Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Oleh:
HABIBI
NIM : 153110172
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2018
POLTEKKES KEMENKES PADANG
Oleh:
HABIBI
NIM : 153110172
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2018
i
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih
Ummi Kota Padang Tahun 2018”. Shalawat beriring salam peneliti sampaikan
kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan penelitian, Sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Anak M dan Anak W beserta keluarga partisipan yang telah bersedia
bekerja sama dalam penelitian
2. Ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, M. Kep selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Delima, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing II yang telah mengarahkan
membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep, M.Kep selaku penguji I yang telah
bersedia menguji, mengarahkan dan memberikan masukan dalam
membuat karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Hj. Tisnawati, S.St., M.Kes selaku penguji II yang telah bersedia
menguji, mengarahkan dan memberikan masukan dalam membuat karya
tulis ilmiah ini.
6. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, MSi selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
7. Kepala Sekolah beserta staf SLB Kasih Ummi Kota Padang yang telah
mengizinkan dan membantu dalam penelitian
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
9. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrerian Kesehatan RI
Padang
10. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
11. Teristimewa kepada orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun
12. Rekan- rekan seperjuangan Bp 2015 keperawatan, serta para sahabat dan
penyemangat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis menyelesaikan ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah mambantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
Nama : Habibi
Tempat/ Tanggal Lahir : Pariaman, 31 Oktober 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
HABIBI
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
Isi: xii + 118 halaman, 6 tabel, 8 lampiran
Abstrak
Anak dengan retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif & sosial. Anak
sering mengalami kebingungan, pendiam, penyendiri, hygiene kurang, kesulitan
komunikasi, lambat dalam bergerak sehari- hari. 53% anak berkebutuhan khusus
di Indonesia tergolong retardasi mental. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan
asuhan keperawatan anak retardasi mental di SLB Kasih Ummi Kota Padang.
Desain penelitian adalah Deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
dilakukan tanggal 28 Maret sampai 6 April 2018. Populasi penelitian 8 anak
dengan 2 orang sampel, menggunakan teknik purposive sampling. Instrument
pengumpulan data digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, pengukuran, wawancara, dan studi
dokumentasi. Analisis penelitian adalah membandingkan hasil penelitian dengan
teori. Hasil penelitian kedua partisipan menunjukkan adanya tanda dan gejala yang
sama, perbedaan pada partisipan satu memiliki IQ 50 sedangkan partisipan dua
memiliki IQ 48. Diagnosa keperawatan risiko cidera, gangguan tumbuh kembang,
kesiapan peningkatan koping keluarga, gangguan komunikasi verbal, defisit
perawatan diri. Tindakan keperawatan: bimbingan antisipatif, manajemen
perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan perkembangan anak, latihan kontrol
impuls, pendidikan keluarga membesarkan anak, peningkatan koping, peningkatan
keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, latihan memori, bantuan perawatan diri,
manajemen lingkungan: keselamatan. Evaluasi keperawatan kedua partisipan
menunjukkan hasil yang sama. Disimpulkan bahwa anak retardasi mental perlu
diberikan terapi dan latihan secara mandiri terus menerus, dengan dibutuhkannya
peran keluarga dan lingkungan sekitar. Disarankan kepada SLB agar menyediakan
fasilitas bermain dan fasilitas mencegah resiko cedera. Bagi keluarga agar
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak, dan kerjasama anggota keluarga
serta menfasilitasi kegiatan dan lingkungan sekitar, untuk peneliti agar
memperhatikan aspek perkembangan anak.
DAFTAR ISI
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Pengkajian ....................................................................................... 80
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 83
3. Rencana Keperawatan ...................................................................... 85
4. Implementasi Keperawatan .............................................................. 87
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 93
B. Pembahasan Kasus ............................................................................... 95
1. Pengkajian ....................................................................................... 95
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 101
3. Rencana Keperawatan ...................................................................... 105
4. Implementasi Keperawatan .............................................................. 106
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 112
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 116
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
x
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 1. Ganchart
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan bagian
dari anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak
dengan disabilitas sama halnya dengan anak lainnya, yaitu upaya
pemenuhan kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh
yang dapat diperoleh melalui upaya di bidang kesehatan maupun
pendidikan dan sosial (Suryani dan Badi’ah).
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi
Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018 ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif
7
Poltekkes Kemenkes Padang
8
f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada
ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi (Utaminingsih, 2015)
(Solek, 2010)
4. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke
suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
a) Sindrom Cockayne
b) Sindrom Lowe
c) Galactosemia
d) Sindrom Down
e) Kretin
f) Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
a) Mukolipidosis
b) Penyakit Niemann- pick
c) Penyakit Tay-sachs
3) Korioretinitis
a) Lues Kongenital
b) Penyakit stimegalo virus
c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh
a) Lues kongenital
b) Sindrom hunter
c) Sindrom hurler
d) Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
a) Defisiensi glikogen sinthease
b) Hiperlisinemia
c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
I, III, IV dan VI
d) Phenyl ketonuria
e) Sindrom malabsorpsi methionine
5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
Poltekkes Kemenkes Padang
17
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus
q. Urin asam vanililmandelik
1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic
6. Patofisiologi
(Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI, 2016 )
8. Komplikasi
a. Paralisis serebral
Poltekkes Kemenkes Padang
21
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional
dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus,
yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar
memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang
mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt
digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan
tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada
Poltekkes Kemenkes Padang
23
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,53
tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih
dulu berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training (latihan
defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan dilakukan
secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian
makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,
kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam
tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini
dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi 6) Tanda-
tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
adalah sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
Poltekkes Kemenkes Padang
27
Keterangan: diperlukan
(5) : Tidak terganggu 5. Gunakan alat makan dan
gelas yang tidak mudah
pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan penanda sesering
mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan
tepat.
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan caregiver
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Mengakui tingkat
ketergantungan anak
terhadap caregiver, sesuai
dengan kebutuhan
3. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang telah
dilakukan
4. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
5. Monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
berkaitan dengan anak
6. Menyediakan informasi
mengenai anak sesuai
dengan apa yang menjadi
keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
8. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang dimilki
caregiver kepada anak
9. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak
1. Bangun hubungan
saling percaya dengan
anak
2. Lakukan interaksi
personal dengan anak
3. Identifikasi
kebutuhan unik setiap
anak dan tingkat
kemampuan adaptasi
yang diperlukan
4. Bangun hubungan
saling percaya dengan
orang tua
Poltekkes Kemenkes Padang
32
mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan
kepada orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10. Sediakan aktivitas
yang mendukung interaksi
diantara anak anak
11. Dukung anak
untuk mengekspresikan
diri melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12. Peluk anak
dan nyamankan anak saat
anak merasa sedih
13. Bangun suasana
yang aman bagi anak
untuk belajar dan
bereksplorasi
14. Ajarkan anak
untuk mencari bantuan
dari orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15. Bantu anak untuk
belajar mandiri
16. Sediakan
kesempatan bermain
puzzle
17. Ajarkan anak
untuk menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan
Poltekkes Kemenkes Padang
33
pembelajaran dengan
mendukung anak
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda
g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai dengan
usia anak
2. Rancang program
pendidikan yang
didadasarkan pada
kekuatan keluarga
3. Libatkan orang tua dalam
desain dan isi yang ada
dalam program
pendidikan
4. Identifikasi factor-faktor
personal yang berdampak
pada keberhasilan
program pendidikan
(misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman
negatif dengan penyedia
layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen waktu,
masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya
minat)
5. Identifikasi adanya
pemicu stress keluarga
(misalnya, depresi
orangtua, kecanduan
narkoba, alkohol,
kesadaran/ kecakapan
berbahasa, tingkat
pendidikan yang rendah,
kekerasan dalam rumah
tangga, konflik
perkawinan, percampuran
keluarga setelah
perceraian, dan hukuman
yang berlebihan pada
anak-anak)
6. Identifikasi tugas
perkembangan atau tujuan
yang sesuai untuk anak
7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
Poltekkes Kemenkes Padang
35
anak
18. Gunakan teknik
bermain peran akan teknik
pengasuhan dan
keterampilan komunikasi
3 Ansietas a.Tingkat kecemasan: a. Bimbingan antisipatif
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan keperawatan 1..Bina hubungan
ancaman diharapkan tingkat saling percaya
terhadap kecemasan berkurang, 2..Instruksikan klien
konsep diri dengan kriteria hasil: mengenal perilaku dan
1. Mengeluarkan rasa perkembangan dengan
Defenisi: marah secara cara yang tepat
Kondisi emosi berlebihan (4) 2. 3..Bantu klien memutuskan
dan Rasa takut bagaimana masalah
pengalaman disampaikan secara dipecahkan
subyektif lisan (4) 4..Bantu klien beradaptasi
individu 3. Rasa cemas yang dengan adanya perubahan
terhadap objek disampaikan secara peran
yang tidak lisan (4) 5..Jadwalkan kunjungan
jelas dan terkait dengan
spesifik akibat Keterangan: perkembangan situasi dan
antisipasi (3): Sedang strategi yang tepat
bahaya (4): Ringan 6..Jadwalkan peninjauan
yang kembali untuk mengevaluasi
memungkinka b. Tingkat kecemasan keberhasilan atau kebutuhan
n sosial : penguatan 7..Libatkan
Setelah dilakukan keluarga maupun orang
individu orang terdekat klien jika
tindakan
melakukan memungkinkan
keperawatan
tindakan untuk diharapkan tingkat
menghadapi b. Konseling
kecemasan sosial Tindakan keperawatan:
ancaman berkurang, dengan 1..Bangun hubungan
kriteria hasil: terapeutik yang didasarkan
Batasan
1. Persepsi diri yang pada [rasa] saling percaya
karakteristik
negatif pada dan saling menghormati
: keterampilan sosial 2..Tunjukkan empati,
1)Merasa (4)
bingung kehangatan, dan ketulusan
2. Persepsi diri yang 3..Tetapkan lama hubungan
2)Merasa negatif terhadap konseling
khawatir penerimaan oleh 4..Tetapkan tujuan-tujuan
dengan akibat orang lain (4)
dari kondisi 3. 5..Gunakan teknik refleksi
Takut berinteraksi dan klarifikasi untuk
yang dihadapi dengan orang yang
3)Sulit memfasilitasi ekspresi
lebih unggul (5) yang menjadi perhatian
berkonsentrasi 4. Memperhatikan
4)Gelisah 6..Minta anak untuk
tentang penilaian mengidentifikasi apa yang
5)Sulit tidur orang lain setelah
6)Merasa tidak mereka bisa/tidak bisa
Poltekkes Kemenkes Padang
37
Keterangan:
(4) Sering dilakukan
hubungan
18..Dukung aktivitasaktivitas
sosial dan komunitas [agar
bisa
dilakukan]
19..Dukung [kemampuan
dalam] penerimaan
terhadap keterbatasan
orang lain
Keterangan:
Keterangan:
.keluarga
4..Tentukan sumber daya
fisik, emosional ,dan
edukasi dari pemberi
perawatan utama
5..Identifikasi defisit
perawatan diri anak
6..Identifikasi preferensi
anggota keluarga untuk
keterlibatan dengan anak
7..Identifikasi harapan nggota
keluarga untuk
8..Antisipasi dan identifikasi
kebutuhan keluarga
9..Dorong anggota keluarga
dan anak untuk membantu
dalam mengembangkan
rencana perawatan, termasuk
hasil yang diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
10..Dorong anggota keluarga
dan anak untuk bersikap
asertif dalam berinteraksi
dengan pemberi layanan
kesehatan professional
11..Monitor struktur
dan keluarga
12..Monitor keterlibatan
anggota keluarga dalam
perawatan anak
13..Berikan informasi
penting kepada anggota
keluarga mengenai anak
sesuai dengan keinginan
anak .
14..Fasilitasi pemahaman
mengenai aspek medis
dari kondisi anak pada
anggota keluarga
15..Berikan dukungan yang
diperlukanbagi kerluarga
untuk membuat keputusan
16..Identifikasi persepsi
anggota keluarga
mengenai situasi,.
agitasi, komunikasi
yang efektif (3-5)
Keterangan:
(3) : Pengetahuan
sedang
(4) : Pengetahuan
banyak
3. Mengingat informasi
dengan anak
3..Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4..Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5..Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6..Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7..Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8..Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9..Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10..Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11..Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12..Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13..Bangun suasana
yang aman bagi anak
untuk belajar dan
bereksplorasi
14..Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15..Bantu anak untuk belajar
mandiri
16..Sediakan kesempatan
bermain puzzle
17..Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18..Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya
19..Berikan kesempatan
danmendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
Pendidikan Kesehatan
1. Identifikasi faktor internal
atau eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat
2. Pertimbangkan riwayat
individu dalam konteks
personal dan riwayat
sosial budaya individu,
keluarga dan masyarakat
3. Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
4. Bantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk
memperjelas keyakinan
dan nilai-nilai kesehatan
5. Prioritaskan kebutuhan
orang yang belajar dengan
mengidentifikasi
kebutuhan berdasarkan
apa yang disukai klien,
keterampilan perawat,
sumber yang tersedia, dan
kemungkinan keberhasilan
pencapaian tujuan
6. Rumuskan tujuan dalam
program pendidikan
kesehatan [tersebut]
7. Identifikasi sumber daya
(misalnya, tenaga, ruang
peralatan, uang, dan
lainlain) yang diperlukan
untuk melaksanakan
program
8. Pertimbangkan
kemudahan akses, hal-hal
yang disukai, dan biaya
dalam perencanaan
program
9. Hindari penggunaan teknik
dengan menakutnakuti
sebagai strategi untuk
memotivasi orang agar
mengubah perilaku
kesehatan atau gaya hidup
10. Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau [manfaat]
jangka pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif daripada
[menekankan pada]
manfaat jangka panjang
atau efek negatif dari
ketidakpatuhan
11. Aplikasikan strategi
untuk meningkatkan
harga diri audiens
yang menjadi sasaran
12. Kembangkan materi
pendidikan tertulis
yang tersedia dan
sesuai dengan
audiens yang menjadi
sasaran
13. Lakukan
demonstrasi/
demonstrasi ulang,
partisipasi
pembelajar, dan
manipulasi bahan
pembelajaran ketika
mengajarkan
keterampilan
psikomotorik
Poltekkes Kemenkes Padang
55
14. Gunakan
instruksi
9. Sediakan peralatan
bermain yang
merangsang bermain
peran
10. Awasi sesi terapi
bermain
11. Dorong anak untuk
memanipulasi peralatan
bermain
12. Dorong anak untuk
berbagi perasaan
pengetahuan, dan
persepsi
13. Validasi perasaan anak
yang diungkapkan
selama sesi bermain
14. Komunikasikan
penerimaan perasaan,
baik positif maupun
negatif yang
diungkapkan melalui
bermain
15. Amati penggunaan alat
bermain yang digunakan
anak
16. Monitor reaksi anak dan
tingkat kecemasan
sepanjang sesi bermain
17. Identifikasi
kesalahpahaman atau
ketakutan anak melalui
komentar yang dinyatakan
selama sesi bermain
(peran rumah sakit)
18. Lanjutkan sesi bermain
secara teratur untuk
membangun kepercayaan
dan mengurangi rasa
takut mengenai peralatan
maupun perawatan yang
asing dengan tepat
19. Catat observasi yang
dilakukan selama sesi
bermain
7 Isolasi sosial a. Keterlibatan sosial a.modifikasi perilaku:
berhubungan Setelah dilakukan keterampilan
dengan tindakan keperawatan keterampilan sosial
keterlambata diharapkan dapat Tindakan keperawatan:
n menunjukkan 1..Bantu anak
perkembanga keterampilan sosial, mengidentifikasi masalah
Poltekkes Kemenkes Padang
62
3.Riwayat Keterangan:
(4) Sering dilakukan
c. Iklim Sosial
(3-4) 18..Rencanakan
3. Menarik diri (3-4) pembelajaran dengan
4. Perilaku mendukung anak menebak
Kekerasan
(4-5)
5. Perilaku
destruktif (4-
5)
6. Membuat cerita
mengada- ada (4-5)
meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11..Berikan model peran
yang mengekspresikan
kemarahan dengan tepat
12..Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13..Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14..Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15..Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16..Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17..Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18..Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d.Konseling
Tindakan keperawatan:
1..Bangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya
dan saling menghormati
2..Tunjukkan empati,
kehangatan, dan ketulusan
3..Tetapkan lama hubungan
konseling
4..Tetapkan tujuan-tujuan
5..Gunakan teknik refleksi
dan klarifikasi untuk
memfasilitasi ekspresi
yang menjadi perhatian
6..Minta anak untuk
mengidentifikasi apa yang
mereka bisa/tidak bisa
lakukan terkait dengan
perkembangan anak
bermain dirumah
memenuhi petunjuk
keamanan (4- 5) 6.
Memberikan
pengawasan terkait
peralatan di area
bermain (4- 5)
7. Monitor penggunaan
olahraga dan alat
rekreasi (4- 5)
Keterangan: (4) :
Sering
menunjukkan (5) :
Secara konsisten
menunjukkan
d. Kontrol risiko
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan dapat
melakukan pengontrolan
risiko, dengan kriteria
hasil:
1. Mengenali faktor
resiko individu (4-5)
2. Mengenali
kemampuan untuk
merubah perilaku (4-
5)
3. Memonitor faktor
risiko dilingkungan
(4-5)
4. Memonitor faktor
risiko individu (4-5)
5. Mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko (4-5)
Keterangan: (4) :
Sering
menunjukkan (5) :
Secara konsisten
menunjukkan
Poltekkes Kemenkes Padang
70
(4)
3. Beradaptasi
terhadap keterbatasan
secara fungsional (4)
4. Mengidentifikasi
rencana untuk
memenuhi aktivitas
hidup harian (4)
Keterangan:
(4) Sering dilakukan
e. Perkembangan anak
: Usia anak
pertengahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memahami
perkembangan anak usia
anak pertengahan,
dengan kriteria hasil:
1. Menunjukkan
kebiasaan sehat yang
baik (3-4)
2. Bermain
berkelompok
(3-4)
3. Mengembangkan
persahabatan (3-4) 4.
Menunjukkan
perasaan secara
konstruktif (3-4) 5.
Menunjukkan
kepercayaan diri (3-4)
6. Menunjukkan
harga
diri (3-4)
7. Memahami benar
atau
salah (3-4)
8. Mengikuti aturan
keamanan (3-4) 9.
Menunjukkan
kemampuan pada
tingkat mampu di
sekolah (3-4)
Keterangan:
(3) : Kadang- kadang
menunjukkan (4) :
Sering
Menunjukkan
10 Ketidakberda a. Kepercayaan a. Restrukturasi Kognitif
yaan mengenai kesehatan Tindakan keperawatan:
: Merasakan 1..Bantu anak memahami
Definisi kemampuan bahwa seringnya
Persepsi melakukan ketidakmampuan untuk
bahwa Setelah dilakukan mencapai tingkah laku
tindakan tindakan keperawatan yang diinginkan
seseorang diharapkan dapat merupakan hasil dari
tidak akan meningkatkan pernyataan diri yang tidak
mempengaruhi kepercayaan mengenai rasional
pencapaian anak
25..Monitor frekuensi
verbalisasi terhadap diri
26..Monitor kurangnya
tindak lanjut terkait
dengan pencapaian tujuan
27..Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke waktu,
dengan tepat
Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi.
Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat,
intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan
tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil
yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga
telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter, 2009)
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan membandingkan asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada
tahun 2018 dengan teori.
73
Poltekkes Kemenkes Padang
79
b. Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date.
Data ini biasa dicatat dalam buku saku yang memungkinkan agar
perawat dapat memantau perubahan kondisi anak.
Poltekkes Kemenkes Padang
81
c. Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan. Pengkajian
ini dapat ditulis pada format catatan perkembangan keperawatan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang
dirumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia. Diagnosa
keperawatan dapat berupa masalah kesehatan yang bersifat aktual yang
secara klinis jelas atau masalah kesehatan potensial dimana faktor resiko
dapat mengancam kesehatan anak secara umum.
Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan meliputi:
a. Analisa data
b. Mengidentifikasi masalah
c. Merumuskan diagnosis
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen. Menurut
Bulechek, dkk, (2016), Moorhead, dkk, (2016) sebagai berikut:
a. Diagnosis yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
4. Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Diagnosis keperawatan
b. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Diagnosis keperawatan
b. Tanggal dilakukan evaluasi keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan dan gambar. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumen dari Sekolah untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan
seperti data siswa dengan retardasi mental, dan tingkat kecerdasan.
H. Prosedur penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1. Prosedur Administrasi
Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:
Poltekkes Kemenkes Padang
83
I. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan retardasi mental. Data
yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan anak dengan retardasi
mental. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesenjangan antara teori yang ada dengan kondisi anak di sekolah.
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Riwayat Kesehatan Sekarang Ny Riwayat Kesehatan Sekarang
N mengatakan An. M susah dalam Ny. J mengatakan bahwa An. W
menyampaikan pendapat baik dalam mengalami keterlambatan
tulisan maupun dengan kata- kata, perkembangan tidak sesuai usia pada
sulit berkonsentrasi, suka bermain, anak normal, An W juga sulit
suka menanggapi orang dengan
berkonsentrasi, sering melamun, mudah
senyuman, suka mengganggu adik
bosan, mandi kurang bersih, belum bisa
adiknya, berbicara tidak jelas, An M
tampak sering tersenyum, susah menjaga kebersihan diri sendiri serta
berkata kata, sering ingin bermain, belum bisa melakukan perawatan diri
rambut tidak rapi, rongga mulut secara mandiri sesuai usianya. An jika
kurang bersih, beberapa gigi di rumah sering bermain bersama
mengalami karies, kuku jari tangan adiknya . Namun ketika ada teman An
tampak panjang dan kotor, kuku jari w bermain keluar rumah. An. W
kaki tampak panjang dan kotor. An terkadang berbicara tidak jelas dan
M mandi masih kurang bersih dan tidak nyambung, sering senyum, afek
sering bermain air ketika mandi. datar, respon sosial agak lambat,
An M tidak menyadari akan keadaan
tampak sering bingung. An.W memiliki
86
IQ : 48
80
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 10 hari. Berikut adalah hasil evaluasi
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif perubahan fungsi kognitif
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
resiko cedera teratasi ditandai S: Ny N resiko cidera ditandai S: Guru SLB
meminta agar ikut membantu menutup meminta agar menutup pagar sekolah
dan mengunci pagar rumah jika ada jika ada yang keluar masuk, Guru SLB
anggota keluarga keluar dan masuk meminta mengawasi anak anak agar
rumah, Guru SLB meminta agar tidak bermain dengan berlebihan O:
menutup pagar sekolah jika ada yang Pagar sekolah tampak tertutup
keluar masuk, Guru SLB meminta A:Resiko cidera teratasi sebagian P:
mengawasi anak anak agar tidak Intervensi Resiko cidera dilanjutkan
bermain dengan berlebihan O: Pagar
rumah Ny N tampak tidak terkunci,
Pagar SLB tampak sering
terbuka,Siswa siswa di SLB tampak
bermain dengan berlebihan A:
Masalah resiko cidera belum teratasi
secara konsisten P: Intervensi Resiko
cidera dilanjutkan oleh keluarga dan
guru SLB kasih ummi
dihentikan
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Salah satu contoh retardasi mental kerusakan otak yaitu anak
deteksio, dengan ciri-ciri anak mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berfikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata- kata.
Menurut peneliti hasil pengkajian anak retardasi mental terhadap An.M dan
An W sesuai dengan teori. Anak retardasi mental memiliki gangguan
kognitif, khususnya pada kedua partisipan sama sama memiliki gangguan
perkembangan retardasi mental sedang, dengan memiliki IQ yang berkisar
antara 35-40 sampai 50-55, serta memiliki keterbatasan lainnya seperti
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan sosial.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang peneliti temukan pada An.
M mengalami gangguan perkembangan setelah terjatuh pada usia 3 bulan
sampai sekarang, Ny N telah berusaha melakukan berbagai terapi pada anak
M. Riwayat kesehatan dahulu yang peneliti temukan pada An. W mengalami
gangguan perkembangan sejak lahir sampai sekarang, An. W pernah
mengikuti terapi satu kali, karena kesulitan ekonomi keluarga.
Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa
radang dari otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukup
pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir
belum cukup umur dan keracunan.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga An. M dan An. W sama- sama
tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan perkembangan.
Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu kelompok retardasi mental genetik.
Retardasi mental genetik adalah keterbelakangan mental akibat kelainan
faktor keturunan.
Lingkungan sehari- hari pada An. W Rumah Ibu N tampak tidak rapi, tidak
terdapat pagar rumah, interaksi dengan tetangga cukup baik.
Hasil pemeriksaan fisik pada An. M tidak memiliki gangguan cara berjalan,
rambut tampak tidak rapi, Rongga mulut tidak bersih, terdapat karies, kuku
jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari kaki tampak panjang dan
kotor. Pemeriksaan fisik pada An. W tidak memiliki gangguan cara
berjalan, rambut tampak kering dan tidak rapi, wajah An. W sering tampak
kebingungan, rongga mulut tidak bersih, gigi jarang, telinga kotor, kuku
jari tangan terlihat kotor, kuku jari kaki terlihat kotor
Hasil pengkajian kebiasaaan sehari- hari pada An. M mandi masih kurang
bersih den sering bermain air ketika mandi, aktivitas bermain bersama
saudara/ teman di dalam rumah. Kebiasaan sehari- hari pada An. W dapat
makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah dan mulut yang agak
berlepotan, belum bisa melakukan personal hygiene yang efektif secara
mandiri,aktivitas bermain bersama saudara/teman didalam rumah dan
kadang kadang diluar rumah
.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Salah satu contoh retardasi mental kerusakan otak yaitu anak
deteksio, dengan ciri-ciri anak mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berfikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata- kata.
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
SLB meminta agar menutup pagar sekolah jika ada yang keluar masuk,
Guru SLB meminta mengawasi anak anak agar tidak bermain dengan
berlebihan, Pagar sekolah tampak tertutup
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 An.M
dengan retardasi mental sedang dan partisipan 2 An. W dengan retardasi
mental sedang di SLB Kasih Ummi Kota Padang, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada An.M didapatkan anak memiliki IQ 50, serta
memiliki keterbatasan lainnya seperti berbicara dan bahasa,
keterampilan merawat diri, keterampilan sosial dan An.W didapatkan
didapatkan anak memiliki IQ 48, serta memiliki keterbatasan lainnya
seperti berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan
sosial.
2. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul
pada An. M dan An.W, yaitu: Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif, Gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon, Kesiapan peningkatan koping keluarga,
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada An.M dan An.W yaitu bimbingan antisipatif,
manajemen perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan
perkembangan: anak, latihan kontrol impuls, pendidikan orangtua:
keluarga yang membesarkan anak, peningkatan koping, peningkatan
keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, mendengar aktif, latihan
memori, bantuan perawatan diri, manajemen lingkungan: keselamatan,
pencegahan jatuh.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 28
Maret- 6 April 2018. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
116
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Keluarga
Saran peneliti bagi keluarga agar lebih memperhatikan kebutuhan
dalam meningkatkan perkembangan anak seperti: alat permainan yang
dapat meningkatkan kemampuan personal sosial, motorik halus,
motorik kasar, bahasa dan perlu adanya kerjasama antar anggota
keluarga serta menfasilitasi kegiatan dan lingkungan sekitar anak yang
118
3. Peneliti selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperhatikan
masalah yang dialami anak dengan retardasi mental khususnya dalam
perkembangannya meliputi kemampuan personal sosial, adaptif
motorik halus, bahasa, motorik kasar dan mampu bekerja sama dengan
baik dengan keluarga dan guru agar implementasi keperawatan yang
dijalankan dapat terlaksana dengan baik.
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku ajar: keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Perendrawati, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Sosiodrama Terhadap Keterampilan
Komunikasi Non Verbal Pada Anak Retardasi Mental Ringan Di SLB X
Kota Cirebon. 26 Desember 2017.
https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-bookmark&q=Jurnal+pen
atalaksanaan+keperawatan+retardasi+mental+2015&oq=Jurnal+penatalaksa
naan+keperawatan+retardasi+mental+2015&aqs=mobile-gws-lite
Perry & Potter 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Praptono, dkk. 2017. Anak Berkebutuhan Khusus SPIRIT Edisi 1 . Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Journal of Maternal and Child Health. 2017. Factor Affecting the Occurrence of
Mental Disability in Ponorogo District, East Java. 3 Januari 2018
http://www.thejmch.com/index.php?journal=thejmch&page=article&op=do
wnload&path%5B%5D=62path%5B%5D=67
Sari, S. P. (2017). Jempol Mahasiswa Rancangan Program Tingkatkan Motorik
Halus Anak Tunagrahita. 14 Desember
2017.
https://news.okezone.com/read/2017/08/25/65/1762937/jempol-mahasiswa-
rancang-program-tingkatkan-motorik-halus-anak-tunagrahita
SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1 . Jakarta: Tim
Pokja SDKI DPP PPNI
Sekolah Luar Biasa Kasih Ummi Kota Padang. 2017. Data Siswa SLB Kasih
Ummi Kota Padang 2017. Padang: SLB Kasih Ummi
Soetjiningsih, Ranuh Gde. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D . Bandung:
Alfabeta
Suryani, Eko & Badi’ah, Atik. Katalog Dalam Terbitan. Asuhan Keperawatan
Anak Sehat & Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016. Tentang Penyandang
Disabilitas.14 Desember 2017. http://www.kemendagri.go.id/media/docu
ments/2016/05/11/u/u/uu_nomor8_tahun_2016.pdf
Utaminingsih, W. R. 2015. Menjadi Dokter Bagi Anak Anda Mengenali &
Mencegah Sedini Mungkin Serangan Penyakit & Gangguan Kesehatan
pada Anak. Yogyakarta: Cakrawala ilmu
WHO. 2013. Disability In the South East Asian Region. Geneva: WHO.
Wong, D.L, dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
Wardani, Retno Hamidah, Azza, Awatiful & Komarudin. (2015). Jurnal
Keperawatan Fikes Umj. Pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri
terhadap kemandirian perawatan diri anak retardasi mental di SDLB-C TPA
Genogram
Ket :
: Laki-laki O: Perempuan
©/ : Klien
/O :
Meninggal
: Menikah
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG
Poltekkes Kemenkes Padang
DPT
Polio
Hepatitis B Lengkap sesuai usia
Campak
Kesimpulan :
An. R mengalami keterlambatan perkembangan
: tidak bersih
: ada karies gigi
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
kotor
Keluarga Bpk. A mengharapkan anak M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri seperti
orang normal pada umumnya. Keluarga bapak A juga mengharapkan agar petugas kesehatan
dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga
(HABIBI)
Nama lengkap & tanda tangan
Nama Klien : An M
Nama Klien : An M
Nama Klien : An M
Diagnosis Intervensi Keperawatan
No
Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif
tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling percaya
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Bantu klien memutuskan
dengan keperawatan diharapkan bagaimana masalah dipecahkan
inkonsistensi perkembangan anak: usia 3. Bantu klien beradaptasi dengan
anak pertengahan adekuat, adanya perubahan peran
respon
dengan kriteria hasil: 4. Jadwalkan peninjauan kembali
1. Menunjukkan untuk mengevaluasi keberhasilan
kreatifitas (4) atau kebutuhan penguatan
2. Menunjukkan 5. Libatkan keluarga dan orang orang
kemampuan pada terdekat klien
tingkat mampu di b. Manajemen perilaku
sekolah (4) 1. Konsultasikan dengan
keluarga dalam rangka
Keterangan: (4) : mendapatkan informasi mengenai
Sering kondisi kognisi dasar anak
menunjukkan 2. Atur batasan bersama anak
3. Tahan diri dari mendebat atau
melakukan tawar menawar pada
anak untuk menetapkan batasan
Keterangan:
(5) : Secara konsisten
Menunjukkan
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : An M
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi kesiapan
peningkatan koping keluarga
dilanjutkan
Jum’at/ 1. Melakukan demonstrasi 6 Subjektif:
30 maret langkah cuci tangan bersama Ny N mengatakan akan menerapkan
2018 Ny N, anak M dan adik 6 langkah cuci tangan pakai sabun
adiknya bersama keluarga, Ny N meminta
2. Evaluasi kemampuan anak M video demonstrasi beserta lagu untuk
bersama keluarga dalam demonstrasi 6 langkah cuci tangan
mendemonstrasikan 6 langkah Objektif:
cuci tangan Ny N dan anak M tampak bisa
3. Memberikan pujian kepada melakukan cuci tangan pakai sabun
Anak M mengulang 6 langkah dengan 6 langkah, Ny N dan anak M
cuci tangan tampak senang ketika
4. Memonitor keterlibatan mendemonstrasikan 6 langkah cuci
anggota keluarga dalam tangan pakai sabun secara bersama
demonstrasi 6 langkah cuci Analisis Tujuan:
hubungan sosial
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Objektif:
Peralatan rumah tangga Ny N
tampak terbuat dari kaca, plastik dan
besi, Alas kaki anak M tampak licin
Analisis Tujuan:
Masalah resiko cidera belum teratasi
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi resiko cidera dilanjutkan
Jum’at/ 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
30 maret sekitar anak M Ny N mengatakan agak tenang dengan
2018 2. Memodifikasi lingkungan lingkungan rumah
untuk meminimalkan risiko
cedera Objektif:
Peralatan rumah tangga Ny N di
letakkan di tempat yang tidak mudah
di jangkau anak M, Pagar rumah Ny
N tampak terkunci
Analisis Tujuan:
Masalah resiko cedera
teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Poltekkes Kemenkes Padang
Intervensi dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
maret sekitar anak M Ny N meminta agar ikut membantu
2018 menutup dan mengunci pagar rumah
jika ada anggota keluarga keluar dan
masuk rumah, Guru SLB meminta
agar menutup pagar sekolah jika ada
yang keluar masuk, Guru SLB
meminta mengawasi anak anak agar
tidak bermain dengan berlebihan
Objektif:
Pagar rumah Ny N tampak tidak
terkunci, Pagar SLB tampak sering
terbuka, Siswa siswa di SLB tampak
bermain dengan berlebihan
Analisis Tujuan:
Masalah resiko cedera belum teratasi
secara optimal
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi resiko jatuh dilanjutkan
Alkohol Tidak
e. Intranatal
Tanggal persalinan 18 september 2005
BBL / PBL 3.100 gr / 50 cm
Usia gestasi saat lahir 36 mg
Tempat persalinan Klinik Bersalin
Penolong persalinan Bidan
Jenis persalinan Alat vacuum
Penyulit persalinan ada, sebutkan “bayi susah keluar”
f. Post natal (24 jam)
Pemberian Vit K Ada
Koord. reflek hisap dan reflek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
: Laki-laki
O : Perempuan
©/ : Klien
: Menikah
: Saudara
: Tinggal seruma
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG
DPT
Polio Lengkap sesuai usia
Hepatitis B
Campak
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Usia anak saat :
9. Berguling 8 bulan
10. Duduk 10 bulan
11. Merangkak 12 bulan
12. Berdiri 20 bulan
13. Berjalan 2 tahun
14. Tersenyum pertama kali pada orang tua 4 bulan
15. Bicara pertama kali (satu kosa kata) 3 tahun kata yang di ucapkan
“ibu”
16. Berpakaian tanpa bantuan 6 tahun
Kesimpulan :
An. M mengalami keterlambatan perkembangan
N.
Denah Rumah Ny J
A
P
U
2. Sampah : di bakar
3. Jamban : di dalam rumah
4. Pekarangan : sempit dan telah di beton
5. Sumber air : PDAM
6. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : jarang sekali
7. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW
Lingkungan An.W tinggal terbilang cukup sepi karena rumah berjarak agak jauh antara
rumah satu dengan yang lainnya. Disekitar tempat tinggal An.W juga terdapat banyak
anak anak usia sekolah. Masyarakat tempat An.W terlihat rukun.
8. Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Bapak S biasanya berkumpul setiap lebaran,interkasi dengan tetangga cukup
baik, tetangga sering berkunjung kerumah untuk mengobrol dan teman-teman dari An.W
sering main kerumah untuk bermain dengan An.W. An. W juga sering bermain keluar
rumah bersama teman- temannya
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : 15
b. Tanda Vital Suhu : 37oC RR : 24 x/m HR : 83 x/m
e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : tidak anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema
Data lain : Mata terlihat bersih
f. Hidung Letak : Simetri
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Data lain : Fungsi penciuman baik
g. Mulut Gigi : 212 212 212
Kebersihan rongga mulut Data lain : 212 tidak
: bersih
Gigi jarang
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Kotor
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak ada tarikan dinding dada, pergerakan
dinding dada saat inspirasi dan eskpirasi sama
Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler
Palpasi :
Perkusi :
Lingkar dada : 50 cm
- Jantung Inspeksi : iktus kordis terlihat
Palpasi
Perkusi
k. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi abdomen (-), tidak ada nyeri tekan
Lingkar perut : 57 cm
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban : Lembab
Warna : Merah muda
Data lain : kulit an. W terlihat bersih
m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : 20 cm
Atas Capillary refill : < 3 dtk
Data lain yang ditemukan : Kuku jari tangan terlihat kotor
Poltekkes Kemenkes Padang
n. Ekstremitas Kuku jari kaki terlihat kotor
Bawah
o. Genitalia dan Bentuk : Normal
anus Ukuran penis : Normal
ANALISIS DATA
Nama Klien : An W
Nama Klien : An W
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Tanda Tangan
Muncul
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan 28 maret 2018
dengan inkonsistensi respon
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga 28 maret 2018
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan 28 maret 2018
dengan hambatan individu dalam hubungan
sosial
4. Defisit perawatan diri 28 maret 2018
5. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan 28 maret 2018
fungsi kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : An W
Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
NOC NIC
keluarga
17..Identifikasi kesulitan
koping anak dengan
anggota keluarga
18. Identifikasi kekuatan dan
kemampuan anak
dengan anggota keluarga
19..Informasikan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan kondisi
anak pada anggota
keluarga
20..Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan
hubungan keluarga yang
sesuai
c. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:
1..Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga
2..Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
3..Identifikasi sifat
dukungan spiritual bagi
keluarga
4..Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan
keluarga
5..Berikan sumber spiritual
untuk keluarga, sesuai
kebutuhan
6..Libatkan anggota
keluarga dan anak dalam
membuat keputusan
terkait perawatan
7..Bantu kelurga untuk
mendapatakan
pengetahuan,
keterampilan dan alat
yang diperlukan untuk
mendukung keputusan
mereka terhadap
perawatan anak
3 Gangguan komunikasi a. Orientasi kognitif a. Mendengar aktif
verbal berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
hambatan individu dalam keperawatan diharapkan 1..Buat tujuan interaksi
hubungan sosial dapat melakuakan orientasi 2..Tunjukkan
kognitif, dengan kriteria ketertarikan pada anak
hasil: 3..Gunakan pertanyaan
maupun pernyataan yang
1. Mengidentifikasi mendorong klien untuk
diri sendiri (5) mengekspresikan
2. Mengidentifikasi perasaan, pikiran dan
Nama Klien : An W
Poltekkes Kemenkes Padang
Diagnosis : Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Membangun hubungan saling Subjektif :
maret percaya bersama keluarga Ny J Ny J mengatakan An. W mulai
2018/ dan An. W mengalami keterlambatan sejak
11.30 2. Melakukan informed concent lahir, namun diketahui ketika usia
WIB bersama Ny J An. W 5 tahun, Ny J mengatakan
3. Melakukan kontrak waktu An. W akan mau aktif beraktivitas
4. Mengkaji riwayat tumbuh ketika ditemani, Ny J mengatakan
kembang anak An. W mampu berfikir tetapi susah
5. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengungkapkan
personal yang berdampak pada
keberhasilan program Objektif :
pendidikan Ny J menyetujui informed consent
6. Mengkaji dengan keluarga dan kontrak waktu, An. W tampak
dalam rangka mendapatkan diam dan malu malu saat
informasi mengenai kondisi memperkenalkan diri
kognisi dasar An. W
7. Mengatur batasan bersama An.
Analisis Tujuan :
W
Masalah gangguan tumbuh
8. Mengkaji tingkat Penerimaan
kembang belum teratasi
orangtua terkait dengan
perannya untuk menyediakan
perawatan Perencanaan Selanjutnya :
9. Berinteraksi personal dengan Intervensi gangguan tumbuh
An. W kembang dilanjutkan
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny J mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan
denganpenyandang disabilitas penyandang disabilitas intelektual,
intelektual Ny J mengatakan akan selalu
2. Mendiskusikan strategi dalam berusaha untuk menunjang
mengelola perilaku anak perkembangan An. W Objektif:
3. Memotivasi orang tua untuk Ny J tampak mengikuti pemberian
mencoba strategi berbeda dalam materi cara berinteraksi dengan
mengasuh anak penyandang disabilitas dengan
4. Memonitor interaksi keluarga seksama
dengan anak M Analisis Tujuan:
Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Jum’at/ 1. Mengatur batasan bersama Subjektif:
30 maret anak Ny J mengatakan akan menerapkan
2018 2. Menggunakan suara bicara 6 langkah cuci tangan bersama
yang lembut dan rendah keluarga Objektif:
3. Menyediakan media An. W tampak bisa melakukan 6
dalam langkah cuci tangan dengan benar
bentuk video untuk melakukan secara mandiri, An. W tampak
demonstrasi 6 langkah cuci
tangan
4. Melakukan
demonstrasi 6
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Diagnosis : Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi kebutuhan Subjektif :
maret keamanan anak berdasarkan fungsi Ny J mengatakan An. W pernah
2018/ fisik dan kognitif serta riwayat memiliki riwayat cidera karena
15.00 perilaku di masa lalu 2. pembullyan dari teman teman An.
WIB Mengidentifikasi hal- hal yang W, Ny J mengatakan takut jika An
membahayakan di lingkungan anak W bermain sendirian
3. Mengidentifikasi kekurangan
baik kognitif atau fisik dari anak
Objektif :
yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh pada lingkungan An.W tampak sering kebingungan,
anak An. W tampak berjalan normal,
4. Mengidentifikasi perilaku dan Rumah An W berdekatan dengan
faktor yang mempengaruhi jalanan umum
risiko jatuh
5. Mengkaji ulang riwayat jatuh Analisis Tujuan :
bersama dengan anak dan Risiko cidera belum teratasi
keluarga
6. Mengidentifikasi karakteristik Perencanaan Selanjutnya :
dari lingkungan yang mungkin Intervensi risiko cidera dilanjutkan
meningkatkan potensi jatuh
7. Monitor gaya berjalan