Anda di halaman 1dari 17

1.1.

HIMPUNAN

Himpunan adalah suatu kumpulan /koleksi dari obyek-obyek sebarang. (Cara


pengumpulan obyek-obyek itu biasanya berdasarkan sifat/keadaan mereka yang
sama, ataupun berdasarkan suatu aturan tertentu/yang ditentukan).

Contoh (1.1).
Misalnya himpunan yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa Jakarta atau
himpunan dari semua bilangan asli yang lebih besar dari 9, ataupun himpunan yang
terdiri dari ayam, bebek dan sapi.

Catatan (1) :
(*) Obyek-obyek di atas disebut elemen (unsur anggota) himpunan dan biasanya
dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya a, b, p, x dan lain-lain.
(*) Suatu himpunan biasanya dinyatakan denga huruf besar, misalnya himpunan
A, B, P, Y dan lain-lain.
(*) Bila a merupakan elemen dari himpunan A, sedangkan b bukan elemen dari
himpunan A, maka kita dapat menuliskan sebagai a  A, b  A.

Kita mengenal 2 bentuk dalam penulisan suatu hiinpunan sebagai berikut :


(1) Bentuk pendaftaran (Tabular-Form) yaitu dengan menuliskan semua
elemen
himpunan tersebut di dalam kurung kurawal.
Sebagai contoh :
Himpunan A= { Jakarta, Medan, Surabaya }
Himpunan N = { 1, 2, 3, }
Himpunan P = { 9, 12, IV, a. )

(2) Bentuk pencirian (Set-Builder Fomm) yaitu dengan menuliskan


sifat/ketentuan mengenai elemen himpunan tersebut. Sebagai contoh:
Himpunan S = { x I x adalah bilangan genap }
Himpunan T={ x I x adalah pelajar yang pandai } .
Contoh (1.2):

Kita dapat mengubah penulisan himpunan dari tabular-form ke set-builder


form atau sebaliknya.
Misalnya M = { x \ x adalah nama hari dalam satu minggu } = { Senin, Selasa,
Rabu, Kami s, Jumat, Sabtu, Minggu }, atauP={x\ x2 - 4 =}={ -2,2 }
ataupun N = { x \ x bilangan asli } = { 1,2,3, ... } dan lain-lain.
Bentuk mana yang dipakai, tergantung mana yang lebih mudah dan
menyenangkan.

J
Catatan (2) :
r Suatu himpunan disebut hingga bila banyak anggotanya (yang berbeda) hingga.
Kalau banyak angotanya tak hingga disebut himpunan tak hingga.
t Dapat dicatat bahwa anggota-anggota yang sama, dihitung sekali. Himpunan
yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan hampa (kosong) dinyatakan
dengan g.

Contoh (1.3.) :
Contoh himpunan @:A = { x \ x = 9, x genap }

Catatan (3) :
Himpunan A dan B dikatakan sama, A = B bila mereka mempunyai anggota•
anggota yang sama.

Contoh (1.4.) :
A= { 2,1,4 }, B ={ =
4,1,2 } maka A B. Juga bila P = { x I x2 - 3x = -2 },
Q={2,1 ),R=( 1,2,2,1 ) maka P=Q=R.

Definisi :
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (Subset) dari himpunan B, bila setiap
anggota dari A juga merupakan anggota dari B. Ditulis A B merupakan
hirnpunan super/super set dari A, B ⸧ A).

3
Contoh (1.5) :
P = { 1,2,4 } Q ={
1,4,5,2 } maka P  Q, jelas karena setiap anggota dari
P adalah anggota dari Q juga.
G ={ x I x bilangan genap } , H ={ x I x bilangan bulat } , maka G  H.

Catatan (4):
Notasi “  ” digunakan juga untuk menyatakan pernyataan "Subset atau
Sama Dengan". Jadi A  B berarti A subset B atau A = B. Bila A  B
dikatakan pula A subset sebenamya dari B. Tetapi di dalam buku ini kita
menggunakan notasi  baik untuk subset sebenamya ataupun tidak sebenarnya.

Catatan (5) :
Kita dapat menuliskan definisi kesamaan 2 hirnpunan sebagai berikut:

A = B jika dan hanya jika A  B dan B  A.

Catatan (6):
Dua himpunan Adan B dikatakan dapat diperbandingkan (Comparable) bila
AB atau B  A.

Contoh (1.6):

A = { a,b,c } , B = { a,b } maka A dapat diperbandingkan denga B karena B 


A, sedangkan S = { 2,4,5 } dan T={ 2,4,6 } tidak dapat diperbandingkan karena
STdan T  S. ( : bukan subset).

Catatan (7) :
Kadang-kadang kita jumpai bahwa objek dari suatu himpunan merupakan
himpunan pula, himpunan semacarn itu disebut suatu keluarga (family), kelas dari
himpunan atau himpunan dari himpunan-himpunan (set of sets). Biasanya kita tulis
dengan huruf berbentuk A; B, C dan lain-lain.
Contoh (1.7) :
(i) Di dalam geometri kita mengenal berkas garis yang mana merupakan himpunan
dari garis lurus. Sedang kita tahu pula bahwa masing-masing garis lurus tersebut
adalah himpunan dari titik-titik.
(ii) Himpunan { (2,3), (1,0), (0,4,7) ) adalah suatu keluarga dari himpunan (2,3),
(1,0) dan (0,4,7).
(ii) A = { 2, (1,4) (0,2,1) }, A bukan suatu keluarga himpunan karena anggotanya
ada yang bukan himpunan.

Catatan (8) :
Untuk membatasi himpunan yang kita bicarakan, didefinisikan suatu himpunan
yang mana setiap himpunan dalam pembicaraan kita itu selalu merupakan sub•
setnya. Himpunan tersebut dinamakan himpunan semesta (universal set) dan
dinyatakan dengan U. Jadi selalu berlaku A  U untuk setiap A.

Contoh (1.8) :
Dalam geometri datar yang menjadi himpunan semesta adalah himpunan semua
titik pada bidang datar.

Catatan (9) :
Keluarga semua subset dari suatu himpunan S biasa disebut himpunan kuasa
(poser set) dari S ditulis 2S. Banyaknya anggota dari 2S adalah 2n dimana n
adalah jumlah anggota dari S. Di sini termasuk pula , karena  merupakan
subset dari himpunan manapun.

Contoh (1.8) :
M =(a,b), subset-subset dari M adalah @,(a), (b), (a,b) = M, jadi 2M = {,
2
(a), (b), m }. Banyaknya anggota dari 2 M
= 2 = 4.

5
Catatan (10):
2 himpunan disebut saling lepas (sating asing/disjoint) bila tidak mempunyai
anggota sama.

Contoh (1.9):
(i) A =(4,3), B = (2,0) saling lepas.
(i) P = (1,2,3), Q =(1,6,7) tdak saling lepas karena 1  P juga 1  Q.
\

1.2. DIAGRAM
VENN

Untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-himpunan dapat kita


gunakan diagram Venn. Himpunan kita gambarkan sebagai daerah Iingkaran
sedangkan semesta sebagai daerah empat persegi panjang. Perhatikan contoh-contoh
berikut :

Contoh (1.10) :
Misalkan A c B dan A  g dapat kita gambarkan sebagai berikut:

Gambar 1-1

Misalkan pula A dan B tidak dapat diperbandingkan. Gambar 2, A dan B tidak


saling lepas clan gambar 3, Adan B saling lepas.

6
Gambar 1-2 Gambar 1-3

1.3. OPERASI ANTAR HIMPUNAN

Beberapa operasi yang penting adalah :


1. Gabungan (Union), dinotasikan dengan

AUB=(x\x
. .  A atau x  B).
Di dalam diagram Venn :

Gambar I-4 Gambar 1-5

Contoh (1.11):
S = (a,b,c)
T =(a,b,p,r)
Maka S  T = (a,b,c,p,r).

7
Catatan (11):
Berlaku : (i) A B = B  A
(ii) A  (A  B); B  (A  B)
(iii) BI ila A  B mak. a A  B = B
(iv) A  = AU=U

2. Irisan (Intersection), dinotasikan dengan 


A  B=(x\x  A dan x  B).
Di dalam diagram Venn :

Gambar 1-6 Gambar 1-7

Bila A dan B saling lepas maka AB =


Contoh (1.12):
Bila P = (a,b,c,d,e), Q = (d,e,f,g)
maka P  Q = (de).
Bila R = (p,q,r) maka P  R = .

Catatan (12):
(i) A  B=B  A.
(i) (A  B)  A; (A  B) B.
(iii) Bila A  B maka A  B = A.
(iv) A=g, AU=A.

8
3. Selisih (Difference), dinotasikan dengan
A -B=(x\x Adan x  B ).
Di dalam diagram Venn :

Gambar 1-8 Gambar 1-9

Contoh (1.13) :
S = (a,b,c,d), T = (f,b,d,g)
maka S - T = (a,c), dan T-S = (f,g).

Catatan (13):
(i) (A- B)  A.
(ii) A - B  B - A, bila A  B
(iii) Bila A  B maka A - B =  dan (B - A)  B.

4. Komplemen dari A, dinotasikan A' atau A' atau A°


Di dalam diagram Venn :

A'=(x\x  A,X  U)=U-A

9
Contoh (1.14):
Misalkan U = (x Ix huruf Latin) dan T = (x Ix huruf mati) maka T ' = (x
\
x huruf hidup) = (a,e,i,o,u).

Catatan (14) :
(i) A  A' = ;

(ii) A  A' = U;
(iii) U' = , ' = U;
(iv) (A')' = A;
(v) A-B=A  B’;
(vi) Bila A  B maka B'  A'.

Catatan (15) :
Operasi selisih simetri, dinotasikan dengan :
A  B=(AB)-(A  B)=(A-B)(B- A).
Seperti dalam diagram Venn:

Contoh (1.15):
Bila A = (2, 3, 4, 5, 6) dan B = { 1,3,4,6 } maka A  B = (1,2,5).

10
Catatan (16) :
Hasil kali cartesius dari 2 Himpunan Adan B, yaitu :
Ax B = { (x,y) \ x E B dan x € Y }. Masing-masing (x,y) disebut
pasangan terurut. Hasil kali cartesius ini sangat berperan dalam pembahasan
mengenai relasi pada bab 2.

Contoh (1.16):
A = (a,b,c), B = (1,2) maka
Ax B = { (a,1), (a,2), (b,1), (b,2), (c,1), (c,2) }
BxA= { (1,a), (1,b), (l,c), (2,a), (2,b), (2,c) }
Terlihat bahwa pada umumnya A x B  B x A.

1.4. ALJABAR
HIMPUNAN

Himpunan dengan operasi yang telah kita jelaskan pada bagian (1.3) yang lalu,
temyata memenuhi banyak sekali hukum dan kesamaan aljabar. Beberapa
diantaranya telah disebutkan. Secara lengkap, hukum dan kesamaan aljabar
himpunan tersebut dapat kita lihat pada·tabel (1.1).

Tabel 1.1. Hukum Pada Aljabar Himpunan

11
Untuk membuktikan berlakunya hukum-hukum pada aljabar himpunan,
kita dapat menggunakan 2 cara.
Cara pertama adalah membuktikan bahwa himpunan hasil operasi pada
ruas kiri rnerupakan himpunan bagian dari himpunan hasil pada ruas kanan dan
sebaliknya.
Hal ini berakibat ruas kanan = ruas kiri.
Cara kedua adalah menggunakan diagram Venn.

Contoh (1.17) :
Kita ingin membuktikan hukum DeMorgan : (A B)' = A'  B'.

Cara 1:
Pertama kita tunjukkan bahwa (A B)',  A'  B'.
Ambil sembarang x  (A  B)', berarti x  (A  B), yang
berarti pula x  A dan x  B. Jadi x  A' dan x  B', berarti x  A' 
B. Oleh karena itu (AB)A'  B'.

12
Selanjutnya kita tunjukkan bahwa A’  B’ (A  B)'. Ambil
sembarang x  A’  B’,berarti x  A' dan x  B'. Karena itu x 
A dan x  B, berarti x  (A  B). Jadi x  (A  B)'. Sehingga A’ 
B’  (A  B)'.
Kita ingat, bahwa bila diketahui 2 himpunan P dan Q yang memenuhi PQ
dan Q P maka P = Q. Berdasarkan ini, terbukti bahwa (A B)' = A’ 
B’.

Cara 2:
Dengan diagram Venn, terlihat (A  B)' adalah bagian yang berarsir pada
gambar 10a. A'  B' adalah bagian yang berarsir ganda pada gambar 10d. Nampak
bahwa kedua bagian (A  B)' serta A'  B' adalah sama.

Gambar 1-10

Catatan (17) :
Suatu sifat penting yang dimiliki oleh aljabar himpunan adalah sifat dualitas dari
kesamaan himpunan. Dual E dari kesamaan E adalah kesamaan yang diperoleh
dengan berturut-turut , ,  dan  pada E masing-masing diganti dengan ,
,  dan . Sebagai contoh, E:(U A)  (B  A) = A mempunyai dual
E* :
(  A)  (BA)= A
13
1.5. HIMPUNAN HJNGGA DAN PERHITUNGAN
ANGGOTA

Kalau A adalah himpunan hingga, artinya A mempunyai anggota sebanyak


hingga, kita dapat menyatakan banyaknya anggota A sebagai n(a) atau #(A).
Berikut ini beberapa sifat yang berkaitan dengan banyak anggota himpunan :
(1) Jika A dan B himpunan hingga yang saling lepas (A  B = ), maka n(A 
B) = n(A) + n(B).
(2) Jika A dan B sembarang himpunan hingga, maka A  B hingga, demikian pula
A  B.
Di sini n(A  B) = n(A) + n(B) - n(A  B).
(3) Sifat (2) dapat kita perluas untuk sembarang 3 himpunan hingga A, B dan C.
Berarti n(A B C) = n(a) + n(B) + n(C) - n(A  B)
- n(A  C) - n(B  C) +(A  B  C ).

Contoh (1.18) :
Dari 120 orang mahasiswa semester 5 Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma,
100 orang mengambil paling sedikit satu mata kuliah aplikasi pilihan, yaitu mata
kuliah Asuransi, Perbankan serta Transportasi.
Juga diketahui bahwa :
65 orang mengambil Asuransi
45 orang mengambil Perbankan
42 orang mengambil Transportasi
20 orang mengambil sekaligus Asuransi dan Perbankan
25 orang mengambil sekaligus Asuransi dan Transportasi
15 orang mengambil sekaligus Perbankan dan Transportasi

Kita ingin mengetahui secara tepat berapa orang mahasiswa yang mengambil
sekaligus 3 mata kuliah tersebut.
Untuk itu kita gambar diagram Venn seperti pada gambar 11, dengan A
menyatakan himpunan mahasiswa yang mengambil Asuransi, B yang mengambil
Perbankan dan C yang mengambil Transportasi.
Himpunan semesta U merupakan himpunan dari 120 orang mahasiswa semester
5 tersebut.
14
Di sini berarti n(A  B  C) = 100, n(A) = 65, n(B) = 45, n(c) = 42, n(A  B)
= 20, n(A  C) = 25, n(B  C) = 15.
Berdasarkan sifat (3) di atas diperoleh n(A n B n C), yaitu banyaknya
mahasiswa yang mengambil sekaligus ketiga mata kuliah tersebut, adalah 8 orang.
Sehingga, kalau setiap bagian diagram Venn kita lengkapi dengan banyaknya
anggota, diperoleh gambar 12.

Gambar 1.13

Keterangan :
20 - 8 = 12 orang mengambil Asuransi dan Perbankan tetapi tidak mengambil
Transportasi.
25 -8 = 17 orang mengambil Asuransi dan Transportasi tetapi tidak mengambil
Perbankan.
15-7 = 8 orang mengambil Perbankan dan Transportasi tetapi tidak mengambil
Asuransi.
65 - 12 - 17-8 = 28 orang mengambil Asuransi saja.
45 - 12- 7 - 8 = 18 orang mengambil Perbankan saja.
42 - 17 - 7 - 8 = 10 orang mengambil Transportasi saja.
120 - 100 = 20 orang tidak mengambil satu pun dari 3 mata kuliah tersebut.

15
1.6. ARGUMEN DAN DIAGRAM VENN

Banyak statemen verbal dapat dialihkan menjadi statemen himpunan.


Statemen ini dapat digambarkan dengan diagram Venn. Oleh karena itu, diagram
Venn acap kali digunakan untuk menganalisa validitasnya suatu argumen.

Contoh (1.19) :
Pandang asumsi S1, S2, S3 berikut :
S 1 : Guru adalah orang yang tenteram hidupnya
S2 : Setiap raja merupakan orang kaya
S3 : Tidak ada orang kaya yang juga tenteram hidupnya

Kita hendak menggambarkan asumsi di atas dalam diagram Venn.


Himpunan guru termuat dalam himpunan orang yang tenteram hidupnya
(asumsi S 1 ). Himpunan orang tenteram hidupnya akan saling lepas dengan
himpunan orang kaya (asumsi S3). Himpunan raja termuat seluruhnya di dalam
himpunan orang kaya (asumsi S2).

Gamba
r 1-13

Dari sini dapat kita putuskan bahwa konklusi "Tidak ada guru yang merupakan
orang kaya" adalah valid. Demikian pula konklusi ''Tidak ada seorang pun
guru yang juga raja".
Konklusi "Raja tenteram hidupnya" adalah tidak valid.

Anda mungkin juga menyukai