1. Pengertian pajak.
1) Perbedaan Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, pajak adalah :
Peralihan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin. Surplusnyan
digunakan untuk investasi pada barang publik.
3) Menurut UU RI no. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU no. 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah :
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi/badan yang bersifat memaksa
berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
5. Jenis-jenis pajak.
1) Berdasarkan Lembaga yang melakukan pemungutan pajak, yaitu :
a) Pajak Pusat, adalah:
Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini oleh Dirjen pajak
bersama kantor pelayanan pajak di bawah Kemenkeu.
Misal PPN, PBB, PPh, PPnBM.
b) Pajak daerah, adalah :
Pajak yang dipungut oleh Pemda Tk.I atau Pemda Tk.II.
(utang pajak ini timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh aparatur pajak, menurut
ajaran formil). System ini berlaku sebelum tahun 1983.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam administrasi sistem perpajakan di Indonesia, antara lain :
Fungsi STP antara lain : sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang yang dilaporkan wajib pajak
melalui SPT, sebagai sarana untuk memberi sangsi berupa denda/bunga dan sebagai alat untuk
menagih pajak.
Fungsi SKP antara lain : Sebagai sarana terakhir untuk mengoreksi data fiskal yang dilaporkan wajib
pajak yang tidak memenuhi kewajiban formal maupun material dalam ketentuan pembayaran pajak,
sarana mengenakan sangsi administrasi bagi wajib pajak, sarana untuk mengembalikan kelebihan
pajak yang telah dibayarkan wajib pajak, sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang masih
terutang.
1) Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya peranan pajak dalam membiayai
pengeluaran negara.
2) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan dana pajak.
3) Masih belum bersatunya semua sistem kependudukan dan sistem pendukung yang menyediakan data
dan informasi bagi lembaga yang diberi kewenangan untuk mengurus perpajakan.
4) Masih banyak masyarakat yang bergerak di sektor informal sehingga data potensi perpajakan
sebenarnya tidak dapat diketahui secara pasti.
1) UU no 16 tahun 2009 tentang penetapan peraturan pengganti UU no 5 tahun 2008 tentang perubahan
keempat atas UU no 6 tahun 1983 tentang ketentuam umum dan tata cara perpajakan.
2) UU no 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan (PPh).
3) UU no 42 tahun 2009 tentang Pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah
(PPn.BM)
4) UU no 12 tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan (PBB).
5) UU no 13 tahun 1985 tentang bea meterai, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan PP no 24 tahun
2000
6) UU no 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU no 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah.
3) Tarif PPh
a) Tarif wajib pajak orang pribadi.
Penghasilan kena pajak ( PKP ) Tarif pajak Tarif pajak (Tak
(NPWP) ber-NPWP)
Sampai dengan Rp. 50.000.000 5% 6%
Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 15 % 18%
Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25 % 30%
Di atas Rp. 500.000.000 30 % 36%
b) Tarif wajib pajak badan dan bentuk badan usaha tetap lainnya.
Peredaran Bruto (Omzet) Tarif
Kurang dari Rp. 4,8 milyar per th 1 % x peredaran bruto (omzet)
Rp. 4,8 milyar - Rp. 50 milyar per th {0,25 – (0,6 milyar/peredaran
bruto[omzet]} x penghasilan kena
pajak (PKP)
Lebih dari Rp. 50 milyar per th 25 % x penghasilan kena pajak (PKP)
4) Penghasilan kena pajak (PKP) dan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Penghasilan kena pajak (PKP) untuk wajib pajak dihitung berdasarkan penghasilan neto dikurangi
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Tarif penghasilan tidak kena pajak diatur sebagai berikut :
a) Untuk wajib pajak pribadi sebesar Rp. 54.000.000
Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7
8
b) Tambahan untuk wajib pajak kawin sebesar Rp. 4.500.000
c) Tambahan untuk anggota keluarga ( maksimal 3 orang ) sebesar @ Rp. 4.500.000
d) Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami sebesar
Rp. 54.000.000
Keterangan :
TK/0 = status tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga
TK/1 = status tidak kawin tetapi mempunyai tanggungan sebanyak 1 orang
K/0 = status kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga
K/1 = status kawin dan mempunyai 1 tanggungan keluarga
K/1/1= status kawin dan penghasilan digabung dengan istri dan mempunyai 1 tanggungan
Dalam perhitungan PPh Pribadi, terdapat unsur-unsur pengurang penghasilan bruto yaitu :
a) Biaya jabatan, adalah 5% dari penghasilan bruto ( setinggi-tingginya Rp. 500.000/bulan atau Rp.
6.000.000/tahun )
b) Dana pensiun ( bagi PNS ) atau Iuran THT untuk BPJS jaminan hari tua ( bagi swasta )
a) Setiap wajib pajak menerima pengurangan NJOP-TKP sebanyak satu kali dalam satu tahun.
b) Jika wajib pajak memiliki beberapa obyek pajak, yang akan diselisihkan dengan NJOP-TKP hanya
satu obyek pajak dengan nilai terbesar dan tidak digabungkan dengan obyek pajak lain.
Untuk NJOP-TKP PBB pusat paling tinggi Rp. 12.000.000,00 dan NJOP-TKP PBB daerah ditetapkan
Pemmda masing2 dan paling rendah Rp. 10.000.000,00
5) Tarif PBB
Besar pembayaran PBB dipengaruhi 4 faktor antara lain :
a) Luas tanah dan atau bangunan.
b) Besar NJOP yaitu luas obyek dikalikan harga jual per meter persegi.
Jawab :
Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan Pajak Penjualan barang Mewah ( PPnBM ).
1) Obyek PPN, antara lain :
a) Impor barang kena pajak
b) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena
pajak ( memungut, menyetor dan melaporkan hasil perhitungan PPN dan PPnBM ).
c) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha kena pajak.
d) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
e) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
f) Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
g) Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
Barang tidak kena PPN sesuai dengan UU PPN 1984 pasal 4A ayat (2) antara lain : barang hasil
tambang/pengeboran, barang kebutuhan pokok, sagu dalam bentuk empulur sagu, tepung, tepung
kasar, bubuk sagu, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, rumah makan dan warung, uang ,
emas batang serta surat berharga.
4) Penghitungan PPN.
Tarif PPN sebesar 10% dari harga jual atau nilai impor barang, sementara tarif untuk ekspor barang
sebesar 0%. Besar tarif PPN dapat diubah dengan peraturan pemerintah serendah-rendahnya 5% dan
setinggi-tingginya 15%.
Rumus penghitungan PPN sebagai berikut :
PPN = Dasar pengenaan pajak X Tarif pajak ( 10% )
6) Penghitungan PPn.BM.
Tarif PPn.BM paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.
Rumus penghitungan PPn.BM sebagai berikut :
PPnBM = Dasar pengenaan pajak X Tarif pajak