bermain game di rumah, namun di lain tempat. Selanjutnya saya berinteraksi kepada murid
saya dengan cara melakukan pendekatan nilai agama dan sosial guna memberi gambaran dampak
apabila ia berkata kasar. Saya menunjukkan bahwa ada hukuman di neraka ketika kita berbicara
kasar. Saya memberi ilustrasi tentang seorang anak yang berkata kasar dijauhi oleh temannya. Di hari
selanjutnya saya memantau, ketika dia keceplosan, saya tidak marah, namun saya mengingatkan
ketika pulang sekolah, memberinya semangat dan menanyakan perkembangan anak ketika di
rumahnya kepada ibunya.

4. Kompetensi Profesional.
Dalam bahan ajar terdapat materi toleransi. Saya dituntut menguasai bahan ajar dan mengemas secara
kreatif. Di kelas saya para siswanya menyukai warna yang berbeda beda, saya memilih 4 siswa maju
ke depan. 4 siswa tersebut memiliki geng, sebut saja siswa itu bernama A, B, C, dan D. Si A
berteman dengan si B, mereka berdua menyukai warna merah. Dan si C berteman dengan si D,
mereka berdua menyukai warna hitam. Lalu saya melontarkan pertanyaan kepada mereka
“Bagaimana sikap kalian melihat kawan kalian si C dan D memiliki kesukaan warna yang berbeda
dari kalian”. Jawaban mereka “ya kami merasa mereka bukan teman kami bu, karena geng kami
harus suka warna merah”. Dari permasalahan tersebut saya menguasai permasalahan rill yang ada di
kelas dan mencoba bagaimana cara mengembangkan pembelajaran toleransi agar siswa mampu
mengimplementasikannya. Akhirnya saya menggunakan metode pembelajaran visual, saya mengajak
mereka menonton “Laskar Pelangi”. Dalam film tersebut saya menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan karakter dan suku. Saya berkata “Kalian bisa amati dalam film Laskar Pelangi yang
sedang kalian tonton, mereka berbeda-beda karakter, beda suku, beda kesukaan dalam menyukai
lagu, berbeda kesukaan dalam memilih pelajaran yang disukai, namun mereka tetap rukun dan
mencapai cita-cita bersama”. Dari situ, siswa yang berbeda kesukaan tadi mulai tumbuh rasa
toleransi. Lalu saya buktikan apakah siswa sudah paham akan makna toleransi. Saya mengadakan
kerja bakti untuk membersihkan kelas dimana dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut diperlukan
kegiatan tolong menolong. Mereka saling toleransi, ada siswa yang bertubuh pendek lalu siswa
bertubuh tinggi menggantikan siswa yang bertubuh pendek untuk menghapus papan tulis yang penuh
coretan.
DAFTAR PUSTAKA

Said, Asnah dkk. 2021. Profesi Keguruan (BMP) Modul 2/MKDK4005/2SKS Edisi 2. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai