306
P r o c e e d i n g | C o m i c o s 2 0 1 4
307
308
P r o c e e d i n g | C o m i c o s 2 0 1 4
presiden,
perdana
menteri
atau
raja,
pemerintah,
negara,
atau
organisasi
yang
dibentuk
untuk
melakukan
kegiatan
komunikasi
yang
sifatnya
internasional.
Secara
lebih
spesifik
dijelaskan
Liliweri
(2003),
bahwa
studi
komunikasi
internasional
disandarkan
atas
pendekatan-‐pendekatan
maupun
metodologi
sebagai
berikut:
Pendekatan
peta
(geographical
approach)
yang
membahas
arus
informasi
maupun
liputan
internasional
pada
bangsa
atau
negara
tertentu,
wilayah
tertentu,
lingkup
dunia,
dan
antarwilayah/antarkawasan.
Pendekatan
media
(media
approach),
adalah
pengkajian
berita
internasional
melalui
suatu
media
atau
multimedia.
Pendekatan
peristiwa
(event
approach)
yang
mengkaji
suatu
peristiwa
internasional
lewat
suatu
media.
Pendekatan
ideologis
(ideological
approach),
yang
membandingkan
sistem
pers
antarbangsa
atau
melihat
penyebaran
arus
berita
internasional
dari
sudut
ideologis
semata-‐mata.
Dalam
perkembangannya,
disiplin
komunikasi
internasional
kerap
dipraktikkan
dengan
menggunakan
empat
pendekatan
dominan,
yaitu
pendekatan
idelistik-‐
humanistik,
kepengikutan
politik
baru
(political
proselyzation),
informasi
sebagai
kekuatan
ekonomi,
dan
kekuatan
politik.
Secara
ideal,
komunikasi
internasional
ditujukan
untuk
saling
pengerian,
saling
mendukung,
dan
kerjasama
antarmanusia
dan
antarpenduduk
di
setiap
negara.
Namun,
tujuan
ini
kadang-‐kadang
dianggap
mengandung
kerugian
oleh
pihak
yang
lebih
mampu
karena
punya
kecukupan
sumber
daya
untuk
berbagi
atau
berkontribusi
dalam
banyak
hal.
Komunikasi
internasional
juga
kerap
dieksploitasi
oleh
negara-‐negara
maju
yang
memiliki
kepentingan
politik
untuk
memperluas
wilayah
pengaruh
politiknya
dan/atau
untuk
memenuhi
kepentingan
nasionalnya
sendiri.
Dalam
konteks
ini,
komunikasi
internasional
dijadikan
sebagai
alat
untuk
memperkuat
cengkeraman
hegemoni
suatu
negara
atas
negara
lain
atau
atas
suatu
kawasan
tertentu.
Untuk
mencapai
tujuan
ini,
jelas
diperlukan
biaya
yang
sangat
besar.
Untuk
mempertahankan
atau
memperluas
wilayah
pengaruh
itu,
suatu
negara
cenderung
menerapkan
berbagai
langkah,
termasuk
politik
pengekangan
(containtment
policy).
Beberapa
pendekatan
dalam
komunikasi
internasional,
antara
lain
adalah
sebagai
berikut:
Pendekatan
Idealistik-‐Humanistik
Metode
untuk
memupuk
serta
mempererat
hubungan
persahabatan
dan
kerjasama
internasional;
memecahkan
masalah-‐masalah
hubungan
antarmanusia,
antarbangsa;
serta
menemukan
cara-‐cara
untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesejahteraan
dunia
semesta.
Kepengikutan
Politik
Baru
(political
preselyzation)
Informasi
Sebagai
Kekuatan
Ekonomi
Siapa
yang
menguasai
informasi,
dialah
yang
menguasai
dunia.
Kekuatan
Politik
Mempertahankan
atau
memperluas
wilayah
pengaruh.
Bila
ditinjau
dari
pendekatan
interaksi
yang
digunakan,
komunikasi
internasional
dapat
dipelajari
dari
beberapa
perspektif,
yaitu:
perspektif
jurnalistik,
309
310
P r o c e e d i n g | C o m i c o s 2 0 1 4
311
312
P r o c e e d i n g | C o m i c o s 2 0 1 4
Tahun
1945-‐1950
Mengusahakan
simpati
dan
dukungan
masyarakat
internasional,
menggalang
solidaritas
teman-‐teman
di
segala
bidang
dan
dengan
berbagai
macam
upaya
memperoleh
dukungan
dan
pengakuan
atas
kemerdekaan
Indonesia.
Melakukan
perundingan
dan
membuat
persetujuan:
Persetujuan
Linggarjati-‐pengakuan
atas
RI
meliputi
Jawa
dan
Madura
Perjanjian
Renville-‐pengakuan
atas
RI
meliputi
Jawa
dan
Sumatra
Perjanjian
Konferensi
Meja
Bundar
-‐Indonesia
dalam
bentuk
negara
Federal
Diplomasi
Indonesia
berhasil
mengembalikan
keutuhan
wilayah
RI
dengan
membatalkan
Perjanjian
Konferensi
Meja
Bundar
Tahun
1966-‐1998
Pengakuan
Irian
Barat
Pengakuan
terhadap
Indonesia
sebagai
negara
kepulauan
dalam
perjuangan
hukum
laut
United
Nation
Convention
on
Law
of
the
Sea
(UNCLOS)
Meningkatkan
kerjasama
ASEAN
Mencari
pengakuan
internasional
terhadap
maritim
Ketua
Gerakan
Non
Blok
untuk
memperjuangkan
kepentingan
negara-‐negara
berkembang
Ketua
APEC
dan
G-‐15
Meningkatkan
kerjasama
pembangunan
Tahun
1998-‐sekarang
Memagari
potensi
disintegrasi
bangsa
Upaya
membantu
pemulihan
ekonomi
Upaya
peningkatan
citra
Indonesia
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
dan
perlindungan
WNI
ASEAN
Community
2015
dalam
Perspektif
Diplomatik
Seperti
yang
sudah
dijelaskan
di
awal,
bahwa
tulisan
ini
membahas
tentang
komunikasi
internasional
ditinjau
dari
perspektif
diplomatik.
Oleh
sebab
itu,
maka
penulis
akan
menjelaskan
terlebih
dahulu
tentang
apa
itu
diplomasi.
Diplomasi
tidak
bisa
dipisahkan
dalam
kaitannya
dengan
komunikasi
internasional.
Menurut
Jusuf
Badri
dalam
Partao
(2007),
pengertian
tentang
diplomasi
yang
dikutip
dari
beberapa
pakar,
antara
lain:
Penerapan
kemampuan
keterampilan
serta
intelengensi
dalam
pelaksanaan
hubungan
luar
negeri
antarpemerintah
di
antara
negara-‐negara
berdaulat).
Penjalinan
bisnis
antara
berbagai
negara
dengan
cara-‐cara
damai.
Sedangkan
Rivier
dalam
Partao
(2007)
menyebutkan
diplomasi
adalah:
Ilmu
dan
seni
dalam
mewakili
negara
dan
bernegosiasi.
Kata
yang
sama
dipergunakan
untuk
mengekspresikan
suatu
konsep
yang
cukup
kompleks
serta
meliputi
seluruh
permasalahan,
cara-‐cara
serta
upaya
mewakili
negara,
termasuk
Kementerian
Luar
Negeri,
atau
seluruh
agen-‐agen
politik.
Dalam
pengertian
inilah,
orang
dapat
menyebutkan
tentang
keandalan
diplomasi
Perancis
selama
masa-‐
masa
tertentu,
atau
tentang
diplomasi
Rusia,
diplomasi
Austria.
Akhirnya,
diplomasi
diartikan
sebagai
karier
atau
profesi
seorang
diplomat.
Seorang
yang
mengangkat
sumpah
untuk
menjadi
pengacara,
atau
juga
menjadi
prajurit
(prinsip-‐prinsip
hak
kewajiban
rakyat).
313
314
P r o c e e d i n g | C o m i c o s 2 0 1 4
315
316