Anda di halaman 1dari 6

HIV

KELOMPOK:
Diazepam
ABSTRAK
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan
melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Tidak sedikit virus ini
telah memakan korban yang cukup tinggi. Hal ini memicu para ilmuwan untuk menekan
virus manusia immunodeficiency (HIV) dengan terapi kombinasi antivirus yang telah
menyebabkan meningkatnya umur panjang tapi belum diaktifkan kembali lengkap untuk
kesehatan antara penuaan orang yang terinfeksi HIV . Koinfeksi (i nfeksi dengan dua infeksi
secara bersamaan) virus yang lazim di host HIV dan terlibat dalam kanker, penyakit hati, dan
penuaan dini. Dari hal inilah kita harus bergerak melampaui gagasan sederhana dari HIV
untuk mengembangkan pemahaman tentang bagaimana penekanan virus mengubah
sejarah alami infeksi HIV, terutama di persimpangan HIV dengan koinfeksi virus umum
lainnya dalam konteks yang berubah, penuaan sistem kekebalan tubuh.

KATA KUNCI:

penuaan; Kanker; koinfeksi; HIV; HPV; Penyakit hati; virus hepatitis

LATAR BELAKANG
HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus
penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga kita
tidak bisa bertahan terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita.
AIDS yang merupakan kependekan dari ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME
adalah sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. 1

Persentase pasien HIV-positif yang lebih tua berkembang, dengan peningkatan komorbiditas
terkait usia dan pengobatan secara bersamaan. 2

Transmisi dan prevalensi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di antara mereka


dipekerjakan sebagai pekerja seks (STW) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Penelitian ini menggambarkan respon yang dilaporkan dari 340 STW, berisiko untuk
tertular HIV. Para peserta direkrut oleh penargetan selektif antara 2009 dan 2010 dari
dalam Kesehatan Daerah Saskatoon (SHR), Saskatchewan, Kanada. Pada 2012, SHR memiliki
tingkat insiden tertinggi laporan tes positif untuk HIV di Kanada, lebih dari tiga kali rata-rata
nasional (17,0 vs 5,9 per 100.000 orang). Selain itu, epidemiologi HIV / AIDS di SHR adalah
berbeda dari yang terlihat di tempat lain di Kanada (masih kebanyakan laki-laki
berhubungan seks dengan laki-laki dan bule), dengan kasus HIV baru terutama terkait
dengan penggunaan narkoba suntikan dan status budaya Aborigin. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk (a) menggambarkan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi dari STW di
SHR, (b) mengidentifikasi acara mereka yang signifikan hidup, masalah yang dilaporkan
sendiri, pengetahuan, sikap, perilaku, self-efficacy, dan hambatan mengenai HIV, dan (c)
menentukan indikator risiko independen yang signifikan untuk STW diri melaporkan
kesempatan yang lebih besar dari 50% terinfeksi HIV / AIDS. Mayoritas peserta studi adalah
perempuan, yang tidak pernah menikah, keturunan Aborigin, tanpa ijazah sekolah tinggi,
dan memiliki pendapatan tahunan kurang dari $ 10.000. Menggunakan analisis regresi
multivariat, empat indikator risiko independen yang signifikan berhubungan dengan STW
melaporkan kemungkinan besar bahwa 50% tertular HIV / AIDS, termasuk mengalami
kekerasan seksual sebagai seorang anak, suntikan obat dalam empat minggu terakhir,
menjadi tunawisma, dan Chlamydia sebelumnya diagnosa. Temuan ini memberikan bukti
penting dari kerentanan seksual dan obat-terkait penting terkait dengan risiko infeksi HIV di
kalangan STW dan menawarkan wawasan ke dalam desain dan pelaksanaan upaya
intervensi kesehatan masyarakat dan pencegahan yang efektif dan peka budaya. Untuk
menjadi paling efektif, dianjurkan bahwa inisiatif intervensi dan pencegahan seperti: (1)
menggunakan khusus dirancang penjangkauan berbasis masyarakat untuk berisiko tinggi
STW yang pengguna narkoba dan menghubungkan mereka dengan terapi obat yang tepat
dan layanan pencegahan dan pengobatan HIV / AIDS, ( 2) memberikan gratis dan rahasia,
konseling rutin dan tes HIV dalam program penyalahgunaan zat, dan (3) kemampuan
membangun antara lokal, Aborigin LSM sehingga untuk mengatasi dengan sensitivitas
budaya faktor risiko kedua obat dan terkait HIV umum di kalangan populasi yang rentan
ini .3

Sedangkan di Indonesia dalam triwulan Juli s.d. September 2014 dilaporkan tambahan kasus
HIV & AIDS tercatat yang terinfeksi HIV: 7335 dan AIDS: 176 Jiwa. 4

Pembahasan
Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS
- Darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah
menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb
- Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
- Cairan Vagina pada Perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks,
oral seks, dll.
- Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain
sebagainya.

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
- Air liur / air ludah / saliva
- Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
- Air mata
- Air keringat
- Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV
baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang
penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal
dunia terkena pilek biasa. 5

Perjalanan penyakit infeksi HIV dapat dibagi dalam:


1.Transmisi virus.
2.Infeksi HIV primer (sindrom retroviral akut).
3.Serokonversi.
4.Infeksi kronik asimtomatik.
5.Infeksi kronik simtomatik.
6.AIDS (indikator sesuai dengan CDC 1993 atau jumlah CD4<200/mm3).
7.Infeksi HIV lanjut ditandai dengan jumlah CD4<50/mm3.

Setelah seseorang terinfeksi HIV, 2-6 minggu kemudian (rata- rata 2 minggu) terjadilah
sindrom retroviral akut. Lebih dari separuh orang yang terinfeksi HIV akan menunjukkan
gejala infeksi primer ini yang dapat berupa gejala umum (demam, nyeri otot, nyeri sendi,
rasa lemah), kelainan mukokutan (ruam kulit, ulkus di mulut), pembengkakan kelenjar limfa,
gejala neurologi (nyeri kepala, nyeri belakang kepala, fotofobia, depresi), maupun gangguan
saluran cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur di mulut). Gejala ini dapat berlangsung 2-6
minggu dan akan membaik dengan atau tanpa pengobatan. Setelah 2-6 minggu gejala
menghilang disertai serokonversi. Selanjutnya merupakan fase asimtomatik, tidak ada
gejala, selama rata-rata 8 tahun (5-10 tahun, di negara berkembang lebih cepat). Sebagian
besar pengidap HIV saat ini berada pada fase ini. Penderita tampak sehat, dapat melakukan
aktivitas normal tetapi dapat menularkan kepada orang lain. Setelah masa tanpa gejala,
memasuki fase simtomatik, akan timbul gejala-gejala pendahuluan seperti demam,
pembesaran kelenjar limfa, yang kemudian diikuti oleh infeksi oportunistik. Dengan adanya
infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit telah memasuki stadium AIDS. Fase
simtomatik berlangsung rata-rata 1,3 tahun yang berakhir dengan kematian. Setelah terjadi
infeksi HIV ada masa di mana pemeriksaan serologis antibodi HIV masih menunjukkan hasil
negatif, sementara virus sebenarnya telah ada dalam jumlah banyak. Pada masa ini, yang
disebut window period (periode jendela), orang yang telah terinfeksi ini sudah dapat
menularkan kepada orang lain walaupun pemeriksaan antibodi HIV hasilnya negatif. Periode
ini berlangsung selama 3-12 minggu. Sebenarnya telah ada pemeriksaan laboratorium yang
dapat mendeteksi, yaitu pemeriksaan kadar antigen p24 yang meningkat bermakna. Tetapi
pemeriksaan ini mahal dan masih terbatas yang dapat melaksanakannya. 6
PENUTUP
1.Dalam penanggulangan HIV/AIDS dibutuhkan peningkatan komitmen
politis dan dukungan multisektoral.

2.Kasus HIV/AIDS yang terus meningkat memerlukan penanggulangan


yang lebih intensif, dititikberatkan pada pencegahan dan
diintegrasikan dengan perawatan, dukungan serta pengobatan
terhadap Odha.

3.Mencegah dan mengurangi penularan HIV/AIDS terutama melalui


informasi dan edukasi mengenai HIV/AIDS dan pencegahannya
kepada masyarakat terutama kelompok rawan.

4.Dalam penanggulangan HIV/AIDS perlu ditingkatkan pula:


•Sarana dan prasarana deteksi, konseling, perawatan dan pengobatan
•Pendidikan dan pelatihan
•Penelitian dan pengembangan
DAFTAR PUSTAKA
1. UPN Jawa Timur. Pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS. Diunduh:
https://siamik.upnjatim.ac.id/poliklinik/aid.pdf (diakses: 2016, September
13).
2. Gimeno G.M, Crusells C.M.J, Armesto G. F, Compaired T.V, Rabanague H.M.J.
Polypharmacy in older adults with human immunodeficiency virus infection
compared with the general population. Clin Intery Aging, 2016 Aug
26;11:1149-57.
3. Bird. Y, Lemstra. M, Rogers. M, Moraros J. Third-world realities in a first-
world setting: A study of the HIV/AIDS-related conditions and risk behaviors
of sex workers in Saskatoon, Saskatchewan, Canada. Kanada: Sahara. J, 2016
Dec; 13(1):152-61.
4. Ditjen PP dan PL KemenKes RI. Laporan Terakhir Kemenkes. Diunduh:
http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1 (Diakses: 2016,
September 13).
5. Godam. Ilmu Pengetahuan. Diunduh:
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-dan-cara-penularan-
penyebaran-virus-hiv-aids-info-informasi-penyakit-menular-seksual-pms.html
(Diakses: 2016, September 13).
6. Kepala Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Situasi HIV/AIDS
di Indonesia tahun 1987-2016. Diunduh:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/situasi-hiv-
aids-2006.pdf(Diakses: 2016, September 13).

Anda mungkin juga menyukai