Anda di halaman 1dari 15

Manajemen Perdarahan Non-

Variceal dan Variceal pada UGIB


Talaksana Awal
1. Resusitasi hemodinamik
– Dilakukan pada pasien dengan hemodinamik tidak
stabil
– Cairan kristaloid / koloid
– Tranfusi darah : bila Hb <7mg/dl
2. Endoscopy
• Dilakukan untuk menentukan prognosis
• Menggunakan : Forrest Classification
– Class I : perdarahan mengalir atau menyemprot
– Class II : pembuluh darah visible tanpa
perdarahan, bekuan adheren, bintik pigmented
datar
– Class III : ulkus dasar bersih / tanpa perdarahan
aktif
Class III : resiko rendah perdarahan berulang ( 5 –
10%)  rawat jalan, tatalaksana farmakologi
Class II
• Ulkus dasar bersih  rawat jalan, tatalaksana
farmakologi
• Bekuan adherent  perdarahan berulang (22%)
 intervensi endoscopic
• Pembuluh darah visible  resiko perdarahan
berulang tertinggi (43 – 55%)  ICU
Tatalaksana
Non-Variceal
Bleeding
Tatalaksana Non-Variceal Bleeding

PPI
• Penelitian meta-analysis tahun 2006 menunjukkan penggunaan PPI dapat
menurunkan resiko perdarahan berulang, kebutuhan operasi cito, dan menurunkan
mortalitas dibandingkan dengan penggunaan histamin-2 reseptor antagonis atau
placebo.

• Penelitian lain menunjukkan, penggunaan PPI bolus IV (Omeprazole 80mg bolus IV)
diikuti dengan pemberian maintenance PPI (Omeprazole 8mg/jam selama 72 jam),
mempunyai efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan pemberian bolus PPI saja,
dalam mencegah perdarahan berulang dan kebutuhan operasi.

• Jika endoscopy tidak dapat dilakukan secepatnya, pemberian pre-endoscopic PPI


adalah tatalaksana paling efektif pada pasien dengan Non-Variceal Bleeding
Tatalaksana Non-Variceal Bleeding
OCTREOTIDE

• Menghambat sekresi asam dan pepsin, serta menurunkan aliran darah mukosa
gastroduodenal.
• Tidak direkomendasikan pada non-variceal bleeding.

ASAM TRANEKSAMAT

• Menghambat aktivasi plasminogen


• Tidak direkomendasikan pada non-variceal bleeding.
Tatalaksana Non-Variceal Bleeding
Angiografi

• Pilihan pada pasien dengan non-variceal bleeding yang berkelanjutan setelah


dilakukan tatalaksana endoscopy.
• Cara kerja : kateterisasi dan angiograms pada celiac, mesenterica superior, dan
mesenterica inferior untuk mengidentifikasi kelainan  setelah lokasi teridentifikasi,
dilanjutkan dengan pemberian Vasopresin melalui infusion catheter 0,2unit/menit
(maks 0,6unit/menit)
• Dilakukan tiap 20 menit untuk memastikan perdarahan sudah teratasi
• Pemberian Vasopressin dilanjutkan sampai 36 jam setelah perdarahan teratasi,
tappering off 24-26jam.
Tatalaksana Variceal Bleeding
Antibiotik

• Perdarahan varises esofagus merupakan komplikasi dari sirosis hepatis.


• Berdasarkan guideline dari The American Association for the Study of
Liver Diseases (AASLD) pemberian profilaksis antibiotik pada
perdarahan varises esofagus dilakukan maksimal 7 hari dengan
pemberian Norfloxacin oral atau Ciprofloxacin IV  menurunkan
komplikasi infeksi dan resiko perdarahan berulang.
• Antibiotik diberikan pada seluruh pasien Variceal bleeding.
• Ceftriaxone dapat menjadi pilihan pada pasien dengan advance liver
disease atau prevalensi resisten terhadap golongan quinolon tinggi.
Tatalaksana Variceal Bleeding
Octreotide

• Setelah lokasi perdarahan teridentifikasi dan hemodinamik


stabil, pasien diberikan vasoactive agent.
• Octreotide adalah obat pilihan utama
• Mekanisme kerja : selektif terhadap vasokontriksi
splanchnic, dan menurunkan aliran darah portal  aliran
darah variceal menurun.
• Dosis : bolus 50mcg, maintenance 50mcg/jam selama 3 – 5
hari.
Tatalaksana Variceal Bleeding
Vasopressin

• Pilihan obat lainnya.


• Merupakan vasokonstriktor poten pada arteriol mesenterica yang
dapat menurunkan aliran darah portal dan menurunkan tekanan
portal
• Dosis : 0,2 – 0,4unit/menit, maks 0,8unit/menit
• Efek samping: vasokontriksi sistemik (dapat diatasi dengan
pemberian NTG IV bolus 40mcg/menit, maks 400mcg/menit)
• Karena efek samping ini, octreotide tetap menjadi pilihan utama
Tatalaksana Variceal Bleeding
Terlipressin

• Satu-satunya obat yang menunjukkan perbedaan


signifikan terhadap mortalitas pasien dibandingkan
dengan pemberian placebo (34% menurunkan
mortalitas)
• Mekanisme kerja : menstimulasi Vasopressin-1 receptor
• Dosis : 2mg IV tiap 4 jam, titrasi 1mg tiap 4 jam setelah
perdarahan terkontrol
Tatalaksana Variceal Bleeding
Activated faktor VIIa

• Pasien dengan sirosis dan gangguan fungsi


hepar menunjukkan adanya penurunan
produksi faktor koagulasi, terutama faktor VIIa.
• Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan terhadap mortalitas pasien
dibandingkan dengan placebo.
Tatalaksana Variceal Bleeding
Ballon Tamponade

• Dilakukan pada pasien variceal bleeding dimana


perdarahan tidak dapat dikontrol  dilanjutkan
dengan Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt
(TIPS) setelah 24 jam pemasangan balon.
• Memasukkan gastric baloon ke esofagus untuk
menghentikan perdarahan.
• Komplikasi : aspirasi, nekrosis, perforasi esofagus.
Tatalaksana Non-Farmakologi Lainnya

1. Transcatheter Embolisasi
2. Surgical : dilakukan bila intervensi endoskopi
tidk dapat dilakukan, dan pada pasien lansia
atau dengan komorbid

Anda mungkin juga menyukai