SEPSIS NEONATORUM
Pembimbing :
dr. Tin Suhartini, Sp.A
Disusun oleh :
Cicilia Helena Jacob
1461050010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor resiko, tindakan pencegahan, dan penatalaksaan kasus sepsis neonatorum
untuk mengurangi tingginya angka kejadian dan kematian pada bayi dengan
sepsis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sepsis neonatal adalah sindrom klinis yang ditandai dengan tanda dan
gejala infeksi dengan atau tanpa disertai bakteremia pada bulan pertama
kehidupan. Sepsis neonatal mencakup berbagai infeksi sistemik pada bayi baru
lahir seperti septikemia, meningitis, pneumonia, radang sendi, osteomielitis, dan
infeksi saluran kemih. Sedangkan untuk infeksi superfisial seperti konjungtivitis
dan oral thrush biasanya tidak menyebabkan sepsis pada bulan pertama kehidupan
atau sepsis neonatal.1
Sepsis neonatal dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama
tergantung pada onset munculnya gejala, yaitu:
1. Sepsis onset dini / awitan dini (SAD)
Sepsis jenis ini muncul dalam 72 jam pertama kehidupan. Dalam kasus
berat, gejala yang muncul pada neonatus dapat terjadi pada saat kelahiran.
Bayi dengan SAD biasanya disertai dengan gangguan pernapasan dan
pneumonia. Sumber infeksi umumnya adalah saluran kelamin ibu atau
infeksi saluran kemih ibu. 3
a. Faktor resiko ibu:
- Persalinan dan kelahiran kurang bulan
- Ketuban pecah lebih dari 18-24 jam
- Korioamnionitis
- Persalinan dengan tindakan
- Demam pada ibu (>38,4)
- Infeksi saluran kencing pada ibu
- Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu
b. Faktor resiko bayi:
- Asfiksia perinatal
- Berat lahir rendah
- Bayi kurang bulan
- Prosedur invasif
- Kelainan bawaan
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih
mencolok, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui
saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode
perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria
dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain
masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya
selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan
terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi
oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan
pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik
cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan
lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit
dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan
cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. 4
Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri
penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal
dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang
terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Insiden sepsis
lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada bayi kurang
bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan
imunitas yang imatur. 4
2.5 Diagnosis
Menurut WHO, seorang bayi dapat didiagnosis mengalami sepsis bila memiliki
paling sedikit 2 gejala dan 2 hasil pemeriksaan laboratorium dengan adanya tanda
atau kemungkinan terjadi infeksi (hasil kultur yang positif, mikroskopis positif
atau PCR positif). Gejala dan pemeriksaan laboratorium tersebut terdiri dari:
Gejala:
Suhu tubuh >38,5 atau <36,5 atau adanya ketidakstabilan suhu tubuh
Gangguan kardiovaskuler: bradikardia atau takikardia, ketidakstabilan
pengeluaran urin (<1ml/kg/jam), hipotensi, mottled skin (perubahan warna
kulit akibat gangguan pembuluh darah), atau adanya gangguan perfusi
perifer.
Lesi pada kulit atau subkutan: sklerema, petechie
Gangguan respiratori: apneu atau takipneu, peningkatan kebutuhan
oksigen
Gejala tidak spesifik: iritabilitas, letargi, atau hipotonia
Pemeriksaan Laboratorium:
Leukopenia (<4000/ul) atau leukositosis (>20.000/ul)
IT ratio >0,2
Trombositopenia (<100.000/ul)
CRP >15mg atau procaltonin >2
Intoleransi glukosa: hiperglikemia >180mg/dl pada 2x pemeriksaan atau
hipoglikemia <45mg/dl
Asidosis metabolik: BE <-10 atau laktat serum >2 mMol/l
Pada saat ini imunoterapi telah berkembang sangat pesat dengan diketemukannya
berbagai jenis globulin hiperimun, antibodi monoklonal untuk patogen spesifik
penyebab sepsis neonatal.6
2.9 Prognosis
Tingkat kematian 2 sampai 4 kali lebih tinggi pada bayi BBLR dibandingkan pada
bayi cukup bulan. Tingkat mortalitas secara keseluruhan sepsis onset dini adalah 3
hingga 40% (infeksi GBS onset dini adalah 2 hingga 10%) dan sepsis onset
lambat adalah 2 hingga 20% (yang dari onset lambat GBS adalah sekitar 2% ).
Mortalitas pada sepsis onset lambat sangat tergantung pada etiologi infeksi;
infeksi yang disebabkan oleh basil gram negatif atau Candida spp memiliki
tingkat hingga 32 hingga 36%. Selain mortalitas, bayi dengan berat badan rendah
yang menderita sepsis bakterial atau candidal memiliki risiko yang jauh lebih
tinggi mengalami perkembangan saraf yang buruk.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fak. Kedokteran UI. Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak jilid 3 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta 1995:h.1123- 31.
2. Pileggi C, Souza JP, Cecatti JG, Faúndes A. Neonatal near miss approach
in the 2005 WHO Global Survey Brazil. J Pediatr (Rio J). 2010;86(1):21-6
5. Jesic, M., Maglajic, S., Lukac, M., Sindjic, S., Vujovic, D., Grkovic, S.,
2004. Pubmed. URL http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15615466.