Anda di halaman 1dari 1

FINAL TES MATA KULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA

Nama Npm
ANANDA MUHAMMAD ILYAS 20.12.5023

1. Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku.
Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni
pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan tipe orang-orang
beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendiidkan yang dihasilkan belum
mampu melahirkan pribadipribadi muslim yang mandiri dan dan berkepribadian Islam. Akibatnya banyak
pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk
kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-Qur;an dan al-Sunnah Nabi sebagai
identitsa kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu
mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendiidkan Islam identik dengan ajaran
Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
2. penerapan Islamisasi dan modernisasi khususnya di Indonesia pada saat ini memiliki karakter yang beragam
karena setiap wilayah memiliki sejarah tersendiri yang dipengaruhi oleh sebab-sebab yang unik dan
berbeda-beda. Mulai dari akhir abad ke-19 sampai saat ini, Indonesia secara keseluruhan memiliki sejarah
umum yang lebih seragam karena para penjajah (dan dilanjutkan oleh para pemimpin nasionalis Indonesia)
menetapkan dasar-dasar nasional di wilayahnya. Proses unifikasi ini juga membuat agama Islam di
Indonesia dalam proses yang lambat semakin kehilangan keanekaragamannya. Namun, hal ini bisa
dipandang sebagai perkembangan yang logis dalam proses Islamisasi/modensasi di Indonesia.
3. Islam murni (puritanis)
Islam puritanis memposisikan Islam sebagai kerangka normatif ajaran yang transenden, baku, tak berubah
dan kekal. Bangunan hukum dan ajarannya harus merujuk pada teks yang termaktub dalam Kitab Suci dan
Sunnah Nabi saw. yang diimplementasikan di Makkah dan Madinah sebagai basis geografis lahirnya Islam,
tanpa mengalami proses historisasi ajaran, karena sifat transenden al-Qur’an dan Sunnah dipandang tidak
bersentuhan sama sekali dengan budaya manusia.
Islam lokalitas(pribumi)
Pertama, keyakinan bahwa Islam harus secara aktif dan substansif ditafsirkan ulang atau dirumuskan ulang
agar tanggap terhadap tuntunan kehidupan modern. Kedua, keyakinan bahwa dalam konteks Indonesia,
Islam tidak boleh menjadi agama negara, dan ketiga, bahwa Islam harus menjadi kekuatan yang inklusif,
demokratis dan pluralis, bukan ideologi negara yang eksklusif.
4. pertama, berimplikasi dalam hal kurikulum, mengantarkan peserta didik agar memiliki hasrat dan
kemampuan untuk melakukan penelitian (riset) pada bidang-bidang sains untuk kemudian menemukan “titik
sambungnya” dengan realitas objektif yang terjadi pada wilayah keagamaan. Kedua, implikasi dalam proses
belajar mengajar, guru mengembangkan imajinasi kreatif. Peranan guru-guru dengan kekuatan imajinasi
kreatif yang dimilikinya mampu menciptakan metode-metode tertentu agar siswanya bisa menyerap
pelajaran secara cepat dan lengkap. Dan ketiga implikasi dalam aspek pendidikan sosial keagamaan. dengan
paradigma integratif, para peserta didik akan diajak untuk berfikir holistik dan tidak parsial dalam
menghayati majemuknya keyakinan dan keberagamaan sehingga menumbuhkan sikap saling menghormati
dan menghargai perbedaan sebuah keyakinan dalam beragama.

Anda mungkin juga menyukai