Anda di halaman 1dari 20

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Nilai-Nilai Dasar ASN


1. Akuntabilitas

Akuntabilitas atau ‘accountability’ berasal dari dua kata, yaitu aacount’


(rekening, laporan, catatan) dan ‘ability’ (kemampuan). Akuntabilitas bisa diartikan
sebagai kemampuan menunjukkan laporan atau catatan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara umum Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja
dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas penting karena merupakan prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku
pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Seperti misalnya keberadaan
PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang belum dipahami
sepenuhnya oleh ASN berdampak pada pemborosan sumber daya dan memberikan
citra ASN berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, ASN perlu merubah citranya
menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas yaitu
mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas. Akuntabilitas
publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu: untuk menyediakan kontrol
demokratis (peran demokrasi), mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional), dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflk kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Adapun Nilai-nilai yang terkandung dalam Akuntabilitas adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya. Pimpinan
mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan
contoh pada orang lain (lead by example), adanya komitmen yang tinggi dalam
melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja
yang baik yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehingga
dengan adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai
solusi.
b. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok
internal dan eksternal;
2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi
dalam pengambilan keputusan;
3) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
c. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-undang, kontrak,
kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat
memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
d. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari
setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi dalam
responsibilitas perorangan dan responsibilitas institusi.
e. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh
sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan
dan kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak
optimal.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas
tidak akan lahirdari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
g. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat
menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan
kerja juga memerlukan adanya perubahan kewenangan sesuai kebutuhan yang
dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga
harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill)
yang dimiliki.
h. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan,
peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi,
dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen
dan kredibilitas anggota organisasi.

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan Negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Selain itu, Nasionalisme
juga berarti paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia
dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap
tenggang rasa.
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta sesuai
dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai
tujuan dan cita-cita nasionalnya. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai
cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran
yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan
nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat
kebangsaan atau semangat patriotisme.
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk
mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini
nilai-nilai budayanya, yang lahir dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.
Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang
mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d’entre) bangsa-bangsa di
dunia. Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada
dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.
Istilah dibayangkan (imagined) ini penting, menurut Anderson, mengingat
bahwa anggotaanggota dari nasion itu kebanyakan belum pernah bertemu satu sama
lain, tetapi pada saat yang sama di benak mereka hidup suatu bayangan bahwa
mereka berada dalam suatu kesatuan komuniter tertentu. Karena terutama hidup
dalam bayangan (dalam arti positif) manusia yang juga hidup dan berdinamika,
nasionalisme di sini dimengerti sebagai sesuatu yang hidup, yang terus secara dinamis
mengalami proses pasang surut, naik turun. Pandangan yang demikian ini
mengandaikan bahwa nasionalisme merupakan sesuatu yang hidup, yang secara
dinamis berkembang serta mencari bentuk-bentuk baru sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan jaman.
Adapun perwujudan sikap yang terkandung dalam nilai-nilai Nasionalisme
tidak lain merupakan nilai yang terkandung dalam pancasila yang meliputi; Kerja
Keras, Disiplin, Tidak Diskriminasi, Taqwa, Gotong Royong, Demokrasi, Cinta
Tanah Air, Rela Berkorban.
3. Etika Publik
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan
ethikos, ethos yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Ethikos
berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Kata “etika”
dibedakan dengan kata “etik” dan “etiket”. Kata etik erarti kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Adapun kata etiket berarti tata cara atau adat, sopan santun
dan lain sebagainya dalam masyarakat beradaban dalam memelihara hubungan baik
sesama manusia.
Sedangkan secara terminologis etika berarti pengetahuan yang membahas
baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Dalam bahasa Gerik etika diartikan:
Ethicos is a body of moral principles or value. Ethics arti sebenarnya adalah
kebiasaan. Namun lambat laun pengertian etika berubah, seperti sekarang. Etika ialah
suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengan memperlihatkan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran.
Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknik dan leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa kompetensi etika, pejabat
cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada
masyarakat kalangan bawah. Etika publik merupakan reflksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai (kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau
kebaikan orang lain. Adapun Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa layanan untuk kepentingan
publik menjadi tanggung jawab pemerintah. Masyarakat semakin menyadari haknya
untuk mendapatkan layanan terbaik dari aparatur pemerintah. Berikut ini adalah ruang
lingkup cakupan komitmen mutu yang meliputi aspek efektifitas dan efisiensi, inovasi
dan komitmen mutu.
a. Konsep Efektivitas dan Efiiensi
Efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh pelanggan.”
Sementara Efesiensi Organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan Organisasional. Efesiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak
bahan baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu. Efesiensi dapat di hitung sebagai jumlah sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
b. Konsep Inovasi
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan
untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan
bisa dipicu antara lain oleh pergeseran selera pasar, peningkatan harapan dan daya
beli masyarakat, pergeseran gaya hidup, peningkatan kesejahteraan, perkembangan
ekonomi, pengaruh globalisasi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Inovasi dapat terjadi pada banyak aspek, misalnya perubahan produk barang/jasa
yang dihasilkan, proses produksi, nilai-nilai kelembagaan, perubahan cara kerja,
teknologi yang digunakan, layanan sistem manajemen, serta mindset orang-orang
yang ada di dalam organisasi.
Inovasi bias muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bias juga inovasi muncul karena ada desakan kebutuhan
dari pihak eksternal. Inovasi muncul dari imajinasi pemikiran orang kreatif, dan
lahirnya kreativitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk ke luar dari
rutinitas yang membosankan.
c. Konsep Dasar dan Pengertian Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/ jasa yang diberikan kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda
atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga
lain sebagai pesaing (competitors).
Mengingat pentingnya aspek mutu, kini hampir dalam setiap struktur
organisasi, baik di perusahaan maupun institusi pemerintahan, dimunculkan satu unit
kerja yang bertanggung jawab atas penjaminan mutu. Unit penjaminan mutu
berkewajiban mengawal implementasi perencanaan mutu dengan menetapkan
program pengawasan mutu, sekaligus upaya untuk selalu meningkatkan capaian
mutu secara berkelanjutan. Pada era global, orientasi dalam struktur organisasi
pemerintahan bukan semata mata pada penempatan pegawai dalam hierarki birokrasi
yang kaku untuk menjalankan rutinitas, melainkan telah bergeser pada upaya
memberdayakan dan membangkitkan moral kerja melalui pembentukan jejaring
(human networking) yang dinamis, sehingga kinerja lembaga dapat memberi
kepuasan kepada stakeholders. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian wewenang
dan tanggung jawab yang jelas kepada setiap pegawai, sesuai dengan uraian jabatan
(job description) yang sudah ditetapkan institusi.

5. Anti Korupsi

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio atau corruptus yang
disalin ke berbagai bahasa. Misalya di salin ke dalam bahasa inggris menjadi
corruption atau corrupt, dalam bahasa prancis menjadi corruption dan dalam bahasa
belanda disalin menjadi corruptive (korruptie). Agaknya dari bahasa belanda itulah
lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia. Corruptie yang juga disalin menjadi
corruptien dalam bahasa belanda itu mengandung arti perbuatan korup, penyuapan.
Secara harfiah istilah tersebut berarti segala macam perbuatan yang tidak baik, seperti
yang dikatakan Andi Hamzah sebagai kebusukan, keburukan, kejahatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Korupsi bukan lagi sebuah kejahatan yang biasa, dalam perkembangannya
korupsi telah terjadi secara sistematis dan meluas. Menimbulkan efek kerugian negara
dan dapat menyengsarakan rakyat. Karena itulah korupsi kini dianggap sebagai
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Kejahatan korupsi telah disejajarkan
dengan tindakan terorisme. Sebuah kejahatan luar biasa yang menuntut penanganan
dan pencegahan yang luar biasa. Karenanya sebagai sebuh kejahatan yang
dikategorikan luar biasa, maka seluruh lapisan masyarakat harus dibekali
pengetahuan tentang bahaya laten korupsi dan pencegahannya. Korupsi juga dapat
memberikan dampak negatif terhadap demokrasi, bidang ekonomi, dan kesejahteraan
umum negara.
KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar
anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi, yakni jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil.

B. Peran dan Kedudukan ASN


1. Whole Of Goverment
WoG (Whole of Government) didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan
integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems
yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang
melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan
perilaku.
Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-
Government. E-government adalah tata kelola pemerintahan (governance) yang
diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT, agar
hubungan-hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat
berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan responsif. Hasil atau manfaat yang
diperoleh melalui e-government antara lain adalah:
a. Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien
dan efektif
b. Hemat anggaran dan tepat waktu
c. Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi
akan banyak berkurang.
d. Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat
kesalahan berkurang
e. Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan
publik juga meningkat

2. Pelayanan Publik
Istilah pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service” A.S. Moenir
mendefinisikan “pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya
dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani, tergantung kepada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna.” Pelayanan pada
hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung
secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam
masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan saling
memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi pelayanan. Selanjutnya A.S.
Moenir (2002: 16) menyatakan bahwa proses pemenuhan kebutuhan melalui
aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan. Jadi dapat
dikatakan pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu menyiapkan
atau mengurus apa yang diperlukan orang lain.
Dari definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayanan adalah aktivitas yang
dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang
menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan. Dalam kamus
Bahasa Indonesia (1990), pelayanan publik dirumuskan sebagai berikut :
a. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.
b. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang
dan jasa.
c. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam
hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu.
d. Publik berarti orang banyak (umum)
Pengertian publik menurut Inu Kencana Syafi’ie, adalah “Sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki”. Berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, diatur
bahwa Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan
publik berasaskan kepentingan umum; kepastian hukum; kesamaan hak;
keseimbangan hak dan kewajiban; keprofesionalan; partisipatif; persamaan
perlakuan/tidak diskriminatif; keterbukaan; akuntabilitas; fasilitas dan perlakuan
khusus bagi kelompok rentan; ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan. Adapun tujuan dari pelayanan public adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik;
b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan public sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
3. Manajemen ASN
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah, sedangkan yang dimaksud Manajemen Pegawai Negeri
Sipil adalah pengelolaan pegawai negeri sipil untuk menghasilkan pegawai negeri
sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam Konsep
Manajemen ASN ini dikenal apa yang disebut dengan sistem merit. Sistem Merit
adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecacatan.
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundangundangan sedangkan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat
PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan. Manajemen PNS meliputi: penyusunan dan penetapan
kebutuhan; pengadaan; pangkat dan Jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; ppenghargaan;
disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan.

C. Identifikasi Isu
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai pegawai selama kurang lebih
empat bulan di UPTD Puskesmas Pitumpanua terdapat beberapa isu yang ditemukan di
lapangan antara lain :
1. Pelayanan Kefarmasian yang sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Belum
Berjalan Optimal
2. Minimnya Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terkait Penggunaan Antibiotik yang
rasional.
3. Adanya masalah terkait tingkat kepatuhan minum obat pasien
4. Pelayanan Informasi Obat dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) terhadap
pasien belum optimal dilakukan
5. Pelayanan Home pharmacy care belum bisa terlaksana sepenuhnya.
Alat analisis kriteria isu yang digunakan dalam penulisan rancangan aktualisasi
ini adalah alat analisis APKL (Aktual, Problematika, Kekhalayakan, Layak). sedangkan
penentuan kualitas isu dilakukan dengan menggunakan alat analisis USG (Urgency,
Seriousness, Growth).

ANALISIS KRITERIA ISU DENGAN ALAT ANALISIS APKL

NO. ISU/ MASALAH JUMLAH


A P K L
1. Pelayanan Kefarmasian sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) 5 5 5 5 20
Belum Berjalan Optimal
2. Minimnya Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Terkait penggunaan 5 4 3 5 17
antibiotik yang rasional
3. Adanya masalah terkait tingkat
5 3 3 5 16
kepatuhan minum obat pada pasien
4 Pelayanan Informasi Obat dan
Monitoring Efek Samping Obat
5 4 4 5 18
(MESO) terhadap pasien belum
optimal dilakukan
5. Pelayanan Home pharmacy care
belum bisa terlaksana sepenuhnya. 4 4 4 4 16

Skala Likert : 1-5


Keterangan:
5 : Sangat Baik A : Aktual (sedang terjadi/dalam proses kejadian)
4 : Baik P : Problematik (Masalah Mendesak untuk dipecahkan)
3 : Cukup Baik K : Kekhalayakan (Menyangkut Hidup Orang Banyak)
2 : Kurang Baik L : Layak (Logis, Pantas, Realistis dan dapat di bahas)
1 : Sangat Kurang

Dari Analisis Kriteria Isu dengan alat analisis APKL tersebut diatas lalu diambil tiga
nilai tertinggi yaitu:
1. Pelayanan Kefarmasian yang sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Belum
Berjalan Optimal.
2. Pelayanan Informasi Obat dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) terhadap pasien
belum optimal dilakukan
3. Minimnya Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terkait penggunaan antibiotik yang
rasional
4. Pengelolaan obat yang belum optimal.
Dari ketiga kriteria isu yang mendapat ranking tiga besar tersebut kemudian dilkaukan
analisis lanjutan yaitu analisis kualitas isu dengan alat analisis USG.
Analisis kualitas isu dengan menggunakan alat analisis USG

Kriteria
U S G
Penilaian (1-5) (1-5) (1-5)
No Jml Peringkat
Masalah

Pelayanan Kefarmasian sesuai


1 Standar Operasional Prosedur (SOP) 5 4 5 11 I
Belum Berjalan Optimal.
Pelayanan Informasi Obat dan
Monitoring Efek Samping Obat
2 (MESO) terhadap pasien belum 4 4 5 13 II
optimal dilakukan

Minimnya Tingkat Pengetahuan


Masyarakat Terkait penggunaan
3 antibiotik yang rasional 4 4 3 12 III

D. Analisis Dampak
Core Issue pada aktualisasi ini yaitu Pelayanan Kefarmasian yang sesuai standar
belum berjalan optimal. Adapun dampak dari isu tersebut jika tidak diatasi yaitu: tidak
tepat cara minum obat, tidak tepat cara penggunaan obat, tidak tepat dalam pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai.
E. Kegiatan/ Rancangan Aktualisasi

Unit Kerja : UPTD Puskesmas Pitumpanua


Isu yang Diangkat : Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Pitumpanua yang sesuai dengan standar belum
maksimal dilakukan
Gagasan Pemecahan Isu : Mengoptimalkan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Pitumpanua sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Tujuan Pemecahan Isu : Agar pasien mendapatkan obat yang rasional yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat cara penggunaan
obat, tepat lama pemakaian obat, mendapatkan informasi mengenai obat yang diperoleh dan
waspada terhadap efek samping obat, serta meminimalisir obat kadaluwarsa.
Kegiatan yang di lakukan : 1. Melakukan pertemuan dengan pimpinan
2. Membuat usulan/draft standar operasional prosedur (SOP) kegiatan
3. Pembuatan Banner tentang informasi penggunaan obat yang benar
4. Pengelompokan penyimpanan obat dengan memberi penandaan
Mentor : dr. Susanni said, S.Ked
Coach : Dr. H. Abdul Haris Abbas, S.H., M.M

No KEGIATAN TAHAPAN OUTPUT/HASIL NILAI-NILAI DASAR KONTRIBUSI PENGUAT


KEGIATAN KEGIATAN DAN KEDUDUKAN TERHADAP VISI AN NILAI-
NILAI
MISI DASAR
ASN
ORGANISASI ORGANISA
SI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Melakukan 1. Dengan Dalam
Konsultasi 1. Melakukan Kesepakatan Etika publik melakukan bekerja
dan meminta pertemuan dengan mengenai kegiatan Akuntabilitas pertemuan seorang ASN
persetujuan Pimpinan. Anti korupsi dituntut
yang akan dengan
Pimpinan untuk selalu
dalam dilaksanakan pimpinan sesuai bekerja tim
rencana dengan misi ke 1 dan
kegiatan yaitu tanggung
Meningkatkan jawab
derajat
kesehatan
masyarakat
melalui
peningkatan
mutu
pelayanan.

2. Membahas Kesepakatan Komitmen Mutu


rencana kegiatan mengenai kegiatan Akuntabilitas
atau gagasan serta yang akan Etika publik
Meminta Nasionalisme
dilaksanakan
bimbingan dan
arahan terhadap
rencana kegiatan

3. Mencatat hasil Catatan hasil Akuntabilitas


pertemuan dan bimbingan Komitmen mutu
bimbingan dari
Pimpinan.

2. Membuat 1. Membuat Standar Standar Akuntabilitas 2. Dengan Dalam


usulan/draft Operasional Prosedur Operasional Komitmen Mutu melakukan bekerja
Standar (SOP) kegiatan Prosedur (SOP) pertemuan seorang ASN
Operasional berdasarkan standar dituntut
kegiatan dengan
Prosedur pelayanan untuk selalu
(SOP) kefarmasian di pimpinan sesuai profesional
kegiatan puskesmas dengan misi ke 1 dan
yaitu tanggung
Meningkatkan jawab
derajat
kesehatan
masyarakat
melalui
peningkatan
mutu
pelayanan.

5. Memasukkan Etika public


SOP kegiatan ke Akuntabilitas
Pimpinan untuk Komitmen Mutu
disetujui dan
ditandatangani.

3. Pembuatan 1. Kajian literatur Literatur untuk Akuntabilitas Sesuai dengan visi Sesuai
Banner mengenai topik membuat banner Komitmen Mutu Menciptakan dengan nilai
tentang banner yang akan Masyarakat organisasi
informasi dibuat Pitumpanua Sehat “inovatif”
penggunaan Secara Mandiri
obat yang dan Berkualitas
benar
2.Merancang dan Banner telah selesai Akuntabilitas
membuat banner dan siap digunakan Komitmen Mutu
6. Menyimpan banner Banner disimpan di Akuntabilitas
pada tempat yang tempat yang mudah Komitmen Mutu
mudah dilihat oleh terlihat oleh pasien
pasien sebagai
sarana informasi
obat
4 Pengelompok 1.Mengelompokkan Obat diatur Akuntabilitas Sesuai dengan visi Sesuai
an obat sesuai dengan berdasarkan bentuk Komitmen Mutu Menciptakan dengan nilai
penyimpanan bentuk sediaan serta sediaan & abjad Masyarakat organisasi
obat dengan mempertimbangkan serta Pitumpanua Sehat “tanggungja
memberi penyimpanan mempertimbangkan Secara Mandiri wab”
penandaan berdasarkan suhu, penyimpanan dan Berkualitas
kelembapan & berdasarkan suhu,
cahaya. kelembapan &
cahaya.

7. Membuat Stiker penandaan Akuntabilitas


penandaan warna obat Komitmen Mutu
untuk parameter
expired date dan
mencatat nama
obat, tanggal
expired date dan
nomor batch
3.Memberi penandaan Obat-obat diberi Akuntabilitas
pada obat penandaan Komitmen Mutu
sehingga
memudahkan untuk
mengambil obat
berdasarkan FEFO
(First Expired First
Out)

Anda mungkin juga menyukai