Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian bayi

menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena

merupakan cerminan dari status kesehatan anak suatu Negara maksudnya?.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir

sampai bayi belum berusia satu tahun. Survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) menyatakan bahwa angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada

tahun 2007 adalah 34% per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2009). Dalam

Millenium Development Goals (MDGS), Indonesia menargetkan pada tahun

2015 Angka Kematian Bayi (AKB) menurun menjadi 17 bayi per 1000

kelahiran. Hubungan kematian bayi dengan penelitianmu? Bukankah

imunisasi itu diberika setelah bayi lahir? Mana data yang menunjukkan

kemtian bayi akibat tidak imunisasi?

Pada masa bayi sistem kekebalan tubuh belum sepenuhnya

berkembang sampai berusia enam bulan. Apabila bayi sehat berusia sekitar

dua sampai tiga bulan, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi

sendiri. Selama masa ini, bayi akan mengalami titik rendah alami antibodi

tubuh di aliran darah seperti apa? Maksundnya?. Ini disebabkan oleh antibodi
maternal menurun sehingga pada masa ini bayi akan mudah terkena penyakit

infeksi.

Penyakit infeksi merupakan penyebab terbesar mortalitas dan

mordibilitas anak, sehingga sangat penting untuk menggunakan metode

preventif agar anak tidak terkena penyakit infeksi misalnya dengan pemberian

imunisasi pada anak jurnalnya mana? Ini menurut siapa? Peneliti?. Imunisasi

adalah suatu komponen penting untuk menurunkan angka kematian anak usia

bawah lima tahun. Pemerintah di Negara-negara berkembang biasanya

membiayai imunisasi campak serta difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) sebagai

bagian dari paket kesehatan dasar. Program imunisasi dilaksanakan di

Indonesia sejak tahun 1956.

Menurut laporan yang disampaikan organisasi medis kemanusiaan

dunia, Medicins Sans Frontieres (MSF) atau dokter lintas batas yang

menyebutkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 6 negara yang teridentifikasi

memiliki jumlah tertinggi anak-anak yang tidak terjangkau imunisasi..

Kementrian kesehatan melaksanakan program pengambangan imunisasi (PPI)

pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, campak,

polio, tetanus, serta hepatitis B.

Imunisasi merupakan suatu proses untuk membuat sistem pertahanan

tubuh kebal terhadap mikroorganisme yang memiliki kesempatan untuk

menyerang tubuh kita. Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai

tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar

antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan,

waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi

tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga

kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak (Hidayat, 2005).

Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2016

pemerintah telah memberikan imunisasi dasar pada bayi khususnya di

Provinsi Jawa Tengah yaitu sekitar 101,4% (SDKI, 2016). Suatu upaya yang

dilakukan pemerintah untuk menjaga atau meminimalisir angka kesakitan

salah satunya yaitu dengan memberikan program yaitu imunisasi wajib dan

imunisasi yang dianjurkan, dimana imunisasi wajib ini diberikan kepada balita

dan anak seperti imunisasi BCG, PDT, Campak, dan lain-lain.

Berdasarkan survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2016)

presentase Kabupaten / Kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap

pada bayi. Pada tahun 2015 sebanyak 292 Kabupaten / Kota (56,8%) telah

mencapai 80% imunisasi dasar lengkap pada bayi, dengan demikian target

RPJMN pada tahun 2015 sebesar 75% belum tercapai. Sedangkan pada level

provinsi sebanyak 19 provinsi (56%) di Indonesia telah mencapai minimal

80% sasaran bayinya mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan data

terbaru Profil Kesehatan Kabupaten Blora tahun 2014 pelayanan kesehatan

bayi di Kabupaten Blora sebanyak 11.589 bayi (95,7%). Sedangkan jumah

bayi keseluruhan sebanyak 12.116 bayi. Angka ini menurun dibandingkan

pada tahun 2013 pelayanan kesehatan bayi sebesar 11.361 (96.6%).


Sedangkan untuk pencapaian Universal Child Immunization (UCI) Desa

khususnya di Kabupaten Blora dari tahun 2014 sebanyak 295 Desa (100%),

pada tahun 2009 sampai tahun 2013 cenderung semakin meningkat. Hal ini

terlihat dari tahun 2009 yang mencapai 76,95%, meningkat terus sampai akhir

tahun 2014 UCI desa sudah mencapai 100%. Cakupan imunisasi dinilai sudah

mencapai target pencapaian imunisasi. Mengapa anda msih mau melakukan

penelitian disana padahalkan sudah tercapai 100% Tahun 2014 jumlah bayi

sebesar 12.116, di imunisasi Hepatitis B < 7 hari sebesar 11723 (96,76%),

BCG sebsesar 11.784 (97,26%), cakupan imunisasi jumlah bayi menurut

surviving infant sebesar 11,589, imunisasi DPT / HVB3 / DPT-HB-Hib3

sebsesar 11.833 (102,11%), polio sebesar 11.833 (102,11%) dan imunisasi

campak sebesar 11.775 (101,60%) serta imunisasi dasar lengkap sebesar

11.775 (101,60%).

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling

sukses dan efektif bagi masyarakat. Hal itu ditunjukkan keberhasilannya

dalam menurunkan angka insiden, mordibilitas, kecacatan, serta mortalitas

akibat penyakit polio, difteri, tetanus, pertunis, dan campak, pada berbagai

Negara yang mencanangkan program imunisasi secara teratur dengan cakupan

yang luas. Imunisasi merupakan salah satu andalan program kesehataan di

Negara Indonesia (Achmadi, 2009). Upaya imunisasi dapat dikatakan telah

mencapai tingkat yang memuaskan, namun dari survei diketahui bahwa pada

tahun 2005-2006 cakupan imunisasi sangat dirasakan dengan ditemukannya

kembali kasus polio dan difteri (IDAI, 2011).


Program pengembangan imunisasi (PPI) telah dicanangkan oleh World

Health Organization (WHO) dengan tujuh penyakit target yaitu Difteri,

Tetanus, Pertusis, Polio, campak, Tuberkulosis, dan Hepatitis B. Menurut

hasil survey kesehatan nasional pada tahun 2003, cakupan imunisasi lengkap

hanya mencapai 51% pada laki-laki 52% pada perempuan. Sehingga program

pengembangan imunisasi (PPI) harus lebih ditingkatkan agar program

pengembangan imunisasi lebih meningkat bukan menurun (Albertina M,

2009).

Universal child imumunization (UCI) merupakan suatu keadaan

tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah

umur 1 tahun) dan berdasarkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional) pemerintah berkomitmen untuk mencapai target 100%

desa mencapai UCI pada tahun 2014 (Kemenkes, 2010). Secara keseluruhan

di Indonesia presentase cakupan imunisasi lengkap menunjukkan sedikit

perbaikan sebesar 53,8% dan tidak lengkap sebesar 33,5% pada tahun 2010,

menjadi 59,2% dan diimunisasi tidak lengkap 32,1% pada tahun 2013

(Riskesdas).tahun? Pada tahun 2014, cakupan program imunisasi di Indonesia

telah mencapai sekitar 80% meskipun masih terjadi perbedaan antar provinsi

(Ismail, 2014).

Kelengkapan imunisasi dasar pada anak ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor salah satu diantaranya tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan

dukungan anggota keluarga terhadap imunisasi. Dalam hal ini menurut Shifrin

1997 dalam Wong, 2008 pendidikan orang tua dalam perawatan anak akan
mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan salah satu

diantaranya yaitu terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak,

mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga

kesehatan anak secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi

serta memberikan nutrisi yang adekuat begitu juga dengan adanya dukungan

dari keluarga juga dapat mempengaruhi kepatuhan kelengkapan imunisasi

dasar.

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang terdiri atas informasi

atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata atau tindakan yang diberikan

oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Nursalam &

Kurniawati, 2007). Dimana dukungan keluarga menurut menurut siapa?

memiliki empat indikator yaitu dukungan informasi, dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan penilaian (Friedman, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mella, dkk yang berjudul

hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan

imunisasi dasar pada anak di Desa Tigabolan Kecamatan Sidamanik

Kabupaten Simalungun tahun 2014 berdasarkan hasil uji chi-square

menunjukkan p,0,05 p=0,009 emang harus dicantumkan? Cantumkan hasilnya

saja. hal ini berarti menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan ibu untuk melaksanakan imunisasi dasar pada anak.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Ilham dengan judul hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar


lengkap di wilayah kerja puskesmas pemangkat kabupaten sambas tahun 2017

berdasarkan hasil uji chi-square p value sebesar 0,274 (ip.0.05) menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antar dukungan keluarga dengan kepatuhan

dalam melaksanakan imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja

puskesmas pemangkat kabupaten sambas.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Aizah, dkk yang berjudul faktor-

faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia

9-11 bulan di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Demak bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kelengkapan

imunisasi pada anak akan tetapi tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dan pendapatan dengan kelngkapan imunisasi pada

anak. ,masukkan kebagian faktor tidak beridir sendiri?

Penelitian yang juga dilakukan oleh Meyvi Stefriany Senewe, dkk

yang berjudul analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi dasar di Puskesmas Tongkaina Kecamatan

Bunaken Kota Madya Manado hasil penelitian p=0,00 menunjukkan tidak

terdapat hubungan pendidikan ibu dengan kepatuhan ibu, sikap ibu, tingkat

pengetahuan, tindakan ibu, pelayanan kesehatan dengan kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi dasar.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Wiwin Hindrayati, dkk yang

berjudul tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan

kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi di puskesmas

Cawas mengatakan bahwa ada hubungan tingkat kepatuhan dengan ibu dalam
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Cawas penelitain yang

lain dilakukan oleh Niken Febriastuti, dkk yang berjudul kepatuhan orang tua

dalam pemberian kelengkapan imunisasi dasar bayi 4-11 bulan menunjukkan

bahwa sebagian besar ibu mempunyai sikap (atitude) yang negatif terhadap

kelengkapan pemberian imunisasi disebabkan oleh tingkat pendidikan yang

rendah, penghasilan yang kurang dan kurangnya pengalaman dalam imunisasi.

Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo merupakan salah satu dukuh yang

berada di Daerah Blora, dimana dukuh tersebut letaknya jauh dari perkotaan.

Untuk menuju Daerah tersebut harus melalui hutan-hutan yang jauh dari

keramaian serta akses internet di Daerah tersebut masih belum lancar serta

letak fasilitas kesehatan seperti bidan desa dan puskesmas sangat jauh dari

pemukiman warga setempat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9

Februari 2018 di Dsa Jatisari Kecamatan Kabupaten Blora terhadap 8 orang

tua yang memiliki anak toddler (1-3 tahun) didapatkan 4 orang tua patuh

melakukan imunisasi dasar lengkap pada anaknya, rata-rata ke empat orang

tua ini patuh melakukan imunisasi dasar pada anaknya karena adanya

dukungan dari keluarga diantaranya dukungan informasional disini keluarga

memberikan infomasi mengenai tujuan, manfaat, reaksi dan masalah pada

bayinya jika tidak dilakukan imunisasi, dari ke empat orang tua tersebut satu

diantaranya memiliki dukungan penilaian yang kurang baik karena keluarga

tidak menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi dan tidak menyediakan

waktu untuk melakukan imunisasi tetapi orang tua tetap patuh untuk
memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya dan ketiga orang tua

memiliki dukungan peneilaian yang baik dari keluarganya, dukungan yang

ketiga yaitu dukungan instrumental dua orang tua memiliki dukungan

keluarga yang kurang baik karena keluarga mereka tidak mengingatkan jadwal

imunisasi anaknya dan tidak mengantarkan untuk melakukan imunisasi

sedangkan dua orang tua lainnya memiliki dukungan instrumental yang baik.

Dukungan yang terakhir yaitu dukungan emosional dua orang tua memiliki

dukungan emosional yang cukup baik dan satu orang tua memiliki dukungan

emosioanl yang kurang baik karena keluarga tidak mengingatkan ibu untuk

membawa anaknya melakukan imunisasi, keluarga tidak mengajak ibu untuk

imunisasi dan keluarga tidak melibatkan ibu untuk mengambil keputusan

mengenai imunisasi anaknya serta satu lainnya memiliki dukungan emosional

kurang baik karena keluarga tidak mengingatkan untuk melakukan imunisasi

dan tidak mengajak ibu untuk melakukan imunisasi sedangkan 3 orang tua

lainnya memiliki dukungan emosional yang baik. Ketiga yaitu dukungan

instrumental 3 orang tua memiliki dukungan instrumental yang kurang baik

karena anggota keluarga tidak mengingatkan jadwal imunisasi, anggota

keluarga tidak mengantarkan ibu untuk melakukan imunisasi sedangkan satu

orang tua lainnya memiliki dukungan instrumental yang cukup baik. Yang

terakhir yaitu dukungan emosional satu orang tua memiliki dukungan keluarga

yang kurang baik karena keluarga tidak mengingatkan jadwal imunisasi,

keluarga tidak mengajak ibu untuk imunisasi dan keluarga tidak melibatkan

ibu untuk mengambil keputusan untuk melaksanakan imunisasi anaknya, dan


satu ibu lainnya memiliki dukungan keluara yang cukup baik karena keluarga

melibatkan ibu untuk mengambil keputusan, keluarga meyakinkan bahwa

demam setelah imunisasi adalah hal yang biasa sedangkan dua ibu lainnya

memiliki dukungan emosional yang baik.

Sedangkan 4 ibu lainnya berperilaku tidak patuh untuk melakukan

imunisasi anaknya, 1 ibu diantarnya memiliki dukungan informasional yang

sangat baik, dua lainnya memiliki dukungan informasional sangat buruk dan 1

ibu lainnya memiliki dukungan informasional yang cukup baik, dukungan

keluarga selanjutnya yaitu berupa dukungan penilaian keempat ibu memiliki

dukungan penilaian yang ukup baik karena keluarga menyediakan waktu,

keluarga menganjurkan imunisasi, keluarga mendampingi ibu merawat bayi,

keluarga menyediakan waktu untuk imunisasi dan keluarga selalu memberikan

pujian yang ketiga yaitu dukungan instrumental dimana dari ke empat orang

tua ini tiga diantaranya memiliki dukungan intstrumental yang cukup baik

karena keluarga perhatian dengan kesehatan anaknya serta keluarga

menyediakan obat demam setelah mendapatkan imunisasi sedangkan satu

lainnya memiliki dukungan instrumental yang baik. Dukungan keluarga yang

terakhir yaitu dukungan emosional dimana dari keempat orang tua ini

memiliki dukungan emosional yang cukup baik karena keluarga melibatkan

ibu dalam mengambil keputusan, keluarga meyakinkan ibu bahwa demam

adalah hal yang wajar setelah mendapat imunisasi dan keluarga memberikan

perhatian dan ketenangan ketika anaknya sakit.


Dari fenomena di atasa, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

dukungan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua terhadap kepatuhan

imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3 tahun) di Desa Jatisari

Kecamatan Banjarrejo Kabupaten Blora.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam peneitian ini

penulis merumuskan masalah “Adakah hubungan tingkat pendidikan dan usia

orang tua terhadap kepatuhan imunisasi dasar lengkap anak toddler (1-3

tahun) di Dukuh Temanjang, Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo Kabupaten

Blora.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara dukuangan keluarga dan tingkat pendidikan

orang tua terhadap kepatuhan imunisasi dasar lengkap pada anak toddler

(1-3 tahun) di Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pendidikan orang tua yang memiiki anak

toddler (1-3 tahun) di Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo Kabupaten

Blora. Tadi tidak anda jelskan dilb anda kenapa muncul disini

bukannnya td yang anda jelaskan hanya dukungan keluarga?

b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak toddler

(1-3 tahun) di Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.

c. Mengetahui gambaran kepatuhan orang tua terhadap imunisasi dasar

lengkap pada anak usia 1-3 tahun di Dukuh Temanjang, Desa Jatisari

Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.

d. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap

kepatuhan imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3 tahun) di

Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3 tahun) di Desa Jatisari

Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi orang tua yang memiliki anak usia 0-1 tahun dapat patuh

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap agar dapat meminimalisir

atau mencegah penyakit infeksi pada anak.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan


Diharapkan penelian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa mahasiswa apa?ilmu apa? serta menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya

3. Bagi pelayananan kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan

khususnya pada orang tua untuk memberikan imunisasi dasar lengkap

kepada anaknya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini untuk menerapkan teori dan menambah wawasan serta

pengetahuan tentang tingkat pendidikan dan usia orang tua terhadap

kepatuan imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3 tahun). Ini untuk

responden
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Imunisasi

a. Definisi Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu proses untuk membuat system

pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan

virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme

tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita (Marmi,

2012).

Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu suatu penyakit (Nina

siti Mulyani, 2013).

Menurut Nina siti Mulyani, 2013 vaksinasi merupakan suatu

tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen yang

berasal dari suatu patogen, tujuan dari tindakan ini adalah memberikan

“infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun cukup untuka

menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang

sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh

dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen/penyakit

yang masuk tersebut.


Tujuan diberikan imunisasi adalah anak akan menjadi kebal

terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka mordibilitas dan

mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

Kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan

imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara peberian

imunisasi (Marmi, 2012).

b. Manfaat Imunisasi

Menurut Nina Siti Mulyani, 2013 manfaat imunisasi yaitu

antara lain :

1) Bagi keluarga, dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat

psikologi pengobatan bila anak jatuh sakit. Mendukung

pembentukan keluarga bila orang tua yakin bahwa anaknya akan

menghadapi dan menjalani anak-anaknya di masa kanak-kanak

dengan tenang.

2) Bagi anak, dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang

ditimbulkan oleh pneyakit yang kemungkinan akan menyebabkan

kecacatan atau kematian

3) Bagi keluarga, dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu

menciptakan bangsa yang kuat dan berkat untuk menlanjutkan

pembangunan Negara.
c. Jenis Imunisasi

1) Imunisasi aktif

Imunisasi aktif merupakan kekebalan tubuh yang didapat seorang

karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi,

contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif juga dapat

di bagi menjadi 2 macam yaitu :

a) Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara

otomatis diperoleh sembuh dari suatu penyakit.

b) Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat

dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapaatkan perlindungn

dari satu penyakit (Marmi, 2012).

2) Imunisasi Pasif

Merupakan kekebalan tubuh yang didapat seseorang yang zat

kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya penyuntikan

ATC (Anti tetanus Serum). Imunisasi pasif ini dibagi menjadi dua

yaitu :

a) Imunisasi pasif alamiah merupakan antibodi yang didapat

seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang

kandung langsung ketika berada dalam kandungan.

b) Imunisasi pasif buatan merupakan kekebalan tubuh yang

diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit

tertentu (Marmi, 2012).


d. Jenis-jenis imunisasi dasar

Menurut Marmi, 2012 jenis imunisasi dasar, cara, tempat, dan

jadwal pemberiannya dibagi menjadi lima yaitu :

1) Imunisasi BCG

Imunisasi BCG mempunyai fungsi untuk mencegah

penyakit TBC (Tuberkulosis). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis complex. Penyebaran penyakit ini

biasanya ditularkan melalui batuk seseorang, penularan TBC pada

anak-anak dapat terjadi karena terhadpnya percikan udara yang

mengandung bakteri tuberculosis. Baketri ini dapat menyerang

berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (sering terjadi), kelenjar

getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati atau selaput otak (yang

terberat).

a) Jumlah pemberian

Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab vaksin

BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya

tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman, hingga

memerlukan pengulangan. Jumlah pemberian intramedal 0,05

mL dan 0,1 mL.

b) Usia pemberian

Dibawah 2 bulan, jika baru diberikan setelah usia 2 bulan

disarankan tes Mantoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui

apakah si bayi sudah kemasukkan kuman Mycobacterium


tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya

negatif. Jika ada penderita TB yang sering tinggal serumah atau

sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil di

imunisasi BCG.

c) Lokasi penyuntikan

Lengan kanan atas, sesuai anjuranWHO (World Health

Organisation).

d) Efek samping

Umumnya tidak ada, namun pada beberapa anak timbul

pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher

bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan

dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.

e) Tanda keberhasilan

Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan

setelah 4-8 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi

panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.

Jika bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan

cara penyuntikan yang salah.

f) Kontraindikasi

Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada anak atau bayi

dengan kondisi sebagai berikut :

(1) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang

sedang menderita TBC


(2) Seorang anak yang menderita penyakit kulit yang berat atau

menahun seperti eksim, furunkulosis dan sebagainya.

(3) Penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita

leukemia, penderita yang menjalani pengobtaan steroid,

jangka panjang, penderita inveksi HIV).

2) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi bertujuan untuk memberikan tubuh kekebalan

tehadap penyakit hepatitis B. penyakit hepatitis B, disebabkan oleh

virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan

tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus

hepatitis beresiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati.

Virus hepatitis B ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang

terjangkit termasuk dasar, ludah dan air mani.

a) Jumlah pemberian

Diberikan sebanyak 3 kali pada umur 11 bulan melalui injeksi

intramuscular. Kandungan vaksinnya adalah HbsAg dalam

bentuk cair. Terdapat vaksin B-PID (Prefill Incection Device)

yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-

7 hari. Vaksin B-PID disuntikkan dengan 1 buah HB PID.

Vaksin ini menggunakan PID, merupakan jenis alat suntik yang

hanya bisa digunakan sekali pakai dan terisi vaksin dalam dosis

tunggal. Cara pemberian dengan interval 1 bulan antar

suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan


kedua dan ketiga. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5 ug,

Hepaccin = 10 ug, Engerix-B = 10 ug. Lokasi pemberin di

deltoid atau paha anterolateral.

b) Usia pemberian

Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,

kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan

jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antar 3-6

bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain

imunisasi tambahan dengan immunoglobulin antihepatitis B

dalam waktu sebelum berusia 24 jam.

c) Lokasi penyuntikan

Pada anak di lengan dengan cara intamuskuler. Sedangkan

pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di

bagian depat, lateral otot bagian luar). Penyuntikan di bokong

tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

d) Efek samping

Umumnya tak terjadi. Jika ada (kasusnya sangat jarang),

berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam

ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang

dalaam waktu dua hari.


e) Tanda keberhasilan

Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun

dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan

darah dengan mengecek kadar hepatitis B setelah anak berusia

setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8

tahun, di atas 500, tahan 5 tahun, di atas 200, 3 tahun. Tetapi

kalau angkanyaa hanya 100, maka dalam setahun akan hilang.

Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik

ulang 3 kali lagi.

f) Kontraindikasi

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat

3) Imunisasi polio

Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit

poliomyelitis. Pemeberian vaksin polio dapat dikombinasikan

dengan vaksin DPT. Poliomyelitis adalah penyakit pada susunan

saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang

berhubungan yaitu virus polio type 1,2 atau 3.

Penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan ini,

disebabkan virus poliomylelitis yang sangat menular. Penularannya

bisa lewat makanan atau minuman yang tercemar virus polio. Bisa

juga lewat percikan ludah atau air liur penderita polio yang masuk

ke mulut orang sehat.


Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan

saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan

akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan

kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernafasan,

penderita akan kesulitan bernafas dan bisa meninggal.

Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5

hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah

satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus

polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung kegansan virus

polio yang menyerang kekebalan terhadap serangan virus polio.

a) Jumlah pemberian

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya

imunisasi polio masal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak

akan berdampak buruk, jumlah pemberian 0,5 mL subkutan.

b) Usia pemberian

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2,4,6 bulan.

Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir,

pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

c) Cara pemberian

Bisa lewat suntikan (inactivated poliomyelitis vaccine atau

IPV), atau lewat mulut (oral poliomyelitis vaccine atau OPV).

Di tanah air yang digunakan adalah OPV.


d) Efek samping

Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami

pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kassusnya sangat jarang.

e) Tingkat kekebalan

Dapat mencekal hingga 90%.

f) Kontraindikasi

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut

atau demam tinggi (di atas 380°C), muntah atau diare, penyakit

kanker atau kegansan, HIV / AIDS, sedang menjalani

pengobatan seteroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak

dengan mekanisme kekebalan terganggu.

4) Imunisasi DPT

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu

difteri, pertussis dan tetanus. Difteri merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Penyakit ini

bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran

pernafasan bagian atas. Penularannya disebabkan karena kontak

langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak

tidak langsung karena adanya makan yang terkontaminasi bakteri

difteri.

Pertussis merupakan suatu penyakit yang disebakan oleh

kuman Bordetella petusis. Kuman ini akan mengeluarkan toksin

yang menyebabkan ambang rangsang batuk menjadi rendah


sehingga bila terjadi saja rangsangan akan terjadi batuk lebih

sering pada malam hari, batuk terjadi beruntun dan pada akhirnya

batuk menarik nafas panjang terdengar suara yang khas, dan

biasanya disertai muntah.

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

kuman Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga

dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam

(oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak, bahkan orang

dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena pemotongan tali

pusat dengan alat yang tidak steril atau masih menggunakan cara

tradisional. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang berada di tanah,

debu, dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat memasuki tubuh

melalui luka sekecil tusukan jarum, tetanus tidak dapat ditularkan

dari satu orang ke orang yang lain.

a) Usia & jumlah pemberian

Sebanyak 5 kali, 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia

18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12

tahun, diberikan imunisasi TT.

b) Efek samping

Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat

penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda

setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika


demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja

karena kualitas vaksinanya kurang bagus.

c) Kontraindikasi

Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan

suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang

betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan

yang alergi terhadap DPT. Mereka hanya boleh menerima

vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan

panas.

5) Imunisasi campak

Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan

aktif terhadap penyakit campak. Campak atau measles atau rubella

adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.

Penyakit ini sangat infeksius, sejak awal masa prodromal sampai

kurang lebih 4 hari setelah muncul ruam. Infeksi disebarkan lewat

udara (airbone). Melalui udara, menempel dan berkembangbiak

pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi replikasi dan

kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi

viremia kedua setelah 5- 7 hari dari infeksi awal. Gejala yang

sering muncul adalah panas, batuk, pilek yang makin berat dan

pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak

dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler yang

berwarna kemerahan.
a) Usia dan jumlah pemberian

Sebanyak 2 kali, 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun.

Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain

karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,

penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika

sampai usia 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, maka

pada usia 12 bulan harus di imunisasi MMR (Measles Mumps

Rubella).

b) Dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali dapat

dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. sebelum

disuntikkan dengan pelarut steril terlebih dahulu dilarutkan

dengan pelarut steril yang telah tersedia yang bersisi 5 ml

cairan pelarut.

c) Kontraindikasi

(1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C

(2) Gangguan sistem kekebalan

(3) Pemakaian obat imunosupresan

(4) Alergi terhadap protein telur.

(5) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

(6) Wanita hamil.


d) Efek samping

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,

diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak adalaah rasa

tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat

terjadi gejala-gejala lain yaitu timbul 5-12 hari setelah

penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tinggi,

erupsi kulit kemerahan halus/tipis yang tidak menular dan

pilek.

6) Jadwal pemberian imunisasi

Tabel berikut adalah jenis imunisasi yang dianjurkan pada

masa kanak-kanak serta tabel penyakit infeksi yang paling sering

terjadi pada anak-anak (Marmi, 2012).

Table 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi

Penyakit Waktu Reaksi Perlindungan


Imunisasi Suntikan pada umur 2, 4, Anak bisa Tetanus harus
DPT, Difteri, 6, 18 bulan. Dan diulang demam, tempat diulang setiap 5
Batuk rejan pada 4-5 tahun suntikan terasa tahunsupaya
(partusis), sakit. terhindar dari
tetanus tetanus
Polio Vaksin diminum pada Tidak ada Harus diulang agar
usia 0, 2, 3, 4, 6, 18 selalu terlindung
bulan dan ulangi pada
umur 5 tahun
Campak Suntikan pada usia 9 Demam dan Tidak diketahui
bulan dan diulangi pad timbul bercak- berapa lama sejak
usia 6 tahun bercak vaksinasi terakhir
Tuberkolosa Suntikan pada usia 9 Sakit dan kaku di Seumur hidup
(BCG) bulan dan diulang pada tempat suntikan
usia 10-13 tahun, kalau
dianggap perlu.
Rubella Suntikan untuk anak Mungkin nyeri Tidak diketahui
perempuan usia 10-14 sendi berapa lama sejak
tahun vaksinasi terakhir
2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangka menurut UU RI NO 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasioanl, bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peran dimasa yang

akan datang. Dalam BAB UU tersebut meneybutkan tentang jalur, jenjang

dan jenis pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Menurut Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yan melandasi menengah.

Tingkatan Pendidikan :

Ditinjau dari sudut tingkatan, jalur pendidikan sekolah dibagi

menjadi :

a. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah

ibtida iyyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah

Menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau

bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

menengah merupakan lanjutan pendiidkan dasar. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah

Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) serta Madrasah Aliyah Keagamaan

(MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pendidikan tinggi

merupakan jenjang pendidikan setelah jenjang pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institusi atau universitas.

Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan informasi, misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga


makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.

3. Dukungan Keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,

mempertahankan, budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,

emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga (Duvall, 1986

dalam Leni, 2010).

b. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Friedman salam (Jhonson R-Leni R, 2010) antara lain :

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

tepat bagi keluarga.

3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usianya yang terlalu muda.

4) Mempertahankan suasana di rumahhh yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan

kepribadian anggota keluarga


5) Mempertahankan hbungan timbal balik antara keluarga

dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan

yang ada).

c. Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat

bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya,

sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme,

1996). Dukungan keluarga merupakan ketersediaan sumber daya

yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat

lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan,

dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam

suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

d. Macam-macam dukungan keluarga

1) Dukungan instrumental

Bantuan ini bertujuan untuk memudahkan seseorang

dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan

persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong

secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya

dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai

bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan

dan lain-lain.
Bbentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi

yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti

pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta

pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mendorong

orang tua untuk patuh melaksanakan imunisasi dasar

lengkap kepada anaknya.

2) Dukungan emosional

Dukungan ini berupa dukungan simaptik dan empatik,

cinta, keperacayaan dan penghargaan. Seseorang yang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak

menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain

yang memperhatikan, mau mendengar segala

keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan

yang dihadapinya, bahkan mau memecahkan masalah

yang dihadapinya.

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki

perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh

sumber dukungan sosial sehingga individu yang

menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini

sangat penting dalam menghadapi keadaan yang

dianggap tidak dapat dikontrol.

3) Dukungan harga diri (penilaian)


Bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada

pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari

penderita. Penilaian ini bisa positif dan negative yang

mana pengaruhnya sangat berarti bagis seseorang.

Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka

penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang

positif. Bentuk dukungan ini berupa penghargaan

positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan

pada pendapat individu, perbandingan yang positif

dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu

individu dalam membangun harga diri dan kompetensi

(Sheridan dan Radmacher, 2009).

4. Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Secara umum, kepatuhan merupakan pemenuhan seseorang

pada perintah yang tegas (Myers, 2012). Kepatuhan atau adherence

menggambarkan sejauhmana pasien berperilaku untuk melaksanakan

aturan dalam pengobatan yang disarankan oleh tenaga kesehatan (Smet

Bart, 1994). Sackett, 1976 dalam Neil Niven, 2002.

Kepatuhan / ketaatan (compliance) dalam konteks medis

merupakan tingkatan yang menunjukkan perilaku klien dalam

mematuhi atau mengikuti prosedur atau saran tenaga kesehatan.


Kepatuhan adalah perilaku pasien untuk mengikuti permintaan

medis atau dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu (berobat,

mengikuti diet atau merubah gaya hidup) sesuai dengan anjuran

kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah sejauhmana

perilaku klien sesuai dengan ketentuan dan merasakan manfaat dari

perilaku tersebut (Panser, 2012).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Niven (2008) :

1) Penderita atau individu

a) Sikap atau motivasi pasien ingin sembuh

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu

sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya,

b) Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah

putus asa serta dapat menerima keadaanya, demikian juga cara

berperilaku baik.
c) Dukungan keluarga

Merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak

dapat di pisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram

apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya.

d) Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis.

e) Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama

berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang

baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka yang

dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan menyampaikan

antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien yang

telah mampu beradaptasi dengan program pengobantannya.

c. Faktor – faktor yang mendukung kepatuhan pasien

Menurut Feuer Stein (dalam Niven, 2008), ada beberapa faktor yang

dapat mendukung kepatuhan pasien, diantarnya :

1) Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif

seperti penggunaan buku dan lain-lain.


2) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih

mandiri, harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan,

sementara pasien yang tingkat ansietas tinggi harus diturunkan

terlebih dahulu. Tingkat ansietas yang terlalu tinggi atau rendah,

akan membuat kepatuhan pasien berkurang.

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman

sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu memahami kepatuhan.

4) Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien

terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

5) Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien

Adalah suatu yang penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi diagnosis.

d. Derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh beberapa faktor :

1) Kompleksitas prosedur pengobatan

2) Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

3) Lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi nasihat tersebut

4) Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan


5) Apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan

hidup

6) Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan

bukan professional kesehatan

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

1) Pemahaman tentang instruksi

2) Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antar profesioanal kesehatan dan pasien

merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat

kepatuhan.

3) Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat

juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka

terima. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan

orang lain, isolasi sosial, secara negative berhubungan dengan

kepatuhan (Baekeland & Lundwall 1975).

4) Keyakinan, sikap dan kepribadian


5. Hubungan Dukungan keluarga Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Terhadap Kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Toddler

Mekanisme imunologi pada anak-anak pada dasarnya sama dengan

pada orang dewasa namun belum berkembang sempurna saat lahir. Pada

masa ini immunoglobulin G (IgG) sangatlah berperan karena

Imunoglobulin G (IgG) memiliki reseptor di plasenta sehingga IgG

maternal dapat ditransfer melalui plasenta sejak masa awal fetal. Oleh

karena itu bayi cukup bulan memiliki imunitas pasif terhadap berbagai

infeksi termasuk campak, rubella, dan gondongan. Sebaliknya molekul

IgM yang lebih besar tidak dapat melewati plasenta karena tidak dapat

melewati plasenta karena tidak memiliki reseptor di sana sehingga pada

neonatus sangat rentan terhadap infeksi bakteri seperti pertussis. Janin

mampu meningkatkan respon IgM-nya terhadap infeksi intrauterine,

misalnya rubella, namun sintesis immunoglobulin lain agak terlambat

dimulai setelah lahir. Sehingga pada masa ini anak sangat rentan terkena

penyakit infeksi, penyakit infeksi merupakan penyebab mortalitas dan

mordibilitas anak, sehingga sangat penting untuk menggunakan tindakan

preventif salah satunya dengan pemberian imunisasi pada anak.

Imunisasi adalah pemindahan atau transfer antibodi

(imuniglobulin) secara pasif. Sementara vaksinasi adalah pemberian

vaksin atau antigen (kuman atau bagian kuman yang dilemahkan) yang

dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) di dalam tubuh.

Dengan adanya upaya preventif (imunisasi) diharapkan anak terlindungi


dari penyakit infeksi sehingga menurunkan kemungkinan transmisi infeksi

di antara anak-anak serta memungkinkan terjadinya eradikasi penyakit

(misalnya cacar).

Dalam pemberian imunisasi dasar lengakap ini juga tidak terlepas

dari dukungan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua. Menurut

Priyoto, 2014 semakin tinggi pendidikan orang tua, maka akan semakin

mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya dan sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

diperkenalkan. Begitu juga dengan dukungan keluarga memiliki peranan

yang penting dalam kesehatan karena keluarga menyediakan sumber-

sumber kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga.

Hasil penelitian Mella, dkk (2014), sebuah penelitian yang telah

dilakukan di Desa Tigabolon, kabupaten Simalungun ditemukan bahwa

terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu

melaksanakan imunisasi dasar pada anak. Kemudian berdasarkan hasil

penelitian Elly, 2011 faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi di Desa Kumpulrejo Kota Salatiga adalah

tingkat pendidikan ibu (p value = 0,008, OR= 4,297), tingkat penegtahuan

ibu (p value = 0,004, OR = 4,750), status pekerjaan ibu (p value = 0,0001,

OR = 7,667) dan dukungan anggota keluarga terhadap imunisasi (p value

= 0,003, OR =5,714). Sedangkan variabel yang tidak berhubugan dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi adalah tingkat pendapatan keluarga


(p value = 0,787), jumlah anak dalam keluarga (p value = 0,108), jarak ke

tempat pelayanan imunisasi (p value = 0,573).


B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan :
mempengaruhi kelengkapan
imunisasi dasar : Sikap atau motivasi pasien
Tingkat Pendidikan
Tingkat pengetahuan ingin sembuh
Status pekerjaan
Dukungan keluarga Keyakinan
Ketersediaan sarana imunisasi Dukungan keluarga
Keterjangkauan ke tempat
pelayanan kesehatan Dukungan sosial
Peran petugas imunisasi peran
kader kesehatan Dukungan petugas

kesehatan

Kepatuhan

Keterangan :

: Yang Diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber : Soekidjo Notoatmodjo, 2014


C. Kerangka Konsep

Dukungan keluarga

Kepatuhan imunisasi dasar


lengkap anak todler (1-3 tahun)
Tingkat pendidikan
orang tua

Variable independen Variable dependen

Gambar 2.2 Kerangka konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah “terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua

terhadap kepatuhan imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3 tahun) Di

Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo kabupaten Blora


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini deskriptif korelasional merupakan penelitian yang

diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel bebas dengan

variabel terikat (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian cross sectional

(potong silang), yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antar faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Pengukuran variabel yang diteliti dalam penelitian ini hanya dengan satu kali

pada satu saat (Notoatmodjo,2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari- selesai , bertempat

di Desa Jatisari Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora


C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang

memiliki anak usia balita di Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo

Kabupaten Blora.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2016).

Slovin (SUDAH DIHITUNG TINGGAL MENCANTUMKAN

DI KOST)

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

total sampling / sampling total yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2016).

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sample dalam penelitina ini menggunakan

teknik purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Dengan kriteria

sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang

dapat diambil sebagai sampel.

1) Orang tua yang kooperatif yang memiliki anak usia toddler (1-3

tahun) yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel.

1) Orang tua yang memiliki anak usia toddler (1-3 tahun) yang

memiliki kontraindikasi terhadap imunisasi (memiliki penyakit

tertentu missal HIV, TBC, Hepatitis)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen atau bebas

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

menentukan variabel terikat (Saryono,2013). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah dukungan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua.

2. Variabel dependen atau terikat

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi (Saryono,2013).

Varaibel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan imunisasi dasar

lengkap pada anak toddler.


E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefiniskan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran secara

cermat terhadap suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter

yang jelas
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Independen : Dukungan Dukungan keluarga merupakan Menggunakan Skor maksimal 1 dan skor Ordinal
keluarga perhatian yang didapatkan individu kuesioner yang minimal 0 dengan skoring :
dari anggota keluarga, yang meliputi diukur dengan skala 1. Dukungan keluarga
dukungan instrumental, dukungan Guttman yang baik, apabila respoden
informasional, dukungan emosional terdiri dari 20 menjawab pertanyaan
dan dukungan penilaian, pertanyaan dengan dengan jawaban ya.
penilaian : Jumlah skor yang
Tidak di dukung diperoleh 13-20dari
skor = 0 total skor
Di dukung skor = 1 2. Dukungan keluarga
cukup baik, apabila
responden menjawab
pertanyaan ya. Jumlah
skor nilai yang
diperoleh 7-12 dari
total skor.
3. Dukungan keluarga
kurang baik, apabila
responden menjawab
pertanyaan ya. Jumlah
skor nilai yang
diperoleh 0-6 dari
jumlah skor.
2 Independen : tingkat Tingkat pendidikan : Jenjang sekolah Kuesioner 0 Pendidikan dasar = SD- Ordinal
pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh SMP
ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun 1 Pendidikan menengah =
dan 1-3 SMA
2 Pendidikan Tinggi =
Perguruan tinggi (D1, D3, D4,
S1, S2)

3 Dependen : kepatuhan Seorang ibu yang memberikan Menggunakan Skor maksimal 1 dan skor Ordinal
imunisasi dasar imunisasi dasar lengkap kepada kuesioner yang minimal 0 dengan skoring :
lengkapa pada anak anaknya (imunisasi BCG, DPT 1,2,3, diukur dengan skala 1. Tidak patuh melakukan
toddler 1-3 tahun POLIO 1,2,3, HB 1,2,3 & CAMPAK) Guttman yang imunisasi pada anak
sesuai dengan jadwal pemberian terdiri dari 10 toddler (1-3 tahun), apabila
imunisasi. pertanyaan dengan responden menjawab
penilaian : pernyataan “Ya”. Dengan
Tidak patuh nilai skor 0-5 dari total
melakukan skor.
imunisasi diberikan 2. Patuh melakukan
skor = 0 imunisasi dasar lengkap
patuh melakukan pada anak toddler (1-3
imunisasi diberikan tahun), apabila responden
skor = 1 menjawab salah satu atau
lebih pernyataan “Tidak”.
Dengan nilai skor 6-10
dari total skor.
F. Prosedur Penelitian

1. Tahapan penelitian

a. Prosedur administrasi

1) Proses kegiatan dimulai setelah ujian proposal dan

mendapat persetujuan penelitian dari Universitas Ngudi

Waluyo

2) Peneliti meminta surat ijin yang digunakan untuk

permohonan uji validitas dari Universitas Ngudi Waluyo

sebagai pengantar yang ditunjukan kepada Kepala Camat

Randublatung, Kabupaten Blora.

3) Setelah mendapat surat balasan dan ijin dari Kepala

Camat Randublatung, Kabupaten Blora, kemudian

peneliti mengantar surat ijin ke puskesmas Banjarejo

4) Setelah peneliti mendapatkan ijin untuk melaksanakan uji

validitas di Kecamatan Randublatung.

5) Peneliti melaksanakan pengolahan data hasil dari uji

validitas, dan mendapatkan kuesioner yang valid.

6) Setelah uji validitas dilakukan, peneliti meminta surat ijin

ke Universitas Ngudi Waluyo yang digunakan sebagai

pengantar yang ditunjukan kepada Kepala Camat

Randublatung dan Puskesmas Randublatung.


7) Setelah mendapatkan surat balasan dan ijin untuk

melakukan dari kepala camat Randublatung dan

Puskesmas Randublatung

b. Prosedur Pengambilan Data

1. Peneliti melakukan persamaan persepsi dengan 3 asisten

peneliti dengan tata cara dilakukannya pengumpulan data

kuesioner

1. Peneliti megmil respode dri jumlh smapel responden

dengan menggunakan teknik purposive sampling sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi

2. Setelah itu, peneliti mendatangi secara door to door, kepada

calon responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi,

sebelum melakukan pengumpulan data terkait pengisian kuesioner

peneliti menjelaskan tujuan dilakukan penelitian

3. Peneliti meminta responden menandatangani lembar

persetujuan sebagai bukti bahwa sukarela ikut berpartisipasi dalam

penelitian

4. Peneliti dan 3 asisten peneliti memberikan kuesioner

kepada responden.

c. Tugas asisten peneliti

1. Membantu peneliti meminta informed consent pada

responden

1. Menulis dalam lembar kuesioner


2. Instrument penelitian

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner, menurut

Sugiyono (2010), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi pernyataan tertulis kepada responden untuk

mengukur variabel yang diteliti, dimana kuesioner tersebut berisi data nama,

umur, pendidikan, jumlah anak dan juga pernyataan mengenai imunisasi

dasar lengkap pada anak toddler.

Tabel 3.2. kisi-kisi kuesioner dukungan keluarga

No Indikator No pertanyaan Jumlah pertanyaan


1 Dukungan informasional 1,2,3,4,5 5
2 Dukungan penilaian 1,2,3,4,5 5
3 Dukungan intstrumental 1,2,3,4,5 5
4 Dukungan emosional 1,2,3,4,5 5
Jumlah total 15

Tabel 3.3. kisi-kisi kuesioner kepatuhan

No Indikator No pertanyaan Jumlah pertanyaan


1 Imunisasi BCG 1 1
2 Imunisasi Hepatitis B 2, 5 2
3 Imunisasi DPT 3, 8 2
4 Imunisasi Polio 4, 6 2
5 Imunisasi Campak 7 1
Jumlah Pertanyaan 8

G. Uji Validitas & Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat digunakan untuk

mengukur apa yang ingin diukur. Untuk menguji validitas maka dilakukan

uji korelasi antar skor tiap item pertanyaan degan skor total kuesioner

tersebut. Bila item pertanyaan mempunyai korelasi yang signifikan dengan


total skor instrument maka kuesioner tersebut dinyatakan valid (Sugiyono,

2010).

Pada penelitian ini perlu dilakukan uji validitas untuk variabel dukungan

keluarga dan kepatuhan karena belum baku, yang rencananya akan

diujikan di Kecamatan Randublatung dengan jumlah sampel 20 responden.

Peneliti memilih Kecamatan Randublatung karena memiliki karakteristik

yang hampir sama dengan Kecamatan Banjarejo.

Untuk menunjukkan validitas suatu instrument (kuesiiner) dilakukan cara

korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor total. Dikatakan

valid apabila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan

skor totalnya. Teknik korelasi yag digunakan ialah korelasi pearson

product moment. Bila r hitung lebih besar dari r table maka H0 ditolak,

artinya variabel valid. Sedangkan bila r hitung lebih kecil dari r table maka

H0 gagal ditolak, artinya variabel tidak valid.

2. Uji Reabilitas
H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data penelitian, terlebih dahulu

menjelaskan identitas peneliti, tujuan penelitian, dan permohonan untuk

berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani persetujuan menjadi

responden. Masalah etika harus diperhatikan dalam penelitian ini meliputi ;

1. Informed consent ini bertujuan untuk menjadi responden. Pemberian

informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity (tanpa nama) yaitu memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan tidak perlu mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3. Menjamin kerahasiaan (Confidentiality)

Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam

penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai

berikut :

1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Skoring

Pada tahap ini, hasil dari pengisian lembar kuesioner diberikan skor atau

nilai dan kemudian dikelompokkan menurut kategori. Pada variabel

dukungan keluarga yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan jawaban

dicheklist, jika jawabannya diberi tanda centang berarti nilainya 1, jika

jawaban tidak dicentang atau dikosongi berarti nilainya 0. Pada variabel

kepatuhan terdiri dari 10 pertanyaan apabila jawaban dicheklist, jika

jawabannya diberi tanda centang berarti nilainya 1, jika jawaban tidak

dicentang atau dikosongi berarti nilainya 0

3. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Pada variabel

dukungan keluarga dikategorikan menjadi tiga kategori, kategori pertama

yaitu kategori dukungan keluarga dikatakan baik apabila responden

mejawab pertanyaan dengan jawaban iya. Jumlah skor nilai yang diperoleh

≥ 76% - 100% dari total skor, kategori kedua yaitu kategori cukup apabila

responden menjawab pertanyaan iya. Apabila jumlah skor nilai yang

diperoleh 56% - 75% total skor. Kategori yang terakhir yaitu kategori
kurang apabila responden menjawab pertanyaan iya. Apabila jumlah skor

nilai yang diperoleh < 56% dari total skor.

4. Entri data

Data entri merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel dan database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana.

5. Tabulating

Merupakan proses perhitungan hasil penelitian dengan bantuan program

komputer untuk mendapatkan hasil perhitungan dari masing-masing

variabel dalam penelitian ini. Perhitungan hasil tabulasi dalam penelitian

ini menggunakan program SPSS 24.0

J. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral

atau grafik (Saryono, 2013). Analisis dalam penelitian ini adalah variabel

independen dukungan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua, variabel

dependen kepatuhan imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3


tahun). Data yang terkumpul dianalisis dalam bentuk narasi, presentase,

dan tabel distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate merupakan analisis statistic dengan menggunakan

tabulasi silang. Analisis bibvariat ini dapat berfungsi dalam mencari

hubungan antara variabel penelitian yaitu variabel bebas (dukungan

keluarga dan tingkat pendidikan orang tua serta variabel terikat kepatuhan

imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (usia 1-3 tahun). Data yag

terkumpul dianalisa dengan menggunakan Uji Chi Square.

Uji Chi Square atau satu sampel adalah teknik statistic yang digunakan

untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua

kelas atau lebih (Sugiyono, 2010). Uji yang digunakan pada analisis

bivariate ini menggunakan uji Chi Square (X2).

Uji Chi Square di rumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

X2 = Chi kuadrat

F0 = Frekuensi yang diobservasi

Fh = Frekuensi yang diharapkan

Ketentuan yang berlaku pada uji Chi Square yaitu :


a. Bila tabelnya 2 x 2, dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang dipakai

sebaiknya “Continuity Correction”

b. Bila table 2 x 2 dan ada nilai E<5, maka uji yang dipakai adalah

“Fisher’s Exacttest”

c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, maka digunakan ui “Person Chi

Square”

Guna mengetahui apakah terjadi hubungan yang signifikan antara

variabel bebas dan variabel terikat, maka p value dibandingkan dengan

tingkat kesalahan (a) yang digunakan adalah 5%. Apabila p value

<0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

signifikan antara variabel bebas dan variabeel terikat (Sugiyono,

2010).
Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar

persetujuan dan membagikan format pengumpulan data berupa pertanyaan

tentang dukungan keluarga dan tingkat pendidikan orang tua dan kepatuhan

imunisasi dasar lengkap pada anak toddler (1-3 tahun) dalam bentuk kuesioner

kepada ibu yang mempunyai anak usia 0-1 tahun dan 1-3 tahun yang

bertempat tinggal di Desa Jatisari kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data sebagai berikut :

1. Perijinan penelitian. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada institusi

pendidikan dalam hal ini adalah Universitas Ngudi Waluyo Ungaran dan

pihak kepala Desa Jatisari untuk mendapatkan persetujuan.

2. Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan dilakukan penelitian

ini pada calon responden dan meminta kesediaan menjadi responden.

3. Calon responden setuju untuk dijadikan responden

4. Responden diberikan lembar checklist untuk didik sendiri. Peneliti

memberikan penjelasan tentang cara pengisian lembar checklist dan

membantu responden dalam mengisi lembar checklist.

5. Setelah responden selesai mengisi lembar checklist, peneliti memriksa

kembali kelengkapan jawaban responden, jika masih ada yag belum terisi

maka dianjurkan responden untuk melengkapi jawabannya kembali.


Menurut Saryono, 2013, berdasarkan cara perolehannya data

dikelompokkan menjadi :

1. Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau

alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi. Sedangkan

kelemahannya berupa ketidakefisenan, untuk memperoleh memerlukan

sumberdaya yang lebih besar (Saryono, 2013)..

2. Data Sekunder

Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder merupakan data yang

diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Keuntungan data

sekunder adalah efisiensi tinggi, dengan kelemahan kurang akurat

(Saryono, 2013).

Anda mungkin juga menyukai