Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

FRAKTUR FEMUR DEXTRA

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK :


Ns. NURHUSNA, S.Kep, M.Kep
Ns. ANDIKA SULISTIAWAN, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

ZUNNURAIN

G1B220026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

T.A 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai


dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur femur adalah
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf, dan pembuluh darah) dam fraktur femur tertutup yang disebabkan
oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2014 : 508).

B. Klasifikasi
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan) fraktur menjadi dua yaitu :
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
Klasifikasi fraktur femur
1. Fraktur intertrokhanter femur Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang
yang bersifat ekstrakapsular dari femur.Sering terjadi pada lansia dengan
kondisi osteoporosis.Fraktur ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan
dengan fraktur intrakapsular, dimana resiko nekrosis avascular lebih rendah.
2. Fraktur Subtrokhanter Femur Adalah fraktur dimana garis patahnya fraktur
subtrokhanter femur berada 5 cm distal dari trokhanter minor.
3. Fraktur suprakondiler femur Fraktur suprakondiler fragmen bagian distal
selalu terjadi dislokasi ke posterior.Hal ini biasanya disebabkan adanya
tarikan otot-otot gastroknemius. Biasanya fraktur suprakondiler ini
disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi
gaya aksial dan stress valgus atau varus, dan disertai gaya rotasi.
4. Fraktur Kondiler Femur Mekanisme trauma biasanya merupakan kombinasi
dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu
femur ke atas. Manifestasi klinik didapatkan adanya pembengkakan pada
lutut, hematrosis, dan deformitas pada ekstremitas bawah.Penderita juga
mengeluh adanya nyeri lokal, dan kondisi neurologis-vaskular harus selalu
diperiksa adanya tanda dan gejala sindrom kompartemen pada bagian distal.
5. Fraktur Batang Femur Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma
langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari
ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu
klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Secara klinik fraktur batang femur
dibagi dalam fraktur batang femur terbuka dan tertutup
C. Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma apabila fraktur terjadi di tempat dimana
bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma misalnya penderita jatuh dengan
lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
Pathway
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan
ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya
otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
F. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa
sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi
ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.
Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak
ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh
– pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala
dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status
mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam,
ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat
suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang
penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang
–kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang
dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi
jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan
fraktur yang bersifat patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah
“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka
diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat
gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur
fraktur yang kompleks.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
d. Pemeriksaan lain-lain
3. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
4. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
5. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
6. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
7. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
8. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
H. Penatalaksaan
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk
mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan
juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur).
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
 Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang.

 Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh

2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.


Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan
traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis
frakturnya sendiri.
a. Penarikan (traksi) : Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan
beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan
sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang
tulangyangpatah.

b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam


pada pecahan-pecahan tulang. Pada saat ini metode penatalaksanaan
yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan.
Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada
umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan
diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami
fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati
diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-
fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen,
sekrup, pelat, dan paku.
3.  Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan
akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang
terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft
tulang.
4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya
sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
Asuhan keperawatan fraktur
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan  skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik
6) Riwayat Psikososial
7) Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat
8) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol
yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan
olahraga atau tidak
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola
nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari
yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola
Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan
gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,
suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur.
d) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang
lain
e) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap
f) Pola Persepsi dan Konsep Diri.
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan body image)
g) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga,
timbul rasa nyeri akibat fraktur
h) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan
gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji
status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
i) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
j) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
 Gambaran Umum Perlu menyebutkan:

a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,


seperti:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan
pada kasus fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
b) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
5) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan)
6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
7) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
9) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
10) Paru
a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
11) Jantung
a) Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
Tujuan : Dalam waktu Nyeri berkurang dan terkontrol.
Kriteria hasil :
 Nyeri berkurang (skala nyeri : 0)
 Klien tidak menyeringai/ Klien tampak tenang.
 Nyeri berkurang atau hilang,
Intervensi :
1) Kaji ulang tingkat skala nyeri
2) Jelaskan sebab- sebab timbulnya nyeri
3) Anjurkan klien untuk melakukan tenik relaksasi dan distraksi
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti biotik.
 untuk mengetahui / menentukan tingkat keparahan.
 menambahkan pengetahuan individu terhadap penyakitnya.
 mengantisipasi lebih awal bila timbul nyeri.
 membantu untuk membatasi nyeri dan antibiotik untuk
mencegah dan mengatasi infeksi.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
Tujuan : Klien mampu meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada
tingkat yang paling tinggi.
Kriteria hasil :
 memprtahankan posisi fungsional
 meningkatnya kekuatan / fungsi yang sakit dan
 menunjukkan teknis yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi :
1) Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran,
kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
2) Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit
maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
3) Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai
indikasi.
4) Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai
keadaan klien.
5) Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
6) Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
7) Berikan diet tinggi kalori tinggi protein.
8) Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
9) Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
10) Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan
tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi
dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
11) Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.
12) Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai
kondisi keterbatasan klien.
13) Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
14) Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius
dan konstipasi.
15) Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
Evaluasi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk : 24-02-2021


Ruang : bulian
No. Kamar : 01
Diagnosa Medis : fraktur femur dextra

a. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. E
2. Umur : 18 th
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Agama : islam
5. Suku/Bangsa : melayu
6. Pendidikan : mahasiswi
7. Pekerjaan :-
8. Alamat : Kasang Pundak Rt 07 Kumpeh Ulu
9. Penangung Jawab : Mustowi
10. Hubungan dengan Pasien : orang tua (ayah kandung)

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan Utama : klien 6 bulan lalu mengalami kecelakaan, kaki kanan patah,
sempat di anjurkan untuk operasi namun menolak, klien mengeluh
nyeri, nyeri dirasakan terus menerus dan klien mengatakan
kesulitan berjalan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengeluh nyeri pada dibagian femur dextra, nyeri terasa
seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 8 dan nyeri dirasakan
terus menerus, klien juga terlihat meringis dan gelisah. Klien
tampak hanya berbaring ditempat tidur, klien mengeluh sakit
(nyeri) saat akan menggerakkan kakinya dan mengeluh
kesulitan berjalan. Klien mengatakan dirinya cemas terhadap
prosedur pembedahan yang akan dijalaninya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada

4. Riwayat Alergi : tidak ada

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada


6. Susunan Keluarga (Genogram) :

c. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Nutrisi
a. Makan

Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis Nasi, lauk sayur, buah Nasi, lauk sayur, buah
Porsi porsi sedang habis porsi sedang tidak habis
Frekuensi 3xsehari 1 x sehari
Diet Khusus Tidak ada Makanan tinggi protein,
kalori
Makanan yang disukai Ayam, ayam
Pantangan Asam dan pedas Tidak ada
Nafsu makan banyak menurun
Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada
Gigi palsu Tidak ada Tidak ada
Data tambahan lain Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 8-10 / hari 8-10 / hari
Jumlah (cc) 1500-2000cc 1500-2000cc
Jenis Air putih Air putih
Data Tambahan lain Tidak ada Tidak ada

c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 70kg
Saat sakit : 70kg
Tinggi Badan : 164

Pemeriksaan BB Ideal IMT Presentase Penurunan BB


Hasil 109 24 Tidak ada penurunan
Keterangan normal normal Tidak ada penurunan

Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt

Masalah Keperawatan: tidak ada

2. Persepsi/penatalaksanaan Kesehatan (pandangan pasien terhadap penyakitnya)


Klien sadar akan sakitbyang dideritanya saat ini, namun klien kurang pengetahuan akan
penyakitnya. sebelum dibawa ke rs klien pernah dibawa ke pengobatan tradisional (tukang
urut)

Masalah Keperawatan: tidak ada

3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 1-2 jam 1 jam
Jml jam tidur malam 7-8 jam 6 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun nyaman Merasa lemas

Masalah Keperawatan: tidak ada


4. Pola aktivitas latihan
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Alat Bantu 0 3
Mandi 0 3
Gosok Gigi 0 3
Keramas 0 3
Potong Kuku 0 3
Berpakaian 0 3
Eliminasi 0 3
Mobilisasi 0 3
Ambulasi 0 3
Naik/Turun Tangga 0 3
Rekreasi 0 3

Masalah Keperawatan: gangguan mobilitas fisik

Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu

5. Pola konsep diri


a. Body image : klien merasa dirinya sakit dan memrluka bantuan orang lain

b. Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat beraktivitas
seperti sebelumnya

c. Harga diri : klien tidak malu dengan keadaannya sekarang, keluarga dan
sahabatnya selalu memberi motivasi

d. Peran : klien berperan sebagai anak

e. Identitas diri : klien mengatakan bahwa dirinya sebagai anak kedua.

Masalah Keperawatan: tidak ada

6. Pola Eliminasi

Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit


Urin
Frekuensi/hari 5-6 x sehari 5-6 x sehari
Pancaran (Kuat, lemah, kuat kuat
menetes)
Jumlah/BAK Banyak Banayak
Bau Khas khas
Warna Kuning pucat kuning
Perasaan stlh BAK lega lega
Total Produksi urin/hari (cc) 1200-1500 ml 1200-1500ml
Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan Eliminasi Alvi Sebelum Sakit Saat Sakit


Frekuensi 1 x sehari Belum bab sejak post op
Konsistensi Lunak -
Bau Khas -
Warna kuning -
Kesulitan BAB Tidak ada -

Balance Cairan

Pemeriksaan Jenis (cc) Total


Intake Makan:
Minum:
Infus:
Transfusi:
Output Urine:
Feses:
Muntah:
Drainage:
Pendarahan :
IWL:
Balance Cairan Total intake-total output

Masalah Keperawatan: tidaka ada


7. Pola Nilai Kepercayaan
a. Larangan agama : tidak menyekutukan Allah

b. Keterangan lainnya : klien tidak melakukan ibadah karena kondisinya saaat ini

c. Lainnya :-

Masalah Keperawatan: tidak ada

8. Pola Kognitif perceptual

a. Bicara : tidak ada maslah

b. Bahasa : indonesia dan jambi

c. Kemampuan membaca : baik

d. Tingkat ansietas : sedang

e. Perubahan sensori : normal

Masalah Keperawatan: tidak ada

9. Pola Koping

a. Pola koping : klien mengatakan jika dia menerahkan kesehatannya

b. Pola peran dan berhubungan : klien mampu bersosialisasi dengan orang lain

Masalah Keperawatan: tidak ada

10. Pola Peran – Hubungan


a. Pekerjaan : mahasiswi

b. Hub. Dengan orang lain : baik

c. Kualitas bekerja : baik

d. System pendukung : kelurga dan sahabat

Masalah Keperawatan: tidak ada

11. Pola Seksual Reproduksi

a. Status perkawinan : belum menikah

b. Pola seksual reproduksi : tidak ada masalah

c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada

c. Pemeriksaan Fisik

1. Tingkat Kesadaran : cm

2. Tanda Vital dan Respon Nyeri

a. Nadi : 82 x/i

b. Suhu : 360C

c. RR : 20x /i

d. Tekanan Darah : 110/70mmHg

e. Nyeri
-Palliative/Profokatif : kecelakaan
- Quality : tumpul

- Region : femur dextra

Depan Belakang

- Scale :8

- Time : terus menerus (10 menit)

Masalah Keperawatan: nyeri akut

3. Kepala :
 Kulit : bersih

 Rambut : warna hitam dan bersih

 Muka : simetris

4. Sistem Sensori Persepsi


 Mata
Inspeksi
Konjungtiva : ananemis

Sklera : anikterik

Pupil : isokor

Palpebra : tidak ada edema

Lensa : jernih

Palpasi
Tekanan intra Okuler : normal

 Hidung : simetris

 Gigi : normal tidak caries gigi

 Bibir : tidak sinosis

 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembengkakan


kelenjar getah bening dan tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
 Telinga
Lubang Telinga : terdapat serumen

Membran Tympani : utuh

Gangguan Pendengaran : tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada

5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : simetris kanan-kiri, tidak ada otot bantu pernafasan

b. Palpasi
Tractil Fremitus : normal

c. Perkusi : tympani

d. Auskultasi
Suara Nafas : veiskuler

Suara Nafas tambahan: tidak ada

Masalah Keperawatan: tidak ada


6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : simetris, tidak ada lesi

b. Palpasi
Iktus Cordis : tidak tampak

c. Perkusi
Batas Jantung : normal

Pembesaran Jantung : tidak ada

d. Auskultasi
Bunyi normal : BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III : -
BJ IV : -

Bunyi tambahan : tidak ada

e. Cappilary Refill : <2 detik

Masalah Keperawatan: tidak ada

5. Sistem Persyarafan (Neurogical )


a. GCS :15
Eye :4
Verbal :5
Motorik :6

b. Sistem sensorik
Tajam : normal bisa merasakan ketajaman

Tumpul : normal bisa merasakan tumpul

Halus : normal bisa merasakan halus

Kasar : normal bisa merasakan kasar

c. Sistem motorik
Keseimbangan : normal

Koordinasi gerak : baik

d. Reflek
Bisep : fleksi lengan pada siku

Trisep : ekstensi lengan bawah pada sendi siku


Patella : plantar fleksi kaki

Meningeal :-

Babinsky : terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki

Chaddock : terdapat gerakan dorsofleksi

Masalah Keperawatan: tidak ada

6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : simetris

Tepi Perut :

Bendungan pembuluh darah: tidak ada

Ascites : tidak ada

b. Auskultasi
Peristaltik :

c. Palpasi
Nyeri : tidak ada nyeri tekan

Massa : tidak ada masa

Benjolan : tidka ada benjolan


Pembesaran hepar : tidak ada

Pembesaran Lien : tidak ada

Titik Mc. Burney : tidak terdapdat nyeri tekan

d. Perkusi : timpani

e. Rektum :-

Masalah Keperawatan: tidak ada

7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM :

b. Keseimbangan :

c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :5

Ekstremitas superior sinistra : 5

Ekstremitas inferior dextra :2

Ekstremitas inferior sinistra :5

Masalah Keperawatan: gangguan mobilitas fisik

8. Sistem Integument

a. Inspeksi : terdapat luka post op difemur dextra

b. Palpasi : crt <2 detik


c. Pitting Oedem : tidak ada

d. Akral : hangat

Masalah Keperawatan: resiko infeksi

9. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi :-

Palpasi :-

b. Wanita
Inspeksi : normal

Palpasi : tidka ada nyeri tekan, tidak ada cairan

Masalah Keperawatan: tidak ada

12. Pemeriksaan penunjang


a. Laboratorium
Hari /tgl/jam Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal keterangan
Rabu/24/02/21 Hemoglobin 12,0 g/dl 11.5-15.0
Leukosit 7,24 4000-10000
hematokrit 37,3% 36-47
trombosit 416 400-500
Eritrosit 4.61 80-100
Mcv 81,0 27-34
Mch 25,9 32-36
MCHC 32,0 11.0-16.0
Rdw 13,0 0-1
Basophil 0,4 0.5-5.0
Eoinpfil 1.8 50-70
Neutrophil % 63,8 20-40
Limposit % 29,6 3.0-12.0
Monosit % 4.4 2-6
Gds 85 mg/dl 70-200
SPGOT 28
SGPT 33
Ureum 22.6
Creatinine 0,9

b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam Kesan
Fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra

13. Terapi
a. Cairan IV (Jenis, fungsi, dosis)
Cairan RL dengan dosis 20 tpm
b. injeksi Iv
Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini sering digunakan setelah
operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri. Ketorolac merupakan obat golongan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik.
Gentamicin 2 x 20gr Gentamicin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri antara lain septikemia (suatu kondisi di mana seseorang mengalami keracunan
darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke dalam aliran darah) dan sepsis (kondisi
medis yang disebabkan oleh timbulnya peradangan karena infeksi yang masuk dalam
tubuh)
Ranitidine adalah obat yang digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Produksi asam lambung
yang berlebihan dapat membuat memicu iritasi dan peradangan pada dinding lambung
dan saluran pencernaan.

c. Obat peroral (Jenis, fungsi, dosis)


d. Obat Parenteral (Jenis, fungsi, dosis)
e. Obat jebis lain atau pengobatan lainnya
DATA FOKUS
Data focus pre op
Data subjektif Data objektif
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian 1. Klien terlihat meringis menahan nyeri
femur dextra saat menggerakkan kaki kanan
2. Klien mengatakan nyeri yang diraskan 2. Scala nyeri 8
terasa seperti ditusuk-tusuk dan terus 3. Terdapat fraktur tertutup di femur
menerus dextra
3. Klien mengatakan sakit saat akan 4. Klien tidak mampu menjawab
mengerakkan kakiknya 5. Klien tampak gelisah
4. Klien mengatkan tidak tahu akan 6. Klien tampak hanya berbaring ditempat
penyakitnya tidur
5. Klien mengatakan sangat cemas 7. Klien tampak tidak mau menggerakkan
terhadap prosedur pembedahan yang kaki karena nyeri yang dirasakan
akan dilakukan
6. Klien mengatakan takut untuk
menggerakkan kakinya dan masih
terasa nyeri
7. Klien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga
ANALISA DATA PRE OP
Pre op
n symptomp Etiologi promblem
o
1. DS : Agen cidera fisik Nyeri akut
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian
femur dextra
2. Klien mengatakan nyeri yang
diraskan terasa seperti ditusuk-
tusuk dan terus menerus
3. Klien mengatakan sakit saat akan
mengerakkan kakiknya
DO :
1. Klien terlihat meringis menahan
nyeri saat menggerakkan kaki
kanan
2. Scala nyeri 8
3. Terdapat fraktur tertutup di femur
dextra

DS : Kurang terpaparnya ancietas


1. Klien mengatkan tidak tahu akan informasi
penyakitnya
2. Klien mengatakan sangat cemas
terhadap prosedur pembedahan
yang akan dilakukan
DO :
Klien tampak gelisah
DS : Gangguan Gangguan hambatan
1. Klien mengatakan takut untuk muskuloskeletal mobilitas fisik
menggerakkan kakinya dan masih
terasa nyeri
2. Klien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga
DO :
1. Klien tampak hanya berbaring
ditempat tidur
2. Klien tampak tidak mau
menggerakkan kaki karena nyeri
yang dirasakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OP

Nama klien : Nn. E Nama Mahasiswa : Zunurain


Ruangan : Bulian NIM :G1B220026
No RM :

Pre op
No Tanggal dan jam Diagnose keperawatan TTD
.
24-02-2021 Nyeri akut b.d agen cidera fisik d.d Klien mengeluh
nyeri pada bagian femur dextra, Klien mengatakan
nyeri yang diraskan terasa seperti ditusuk-tusuk dan
terus menerus, Klien mengatakan sakit saat akan
mengerakkan kakiknya, Klien terlihat meringis
menahan nyeri saat menggerakkan kaki kanan, scala
nyeri 8, Terdapat fraktur tertutup di femur dextra
24-02-2021 Ganguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
d.d Klien mengatakan takut untuk menggerakkan
kakinya dan masih terasa nyeri, Klien mengatakan
aktivitas masih dibantu keluarga, Klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur, Klien tampak tidak mau
menggerakkan kaki karena nyeri yang dirasakan
24-02-2021 Ancietas b.d kurang terpaparnya informasi d.d Klien
mengatkan tidak tahu akan penyakitnya, Klien
mengatakan sangat cemas terhadap prosedur
pembedahan yang akan dilakukan, Klien tampak
gelisah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRE OP

Nama klien : Nn. E Nama Mahasiswa : Zunurain


Ruangan : Bulian NIM :G1B220026
No RM :

No Diagnose Tujuan dan Intervensi


. keperawatan Kriteria hasil
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen cidera fisik asuhan keperawatan durasi, frekuensi, kualita dan
selama intensitas nyeri
24 jam, nyeri 2. Kaji tingkat nyeri secara
berkurang dengan komprehensif
kriteria : 3. Identifikasi faktor yang
a. Pasien memperberat dan memperingan
mengatakan nyeri nyeri
berkurang 4. Kaji TTV pasien
b. Skala nyeri 2 5. Ajarkan teknik non
c. Wajah pasien farmakologis (relaksasi, distraksi
tampak relaks dll) untuk mengetasi nyeri.
6. Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
7. Kolaborasi dengan dokter
pemberian katerolak untuk
mengurangi nyeri.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor ttv sebelum dan sesudah
mobilitas fisik tindakan keperawatan latihan ambulasi dan lihat respon
b.d gangguan selama 1 x 24 jam pasien saat latihan
muskuloskeletal diharapkan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
Setelah dilakukan tentang rencana ambulasi sesuai
tindakan keperawatan dengan kebutuhan
selama 2 x 24 jam 3. Kaji kemampuan klien dalam
diharapkan mobilisasi
a. Klien meningkat 4. Latih pasien dalam pemenuhan
dalam aktivitas fisik kebutuhan ADLs secara mandiri
b. Mengerti tujuan dari sesuai kemampuan
peningkatan 5. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi mobilisasi dan bantu pemenuhan
c. Memperagakan kebutuhan
penggunaan alat 6. Ajarkan pasien bagaimana merubah
bantu untuk posisi dan berikan bantuan jika
mobilisasi diperlukan
d. Memverbalisasikan 7. Berikan alat bantu jika pasien
perasaan adalam memerlukan
meningkatkan 8. Bantu klien menggunakan alat
kekuatan dan bantu saat berjalan dan cegah
kemampuan terjadinya cedera
bedrpindah
ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan pasien tentang
berhubungan asuhan keperawatan penyakitnya
dengan kurang selama 1 x 24 jam 2. Jelaskan tentang proses penyakit
terpapar kurang pengetahuan (tanda dan gejala) identifikasi
sumber tentang penyakit tidak kemungkinan penyebab, jelaskan
informasi terjadi dengan kondisi tentang pasien
kriteria: 3. Jelaskan tentang prosedur
a. Menjelaskan pembedahan
kembali tentang 4. Diskusikan perubahan gaya hidup
penyakit yang mungkin digunakan untuk
b. Mengenal mencegah komplikasi
kebutuhan 5. Diskusikan tentang terapi yang
perawatan dan dipilih
pengobatan tanpa
cemas 6. Tanyakan kembali tentang
pengetahuan penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PRE OP

Tanggal / Dx Implementasi Respon Paraf


jam
24 1 1. melakukan pengkajian nyeri S : nyeri masih
Februari secara komprehensif dirasakan, dengan
Novembe 2. menggunkan teknik scala nyeri 8
r 2021 komunikasi terpeutik dalam O : klien terlihat
membina hubungan baik meringiris
dengan pasien
3. mengkaji TTV pasien
4. memberikan lingkungan yang
nyaman
5. mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam
6. mengajarkan teknik imajinasi
terbimbing
7. menyarankan melakuakn
teknik distraksi yaitu
mendengarkan musik/surha al-
quran
8. memberikan katerolac yang
telah diresepkan oleh dokter
24-02- 2 1. Mengkaji kemampuan pasien S : klien mengatakan
2021 dalam mobilisasi masih tarasa sulit
2. Melatih pasien dalam untuk menggerakkan
pemenuhan kebutuhan secara kakinya
mendiri sesuai kemampuan O : pasien masih tirah
3. Menganjurkan kepada baring
keluarga untuk mendampingi
pasien saat mobilisasi dan
bantu pemenuhan
kebutuhannya
4. Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
24 3 1. mengkaji pengetahuan pasien S : klien mengetakan
Februari tentang penyakitnya sudah mengerti
2021 2. menjelaskan tentang proses penyakit yang
penyakit (tanda dan gejala) dirasakannya dan
identifikasi kemungkinan sudah paham
penyebab, jelaskan kondisi prosedur yang
tentang pasien dijalaninya
3. menjelaskan tentang prosedur O : klien sudah
pembedahan terlihat tenang
4. mendiskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
digunakan untuk mencegah
komplikasi
5. mendiskusikan tentang terapi
yang dipilih
6. menanyakan kembali tentang
pengetahuan penyakit,
prosedur perawatan dan
pengobatan
EVALUASI KEPERAWATAN PRE OP

Tanggal Diagnose Evaluasi TTD


24-02-2021 nyeri akut S : klien mengatakan nyeri masih dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dengan skala 8

O : klien masih tampak meringis jika nyeri datang


A : masalah belum teratasi
P : intervesi dilanjutkan
Gangguan S : klien mengatakan masih terasa sulit untuk
mobilitas fisik menggerakkan kakinya
O : klien masih tirah baring
A : maslah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
24-02-2021 Ancietas S : klien mengatakan sudah mengerti akan penyakit
yang dialaminya
sudah paham seperti apa prosedur pembedahan yang
akan dijalaninya
O : klien sudah terlihat tenang
A : masalah teratasi
P : intervesi hentikan
DATA FOKUS POST OP

Data focus post op


Data subjektif Data objektif
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian 1. Klien terlihat meringis
femur dextra 2. Terdapat luka post op
2. Klien mengatakan nyeri yang diraskan 3. Scala nyeri 7
terasa tertusuk dan terus menerut 4. Suhu : 38,10C
3. Klien mengatakan nyeri terasa terus 5. Luka klien masih tampak basah
menerus 6. Klien tampak hanya berbaring ditempat
4. Klien mengeluh tubuhnya terasa hangat tidur
5. Klien mengatakan takut untuk 7. Klien tampak tidak mau menggerakkan
menggerakkan kakinya dan masih kaki karena nyeri yang dirasakan
terasa nyeri
6. Klien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga
7. Klienmengatkan gatal pada daerah post
op
ANALISA DATA POST OP
Post Op
n symptomp Etiologi promblem
o
1. DS : Agen cidera fisik Nyeri akut
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian
femur dextra
2. Klien mengatakan nyeri yang
diraskan terasa tertusuk dan terus
menerut
3. Klien mengatakan nyeri terasa
terus menerus
DO :
1. Klien terlihat meringis
2. Terdapat luka post op
3. Scala nyeri 6

DS : Gangguan Ganguan mobilitas


1. Klien mengatakan takut untuk muskuloskeletal fisik
menggerakkan kakinya dan masih
terasa nyeri
2. Klien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga
DO :
3. Klien tampak hanya berbaring
ditempat tidur
4. Klien tampak tidak mau
menggerakkan kaki karena nyeri
yang dirasakan

DS Resiko infeksi
Klien mengeluh tubuhnya terasa hangat
Kelin mengatkan gatal pada sekitar daerah
post op
DO
38,1C
Luka masih tampak basah
DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OP

Nama klien : Nn. E Nama Mahasiswa : Zunurain


Ruangan : Bulian NIM :G1B220026
No RM :

Pre op
No Tanggal dan jam Diagnose keperawatan TTD
.
25-02-2021 Nyeri akut b.d agen cidera fisik d.d Klien mengeluh
nyeri pada bagian femur dextra, Klien mengatakan
nyeri yang diraskan terasa tertusuk dan terus menerus,
Klien mengatakan nyeri terasa terus menerus, Klien
terlihat meringis, Terdapat luka post op, Scala nyeri 7
25-02-2021 Ganguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal
d.d Klien mengatakan takut untuk menggerakkan
kakinya dan masih terasa nyeri, Klien mengatakan
aktivitas masih dibantu keluarga, Klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur Klien tampak tidak mau
menggerakkan kaki karena nyeri yang dirasakan
25-02-2021 Resiko infeksi d.d Klien mengeluh tubuhnya terasa
hangat, Kelin mengatkan gatal oada sekitar daerah post
op, suhu 38,1C dan Luka masih tampak basah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN POST OP

Nama klien : Nn. E Nama Mahasiswa : Zunurain


Ruangan : Bulian NIM :G1B220026
No RM :

No Diagnose Tujuan dan Intervensi


. keperawatan Kriteria hasil
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen cidera fisik asuhan keperawatan durasi, frekuensi, kualita dan
selama intensitas nyeri
nyeri berkurang dengan 2. Kaji tingkat nyeri secara
kriteria : komprehensif
a. Pasien 3. Identifikasi faktor yang
mengatakan nyeri memperberat dan memperingan
berkurang nyeri
b. Skala nyeri 2 4. Kaji TTV pasien
c. Wajah pasien 5. Ajarkan teknik non
tampak relaks farmakologis (relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi nyeri.
6. Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
7. Kolaborasi dengan dokter
pemberian katerolak untuk
mengurangi nyeri.

Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor ttv sebelum dan sesudah


mobilitas fisik tindakan keperawatan latihan ambulasi dan lihat respon
b.d gangguan selama 2 x 24 jam pasien saat latihan
muskuloskeletal diharapkan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
a. Klien meningkat tentang rencana ambulasi sesuai
dalam aktivitas fisik dengan kebutuhan
b. Mengerti tujuan dari 3. Kaji kemampuan klien dalam
peningkatan mobilisasi
mobilisasi 4. Latih pasien dalam pemenuhan
c. Memperagakan kebutuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat sesuai kemampuan
bantu untuk 5. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi mobilisasi dan bantu pemenuhan
d. Memverbalisasikan kebutuhan
perasaan adalam 6. Ajarkan pasien bagaimana merubah
meningkatkan posisi dan berikan bantuan jika
kekuatan dan diperlukan
kemampuan 7. Berikan alat bantu jika pasien
bedrpindah memerlukan
8. Bantu klien menggunakan alat
bantu saat berjalan dan cegah
terjadinya cedera
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan lingkungan dan batasi
asuhan keperawatan pengunjung bila perlu
selama 2 x 24 jam 2. Intruksikan pada pengunjung untuk
diharapkan mencuci tangan saat berkunjung dan
a. Klien bebas dari tanda setelah berkunjung meninggalkan
dan gejala infeksi pasien
b. Mendiskripsikan 3. Gunakan sabun antimikroba untuk
proses penularan mencuci tangan
penyakit 4. Cuci tangan setiap sebelum dan
c. Mampu menunjukkan setelah melakukan tindakan
kemampuan 5. Gunakan baju, sarung tangan sebaai
mencegah timbulnya pelindung
infeksi 6. Pertahankan lingkungan aseptic
d. Menunjukkan perilaku selama tindakan
hidup sehat 7. Berikan terapi antibiotic bila perlu
8. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
9. Monitor kerentanan terhadap infeksi
10. Berikan perawatan kulit pada daerah
post op femur dextra
11. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
12. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
13. Dorong pasien untuk beristirahat
14. Ajarkan cara menghindari infeksi
15. Laporkan kecurigaan infeksi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN POST OP

Tanggal / Diagnosa Implementasi Paraf


jam
25-02-2021 Nyeri akut 1. melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
2. menggunkan teknik komunikasi terpeutik
dalam membina hubungan baik dengan
pasien
3. mengkaji TTV pasien
4. memberikan lingkungan yang nyaman
5. mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
6. mengajarkan teknik imajinasi terbimbing
7. menyarankan melakuakn teknik distraksi
yaitu mendengarkan musik/surha al-quran
8. memberikan katerolac yang telah
diresepkan oleh dokter
25-02-2021 Gangguan 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam
mobilitas fisik mobilisasi
2. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan secara mendiri sesuai
kemampuan
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk
mendampingi pasien saat mobilisasi dan
bantu pemenuhan kebutuhannya
4. Mengajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan memberikan bantuan jika
diperlukan
25-02-2021 Resiko infeksi 1. Melakukan cuci tanag sebelum, sesudah
kepasien dan sebelum dan sesudah
melakuka tindakan ke pasien
2. Melakukan perawatan luka dengan
mempertahankan kesterilan instrument dan
tangan
3. Memonitor tanda dan gejala terjadinya
infeksi
4. Menganjurkan kepada pasien untuk
meningkatkan asupan nutrisi
5. Meganjurkan kepada pasien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan diri
6. Memberikan pct dan ceftriaxon yang telah
diresepkan oleh dokter
26-02-2021 Nyeri akut 1. melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif
2. menggunkan teknik komunikasi terpeutik
dalam membina hubungan baik dengan
pasien
3. mengkaji TTV pasien
4. memberikan lingkungan yang nyaman
5. mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
6. mengajarkan teknik imajinasi terbimbing
7. menyarankan melakuakn teknik distraksi
yaitu mendengarkan musik/surha al-quran
8. memberikan katerolac yang telah
diresepkan oleh dokter
26-02-2021 Gangguan 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam
mobilitas fisik mobilisasi
2. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan secara mendiri sesuai
kemampuan
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk
mendampingi pasien saat mobilisasi dan
bantu pemenuhan kebutuhannya
4. Mengajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan memberikan bantuan jika
diperlukan
26-02-2021 Resiko infeksi 1. Melakukan cuci tanag sebelum, sesudah
kepasien dan sebelum dan sesudah
melakuka tindakan ke pasien
2. Melakukan perawatan luka dengan
mempertahankan kesterilan instrument dan
tangan
3. Memonitor tanda dan gejala terjadinya
infeksi
4. Menganjurkan kepada pasien untuk
meningkatkan asupan nutrisi
7. Meganjurkan kepada pasien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan diri
8. Memberikan pct dan ceftriaxon yang telah
diresepkan oleh dokter
EVALUASI KEPERAWATAN POST OP

Tanggal Diagnose Evaluasi TTD


25-02-2021 nyeri akut S : klien mengatakan nyeri masih dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dengan skala 5
O : klien masih tampak meringis jika nyeri datang
A : masalah belum teratasi
P : intervesi dilanjutkan
25-02-2021 Gangguan S : klien mengatakan masih terasa sulit untuk
mobilitas fisik menggerakkan kakinya
O : klien masih tirah baring
A : maslah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
25-02-2021 Resiko infeksi S : klien mengatakan sudah mengerti akan penyakit
yang dialaminya
sudah paham seperti apa prosedur pembedahan yang
akan dijalaninya
O : klien sudah terlihat tenang
A : masalah teratasi
P : intervesi hentikan
26-02-2021 Nyeri akut S : klien mengatakan nyeri sudah meulai
berkurang, dengan scala nyeri 3

O : klien tidak terlihat meringis


A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
26-02-2021 Gagguan S : keluarga mengatakan aktivitas klien masih
mobilitas fisik dibantu keluarga
Klien mengatakan sudah bisa miring kiri-dan
kanan
O : pasien sudah bisa dalam posisi duduk
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
26-02-2021 Resiko infeksi S : pasien tidak merasakan gatal pada daerah
sekitar luka post op
O : luka masih terlihat basah
Suhu : 37,1
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai