Anda di halaman 1dari 12

PERPAJAKAN NASIONAL

1. Pengertian pajak.
1) Perbedaan Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, pajak adalah :
Peralihan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin. Surplusnyan
digunakan untuk investasi pada barang publik.

2) Menurut Prof. S.I. Djayadiningrat, pajak adalah :


Suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu keadaan,
kejadian dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukum, menurut
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada balas jasa dari
negara.

3) Menurut UU RI no. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU no. 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah :
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi/badan yang bersifat memaksa
berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ciri-ciri pajak, yaitu :


1) Iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak pada negara.
2) Pembayaran yang didasarkan pada norma-norma hukum.
3) Sumber pembiayaan pengeluaran kolektif.
4) Sarana untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
5) Balas jasa yang tidak diberikan secara langsung.

Unsur-unsur pajak, antara lain :


1) Subyek pajak (Wajib Pajak) adalah :
Orang/badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib membayar
pajak kepada negara. Subyek pajak meliputi orang pribadi atau badan.
2) Obyek Pajak adalah :
Segala sesuatu yang menurut UU dijadikan dasar/sasaran pemungutan pajak.
Obyek pajak dapat berupa keadaan, perbuatan maupun peristiwa.
Misal obyek PPh adalah penghasilan itu sendiri, obyek PBB adalah bumi dan bangunan. Obyek pajak
dibayarkan setiap tahun kalender.
3) Tarif Pajak adalah :
Dasar pembebanan besar pajak yang harus dibayar wajib pajak dalam bentuk prosentase.
Macam tarif pajak antara lain :
a) Tarif Proporsional adalah :
Tarif pajak yang prosentasenya tetap terhadap jumlah obyek. Hasil penghitungan besarnya pajak
akan sebanding dengan besarnya jumlah pajak. Misal : PBB.
b) Tarif Progresif adalah :
Tarif pajak yang prosentasenya semakin besar jika jumlah dasar pengenaan pajak juga semakin
besar. Sebaliknya, jika nilai obyek pajaknya kecil, tarif pajaknya juga sedikit.
Misal : PPh
c) Tarif degresif adalah :
Tarif pajak yang prosentasenya semakin turun, jika obyek pajak bertambah.
d) Tarif Regresif adalah :
Tarif pajak yang prosentasenya semakin besar jika jumlah dasar pengenaan pajak juga semakin
besar tetapi prosentase kenaikan tarif pajak lebih kecil jika dibandingkan prosentase jumlah dasar
pengenaan pajak.
e) Tarif Tetap adalah :

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


1
Tarif pajak yang dikenakan pada obyek pajak yang jumlahnya tetap dengan jumlah rupiah tertentu
dan tidak tergantung pada jumlah obyek pajak.
Misal : pajak bea meterai.

2. Fungsi, manfaat pajak.


1) Fungsi pajak, antara lain :
a) Fungsi Anggaran / Budgetair adalah ;
Pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran pemerintah kaitannya
dengan pelayanan publik.
Misal untuk membayar gaji PNS, untuk membiayai pembangunan.
b) Fungsi Regulasi / Regularen adalah :
Pajak digunakan untuk mengatur perekonomian.
Misal untuk memberikan keringanan pajak bagi produsen dalam negeri dan menetapkan bea
masuk yang tinggi terhadap produk impor.
c) Fungsi Alokasi adalah :
Pajak digunakan untuk membiayai dan menyediakan barang dan / atau jasa yang dibutuhkan
masyarakat. Iuran pajak digunakan untuk membiayai fasilitas publik.
Misal untuk penyediaan penerangan jalan, lampu pengatur lalu lintas.
d) Fungsi Distribusi adalah :
Pajak digunakan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
Misal untuk penyediaan pelayanan kesehatan murah, fasilitas pendidikan murah.
e) Fungsi Stabilisasi adalah :
Pajak sebagai instrumen untuk menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Pajak dapat digunakan
untuk mengatasi ketidakstabilan ekonomi melalui penentuan tarif pajak.
Misal pemerintah menetapkan tarif pajak yang tinggi untuk mengendalikan inflasi.

2) Manfaat pajak, antara lain :


a) Digunakan untuk belanja pegawai
b) Untuk pembangunan sarana umum
c) Untuk pembiayaan alat-alat keamanan negara.
d) Memberi subsidi kepada masayarakat yang kurang mampu.
e) Untuk membayar utang luar negeri pemerintah.
f) Untuk pembinaan dan penyediaan modal bagi usaha mikro, kecil dan menengah
g) Transfer daerah, masih banyak daerah tertinggal yang belum bisa membiayai pengeluarannya
secara mandiri.

3. Pajak dan pungutan resmi lainnya.


1) Perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya adalah :
a) Pajak dipungut berdasarkan UU, sedangkan pungutan resmi dipungut berdasarkan PP atau Perda.
b) Pajak tidak memberikan imbalan secara langsung kepada masyarakat, sedangkan pungutan resmi
memberikan imbalan secara langsung.
c) Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sedangkan pungutan
resmi hanya dipungut oleh pemerintah daerah saja.
d) Pelaksanaan pemungutan pajak bersifat memaksa dan bila tak membayar mendapat sangsi yuridis,
sedangkan pungutan resmi dapat dipaksakan dan / atau kebijakan keputusan terakhir pada yang
bersangkutan.
e) Pemungutan pajak dilakukan secara umum bagi yang memenuhi syarat, sedangkan pemungutan
resmi dilakukan untuk orang tertentu yang menggunakan jasa pemerintah.
f) Jatuh tempo pembayaran pajak adalah tahun fiskal, sedangkan pungutan resmi disesuaikan dengan
pemakaian.

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


2
g) Penghitungan tarif pajak dilakukan oleh wajib pajak, sedangkan pungutan resmi dilakukan
pemerintah.
2) Jenis-jenis pungutan resmi lainnya, antara lain :
a) Retribusi adalah :
Pungutan yang dibebankan sehubungan dengan jasa/fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara
langsung dan nyata kepada masyarakat.
Misal retribusi parkir, retribusi pasar, tempat wisata.
b) Iuran adalah :
Pungutan yang dilakukan sehubungan tersedianya fasilitas yang diberikan pemerintah secara tidak
langsung kepada pembayar iuran.
Misal iuran keamanan dan kebersihan.
c) Sumbangan wajib adalah :
Pungutan yang secara tidak langsung dan nyata dapat ditarik oleh lembaga tertentu tanpa ada balas
jasa secara langsung.
Misal iuran sumbangan dana PMI.
d) Cukai adalah :
Pungutan resmi yang dikenakan atas barang tertentu berdasarkan PP.
Misal cukai rokok, parfum, minuman beralkohol.
e) Bea ekspor dan impor adalah :
Pungutan yang dikenakan terhadap harga barang tertentu yang akan diekspor dan diimpor pada saat
barang tersebut melewati daerah pabean di Indonesia.

4. Asas pemungutan pajak, antara lain :


1) Asas Keadilan (Equality) adalah :
Pemungutan pajak harus bersifat adil, artinya pajak yang dikenakan sebanding dengan kemampuan
wajib pajak dan manfaat yang diterima wajib pajak.

2) Asas Kepastian ( Certainty) adalah :


Pemungutan pajak tidak boleh sewenang-wenang, artinya pelaksanaan pemungutan pajak harus
berdasarkan UU yaitu harus ada kejelasan, ketegasan dan adanya jaminan hukum. Wajib pajak yang
tidak membayar pajak dapat dikenai sangsi hukum.

3) Asas Kelayakan ( convience ) adalah :


Pemungutan pajak hendaknya tidak memberatkan wajib pajak. Layak /tidak seseorang dikenakan
pajak. Selain itu, pemungutan pajak hendaknya dilakukan pada waktu yang tidak memberatkan wajib
pajak. Misalnya saat menerima penghasilan/menerima hadiah. Wajib pajak dapat membayar pajak
dengan senang hati.

4) Asas Ekonomi ( Economy ) adalah :


Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak harus proporsional. Biaya
pemungutan pajak harus lebih rendah dari pada beban pajak yang harus dibayar.

5. Jenis-jenis pajak.
1) Berdasarkan Lembaga yang melakukan pemungutan pajak, yaitu :
a) Pajak Pusat, adalah:
Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini oleh Dirjen pajak
bersama kantor pelayanan pajak di bawah Kemenkeu.
Misal PPN, PBB, PPh, PPnBM.
b) Pajak daerah, adalah :
Pajak yang dipungut oleh Pemda Tk.I atau Pemda Tk.II.

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


3
Pajak yang dipungut oleh Pemda Tk. I antara lain : pajak rokok, pajak kendaraan bermotor, bea
balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan.
Pajak yang dipungut oleh Pemda Tk. II antara lain :
Pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, PBB pedesaan dan perkotaan, bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan,pajak sarang burung walet
2) Berdasarkan Sifat, yaitu :
a) Pajak Subyektif adalah :
Pajak yang dipungut dengan memperhatikan keadaan wajib pajak.
Misal : pajak penghasilan (PPh)
b) Pajak Obyektif adalah :
Pajak yang dipungut dengan tidak memperhatikan keadaan wajib pajak tetapi obyek pajaknya.
Misal : PPn.BM, PBB, PPN.
3) Berdasarkan Pihak yang menanggung, yaitu :
a) Pajak langsung adalah :
Pajak yang dikenakan secara berkala terhadap seseorang/badan usaha berdasarkan ketetapan pajak.
Pajak langsung ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Misal : PPh, PBB. Pajak kendaraan bermotor
b) Pajak tidak langsung adalah :
Pajak yang dikenakan atas perbuatan/peristiwa. Pemungutan pajak itu dipungut tanpa surat
ketetapan pajak dan dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Pihak yang memungut, menyetorkan
dan melaporkan pajak terutang adalah pengusaha kena pajak dan yang menanggung adalah
konsumen.
Misal : pajak penjualan (PPn), pajak pertambahan nilai (PPN)

6. Sistem pemungutan pajak di Indonesia, antara lain :


1) Full Self Assessment System, adalah :
System pemungutan pajak yang memungkinkan wajib pajak menghitung besar pajak terutang yang
kemudian diserahkan kepada aparatur pajak. Wajib pajak harus aktif dalam menghitung, menyetor dan
melaporkan hasilnya kepada kantor pelayanan pajak (KPP), sementara aparatur pajak bertugas
memberikan penerangan dan pengawasan. (utang pajak ini timbul karena berlakunya UU, menurut
ajaran materiil). System ini berlaku mulai tahun 1983 sampai sekarang.

2) Official Assessment System, adalah :


Pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan
ditetapkan oleh aparatur pajak. Selanjutnya, wajib pajak membayar hasil penghitungan pajak tersebut.
Jadi wajib pajak bersifat pasif.

(utang pajak ini timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh aparatur pajak, menurut
ajaran formil). System ini berlaku sebelum tahun 1983.

3) With Holding System, adalah :


System pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak terutang dihitung oleh pihak ketiga (
selain wajib pajak dan aparatur pajak ), dimana angsuran pajak ditetapkan oleh wajib pajak dan pihak
ketiga berdasarkan anggapan sedangkan besarnya pajak terutang ditetapkan oleh aparatur pajak.

4) Semi Self Assessment System, adalah :


System pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh wajib pajak dan
aparatur pajak, dimana wajib pajak menaksir sendiri besarnya pajak terutang yang harus dibayar pada
akhir tahun dan besarnya pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh aparatur pajak.
Catatan : utang pajak dapat dihapus disebabkan beberapa hal yaitu :
1) Pembayaran

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


4
2) Kompensasi
3) Daluwarsa
4) Pembebasan dan penghapusan

7. Mengenal Tax Amnesty.


Tax Amnesty (pengampunan pajak) di Indonesia diatur dalam UU No. 11 Tahun 2016
tentang pengampunan pajak. Pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang seharus
nya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di
bidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan (pajak terutang)
sebagaimana diatur dalam UU tersebut.
Tujuan UU pengampunan pajak antara lain :
a. Mendorong reformasi perpajakan menuju system perpajakan yang lebih berkeadilan.
b. Meningkatkan penerimaan pajak sehingga bermanfaat untuk pembiayaan pembangunan.
c. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta. Dampak positifnya
antara lain, terjadi peningkatan likuiditas domestic, perbaikan nilai tukar rupiah, penurunan suku
bunga dan penurunan inflasi.
Asas-asas (dasar pemikiran) penyusunan UU pengampunan pajak antara lain :
a. Asas kepastian hukum yaitu pelaksanaan pengampunan pajak harus dapat mewujudkan ketertiban
masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
b. Asas keadilan yaitu pelaksanaan pengampunan pajak menjunjung tinggi keseimbangan hak dan
kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.
c. Asas kemanfaatan yaitu seluruh pengaturan kebijakan pengampunan pajak bermanfaat bagi
kepentingan Negara, bangsa dan masyarakat khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum.
d. Asas kepentingan nasional yaitu pelaksanaan pengampunan pajak mengutama
kan kepentingan Negara, bangsa dan masyarakat di atas kepentingan lain.

8. Alur administrasi perpajakan di Indonesia.


Administrasi pajak adalah kegiatan pencatatan, penggolongan dan penyimpanan serta pelayanan
terhadap kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik dilakukan di kantor pegawai pajak maupun dikantor
wajib pajak.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam administrasi sistem perpajakan di Indonesia, antara lain :

1) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah :


Nomor pajak yang diberikan kepada wajib pajak sebagai identitas untuk mempermudah wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak.

2) Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) adalah :


Surat yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, obyek
pajak atau bukan obyek pajak dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

3) Surat Setoran Pajak ( SSP ) adalah :


Surat yang digunakan wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak terutang ke KPP atau Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak.

4) Surat Tagihan pajak (STP ) adalah :


Suarat yang digunakan oleh pegawai pajak untuk tagihan pajak dan atau sangsi administrasi berupa
denda atau bunga.

Fungsi STP antara lain : sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang yang dilaporkan wajib pajak
melalui SPT, sebagai sarana untuk memberi sangsi berupa denda/bunga dan sebagai alat untuk
menagih pajak.

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


5
5) Surat Ketetapan Pajak (SKP ) adalah :
Surat yang diterbitkan karena ketidakbenaran wajib pajak dalam pengisian SPT atau karena
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.

Fungsi SKP antara lain : Sebagai sarana terakhir untuk mengoreksi data fiskal yang dilaporkan wajib
pajak yang tidak memenuhi kewajiban formal maupun material dalam ketentuan pembayaran pajak,
sarana mengenakan sangsi administrasi bagi wajib pajak, sarana untuk mengembalikan kelebihan
pajak yang telah dibayarkan wajib pajak, sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang masih
terutang.

Tata cara pembayaran pajak sebagai berikut :


1) Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP)/registrasi secara on
line. Setelah itu akan menerima NPWP.
2) Setelah menerima NPWP, wajib pajak dapat menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayarkan
dan dilaporkan dengan SPT ke KPP tempat wajib pajak terdaftar/dikukuhkan.
3) Selanjutnya, wajib pajak mengisi SSP yang diperoleh dari KPP/dibank yang ditunjuk Dirjen
pajak/kantor Pos. Pengisian SSP disesuaikan dengan jenis pajak yang akan anda bayar.
4) Pilih metode pembayaran, melalui transfer atau datang langsung ke kantor penerima pembayaran
pajak, misal KPP, kantor Pos, bank yang ditunjuk dirjen pajak.
5) Setelah proses pembayaran, wajib pajak mendapatkan arsip SSP. Arsip SSP berguna ketika wajib
pajak mengajukan keberatan karena kelebihan dalam membayar pajak.

9. Tata cara pengenaan pajak, dapat dilakukan berdasarkan stelsel yaitu :


1) Stelsel Nyata (Nyata), berarti :
Pemungutan pajak baru dapat dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan
sesungguhnya yang diperoleh dalam masa pajak yang bersangkutan.

2) Stelsel Anggapan (Fiktif), berarti :


Pemungutan pajak dapat dilaksanakan pada awal tahun pajak. Berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku hal ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu anggapan
pendapatan oleh wajib pajak. Anggapan ini dapat menggunakan perbandingan data antara pendapatan
wajib pada tahun sebelumnya yang dianggap sama dengan pendapatan yang akan diperoleh pada
tahun sekarang.

3) Stelsel Campuran, berarti :


Pengenaan pajak pada awal tahun yang didasarkan pada suatu anggapan dan pada akhir tahun yang
didasarkan pada suatu kenyataan, sehingga akan terjadi penghitungan kembali untuk menentukan
masalah kelebihan/kekurangan pajak.

10. Tantangan pemungutan pajak, antara lain :


Tax ratio atau tingkat keterhimpunan pajak terhadap PDB Indonesia setiap tahunnya masih sangat rendah.
Menurut Dirjen Pajak, rendahnya tax ratio disebabkan antara lain :

1) Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya peranan pajak dalam membiayai
pengeluaran negara.
2) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan dana pajak.
3) Masih belum bersatunya semua sistem kependudukan dan sistem pendukung yang menyediakan data
dan informasi bagi lembaga yang diberi kewenangan untuk mengurus perpajakan.
4) Masih banyak masyarakat yang bergerak di sektor informal sehingga data potensi perpajakan
sebenarnya tidak dapat diketahui secara pasti.

Menurut Mardiasmo, hambatan pemungutan pajak dibedakan menjadi 2 yaitu :


1) Perlawanan pasif, adalah :

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


6
Masyarakat enggan membayar pajak, disebabkan antara lain :
a) Sistem perpajakan sulit dimengerti masyarakat.
b) Sistem kontrol pajak tidak dilaksanakan dengan baik.
c) Perkembangan kemampuan intelektual masyarakat yang tinggi.
2) Perlawanan aktif, adalah :
Semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada aparatur pajak dengan tujuan
untuk menghindari pembayaran pajak.
Bentuk perlawanan aktif, antara lain :
a) Usaha untuk meringankan beban pajak dengan tidak melanggar UU.
Tindakan ini disebut tax avoidance.
b) Usaha meringankan beban pajak dengan melanggar UU.
Tindakan ini disebut tax evasion.

Tantangan yang dihadapi dalam pemungutan pajak di Indonesia yaitu :


1) Pengetahuan masyarakat tentang pajak masih rendah.
2) Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih kurang.
3) Penindakan hukum bagi orang yang tidak membayar pajak belum jelas.
4) Dirjen pajak kesulitan memperoleh data wajib secara keseluruhan.
Cara mengatasinya yaitu :
1) Pemerintah menggiatkan penyuluhan tentang pajak.
2) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sebagai salah satu
bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
3) Penindakan hukum yang lebih tegas dan tidak pandang bulu.
4) Pembuatan system pembayaran pajak yang lebih mudah serta memperbaharui data wajib
pajak bekerja sama dengan lembaga perbankan.

Upaya Penagihan Pajak.


Dasar hukum : UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan surat paksa, penagihan pajak
adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual
barang yang telah disita.

11. Menghitung PPh, PBB, PPN dan PPn. BM.


Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara, karena itu pemerintah melakukan langkah-
langkah pembaruan dalam sistem perpajakan.
Tujuannya adalah memperbaiki kinerja sistem perpajakan dan untuk meningkatkan pendapatan negara
dari pemungutan pajak.

Contoh pembaruan sistem perpajakan antara lain :

1) UU no 16 tahun 2009 tentang penetapan peraturan pengganti UU no 5 tahun 2008 tentang perubahan
keempat atas UU no 6 tahun 1983 tentang ketentuam umum dan tata cara perpajakan.
2) UU no 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan (PPh).
3) UU no 42 tahun 2009 tentang Pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah
(PPn.BM)
4) UU no 12 tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan (PBB).
5) UU no 13 tahun 1985 tentang bea meterai, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan PP no 24 tahun
2000
6) UU no 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU no 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah.

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


7
Dengan pembaruan dalam sistem perpajakan yang baru , diharapkan :
1) Praktis dan mudah
2) Adil dan merata dalam pengenaan dan pembebanannya
3) Adanya kepastian hukum bagi wajib pajak dan aparatur pajak
4) Menutup peluang terjadinya perbuatan penggelapan pajak, kecurangan aparatur pajak dan sejenisnya
5) Mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

Pajak Penghasilan ( PPh ).

1) Subyek PPh, antara lain :


a) Orang pribadi yang berdomisili di Indonesia
b) Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
c) Orang pribadi yang belum 1 tahun pajak berada di Indonesia dan berkeinginan untuk berdomisili
di Indonesia.
d) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
e) Badan usaha yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

2) Obyek PPh dan bukan obyek PPh


a) Obyek PPh adalah penghasilan yaitu :
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh wajib pajak dalam negeri/luar negeri dalam
jangka waktu 1 tahun yang dapat dipakai untuk konsumsi/menambah penghasilan.
Contoh : laba usaha, bunga, deviden, hadiah undian, royalti, sewa, premi asuransi dan keuntungan
karena selisih mata uang asing.
Catatan : tarif PPh atas undian berhadiah 25% dari jumlah bruto hadiah/nilai harga pasar hadiah.
b) Bukan obyek PPh yaitu :
Sumbangan, warisan, imbalan dalam bentuk barang, SHU koperasi, pembayaran klaim asuransi.

3) Tarif PPh
a) Tarif wajib pajak orang pribadi.
Penghasilan kena pajak ( PKP ) Tarif pajak Tarif pajak (Tak
(NPWP) ber-NPWP)
Sampai dengan Rp. 50.000.000 5% 6%
Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 15 % 18%
Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25 % 30%
Di atas Rp. 500.000.000 30 % 36%

b) Tarif wajib pajak badan dan bentuk badan usaha tetap lainnya.
Peredaran Bruto (Omzet) Tarif
Kurang dari Rp. 4,8 milyar per th 1 % x peredaran bruto (omzet)
Rp. 4,8 milyar - Rp. 50 milyar per th {0,25 – (0,6 milyar/peredaran
bruto[omzet]} x penghasilan kena
pajak (PKP)
Lebih dari Rp. 50 milyar per th 25 % x penghasilan kena pajak (PKP)

4) Penghasilan kena pajak (PKP) dan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Penghasilan kena pajak (PKP) untuk wajib pajak dihitung berdasarkan penghasilan neto dikurangi
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Tarif penghasilan tidak kena pajak diatur sebagai berikut :
a) Untuk wajib pajak pribadi sebesar Rp. 54.000.000
Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7
8
b) Tambahan untuk wajib pajak kawin sebesar Rp. 4.500.000
c) Tambahan untuk anggota keluarga ( maksimal 3 orang ) sebesar @ Rp. 4.500.000
d) Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan suami sebesar
Rp. 54.000.000

Contoh : PTKP sesuai daftar tanggungan.

TK/0 Rp. 54.000.000


TK/1 Rp. 58.500.000 Rp. 54.000.000 + Rp. 4.500.000
TK/2 Rp. 63.000.000 Rp. 54.000.000 + (2 x Rp. 4.500.000)
K/0 Rp. 58.500.000 Rp. 54.000.000 + Rp. 4.500.000
K/1 Rp. 63.000.000 Rp. 58.500.000 + Rp. 4.500.000
K/2 Rp. 67.500.000 Rp. 58.500.000 + (2 x Rp. 4.500.000)
K/1/0 Rp. 112.500.000 Rp. 108.000.000 + Rp. 4.500.000
K/1/1 Rp. 117.000.000 Rp. 112.500.000 + Rp. 4.500.000

Keterangan :
TK/0 = status tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga
TK/1 = status tidak kawin tetapi mempunyai tanggungan sebanyak 1 orang
K/0 = status kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga
K/1 = status kawin dan mempunyai 1 tanggungan keluarga
K/1/1= status kawin dan penghasilan digabung dengan istri dan mempunyai 1 tanggungan
Dalam perhitungan PPh Pribadi, terdapat unsur-unsur pengurang penghasilan bruto yaitu :
a) Biaya jabatan, adalah 5% dari penghasilan bruto ( setinggi-tingginya Rp. 500.000/bulan atau Rp.
6.000.000/tahun )
b) Dana pensiun ( bagi PNS ) atau Iuran THT untuk BPJS jaminan hari tua ( bagi swasta )

5) Contoh menghitung PPh.


a) Menghitung PPh Pribadi.
Sumilir seorang pegawai PT. Djarum Kudus. Sumilir menerima Pendapatan sebesar Rp.
8.700.000/bulan. Setiap bulan ia membayar iuran pensiun sebesar Rp. 400.000. Biaya jabatan yang
ditetapkan 5% dari gaji. Sumilir telah menikah dan mempunyai 3 anak.
Tentukan besarnya pajak penghasilan terutang Sumilir !
Jawab :
Penghasilan bruto sebulan Rp. 8.700.000
Dikurangi :
Biaya jabatan 5% x Rp. 8.700.000 = Rp. 435.000
Iuran pensiun = Rp. 400.000 -
Rp. 835.000 –
Penghasilan neto sebulan Rp. 7.865.000

Penghasilann neto setahun 12 x Rp. 7.865.000 Rp. 94.380.000


PTKP : K/3 Rp. 72.000.000 –
PKP Rp. 22.380.000
PPh Pribadi terutang setahun :
5 % x Rp. 22.380.000 = Rp. 1.119.000

PPh Pribadi terutang sebulan Rp. 1.119.000 : 12 = Rp. 93.250

b) Menghitung PPh Badan.


Pada tahun 2014 PT. Sumbu Satu mempunyai penghasilan kena pajak sebesar

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


9
Rp. 300.000.000. Tentukan besarnya pajak penghasilan terutang perusahaan !
Jawab :
PKP Rp. 300.000.000
PPh Perusahaan terutang setahun :
25 % x Rp. 300.000.000 = Rp. 75.000.000

Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ).


1) Subyek dan obyek PBB
a) Subyek PBB adalah :
Orang/badan yang secara nyata mempunyai suatu hak dan memperoleh manfaat atas bumi serta
memiliki, menguasai dan memanfaatkan atas bangunan.
b) Obyek PBB adalah :
Bumi dan bangunan.
Bumi adalah permukaan/tanah yang meliputi taman, kebun, sawah dan pekarangan.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang dibangun secara tetap pada tanah dan perairan meliputi
gedung, rumah , pagar, kolam , kilang minyak, jalan tol, pusat perbelanjaan, taman dan fasilitas
olahraga.

2) Obyek pajak tidak kena pajak, adalah :


a) Digunakan untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan nasional yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.
b) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala / sejenis dengan itu.
c) Digunakan untuk perwakilan diplomatik.
d) Digunakan badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan Menkeu.
e) Merupakan hutan lindung, suaka alam, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai desa,
dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

3) Nilai jual obyek pajak ( NJOP ), adalah :


Dasar pengenaan pajak yang ditetapkan per wilayah berdasarkan keputusan Menkeu dengan
memperhatikan pertimbangkan Gubernur.
Penetapan NJOP memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) Harga rata-rata berdasarkan transaksi jual beli secara wajar.
b) Perbandingan harga dengan obyek lain sejenis yang letaknya berdekatan dan memiliki fungsi yang
sama.
c) Nilai perolehan baru.
d) Penentuan nilai jual obyek pengganti

4) Nilai jual obyek pajak tidak kena pajak ( NJOP-TKP ), adalah :


Merupakan batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Ketentuan NJOP-TKP
sebagai berikut :

a) Setiap wajib pajak menerima pengurangan NJOP-TKP sebanyak satu kali dalam satu tahun.
b) Jika wajib pajak memiliki beberapa obyek pajak, yang akan diselisihkan dengan NJOP-TKP hanya
satu obyek pajak dengan nilai terbesar dan tidak digabungkan dengan obyek pajak lain.

Untuk NJOP-TKP PBB pusat paling tinggi Rp. 12.000.000,00 dan NJOP-TKP PBB daerah ditetapkan
Pemmda masing2 dan paling rendah Rp. 10.000.000,00

5) Tarif PBB
Besar pembayaran PBB dipengaruhi 4 faktor antara lain :
a) Luas tanah dan atau bangunan.
b) Besar NJOP yaitu luas obyek dikalikan harga jual per meter persegi.

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


10
c) Besar NJOP-KP.
d) Tarif PBB pusat tunggal sebesar 0,5%. Tarif PBB daerah paling tinggi 0,3% (tergantung Perda
masing2)
Besar NJOP-KP sebagai dasar perhitungan PBB sebagai berikut :
a) Obyek pajak perkebunan 40%.
b) Obyek pajak kehutanan sebesar 40%.
c) Obyek pajak pertambangan sebesar 40%
d) Untuk PBB daerah tidak ada NJKP
1. Rumus menghitung PBB pusat = 0,5% x 40% x NJOP-KP
2. Rumus menghitung PBB daerah = 0,3% (maks) x NJOP-KP

6) Contoh menghitung PBB.


Primus memiliki tanah di Kota Pekanbaru seluas 400 m2 yang didirikan bangunan seluas 175 m2.
NJOP tanah sebesar Rp. 1.700.000,00 per m2 dan NJOP bangunan sebesar Rp. 1.900.000,00 per m2.
Apabila diketahui NJOP-TKP sebesar Rp. 10.000.000,00.
Tentukan PBB terutang Primus !

Jawab :

NJOP tanah 400 m2 x Rp. 1.700.000,00 Rp. 680.000.000,00


NJOP bangunan 175 m2 x Rp. 1.900.000,00 Rp. 332.500.000,00 +
NJOP tanah dan bangunan Rp. 1.012.500.000,00
NJOP-TKP Rp. 10.000.000,00 –
NJOP-KP Rp. 1.002.500.000,00
PBB terutang :
0,3% x Rp. 1.002.500.000,00 = Rp. 3.007.500,00

Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan Pajak Penjualan barang Mewah ( PPnBM ).
1) Obyek PPN, antara lain :
a) Impor barang kena pajak
b) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena
pajak ( memungut, menyetor dan melaporkan hasil perhitungan PPN dan PPnBM ).
c) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha kena pajak.
d) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
e) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
f) Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
g) Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

2) Barang kena pajak dan barang tidak kena pajak


Barang kena pajak merupakan barang berwujud maupun tidak berwujud yang dikenai pajak
berdasarkan UU yang berlaku. Pada dasarnya semua barang dikenai PPN, kecuali yang disebutkan
dalam UU PPN 198 pasal 4A ayat (2).

Barang tidak kena PPN sesuai dengan UU PPN 1984 pasal 4A ayat (2) antara lain : barang hasil
tambang/pengeboran, barang kebutuhan pokok, sagu dalam bentuk empulur sagu, tepung, tepung
kasar, bubuk sagu, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, rumah makan dan warung, uang ,
emas batang serta surat berharga.

3) Jasa kena pajak dan jasa tidak kena pajak


Jasa tidak kena pajak adalah ; setiap kegiatan pelayanan berdasarkan perikatan/perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang maupun fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia bisa dipakai, termasuk

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


11
jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan/permintaan yang dikenakan pajak
berdasarkan UU.
Jasa tidak kena pajak ditetapkan dengan peraturan pemerintah seperti jasa pelayanan kesehatan,
pelayanan sosial, keagamaan, pendidikan, kesenian dan hiburan, tenaga kerja, perhotelan, serta
layanan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

4) Penghitungan PPN.
Tarif PPN sebesar 10% dari harga jual atau nilai impor barang, sementara tarif untuk ekspor barang
sebesar 0%. Besar tarif PPN dapat diubah dengan peraturan pemerintah serendah-rendahnya 5% dan
setinggi-tingginya 15%.
Rumus penghitungan PPN sebagai berikut :
PPN = Dasar pengenaan pajak X Tarif pajak ( 10% )

5) Contoh menghitung PPN


Pak Burhan seorang pengusaha kena pajak menjual tunai sepeda motor dengan harga jual Rp.
34.000.000,00. Tentukan besarnya PPN terutang !
Jawab :
PPN terutang = 10% X Rp. 34.000.000,00 = Rp. 3.400.000,00

6) Penghitungan PPn.BM.
Tarif PPn.BM paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.
Rumus penghitungan PPn.BM sebagai berikut :
PPnBM = Dasar pengenaan pajak X Tarif pajak

7) Contoh menghitung PPn.BM.


PT. Indomobil sebagai perusahaan penghasil mobil mewah menjual satu buah barang hasil
produksinya yang bernilai Rp. 110.000.000,00.
Barang tersebut termasuk dalam barang mewah dengan tarif PPn.BM sebesar 30%.
Tentukan besarnya PPn.BM terutang !
Jawab :
PPN = Rp. 110.000.000,00 X 10% = Rp. 11.000.000,00
PPnBM = Rp. 110.000.000,00 X 30% = Rp. 33.000.000,00
Pajak terutang = Rp. 44.000.000,00

Materi Ekonomi – XI – KD. 3.7 – KD. 4.7


12

Anda mungkin juga menyukai