Anda di halaman 1dari 21

‘’ASUHAN KEPERAWATAN PADA

TN. A CKD ON HD DENGAN


PEMASANGAN AV SHUNT’’
Pengertian
• Chronic Kidney Disease adalh satu proses fatofisiologi dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal.

• Gagal ginjal kronik biasanya akibat dari kehilangan fungsi


ginjal lanjut secara bertahap, penyebab glomeruonefritis,
infeksi kronik, penyait vaskular, proses obstruktif, penyakit
kolagen, agen nfritik, dan peyakit endokrin.
Fungsi ginjal
• Adalah menyaring dan membuang limbah,
seperti racun, garam berlebih, dan urea
( limbah yang mengandung nitrogen hasi dari
metabolisme protein). Urea yang terbentuk
dalam tubuh di angkut melalui darah ke ginjal
untuk kemudian dibuang.
Klasifikasi
Deraj Penjelasan LFG (ml/mn/1.7m2)
at
1 Kerusakan ginjal dengan >90
LFG normal atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan 60-89
LFG meningkat atau ringan
3 Kerusakan ginjal dengan 30-59
LFG meningkat atau sedang
4 Kerusakan ginjal dengan 15-29
LFG meningkat atau berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
ETIOLOGI
• Gagal ginjal kronik merupakan gagal ginjal yang progresif dan lambat
pada setiap nefronnya, biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
reversible.

Proteinuria,
adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya.

Penyakit ginjal diabetik,


pada pasien diabetes berbagai gangguan ginjal dapat terjadi, seperti
terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran kemih.
Patofisiologi
CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses
terjadi kurang lebih sama.

Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi


astuctural dan fungsional nefron yang masih tersisa.

Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti


oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Komplikasi
Derajat Penjelasan GFR Komplikasi
1 Kerusakan ginjal >90
dengan GFR
normal
2 Kerusakan ginjal 60-89 Tekanan darah mulai
dengan GFR meningkat
ringan
3 Kerusakan ginjal 30-59 -Hiperfostatemia
dengan GFR - Hipokalemia
sedang - Hiperparatiroid
-Hipertensi
4 Penurunan GFR 15-29 -Malnutrisi
berat -Asidosis metabolic
-Hiperkalemia
-Dislipidemia
5 Gagal ginjal <1 -Gagal ginjal
-Uremia
Penatalaksanaan Keperawatan
 Cairan
1. Pasien yang tidak di dialisa
Bila tidak oliguria, cairan yang di perbolehkan biasanya 400-500ml
(untuk menghitung kelebihan cairan rutin di tambah volume yang
hilang lainnya seperti urine, diare dan muntah selama 24 jam.
2. Pasien dialisis
Pemasukan cairan terbatas sehingga kenaikan berat badan tidak
lebih dari 0,45kg/hari.
 Elektrolit
1. Klien yang tidak di dialisa
Pemasukan kalium harus di batasi 1,5-2,5/hari pada dewasa dan
sekitar 50mg/kg bb/hari untuk anak2.
Lanjutan..
2. Pasien yang di dialisa
Ini dapat dberikan untuk mempertahankan kadar
natrium dan kalium serum normal pada klien dengan
dialisis.
 Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi
produk akhir metabolisme protein yang tidak dapat di
ekresikan ginjal.
Hemodialisis
Indikasi hemodialisa kronik adalah hemodialisisyang di lakukan
berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan
mesin hemodialisa, dialisis di mulai jika GFR <15, keadaan
pasien yang mempunyai GFR <15 tidak selalu sama sehingga di
anggap baru perlu dimulai jika :
1. GFR <15
2. Gejala uremia meliputi lethargi, anoreksia, nausea, dan
muntah
3. Adanya malnutrisi atau hilangnya masa otot
4. Hipertensi yang sulit di kontrol dan adanya kelebihan cairan
Akses Hemodialisa
Proses hemodialisa adalah proses elimnasi sisa2 produk
metabolisme dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit antara kompartemen darah dan dialisis melalui
selaput membaran semipermiabel yang berperan sebagai ginjal
buatan. ada beberapa jenih akses yang di buat pada pasien
hemodialisa, diantaranya :
1. Kateter hemodialisa
terdapat 2 jenis yaitu double lumen dan tunelling.
memiliki sejumah kelemahan diantaranta :
- hanya bersifat sementara
.
Lanjutan..
perlu penggantian secara berkala
- beresiko menyebabkan infeksi dan terjadi demam saat
dialisis jika sudah terjadi infeksi

2. AV Shunt
Av Shunt adalah saluran yang untuk menghubungkan arteri
dan vena. Biasanya AV Shunt sering dilakukan karena
keamanannya yang paling baik di bandingkan akses lain.
Kasus
Pasien atas nama Tn. A usia 58 tahun dengan riwayat
CKD ON HD datang ke IGD dengan keluhan sesak
sejak pagi hari dan kaki bengkak.
Dilakukan pemeriksaan fisik, TD : 160/90mmHg
N : 79x/M S: 38’C RR: 27x/M SpO2 91%.
BB : 65kg TB : 170CM
Terdapat edema di kedua ekstreminitas bawah.
Terdapat CDL di jugularis kanan.
Intruksi DPJP persiapkan untuk pemasangan AV
Shunt
Hasil Labolatorium
Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12 G/dl 13.2-17.3
Leukosit - - -
Hematokrit 40 % 40-52
Trombosit 150 Ribu/ 150-440
Eritrosit 4,40 10^6 4.40-5.90
MCV/VER 90 FI 80-100
MCH/HER 28 Pg 26-34
MCHC/AHER 32 G/dl 32-36
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu - - -
Ureum 134 Mg/Dl 10-50
Kreatinin 3,1 Mg/Dl <1.4
Elektrolit - - -
PERSIAPAN TINDAKAN
AV SHUNT
Pre Op Intra Op
• Informed Consent • Pasien di posisikan supine
• Time Out
• Pemeriksaan penunjang
• Lokasi pembedahan di persempit
• Form surgical safety ceklist dengan linen steril
• Medical suply • Persiapkan lokal anestesi dengan
• Alat kesehatan dan lidocaine
Tindakan Operasi
instrument vascular
• Operator menginsisi kulit sesuai
dengan indikasi operasi
• Selanjutnya irisan di perdalam
sesuai dengan jenis operasi tersebut
Analisa Data
Subjektif • Objektif
• Kelebihan volume cairan
a. Pasien mengatakan bengkak a. Terdapat edema di kedua
ekstreminitas bawah
pada kedua ekstreminitas
bawah
b. Pasien mengatakan sesak
b. Pasien tampak kesulitan bernafas
• Pola nafas tidak efektif c. RR 25x/M
a. Pasien mengatakan sesak d. Terpasang NRM 10LPM
semakin memberat
• Resiko infeksi e. Luka operasi tertutup kassa steril
a. Paien mengatakan nyeri pada dan hyvafik
luka post op f. Area fiksasi tampak bersih
DIAGNOSA
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal mengekresi air dan
natrium
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penekanan intra abdomen
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
invasif
Intervensi
 Kelebihan volume cairan
Intervensi
1. Timbang BB
2. Batasi intake cairan
3. Pantau intake dan output
 Pola nafas tidak efektif
1. Posisikan pasien semi fowler
2. Berikan O2 Kolaborasi dengan DPJP
3. Pantau saturasi O2
 Resiko Infeksi
1. Tutup luka dengan kassa steril dan hypavik
2. Bersihkan area fiksasi
Implementasi
• Kelebihan volume cairan
Menghitung balance cairan
Memberikan tanda batas pada botol minum pasien
Menimbang berat badan
• Pola nafas tidak efektif
Memposisikan semi fowler
Memantau O2 dan saturasi
• Resiko infeksi
Memastikan area luka post op sudah di bersihkan
Menutup luka dengan kassa steril dan hypavik
Evaluasi
o Kelebihan Volume Cairan
Intake dan output

o Pola nafas tidak efektif


Pasien mengatakan sesak sudah mulai berkurang
RR : 25x/M SpO2 : 95% dengan O2 NRM 10LPM
Intervensi di lanjutkan..

o Resiko Infeksi
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah luka
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai