Anda di halaman 1dari 2

Bediding

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Bediding (bahasa Jawa: ꦧꦼꦣꦶꦣꦶꦁ bedhidhing)[1] adalah istilah untuk menyebut
perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau. Suhu udara
menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu
melonjak hingga panas menyengat. Perubahan suhu yang demikian terjadi selama tiga
hingga empat bulan dan selalu pada pertengahan tahun antara
bulan Juni sampai Agustus.[2] Bediding juga dikenal sebagai musim bediding yang
merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.[3]
Suhu udara pada masa musim bediding memang tidak sedingin di
daerah subtropis seperti Eropa, tetapi sudah dapat membuat badan menggigil
kedinginan, terutama di dataran tinggi seperti dataran tinggi Dieng.

Daftar isi

 1Perubahan suhu
 2Waktu dan proses terjadi
o 2.1Pergerakan semu matahari
o 2.2Pelepasan kalor ke luar angkasa
 3Dampak bediding terhadap pertanian dan peternakan
o 3.1Pranata mangsa
o 3.2Peternakan
 4Lihat pula
 5Referensi
 6Pranala luar

Perubahan suhu

Lapisan es di permukaan daun pada saat periode bediding di Dataran Tinggi Dieng

Daerah tropis memiliki suhu hangat yang biasanya mempunyai suhu diatas 22 °C.


Namun, pada musim bediding, suhu udara di beberapa tempat di Pulau Jawa bisa turun
drastis. Misalnya suhu di Kota Malang pada tahun 2013 mencapai 17,5 °C di pagi hari.
[4]
 Di Kota Bandung, suhu menyentuh angka 15 °C pada Juli 2018,[5] suhu di Kota
Yogyakarta juga turun menjadi sekitar 17 °C pada dini hari,[6] sedangkan di Kota
Kebumen, Jawa Tengah pada dini hari Juni 2010 suhunya tembus 15 °C.[6] Bahkan,
di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah serta Dataran Tinggi
Tengger, Probolinggo, Jawa Timur suhu udara pada musim bediding tahun 2018
mencapai -4 °C,[7][8] sehingga sesekali terdapat hamparan salju tipis saat pagi hari
karena embun yang membeku.[9] Karena bediding terjadi pada musim kemarau, hampir
dipastikan tidak ada hujan selama periode ini.

Waktu dan proses terjadi


Pergerakan semu matahari
Periode bediding terjadi sekitar bulan Juli hingga Agustus. [10] Musim Bediding terjadi
karena pada bulan-bulan tersebut, posisi matahari berada pada posisi terjauh di
sebelah utara garis khatulistiwa sehingga menyebabkan belahan bumi sebelah utara
menjadi panas dan belahan bumi selatan menjadi dingin. Letak pulau Jawa yang
berada di sebelah selatan garis khatulistiwa menyebabkan pulau Jawa menjadi lebih
dingin daripada biasanya. Angin musim dingin dari Australia juga turut andil menjadikan
pulau Jawa menjadi lebih dingin.
Praktisi Cuaca dan Kelautan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Maritim Tanjung
Perak Surabaya, Eko Prasetyo, menjelaskan, saat posisi pergerakan semu matahari
tepat di 23,5° Lintang Utara (LU), belahan bumi selatan
khususnya Australia memasuki musim dingin. Angin yang bertiup dari Benua Australia
atau angin dari Timur dan Tenggara juga memengaruhi suhu udara sebagian besar
wilayah di Indonesia. Berdasarkan catatan data base BMG Maritim, suhu minimum
yang pernah dicapai tujuh tahun terakhir (sebelum tahun 2007) adalah 19 °C pada
tanggal 1 Juni 2004.[11]
Pelepasan kalor ke luar angkasa
Lihat pula: Efek rumah kaca
Menurut Subekti, Kepala Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, suhu udara dingin ini dipengaruhi
siklus musim kemarau yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi bumi langsung
ke daerah yang lebih tinggi, sedangkan pada musim penghujan, panas bumi tertahan
awan sehingga dipantulkan kembali ke bumi dan suhu udara menjadi lebih panas
dibandingkan musim kemarau.[4] Puguh D., prakirawan BMG Juanda, menjelaskan
bahwa fenomena dingin yang dirasakan di sebagian wilayah Indonesia juga dipengaruhi
jumlah awan di langit akibat musim kemarau. Karena hampir tidak ada awan saat
malam hari, radiasi matahari yang diserap bumi saat siang hari akan kembali ke atas
tanpa ada halangan awan sehingga suhu menjadi dingin. [11]

Anda mungkin juga menyukai