Anda di halaman 1dari 4

DISKUSI 2

MKDK4005.12
LIVINDA TRI ANIS SETIYADI
858687164

Standar sosok utuh kompetensi guru terdiri atas kompetensi akademis dan kompetensi profesional. Kedua
kompetensi ini layaknya seperti dua sisi mata uang yang tak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Naskah Akademis Pendidikan Profesional Guru yang dijadikan acuan dalam pengembangan berbagai
panduan mengatakan bahwa kompetensi profesional dapat dibentuk melalui latihan, sedangkan kompetensi
akademis dapat ditingkatkan melalui konteks autentik di sekolah (Wardani,dkk 2021:63-64)

A. Kompetensi Akademis
Kompetensi akademis merupakan landasan scientific dari layanan penyelenggara layanan ahli keguruan
yang terdiri atas empat rumpun kompetensi berikut:
1. Kemampuan Mengenal Peserta Didik Secara Mendalam.
Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam artinya pemahaman yang mendalam tentang
karakteristik, intelektual, sosial, emosional, dan fisik serta latar belakang peserta didik sebagai
landasan bagi guru agar mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Contoh :
Dalam suatu kelas terdapat karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Dalam menghadapi
karakter siswa yang berbeda-beda, saya mempelajari karakter-karakter setiap anak didik sehingga
dapat memudahkan saya untuk melaksanakan pembelajaran. Pengalaman saya saat mengajar,
langkah awal yang saya lakukan untuk mengenali karakter siswa yaitu memahami terlebih dahulu
pemahaman tentang diri sendiri (Self Understanding), dan juga pemahaman tentang orang lain
(Under Standing the Other). Contoh, saya memahami bahwa diri saya adalah sosok yang punya
karakter apabila berbicara selalu dengan nada tinggi, di dalam kelas terdapat beberapa siswa yang
punya karakteristik yang berbeda-beda, siswa yang berani tidak akan takut kepada saya walaupun
saya punya karakter nada bicara tinggi ketika menjelaskan materi, tetapi ada murid saya yang
penakut sehingga ketika saya menjelaskan, murid saya yang penakut berkeringat dingin ketika
memperhatikan saya saat menjelaskan. Dalam menghadapi situasi tersebut saya beradaptasi,
bagaimana karakter nada tinggi saya tidak membuat rasa takut pada peserta didik saya yang punya
karakter penakut. Dari sinilah saya bertindak sebagai psikolog dan dokter bagi siswa tersebut yang
punya karakter penakut. Langkah awal, saya menanyakan kebiasaan si anak pada saat di rumah
kepada orang tua si anak tersebut. Ketika saya sudah mengetahui bahwa kebiasaan di rumah memang
si anak tidak pernah kena omongan dengan nada tinggi. Sehingga langkah selanjutnya saya
beradaptasi. Ketika pulang sekolah, anak tersebut saya ajak berbicara, saya berusaha berbicara
dengan tutur kata yang pelan dan halus dengan memelankan suara, lalu menanyakan mengapa ketika
saya menjelaskan materi anak tersebut selalu ketakutan. Lalu anak tersebut mulai bercerita. Saya
sebagai guru langsung memahami dan memberi pemahaman bahwa memang suara saya tinggi namun
bukan berarti saya marah jadi tidak usah takut, saya memberi motivasi dan memberi sugesti yang
tepat serta memberikan solusi. Saya membiasakan mengajaknya berbicara ketika pembelajaran
berlangsung, dan pada saat pulang sekolah ketika bersaliman dengan saya, saya memberi senyuman
dan menanyakan beberapa pertanyaan ringan seperti “pulang sekolah dijemput siapa nak?”. Dari
situlah tumbuh kedekatan antar anak didik yang awalnya punya karakter penakut bisa beradaptasi
dengan karakter saya yang mempunyai nada tinggi saat menjelaskan materi. Dan saat ini siswa
tersebut sudah tak takut lagi dengan cara mengajar saya dengan karakter nada tinggi, siswa tersebut
mulai aktif bertanya ketika ada materi yang tidak jelas.
2. Kemampuan Menguasai Bidang Studi.
Kemampuan menguasai bidang studi artinya kemampuan penguasaan substansi dan metodologi
bidang ilmu yang bersangkutan serta kemampuan memilih dan mengemas bidang ilmu tersebut
menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kebutuhan peserta didik dan kurikuler.
Contoh :
Sebagai seorang guru harus memiliki metode/cara bagaimana suatu bahan ajar yang kompleks dapat
di kemas untuk disampaikan ke anak didik secara simple dan mudah di mengerti oleh peserta didik.
Contoh, di kelas 2 peserta didik diharuskan untuk bisa perkalian. Bahan ajar yang ada di buku hanya
menyertakan teori saja dan latihan soal perkalian. Di dalam buku tidak diajarkan cara cepat hapal
perkalian. Sehingga saya sebagai guru harus kreatif dalam menyampaikan bahan ajar agar dipahami
oleh siswa. Guru dituntut mampu menguasai perkalian dan metode pembelajarannya. Saya membuat
sesi belajar berkelompok materi perkalian dengan metode jarimatika, ketika sudah selesai
menyampaikan menghitung perkalian dengan jarimatika, mereka saya suguhi soal tentang perkalian
dan murid dalam kelompok belajar tersebut menyelesaikan soal tersebut dengan metode jarimatika.
Tak lupa juga, ikut mendampingi ketika menyelesaikan soal yang saya berikan. Ketika soal sudah
selesai dikerjakan, untuk menguatkan materi perkalian, saya ajak menyanyikan lagu perkalian yang
sedang viral di serial upin ipin. Setelah selesai dengan metode pengajaran jarimatika dan metode
menyanyi, selanjutnya evaluasi yaitu dengan mengadakan kuis sebelum pulang sekolah, bagi yang
belum bisa ketika diberi kuis perkalian, siswa wajib ikut les tambahan khusus belajar perkalian
setelah pulang sekolah selama 30 menit, lalu diberi PR 5 soal perkalian untuk dikerjakan di rumah
khusus bagi siswa yang belum bisa perkalian dan dikumpulkan dihari berikutnya. Metode memberi
motivasi bagi siswa yang tak bisa perkalian pada saat les tambahan juga terus menerus dilakukan
agar siswa tersebut semangat dan tidak merasa minder sehingga terdapat kemauan belajar yang tinggi
dapat terus tumbuh. Semua metode tersebut dilakukan agar bahan ajar yang ada dapat cepat diserap
oleh murid sehingga proses pembelajaran mencapai tujuan belajar.
3. Kemampuan Menyelenggarakan Pembelajaran Yang Mendidik.
Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik artinya kemampuan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, kemampuan proses dan hasil pembelajaran, serta kemampuan
menindaklanjuti hasil asesmen untuk perbaikan.
Contoh :
Menurut saya, guru harus mengimplementasikan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik,
dengan cara dan pendekatan pembelajaran yang mendukung pembelajaran yang mendidik yaitu
PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Guru harus
dapat menjadi sesorang fasilitator dan memberikan peluang yang seluas- luasnya kepada siswa untuk
memanfaatkan berbagai sumber yang ada. Contoh, dalam bahan ajar terdapat materi toleransi. Dan
suasana yang tercipta pada saat itu yaitu siswa lebih berperan aktif di kelas dengan bimbingan guru,
pada saat itu siswa diberi permasalahan yang rill serta dapat memunculkan pendapat pro dan kontra
yang tentunya permasalahan tersebut disesuaikan dengan bahan ajar tentang toleransi tadi, misal di
kelas para siswa menyukai warna yang berbeda beda, saya memilih 4 siswa maju ke depan. 4 siswa
yang saya pilih kebetulan adalah siswa yang sering bercekcok ketika di kelas karena 4 siswa tersebut
memiliki geng, sebut saja siswa itu bernama A, B, C, dan D. Si A berteman dengan si B. Dan si C
berteman dengan si D. 4 siswa tersebut saya tanyai apa warna kesukaan mereka, si A dan B
menyukai warna merah, C dan D menyukai warna hitam. Dari perbedaan warna yang mereka sukai
saya melontarkan pertanyaan kepada si A dan B “Bagaimana sikap kalian melihat kawan kalian si C
dan D memiliki kesukaan warna yang berbeda dari kalian”. Jawaban mereka “ya kami merasa
mereka bukan teman kami bu, karena geng kami harus suka warna merah”. Begitupun juga
sebaliknya, si C dan D diberi pertanyaan seperti itu juga jawabannya sama. Tugas saya sebagai guru
adalah mendamaikan, menjadi penengah, meluruskan, dan memasukkan nilai-nilai bahan ajar yang
mendidik tentang toleransi bahwa kita semua memiliki derajat yang sama, dan sesama teman apapun
warna kesukaannya berbeda harus tetap saling menghargai dan tak boleh bermusuhan. Lalu saya
menyuruh duduk kembali. Dan saya melakukan asesmen guna menindaklanjuti hal tersebut. Tak
lama kemudian saya mengajak mereka menonton “Laskar Pelangi”. Dalam film tersebut saya
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan karakter dan suku. Saya berkata “Kalian bisa amati dalam
film Laskar Pelangi yang sedang kalian tonton, mereka berbeda-beda karakter, beda suku, beda
kesukaan dalam menyukai lagu, berbeda kesukaan dalam memilih pelajaran yang disukai, namun
mereka tetap rukun dan mencapai cita-cita bersama”. Dari situ, siswa yang berbeda kesukaan tadi
mulai tumbuh rasa toleransi. Lalu saya buktikan apakah siswa sudah paham akan makna toleransi.
Saya mengadakan kerja bakti untuk membersihkan kelas dimana dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut diperlukan kegiatan tolong menolong. Mereka saling toleransi, ada siswa yang bertubuh
pendek lalu siswa bertubuh tinggi menggantikan siswa yang bertubuh pendek untuk menghapus
papan tulis yang penuh coretan. Setelah kegiatan tersebut selesai, siswa di kelas termasuk keempat
siswa yang bermasalah tadi sudah bisa saling menghargai. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang kooperatif dapat membantu membantu siswa agar dapat saling berinteraksi, mencapai tujuan
yang spesifik, kelas juga tetap dalam kontrol guru, dan berpusat pada siswa
4. Kemampuan Mengembangkan Kemampuan Profesional Secara Berkelanjutan.
Kemampuan mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan artinya kemampuan
guru dalam memanfaatkan setiap peluang untuk belajar meningkatkan profesionalitas sehingga
pembelajaran yang dikelolanya selalu mengutamakan membantu masalah peserta didik
Contoh :
Dalam mengembangkan profesionalitas guru saat ini sangatlah dipentingkan untuk upgrade skill guru.
Di era serba digital saat ini sangat banyak platform yang menyediakan pembelajaran bagi guru guna
mengembangkan profesionalitasnya dalam membantu masalah peserta didik. Salah satunya Ruang
Guru. Platform ini menyediakan pelatihan khusus online yang bertema “Pentingnya Profesionalitas
SDM Pendidik” di dalamnya berisi tips dan cara mengenali karakter siswa, cara menyampaikan
materi dengan metode yang tepat dan yang mengasyikkan serta tak mononton dengan memanfaatkan
media video, cara menjadi psikolog dan dokter bagi si anak yang bermasalah, hingga bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dengan anak dan wali murid guna kelancaran belajar. Selain itu di platform
LinkedIn juga menyediakan seminar pengembangan profesionalitas tingkat internasional. Di platform
tersebut terdapat mentor asing yang menjelaskan pengalamannya sebagai guru profesional di luar
negeri. Pada platform tersebut juga dibuka sesi tanya jawab yang pesertanya adalah lintas negara,
sehingga SDM guru yang mengikuti dapat menyimak dan mengambil beberapa hal positif yang
dibahas di seminar tersebut guna menambah wawasan profesionalitas guru dan guru dapat upgrade
skill menyesuaikan/meniru skill/metode yang dimiliki SDM guru profesional internasional. Selain
cara-cara tersebut juga ada beberapa langkah/cara guna mengembangkan profesionalitas guru seperti :
aktif dalam keikutsertaan konferensi (conference participation), aktif mengikuti workshop dan
seminar (workshops and in service seminars) yang diadakan oleh kementerian pendidikan,
membentuk kelompok membaca (reading groups), pengamatan kolega (peer observation), penulisan
jurnal/catatan harian guru (writing teaching diaries/journals), kerja proyek (project work), penelitian
tindakan kelas (classroom action research), portofolio mengajar (teaching portfolio), dan mentoring
(mentoring).

B. Kompetensi Profesional
Para guru diharapkan dapat menggunakan standar kompetensi sebagai acuan dalam mengembangkan
dan mengimplementasikan kurikulum program S1 PGSD secara sistematis dan sistemis dengan tujuan
agar dapat menghasilkan lulusan yang benar-benar menguasai kompetensi yang distandarkan. Standar
kompetensi guru yang termasuk kompetensi profesional terdiri atas.
1. Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Pedagogis adalah
suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara membimbing anak didik, cara menghadapi
anak didik, apa saja tugas tenaga pendidik, dan apa tujuan mendidik seorang anak.
Contoh:
Guru harus mampu memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang baik dan menyesuaikan metode
pembelajaran yang tepat bagi siswa di kelas yang memiliki beragam karakter, emosional dan
intelektual. Selain itu guru harus bisa menguasai teori bahan ajar guna menyelenggarakan kegiatan
belajar yang mendidik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna kepentingan
penyelenggara kegiatan pengembangan yang mendidik. Lalu guru harus mampu mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan bidang yang diampu serta memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
2. Kompetensi Kepribadian
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, berakhlak mulia,
arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Contoh:
Guru harus memiliki fondasi yang kuat akan kepribadiannya seperti memiliki kebiasaan beribadah
tepat waktu, selalu mengucap salam ketika bertemu, dan selalu tersenyum ketika bertemu seseorang.
Hal yang dilakukan tersebut merupakan cerminan kepribadian guru yang apabila sudah menjadi
sebuah kepribadian yang melekat dalam diri guru, tentu saja akan menjadi contoh/teladan bagi para
siswa.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Contoh:
Sebagai guru harus bisa berkomunikasi dengan efektif saat menyampaikan pengajaran seperti
pembelajaran dilakukan tidak dengan satu arah namun dua arah, dan pembelajaran dilakukan tidak
hanya menyampaikan materi namun ada praktiknya. Guru juga harus berkomunikasi dengan santun
dan penuh empati pada peserta didik. Sebagai guru juga harus bisa menginformasikan perkembangan
anak didik ke wali murid anak didik, apabila ada masalah belajar yang dialami siswa, guru tidak
boleh memarahi siswa dan mendiskriminasi siswa di kelas. Guru harus punya kode etik, dimana
harus menghargai siswa baik yang pintar maupun kurang pintar karena hak mereka adalah sama yaitu
mendapatkan pendidikan. Dalam berinteraksi dengan wali murid guna menyampaikan masalah
belajar anak didik juga harus santun dan menjelaskan secara rinci, tidak boleh menyalahkan anak
karena semua adalah tanggung jawab bersama, hal tersebut dilakukan guna menemukan solusi yang
tepat guna mengembangkan prestasi belajar anak.
4. Kompetensi Profesional.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Guru dituntut mampu mengarahkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar sehingga guru
harus mampu memodifikasi menyajikan bahan ajar agar dapat diserap siswa dengan baik. Guru
dituntut mampu menguasai Standar Kompetensi (SK) pelajaran, Kompetensi Dasar (KD) pelajaran,
dan tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu serta mampu mengembangkan materi
pelajaran dengan kreatif sehingga bisa memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi
peserta didik
Contoh:
Guru harus mempelajari bahan ajar yang ada, lalu mencari cara bagaimana bahan ajar yang hanya
berupa materi buku dapat tersampaikan kepada siswa yang kemampuan intelektualnya berbeda-beda.
Jadi solusinya guru harus upgrade cara menyampaikan materi seperti awalnya hanya mononton
membaca buku, tetapi harus lebih bisa kreatif seperti mencari video di youtube sesuai bahan ajar lalu
disajikan dengan visualisasi video dengan background musik yang membangun semangat belajar.
Guru harus mengamati gaya belajar siswa, sehingga dapat menyesuaikan metode ajar yang tepat.
Namun pada era ini gaya mengajar sudah lebih canggih dan lebih disukai anak-anak yaitu visualisas
pembelajaran dalam bentuk video dan lagu. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki
kemampuan pemahaman materi yang kompleks.

Sumber :
MKDK4005/MODUL 2

Anda mungkin juga menyukai