ASFIKSIA BERAT
Oleh:
Rudi Anandra
70 2008 012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan kasus yang berjudul "Asfiksia Berat".
Pepatah lama mengatakan "Tak ada gading yang tak retak", begitu juga
penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan
dan penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan dengan tujuan pembuatan
dan penyusunan laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : By. H
Umur : 0 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lr. Santai no. 212 Rt 05/01 kel. 8 Ulu
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
No. RM : 078746
Pav/kelas : Neonatus / III
MRS Tanggal : 04 April 2012 pukul 10.15 WIB
Riwayat kehamilan
Riwayat ibu demam (-)
Riwayat ibu Hipertensi (-)
Riwayat ibu diabetes melitus (-)
Riwayat ibu anemia (-)
Pedigree Keluarga:
Tn. A 34 thn, Ny. H 30 thn,
Karyawan swasta Wiraswasta
Os
Riwayat Sosial Ekonomi
Os adalah anak Pertama dari Tn.A yang bekerja sebagai Pegawai swasta,
dan Ny K yang bekerja sebagai wiraswasta. Secara ekonomi, keluarga Os
tergolong ekonomi menengah ke keatas.
Pemeriksaan Khusus
Kepala : caput (-), normocephali, flushing (-)
Rambut : hitam
Ubun-ubun : frontanemia mayor dan minor belum menutup.
Muka : tidak ada kelainan bentuk, muka oval.
Mata : simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva, tidak
anemis.
Hidung : NCH (+), sekret (-), epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen.
Paru-paru
V. DIAGNOSA SAMENTARA
lahir spontan
ibu G1P0A0
Neo posterm/AGA,
Asfiksia berat + T. Infeksi + RDS
VI. RESUME
Pada tanggal 04 April 2012 pukul 10.15 WIB lahir seorang bayi
perempuan, berusia 0 hari, beralamat di Lr. Santai no. 212 Rt 05/01 kel. 8
Ulu, berkebangsaan Indonesia, beragama Islam, lahir spontan dari ibu
G1P0A0, Posterm, hamil > 42 minggu, ditolong oleh bidan di ruang
kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis,
APGAR Score 2/3/7 dilakukan pembersihan jalan nafas + VTP, Riwayat
KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+), mekonium (+), tali
pusat layu (+), LK : 33 cm, anus (+), BB= 3100 gram, PB 48 cm. Pada
pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit berat, aktifitas: kurang aktif,
refleks hisap: lemah, tangis: merintih, nadi 116 x/menit, isi dan tegangan
kurang, pernapasan 48 x/menit, suhu badan 36,4 oC. dilakukan
pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil: hb 16,1 g/dl, ht 44 %, leukosit
20.400/mm3 trombosit 317.000/mm3, diff count : 0/0/1/61/32/6, CRP (+).
OS lalu dikirim ke NICU (Neonatal Intensive Care) RSUD Palembang bari
untuk dilakukan perawatan.
IX. PENATALAKSANAAN
1. Inj. Vit K 1 strip (i.m)
2. Zalf mata Oxytetsa
3. Stop Oral
4. IVFD D10 1/5 NS gtt 8x/m
5. Inj. Ampicilin 2 x 155 mg
6. Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam
7. Rontgen Thorax
8. Oksigenasi (O2 2 L/menit)
9. Monitor
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsional : bonam
XI. FOLLOW UP
(Tanggal 5 April 2012)
S : (-) BBL: 3100 gr
O: KU= Sens: CM BBS: 3100 gr
Aktifitas: Aktif U: 1 hr
Tangis: Kuat (merintih)
R. Hisap: Kuat
HR : 160x/m
RR : 40 x/mnt
Suhu : 36,4oC
KS: Kepala : NCH (-)
Leher : t.a.k
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)
Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)
Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas: Akral dingin (-)
A: Asfiksia berat + T. Infeksi
Penatalaksanaan
Inj. Vit K 1 strip (i.m)
Zalf mata Oxytetsa
Kebutuhan cairan: 186 cc/hr
Asi/Pasi 12x2 cc (Oral & Ogt)
IVFD D10 gtt 8 x/m
Inj. Ampicilin 2 x 155 mg
Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam
O2 k/p
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta, dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbulikus dan menghambat pertukaran
gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan
pada kelainan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi
tali pusat janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, sebagai berikut.
a. Pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan
janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan
intrakranial.
c. Kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika,
atresi/stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
(Abdoerrachman dkk, 1985)
(Pulse)
(Grimace)
(Respiration)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium beupa analisis gas darah tali pusat
menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat:
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif,
pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas
komplikasi, berupa :
a. Darah perifer lengkap
b. Analisis gas darah sesudah lahir
c. Gula darah sewaktu
d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
e. Ureum kreatinin
f. Laktat
g. Ronsen dada
h. Ronsen abdomen tiga posisi
i. Pemeriksaan USG kepala
j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala
(IDAI, 2004).
G. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin
timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi
lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Penilaian awal dilakukan
pada setiap bayi baru lahir untuk menetukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan
penilaian pada semua bayi dengan cara melihat :
1. Apakah bayi lahir cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
3. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis ?
4. Apakah tonus otot baik ?
Apabila semua jawaban diatas „Ya‟, berarti bayi baik dan tidak
memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan
Asuhan Bayi Normal. Bila salah satu atau lebih jawaban „tidak‟,
bayi memerlukan tindakan resusitasi segera.
1). Langkah awal dalam stabilisasi
a. Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer)
dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
b. Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam
posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu
garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini
adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan
sungkup atau untuk pemasangan pipa endotrakeal.
c. Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan
pneumonia aspirasi. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion
dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus
otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera
dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk
mencegah sindrom aspirasi mekonium. Bila terdapat mekoneum
dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan
sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa
mekoneum.
d. Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada
posisi yang benar
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan
mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk
memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan
sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka
perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau
menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh
dan ekstremitas bayi.
Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis dan nilai APGAR SCORE
menit pertama 2, menit kelima 3 dan menit ke sepuluh 7 yang menandakan
bahwa bayi Ny. H mengalami asfiksia berat. Hal ini dapat disebabkan dari
faktor ibu, faktor persalinan maupun faktor janin. Dari anamnesis
didapatkan bahwa ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,
anemia, gagal jantung maupun infeksi sistemik. Sehingga dalam kasus ini
kemungkinan penyebabnya adalah dari faktor janin dan persalinan, yaitu
umur bayi yang > 42 minggu / posterm dan riwayat KPSW (+), ketuban
hijau, bau busuk (+), kental (+) dan terdapat mekonium.
Pada kasus ini HMD, dapat disingkirkan, karena riwayat bayi yang
posterm / usia kehamilan > 42 minggu dan berat badan lahir yang normal.
Sedangkan TTN biasanya terjadi pada bayi dengan sectio cessaria,
sehingga diagnosis TTN juga dapat disingkirkan. Sehingga diagnosis yang
paling mungkin dalam kasus ini adalah RDS akibat aspirasi mekonium
yang dapat dilihat dari usia kehamilan posterm dan air ketuban yang
terdapat mekonium.
Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+), mekonium (+),
tali pusat layu (+), dan CRP (+) dapat dipikirkan pula kemungkinan bayi
Ny. H adalah tersangka infeksi sehingga diperlukan perawatan lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN