Iin
Iin
Disusun Oleh :
ZUNNURAIN
G1B220026
UNIVERSITAS JAMBI
T.A 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Klasifikasi
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan) fraktur menjadi dua yaitu :
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
Klasifikasi fraktur femur
1. Fraktur intertrokhanter femur Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang
yang bersifat ekstrakapsular dari femur.Sering terjadi pada lansia dengan
kondisi osteoporosis.Fraktur ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan
dengan fraktur intrakapsular, dimana resiko nekrosis avascular lebih rendah.
2. Fraktur Subtrokhanter Femur Adalah fraktur dimana garis patahnya fraktur
subtrokhanter femur berada 5 cm distal dari trokhanter minor.
3. Fraktur suprakondiler femur Fraktur suprakondiler fragmen bagian distal
selalu terjadi dislokasi ke posterior.Hal ini biasanya disebabkan adanya
tarikan otot-otot gastroknemius. Biasanya fraktur suprakondiler ini
disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi
gaya aksial dan stress valgus atau varus, dan disertai gaya rotasi.
4. Fraktur Kondiler Femur Mekanisme trauma biasanya merupakan kombinasi
dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu
femur ke atas. Manifestasi klinik didapatkan adanya pembengkakan pada
lutut, hematrosis, dan deformitas pada ekstremitas bawah.Penderita juga
mengeluh adanya nyeri lokal, dan kondisi neurologis-vaskular harus selalu
diperiksa adanya tanda dan gejala sindrom kompartemen pada bagian distal.
5. Fraktur Batang Femur Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma
langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari
ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu
klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Secara klinik fraktur batang femur
dibagi dalam fraktur batang femur terbuka dan tertutup
C. Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma apabila fraktur terjadi di tempat dimana
bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma misalnya penderita jatuh dengan
lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
Pathway
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan
ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya
otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
F. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa
sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi
ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.
Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak
ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh
– pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala
dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status
mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam,
ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat
suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang
penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang
–kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang
dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi
jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan
fraktur yang bersifat patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah
“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka
diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat
gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur
fraktur yang kompleks.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
d. Pemeriksaan lain-lain
3. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
4. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
5. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
6. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
7. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
8. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
H. Penatalaksaan
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk
mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan
juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur).
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang.
Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh
a. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. E
2. Umur : 18 th
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Agama : islam
5. Suku/Bangsa : melayu
6. Pendidikan : mahasiswi
7. Pekerjaan :-
8. Alamat : Kasang Pundak Rt 07 Kumpeh Ulu
9. Penangung Jawab : Mustowi
10. Hubungan dengan Pasien : orang tua (ayah kandung)
b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 8-10 / hari 8-10 / hari
Jumlah (cc) 1500-2000cc 1500-2000cc
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 70kg
Saat sakit : 70kg
Tinggi Badan : 164
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt
3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 1-2 jam 1 jam
Jml jam tidur malam 7-8 jam 6 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun nyaman Merasa lemas
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
b. Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat beraktivitas
seperti sebelumnya
c. Harga diri : klien tidak malu dengan keadaannya sekarang, keluarga dan
sahabatnya selalu memberi motivasi
6. Pola Eliminasi
Balance Cairan
b. Keterangan lainnya : klien tidak melakukan ibadah karena kondisinya saaat ini
c. Lainnya :-
9. Pola Koping
b. Pola peran dan berhubungan : klien mampu bersosialisasi dengan orang lain
c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : cm
a. Nadi : 82 x/i
b. Suhu : 360C
c. RR : 20x /i
e. Nyeri
-Palliative/Profokatif : kecelakaan
- Quality : tumpul
Depan Belakang
- Scale :8
3. Kepala :
Kulit : bersih
Muka : simetris
Sklera : anikterik
Pupil : isokor
Lensa : jernih
Palpasi
Tekanan intra Okuler : normal
Hidung : simetris
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : simetris kanan-kiri, tidak ada otot bantu pernafasan
b. Palpasi
Tractil Fremitus : normal
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi
Suara Nafas : veiskuler
b. Palpasi
Iktus Cordis : tidak tampak
c. Perkusi
Batas Jantung : normal
d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III : -
BJ IV : -
b. Sistem sensorik
Tajam : normal bisa merasakan ketajaman
c. Sistem motorik
Keseimbangan : normal
d. Reflek
Bisep : fleksi lengan pada siku
Meningeal :-
6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : simetris
Tepi Perut :
b. Auskultasi
Peristaltik :
c. Palpasi
Nyeri : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi : timpani
e. Rektum :-
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM :
b. Keseimbangan :
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5
8. Sistem Integument
d. Akral : hangat
9. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi :-
Palpasi :-
b. Wanita
Inspeksi : normal
b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
Fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
13. Terapi
a. Cairan IV (Jenis, fungsi, dosis)
Cairan RL dengan dosis 20 tpm
b. injeksi Iv
Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini sering digunakan setelah
operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri. Ketorolac merupakan obat golongan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik.
Gentamicin 2 x 20gr Gentamicin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri antara lain septikemia (suatu kondisi di mana seseorang mengalami keracunan
darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke dalam aliran darah) dan sepsis (kondisi
medis yang disebabkan oleh timbulnya peradangan karena infeksi yang masuk dalam
tubuh)
Ranitidine adalah obat yang digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Produksi asam lambung
yang berlebihan dapat membuat memicu iritasi dan peradangan pada dinding lambung
dan saluran pencernaan.
Pre op
No Tanggal dan jam Diagnose keperawatan TTD
.
24-02-2021 Nyeri akut b.d agen cidera fisik d.d Klien mengeluh
nyeri pada bagian femur dextra, Klien mengatakan
nyeri yang diraskan terasa seperti ditusuk-tusuk dan
terus menerus, Klien mengatakan sakit saat akan
mengerakkan kakiknya, Klien terlihat meringis
menahan nyeri saat menggerakkan kaki kanan, scala
nyeri 8, Terdapat fraktur tertutup di femur dextra
24-02-2021 Ganguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
d.d Klien mengatakan takut untuk menggerakkan
kakinya dan masih terasa nyeri, Klien mengatakan
aktivitas masih dibantu keluarga, Klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur, Klien tampak tidak mau
menggerakkan kaki karena nyeri yang dirasakan
24-02-2021 Ancietas b.d kurang terpaparnya informasi d.d Klien
mengatkan tidak tahu akan penyakitnya, Klien
mengatakan sangat cemas terhadap prosedur
pembedahan yang akan dilakukan, Klien tampak
gelisah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRE OP
DS Resiko infeksi
Klien mengeluh tubuhnya terasa hangat
Kelin mengatkan gatal pada sekitar daerah
post op
DO
38,1C
Luka masih tampak basah
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OP
Pre op
No Tanggal dan jam Diagnose keperawatan TTD
.
25-02-2021 Nyeri akut b.d agen cidera fisik d.d Klien mengeluh
nyeri pada bagian femur dextra, Klien mengatakan
nyeri yang diraskan terasa tertusuk dan terus menerus,
Klien mengatakan nyeri terasa terus menerus, Klien
terlihat meringis, Terdapat luka post op, Scala nyeri 7
25-02-2021 Ganguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
d.d Klien mengatakan takut untuk menggerakkan
kakinya dan masih terasa nyeri, Klien mengatakan
aktivitas masih dibantu keluarga, Klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur Klien tampak tidak mau
menggerakkan kaki karena nyeri yang dirasakan
25-02-2021 Resiko infeksi d.d Klien mengeluh tubuhnya terasa
hangat, Kelin mengatkan gatal oada sekitar daerah post
op, suhu 38,1C dan Luka masih tampak basah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN POST OP