Anda di halaman 1dari 2

2.

6 Tatalaksana Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas


Tujuan utama penanganaan pada perdarahan adalah menghentikan perdarahan yang terjadi, melakukan
hemodynamic stabilitation, mencegah terjadinya perdarahan berulang dan enurunkan angka terjadinya
mortalitas. Tatalaksana yang dapat diberikan diantaranya ialah: 1
A. Resusitasi
Apabila pasien dalam keadaan renjatan atau dalam keadaan hemodinamik yang tidak stabil, maka proses
resusitasi cairan (cairan koloid atau kristaloid) harus segera dilakukan Pilihan jalur akses, jenis cairan
resusitasi yang diberikan, tergantung dari derajat perdarahan dan manifestasi klinis pasien. 1 Jika pasien
tidak mampu melindungi jalan napasnya atau mengalami hematemesis berat yang berkelanjutan,
inkubasi endotrakeal elektif disarankan.

a. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid dapat diberikan melalui akses perifer, dan dapat diberikan pada perdarahan
dengan drajat ringan sampai sedang tanpa disertai dengan adanya gangguan hemodinamik. 1
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid dapat diberikan pada drajat perdarahan yang berat sebelum transfusi
darah bisa diberikan. Target utama dalam resusitasi yang disebabkan perdarahan diantaranya: 1
1. Stabilnya hemodinamik tubuh
2. Produksi urin yang cukup (>30 cc/jam)
3. Tekanan pembuluh darah vena sentral 5 sampai 10 cm H2O
4. Kadar Hemoglobin terpenuhi (8 - 10 gr%)
Pemberian PPI sebelum endoskopi dapat digunakan (Rekomendasi 1B) untuk pasien PSCBA
terutama perdarahan nonvarises. Suasana lingkungan asam menyebabkan penghambatan
agregasi trombosit dan koagulasi plasma, juga menyebabkan terjadinya lisis pada bekuan yang
telah terbentuk. Pemberian PPI dapat secara cepat menetralisasi asam lambung intraluminal,
yang menghasilkan stabilisasi bekuan darah. Pada jangka panjang, terapi antisekretorik juga
mendukung penyembuhan mukosa. Bila endoskopi akan ditunda dan tidak dapat dilaksanakan,
PPI intravena direkomendasikan untuk mengurangi perdarahan lanjutan.

B. Terapi Farmakologi
a. Acid suppression
Tujuan diberikan acid suppression adalah untuk menekan tingkat keasaman asam lambung agar
tidak terus mengiritasi lambung. Pada kasus ini dapat diberikan proton pump inhibitor (PPI)
(esomeprazole atau pantoprazole) atau antagonis reseptor histamine 2/H2RA (ranitidine,
famotidine atau simetidin) yang dapat diberikan secara oral maupun intravena. 2
b. Somatostatin dan octreotide
Octreotide (analog somatostatin) dapat membantu mengurangi perdarahan saluran cerna yang
sulit dikontrol, dan sebagai terapi adjuvant untuk membantu mengontrol perdarahan sebelum
dilakukan endoskopi. Octreotide dapat mengurangi inflow vena porta dan tekanan intravarises
sehinggan mengurangi risiko perdarahan berulang akibat perdarahan varises atau penyebab non
varises. Octreotide diberikan sebagai bolus awal 1-2 mikrogram/kg (maksimal 100 mikrogram)
dilanjutkan dengan 1-2 mikrogram/kg/jam sebagai infus kontinu, kecepatan infus dapat dititrasi
sesuai respon yang terjadi. Efek samping berupa bradikardi dan hiperglikemi. Bila perdarahan
berhenti dosis octreotide dapat diturunkan secara bertahap dalam waktu 24 jam. 2

Daftar Pustaka
1. Cahyo’ VD, Prasetyawati D. Seorang Perempuan 69 Tahun dengan Hematemesis: Laporan Kasus.
Proceeding B Call Pap Fak Kedokt Univ Muhammadiyah Surakarta [Internet]. 2022;845–55.
Available from: https://proceedings.ums.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2178
2. Putra H, Jurnalis YD, Sayoeti Y. Tatalaksana edikamentosa Pada Penyakit Saluran Cerna. J Kesehat
Andalas. 2019;8(2):414-6p.

Anda mungkin juga menyukai