Anda di halaman 1dari 200

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI


MENTAL DI SLB KASIH UMMI KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
HABIBI
NIM : 153110172

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2018
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI


MENTAL DI SLB KASIH UMMI KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI Padang sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
HABIBI
NIM : 153110172

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2018

i
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih
Ummi Kota Padang Tahun 2018”. Shalawat beriring salam peneliti sampaikan
kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan penelitian, Sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Anak M dan Anak W beserta keluarga partisipan yang telah bersedia
bekerja sama dalam penelitian
2. Ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, M. Kep selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Delima, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing II yang telah mengarahkan
membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep, M.Kep selaku penguji I yang telah
bersedia menguji, mengarahkan dan memberikan masukan dalam
membuat karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Hj. Tisnawati, S.St., M.Kes selaku penguji II yang telah bersedia
menguji, mengarahkan dan memberikan masukan dalam membuat karya
tulis ilmiah ini.
6. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, MSi selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
7. Kepala Sekolah beserta staf SLB Kasih Ummi Kota Padang yang telah
mengizinkan dan membantu dalam penelitian

8. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan


Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
9. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrerian Kesehatan RI
Padang
10. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
11. Teristimewa kepada orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun
12. Rekan- rekan seperjuangan Bp 2015 keperawatan, serta para sahabat dan
penyemangat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis menyelesaikan ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah mambantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Padang, Juni 2018

Peneliti

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
Nama : Habibi
Tempat/ Tanggal Lahir : Pariaman, 31 Oktober 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin

Nama Orang Tua


Ayah : Zunumar
Ibu : Yarni
Alamat : Dusun Kajai, Desa koto Marapak,
Kecamatan
Pariaman Timur, Kota Pariaman
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
Tk Adzkia 2002-2003
SDN N0 24 Koto Marapak 2003-2009
MTsN Thawalib Padusunan 2009-2012
MAN 1 Koto Baru Padang Panjang 2012-2015
POLTEKKES KEMENKES RI 2015- 2018
PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG JURUSAN


KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

HABIBI

“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih


Ummi Kota Padang Tahun 2018“

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
Isi: xii + 118 halaman, 6 tabel, 8 lampiran
Abstrak
Anak dengan retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif & sosial. Anak
sering mengalami kebingungan, pendiam, penyendiri, hygiene kurang, kesulitan
komunikasi, lambat dalam bergerak sehari- hari. 53% anak berkebutuhan khusus
di Indonesia tergolong retardasi mental. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan
asuhan keperawatan anak retardasi mental di SLB Kasih Ummi Kota Padang.
Desain penelitian adalah Deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
dilakukan tanggal 28 Maret sampai 6 April 2018. Populasi penelitian 8 anak
dengan 2 orang sampel, menggunakan teknik purposive sampling. Instrument
pengumpulan data digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, pengukuran, wawancara, dan studi
dokumentasi. Analisis penelitian adalah membandingkan hasil penelitian dengan
teori. Hasil penelitian kedua partisipan menunjukkan adanya tanda dan gejala yang
sama, perbedaan pada partisipan satu memiliki IQ 50 sedangkan partisipan dua
memiliki IQ 48. Diagnosa keperawatan risiko cidera, gangguan tumbuh kembang,
kesiapan peningkatan koping keluarga, gangguan komunikasi verbal, defisit
perawatan diri. Tindakan keperawatan: bimbingan antisipatif, manajemen
perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan perkembangan anak, latihan kontrol
impuls, pendidikan keluarga membesarkan anak, peningkatan koping, peningkatan
keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, latihan memori, bantuan perawatan diri,
manajemen lingkungan: keselamatan. Evaluasi keperawatan kedua partisipan
menunjukkan hasil yang sama. Disimpulkan bahwa anak retardasi mental perlu
diberikan terapi dan latihan secara mandiri terus menerus, dengan dibutuhkannya
peran keluarga dan lingkungan sekitar. Disarankan kepada SLB agar menyediakan
fasilitas bermain dan fasilitas mencegah resiko cedera. Bagi keluarga agar
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak, dan kerjasama anggota keluarga
serta menfasilitasi kegiatan dan lingkungan sekitar, untuk peneliti agar
memperhatikan aspek perkembangan anak.

Kata Kunci (Key Word) : asuhan keperawatan, retardasi mental Daftar


Pustaka : 35 (2007-2018)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
HALAMAN ORISINALITAS ...................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C.
Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Konsep Dasar Retardasi Mental ........................................................... 7
1. Definisi Retardasi
Mental .............................................................. 7 2. Penyebab
Retardasi Mental ............................................................ 7
3. Klasifikasi Retardasi Mental .......................................................... 9
4. Gejala Klinis .................................................................................. 13
5. Pemeriksaan Penunjang Retardasi Mental ..................................... 17 6.
Patofisiologi Retardasi Mental ....................................................... 20
7. WOC Retardasi Mental .................................................................. 21
8. Komplikasi Retardasi Mental......................................................... 22
9. Penatalaksanaan Retardasi Mental ................................................. 22
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Retardasi Mental ......................... 24
1. Pengkajian
Keperawatan ................................................................ 24 2. Diagnosa
Keperawatan .................................................................. 28 3. Rencana
Keperawatan .................................................................... 29 4.
Implementasi Keperawatan ............................................................ 72
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 72
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 73
A. Desain Penelitian ................................................................................. 73
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 73
C. Populasi dan Sampel ............................................................................
73 D. Jenis-jenis
Data .................................................................................... 74 E. Alat/
Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 74 F.
Cara Pengumpulan Data ...................................................................... 75
G. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................
77 H. Prosedur
Penelitian .............................................................................. 78
I. Rencana Analisis .................................................................................. 79
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KASUS ......................................... 80

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 80

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Pengkajian ....................................................................................... 80
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 83
3. Rencana Keperawatan ...................................................................... 85
4. Implementasi Keperawatan .............................................................. 87
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 93
B. Pembahasan Kasus ............................................................................... 95
1. Pengkajian ....................................................................................... 95
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 101
3. Rencana Keperawatan ...................................................................... 105
4. Implementasi Keperawatan .............................................................. 106
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 112
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 116

A. Kesimpulan .......................................................................................... 116


B. Saran .................................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan ............................................................. 29

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................... 80

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................. 83

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan ................................................................. 85

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan ............................................................ 87

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................... 93

DAFTAR LAMPIRAN

x
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 1. Ganchart

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat

Lampiran 4. Lembar Konsul KTI Pembimbing I

Lampiran 5. Lembar Konsul KTI Pembimbing II

Lampiran 6. Informed Consent

Lampiran 7. Jadwal Kunjungan

Lampiran 8. Asuhan Keperawatan

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan bagian
dari anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak
dengan disabilitas sama halnya dengan anak lainnya, yaitu upaya
pemenuhan kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh
yang dapat diperoleh melalui upaya di bidang kesehatan maupun
pendidikan dan sosial (Suryani dan Badi’ah).

Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan masalah yang


dialami anak, sangat membutuhkan peran dari orang tua, keluarga, guru
sekolah dan perawat. Pengasuhan dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus. Masalah
pada anak berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain tunarungu,
tunagrahita (Retardasi mental), tunanetra, tunadaksa, autisme (Praptono,
2017).

Anak dengan masalah retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif


maupun sosial. Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang
muncul pada masa kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi
yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai
keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif:
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan,
keterampilan sosial, penggunaan sumber-sumber komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja
(Betz dan Sowden, 2009).

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Berdasarkan data yang didapatkan dalam Journal of Maternal Child Health


(2017) Hampir 83 juta penduduk dunia diperkirakan mengalami
keterbelakangan mental (World Health Organization , 2013). Sekitar
seperempat dari kasus disebabkan oleh kelainan genetik dan 5% dari kasus
diwarisi dari orang tua. Sekitar 95 juta orang mengalami disabilitas di
tahun 2013 yang penyebabnya tidak diketahui (Global Burden of Disease
Study 2013 collaborators, 2015).

Berdasarkan data dari kemdikbud 2017, sebanyak 121.244 anak


merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK). Angka tersebut diantaranya
ada 64.403 anak kelompok tunagrahita atau retardasi mental.

Data Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat (2017) didapatkan jumlah


anak berkebutuhan khusus mencapai 6.133 orang. Rinciannya, 124
tunanetra, 897 tunarungu, 3.437 tunagrahita, dan 195 tunadaksa. Selain itu,
128 tunalaras, 798 autis, 159 Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) , dan 395 orang kesulitan belajar. Data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 didapatkan Jumlah anak prasekolah
dengan kelainan tumbuh kembang sebanyak 787 orang anak di Provinsi
Sumatera Barat.

Dampak retardasi mental pada anak dapat dilihat dalam keterampilan


gerak dan fisik yang kurang sehat kesulitan dalam komunikasi kemampuan
menolong diri sendiri, bersosialisasi, berinteraksi dengan teman, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, perawatan diri kurangnya perasaan
dirinya terhadap situasi dan keadaan disekelilingnya untuk memenuhi
kelemahan hal kemampuan motorik halusnya (Yuemi dan Mundakir,
2015). Dampak retardasi mental terhadap reaksi orang tua dalam
penelitian Na’imah, dkk (2017) adalah perasaaan shock, mengalami
goncangan batin, terkejut dan kurang menerima keadaan anaknya. Orang
tua merasa khawatir tentang masa depan anak dan stigma yang melekat
pada anak. Berbagai masalah yang dialami orang tua yang memiliki anak
tunagrahita bisa menurunkan happiness dalam hidupnya. Keluarga yang
mempunyai anak dengan retardasi mental akan memberikan perlindungan
yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapatkan kesempatan
Poltekkes Kemenkes Padang
3

yang terbatas untuk mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan tingkat


perkembangannya. Semakin bertambahnya umur anak retardasi mental
maka para orangtua harus mengadakan penyesuaian terutama dalam
pemenuhan anak sehari- hari (Mutaqqin, 2008).

Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak, salah satunya seperti yang


dicantumkan dalam undang- undang nomor 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas pasal 5 ayat 3 yang berbunyi “Anak penyandang
disabilitas memiliki hak: b. Mendapatkan perawatan dan pengasuhan
keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh kembang secara optimal” .
Berdasarkan pasal tersebut yang dimaksud dengan “keluarga pengganti”
adalah orang tua asuh, orang tua angkat, wali, dan/ atau lembaga yang
menjalankan peran dan tanggung jawab untuk memberikan perawatan dan
pengasuhan pada anak. Salah satunya terdapat peran perawat dalam
memberikan perawatan dan pengasuhan pada anak.

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional


dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012). Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak
semaksimal mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan
khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Perawat memberi intervensi berdasarkan rencana asuhan keperawatan


untuk mengimplementasikan tindakan keperawatan yang meningkatkan,
mempertahankan, mengembalikan kesejahteraan, mencegah penyakit, dan
memfasilitasi rehabilitasi (O’brien, dkk, 2014). Pendekatan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi yang dapat diberikan kepada anak
dengan retardasi mental dalam penelitian Parendrawati, dkk (2015) adalah
dengan terapi bermain, terapi ini dilakukan dengan cara memberikan
palajaran berhitung, sosiodrama ataupun bermain jual beli. Berdasarkan
penelitian Yuemi dan Mundakir (2015) intervensi keperawatan yang
dilakukan pada anak dengan retardasi mental yaitu terapi okupasi:
Diorama gambar. Salah satu intervensi keperawatan dalam penelitian
Poltekkes Kemenkes Padang
4

Wulandari (2016) pada keluarga yang memiliki anak dengan retardasi


mental adalah terapi psikoedukasi keluarga.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 November 2017


di SLB Kasih Ummi Kota Padang didapatkan data siswa sebanyak 34
anak. Jumlah Anak yang mengalami retardasi mental sebanyak 27 siswa.
Kepala Sekolah SLB Kasih Ummi mengatakan siswa dengan retardasi
mental sering ingin mendapatkan perhatian lebih ketika ada tamu sekolah
yang datang, siswa dengan retardasi mental mengalami keterbatasan dalam
kecerdasan seperti: daya ingat lemah, kesulitan belajar, berhitung, menulis
dan membaca juga terbatas, serta siswa dengan retardasi mental juga
memiliki keterbatasan sosial seperti: dalam pergaulan anak tidak dapat
mengurus, memelihara dan memimpin diri secara baik. Peneliti juga
memperhatikan beberapa anak dengan retardasi mental tampak
kebingungan, pendiam, penyendiri, sering membuang sampah tidak pada
tempatnya, baju terlihat kotor, mulut tidak bersih, mengalami kesulitan
dalam berbicara dengan lancar, kuku terlihat panjang, dan lambat dalam
melakukan aktivitas/ bergerak sehari- hari.

Berdasarkan masalah anak dengan retardasi mental yang ditemukan pada


siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang dan data diatas peneliti berminat
melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi Kota Padang tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi
Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.

Poltekkes Kemenkes Padang


5

b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada anak dengan


retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.

D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif

a. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang Hasil


penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik
keperawatan. Diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian lebih lanjut
dengan metode dan tempat yang berbeda untuk asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental.

b. Institusi SLB Kasih Ummi Padang


Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan penerapan asuhan keperawatan anak pada anak
dengan retardasi mental.

2. Manfaat Pengembangan Keilmuan


a. Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan anak pada anak
dengan retardasi mental.

b. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang


diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian
selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Retardasi Mental


1. Defenisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa
kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah
normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan
bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden,
2009).

Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan


signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif
(keterampilan sosial dan praktis sehari-hari) sebelum usia 18 tahun
(Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga dikenal dengan
beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual,
disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse
(misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008),
tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental
(Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov, 2017).

2. Penyebab Retardasi Mental


Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada
sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui, hanya
saja 25% kasus yang memiliki penyebab spesifik.
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir

7
Poltekkes Kemenkes Padang
8

2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau


sesudah lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom
Angelman, sindrom Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma Lesch-Nyhan
10) Sindroma Rett
11) Sklerosis tuberosa
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital
4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan
baik)
Poltekkes Kemenkes Padang
9

f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada
ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi (Utaminingsih, 2015)

3. Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child
neurodevelopment: Application in daily practice :
a. Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55 sampai
70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40 sampai
50-55
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25 sampai
35-40

d. Retardasi mental sangat berat


Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20
atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan
Jika terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi mental.

(Solek, 2010)

Poltekkes Kemenkes Padang


10

Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental,


antara lain :

a. Kelompok retardasi mental genetik


Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan
yang disebabkan oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang
disebut aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut
mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut
deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein
pembentuk gen yang disebut translokasi

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti


berikut ini :

1) Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar,


lipatan kelopak mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol
keluar mulut, jari tangan pendek, telapak tangan lebar dan
tebal.
2) Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek,
dahi sempit, alat kelamin tidak berkembang normal.
3) Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat
kelaminnya tidak sempurna, buah dada membesar

4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata


kecil (mikro cephalis)
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata,
langit- langit bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan
melekat satu sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki,
adanya tumor kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah
berwarna kuning.
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola
mata satu sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi
Poltekkes Kemenkes Padang
11

rambut juga disertai kelumpuhan separuh anggota tubuh yang


berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa
radang dari otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan,
kurang cukupnya pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak
terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur, dan keracunan
Contoh anak yang mengalami retardasi mental kerusakan otak,
antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar
untuk berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi
tidak mampu menuliskannya atau menyampaikan dengan kata-
kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam
membilang dan menulis namun lancar untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam
mengenal benda melalui perabaan dan tidak mampu menulis
dan berhitung juga mampu membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam
memberi dan menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak
tuli dan tidak buta, tetapi lambat sekali dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
c. Retardasi mental fungsional
Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental
karena adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam
cara mengasuh atau faktor budaya. Sebab-sebab yang
menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
a) Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan
anak juga menjadi hiperaktif
b) Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil,
maka anak yang dilahirkan juga mudah tersinggung
c) Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan
tekanan mental
d) Ibu merokok
Poltekkes Kemenkes Padang
12

e) Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3


tahun, misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan
lain- lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/
ciri- ciri kerusakan otak minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami
retardasi mental. Contoh:
a) Menyendiri
b) Agresif
c) Nakal
d) Hiperkinetik
e) Autisme

(Iswari dan Nurhastuti, 2010)

Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental


Retardation adalah:

a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka


pendek selama fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut
diberikan dalam intensitas tinggi atau rendah.

b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu


diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja
atau transisi sekolah.

c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur


diperlukan untuk mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan
rumah atau kerja.

d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk


keamanan dan kesejahteraan.

Poltekkes Kemenkes Padang


13

4. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke
suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
a) Sindrom Cockayne
b) Sindrom Lowe
c) Galactosemia
d) Sindrom Down
e) Kretin
f) Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
a) Mukolipidosis
b) Penyakit Niemann- pick
c) Penyakit Tay-sachs
3) Korioretinitis
a) Lues Kongenital
b) Penyakit stimegalo virus
c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh
a) Lues kongenital
b) Sindrom hunter
c) Sindrom hurler
d) Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
a) Defisiensi glikogen sinthease
b) Hiperlisinemia
c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
I, III, IV dan VI
d) Phenyl ketonuria
e) Sindrom malabsorpsi methionine

Poltekkes Kemenkes Padang


14

2) Kejang masa neonatal


a) Arginosuccinic asiduria
b) Hiperammonemia I dan II
c) Laktik Asidosis
c. Kelainan Kulit
Bintik cafe-au-lait
1) Ataksia-telengiektasia
2) Sindrom bloom
3) Neurofibromatosis
4) Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
2) Rambut cepat memutih
a) Atrofi progresif serebral hemisfer
b) Ataksia telangiectasia
c) Sindrom malabsorpsi methionine
3) Rambut halus
a) Hipotiroid
b) Malnutrisi
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
a) Hidrosefalus
b) Mucopolisakaridase
c) Efusi subdural
f. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
g. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz

Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :

a. Retardasi mental ringan

Poltekkes Kemenkes Padang


15

1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Cara


berjalan, makan sendiri, dan berbicara lebih lambat dibandingkan anak
normal.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mampu mempelajari keterampilan, membaca serta mempelajari
aritmatika sampai ke tingkat kelas tiga-kelas enam dengan
pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial
sampai usia mental 8- 12 tahun normal.
b. Retardasi mental sedang
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Keterlambatan dapat dilihat pada perkembangan motorik, yaitu
cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan dalam berbagai
aktivitas menolong diri.

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan


Mampu mempelajari komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan
dan keamanan tingkat dasar serta keterampilan manual sederhana,
tidak mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika
secara fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental
normal.
c. Retardasi mental berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Keterampilan komunikasi kurang atau tidak ada, mampu berespon
terhadap pelatihan mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya
makan sendiri
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mempunyai sedikit pemahaman terhadap percakapan dan sedikit
merespon, mampu mengambil manfaat dari latihan kebiasaan yang
sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler normal.
d. Retardasi mental sangat berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Membutuhkan perawatan total.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Keterlambatan pada semua area perkembangan, menunjukkan
respon emosional dasar, mampi berespon terhadap latihan

Poltekkes Kemenkes Padang


16

keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang,


membutuhkan supervise ketat, usia mental mecapai usia mental
bayi muda normal.

(Wong, D, dkk, 2009)

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental


berdasarkan umur antara lain:

1) Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ


mayor
2) Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan,
gangguan penglihatan atau pendengaran

3) Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar


4) Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara
5) Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah
perilaku termasuk kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan
moptorik halus, menggunting, mewarnai, menggambar
6) School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah
perilaku (perhatian, kecemasan, nakal )

5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
Poltekkes Kemenkes Padang
17

3) Dicurigai kelainan yang luas


4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika

Poltekkes Kemenkes Padang


18

2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak

Poltekkes Kemenkes Padang


19

2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus
q. Urin asam vanililmandelik
1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic

(Behrman dan Kliegman, 2010)

6. Patofisiologi

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal,


perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom
(trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan sindrom
(distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] , dan gangguan
metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat
berhubungan dengan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta,
diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta masalah neonatal termasuk
meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab pascanatal mencakup
kondisi- kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan
degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X, sindrom down, dan
sindrom alkohol janin terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental.
Munculnya masalah-masalah terkait, seperti paralisis serebral, defisit
sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan retardasi
mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya
ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara
mandiri dalam komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan
sosial) (Betz dan Sowden, 2009).

Poltekkes Kemenkes Padang


20

(Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI, 2016 )

8. Komplikasi
a. Paralisis serebral
Poltekkes Kemenkes Padang
21

b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan

(Betz dan Sowden, 2009).

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional
dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus,
yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:

1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] ,


haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.

2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit


perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
b. Terapi Bermain

Poltekkes Kemenkes Padang


22

Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang


sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun,
karena perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua kurang
menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut. Dengan
demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih permainan
dan aktivitas olahraga yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun
kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang
sampai beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap
kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara,
pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai meliputi
suara musik yang bergerak, mainan yang diisi, bermain air,
menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang,
bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak
harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko makanan
atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk
berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung,
misalnya mendekap, memeluk, mengayun, berbicara kepada
anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan
anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan
merupakan mainan air yang baik;yang mendorong permainan
interaktif dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan
motoric, misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan
melempar. Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis
kancing yang berbeda dapat membantu anak mempelajari
keterampilan berpakaian.

Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar
memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang
mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt
digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan
tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada
Poltekkes Kemenkes Padang
23

ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi,


dan kesehatan anak (Wong, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian


Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian
tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak

sesuai dengan standar pencapaian tumbuh kembang.

c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan


tahapan perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti
hiperaktif,
gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan
diri atau kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis


dimensi kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan.
Pengkajian terdiri dari atas evaluasi komprehensif mengenai defisit dan
kekuatan yang berhubungan dengan keterampilan adaptif: komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di komunitas,
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan
bekerja. Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural
dan bahasa, perhatian, dan kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat
badan yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi
saat ini, status masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid,
perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan penglihatan, masalah-
masalah nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian fisik juga
Poltekkes Kemenkes Padang
24

meliputi pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis


spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang yang
mengalami sindrom down. Pengkajian Anak
a. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak kelahiran
antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka
orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh
kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua
sebaiknya mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada
anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat

Poltekkes Kemenkes Padang


25

hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan


maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau
tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,
ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa
antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan,
merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen.

i. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi
berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga
dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan
sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh
kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah
dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari
penyakitpenyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan
kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi lengkap.
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Poltekkes Kemenkes Padang
26

Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,53
tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih
dulu berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training (latihan
defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan dilakukan
secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian
makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,
kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam
tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini
dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi 6) Tanda-
tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
adalah sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
Poltekkes Kemenkes Padang
27

6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan


hambatan perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
8. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial
10. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual

3. Rencana Keperawatan Tabel 2.1


Rencana Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
Kaperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


28

1. Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:


perawatan kebersihan Kebersihan
diri Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan 1. Pertimbangkan budaya
Definisi keperawatan anak saat mempromosikan
Ketiadaan atau diharapkan perawatan aktivitas perawatan diri
kurangnya diri: kebersihan secara 2. Pertimbangkan usia anak
informasi mandiri, dengan kriteria saat mempromosikan
kognitif hasil: aktivitas perawatan diri
yang 3. Tentukan jumlah dan tipe
berkaitan 1. Mencuci tangan (5) terkait dengan bantuan
dengan 2. Mempertahankan yang diperlukan
topik kebersihan mulut (5) 3. 4. Fasilitasi anak untuk
tertentu Memperhatikan kuku menggosok gigi dengan
jari tangan (5) tepat
Gejala dan 4. Memperhatikan kuku 5. Monitor kebersihan kuku,
Tanda Mayor kaki (5) sesuai dengan kemampuan
Objektif 5. Mempertahankan merawat diri anak
penampilan yang rapi 6. Monitor integritas kulit
1. Tidak
anak
mampu mandi/ (5)
8. Jaga ritual kebersihan
mengenakan 6. Mempertahankan
7. Dukung orangtua/
pakaian/ kebersihan tubuh (5) keluarga berpartisipasi
makan/ ke
dalam ritual menjelang
toilet/ berhias Keterangan: tidur yang biasa dilakukan
secara mandiri (5) : Tidak terganggu dengan tepat
2. Minat
8. Berikan bantuan sampai
melakukan
c. Perawatan diri: anak benar- benar mampu
perawatan diri
makan merawat diri secara
kurang
Setelah dilakukan mandiri
tindakan b. Bantuan perawatan diri:
keperawatan pemberian makan
diharapkan perawatan Tindakan keperawatan:
diri:makan secara 1. Posisikan anak dalam
mandiri, dengan kriteria posisi makan yang nyaman
2. Dukung anak untuk makan
hasil:
di ruang makan
3. Berikan alat - alat yang
1. Menggunakan bisa memfasilitasi anak
alat makan (5) untuk makan sendiri
2. Menaruh 4. Gunakan cangkir dengan
makanan pada alat pegangan yang besar, jika
makan (5) 3. Menaruh
makanan di
mulut (5)
4. Menghabiskan
makanan (5)

Poltekkes Kemenkes Padang


29

Keterangan: diperlukan
(5) : Tidak terganggu 5. Gunakan alat makan dan
gelas yang tidak mudah
pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan penanda sesering
mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan
tepat.

2. Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif


tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling
berhubungan Setelah dilakukan percaya
dengan tindakan 2. Instruksikan klien
efek keperawatan mengenal perilaku dan
ketidakmamp diharapkan perkembangan dengan
uan fisik perkembangan cara yang tepat
anak: usia anak 3. Bantu klien memutuskan
Definisi pertengahan adekuat, bagaimana masalah
Kondisi dengan kriteria hasil: dipecahkan
individu 1. Bermain 4. Bantu klien beradaptasi
mengalami berkelompok dengan adanya perubahan
gangguan peran
(4-5)
kemampuan 5. Jadwalkan kunjungan
2. Mengembangkan terkait dengan
bertumbuh dan
persahabatan (4-5) perkembangan situasi dan
berkembang
sesuai dengan 3. Menunjukkan strategi yang tepat
kelompok usia kreatifitas (4-5) 6. Jadwalkan peninjauan
4. Menunjukkan kembali untuk
kemampuan pada mengevaluasi keberhasilan
Gejala dan
tingkat mampu di atau kebutuhan penguatan
Tanda Mayor
sekolah (4-5) 7. Libatkan keluarga maupun
Objektif orang orang terdekat klien
1.Tidak jika memungkinkan
Keterangan: (4) :
mampu
Sering b. Manajemen perilaku
melakukan
menunjukkan (5) : 1. Komunikasikan harapan
keterampilan
Secara Konsisten bahwa anak dapat tetap
atau perilaku
menunjukkan mengontrol perilakunya
khas sesuai
2. Konsultasikan dengan
usia
keluarga dalam rangka
2.Pertumbuhan b. Perawatan diri:
mendapatkan informasi
fisik terganggu Aktivitas Sehari-
mengenai kondisi kognisi
Gejala dan hari dasar anak
Setelah dilakukan
Tanda Minor 3. Atur batasan bersama
tindakan keperawatan
Objektif diharapkan perawatan anak
1.Tidak diri: aktivitas sehari- 4. Tahan diri dari mendebat
mampu hari secara mandiri, atau melakukan tawar
melakukan dengan kriteria hasil: menawar pada anak untuk
perawatan diri
1. Makan (5)
Poltekkes Kemenkes Padang
30

sesuai usia 2. Memakai baju (5) menetapkan batasan


2.Afek datar 3. Ke toilet (5) perilaku
3.Respon 4. Mandi (5) 5. Gunakan suara bicara
sosial lambat 5. Berpakaian (5) yang lembut dan rendah
4.Kontak mata 6. Kebersihan (5) 6. Jangan memojokkan anak
terbatas 7. Hindari mendebat anak
7. Kebersihan mulut (5)
5.Nafsu makan 8. Acuhkan perilaku yang
menurun tidak tepat
Keterangan:
6.Lesu 9. Berikan penghargaan
(5) : Tidak terganggu
apabila anak dapat
mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak
mengidentifikasi masalah
dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8. Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan

Poltekkes Kemenkes Padang


31

d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan caregiver
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Mengakui tingkat
ketergantungan anak
terhadap caregiver, sesuai
dengan kebutuhan
3. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang telah
dilakukan
4. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
5. Monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
berkaitan dengan anak
6. Menyediakan informasi
mengenai anak sesuai
dengan apa yang menjadi
keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
8. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang dimilki
caregiver kepada anak
9. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak
1. Bangun hubungan
saling percaya dengan
anak
2. Lakukan interaksi
personal dengan anak
3. Identifikasi
kebutuhan unik setiap
anak dan tingkat
kemampuan adaptasi
yang diperlukan
4. Bangun hubungan
saling percaya dengan
orang tua
Poltekkes Kemenkes Padang
32

5. Ajarkan orang tua

mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan
kepada orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10. Sediakan aktivitas
yang mendukung interaksi
diantara anak anak
11. Dukung anak
untuk mengekspresikan
diri melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12. Peluk anak
dan nyamankan anak saat
anak merasa sedih
13. Bangun suasana
yang aman bagi anak
untuk belajar dan
bereksplorasi
14. Ajarkan anak
untuk mencari bantuan
dari orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15. Bantu anak untuk
belajar mandiri
16. Sediakan
kesempatan bermain
puzzle
17. Ajarkan anak
untuk menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan
Poltekkes Kemenkes Padang
33

pembelajaran dengan
mendukung anak

menebak apa yang akan


terjadi dan berikan
kesempatan anak untuk
memberikan pilihan yang
memungkinkan, dan
sebagainya
19. Berikan kesempatan
dan mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor
pemberian regimen
pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan
masalah yang tepat sesuai
dengan tingkat
perkembangan anak dan
fungsi kognitif
2. Bantu anak untuk
mengidentifikasi masalah
atau situasi yang
membutuhkan tindakan
yang menguras pikiran
3. Ajari anak untuk
melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara
impulsif
4. Bantu anak
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan
6. Bantu anak untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang
sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif
terhadap usaha yang
berhasil
8. Bantu anak untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


34

menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda

g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai dengan
usia anak
2. Rancang program
pendidikan yang
didadasarkan pada
kekuatan keluarga
3. Libatkan orang tua dalam
desain dan isi yang ada
dalam program
pendidikan
4. Identifikasi factor-faktor
personal yang berdampak
pada keberhasilan
program pendidikan
(misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman
negatif dengan penyedia
layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen waktu,
masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya
minat)
5. Identifikasi adanya
pemicu stress keluarga
(misalnya, depresi
orangtua, kecanduan
narkoba, alkohol,
kesadaran/ kecakapan
berbahasa, tingkat
pendidikan yang rendah,
kekerasan dalam rumah
tangga, konflik
perkawinan, percampuran
keluarga setelah
perceraian, dan hukuman
yang berlebihan pada
anak-anak)
6. Identifikasi tugas
perkembangan atau tujuan
yang sesuai untuk anak
7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
Poltekkes Kemenkes Padang
35

besar kelompok usia


8. Fasilitasi diskusi orangtua

terkait metode disiplin


yang ada, seleksi, dan
hasil yang diperoleh
9. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
10. Berikan
sumber informasi online,
buku, dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
anak
11. Berikan orangtua
bahan bacaan dan materi
lainnya yang akan
membantu dalam
melakukan peran
pengasuhan
12. Anjurkan
orangtua pentingnya diet
seimbang, makan tiga kali
sehari, dan makanan
ringan bergizi
13. Tinjau
masalah keamanan dengan
orangtua
14. Diskusikan cara
yang dapat digunakan
orangtua untuk membantu
anak dalam mengelola
kemarahan
15. Bantu
orangtua mengidentifikasi
kriteria evaluasi untuk
rawatan sehari hari dan
pengaturan sekolah
16. Identifikasi
dan mengajarkan orangtua
mengenai cara
menggunakan berbagai
strategi dalam mengelola
perilaku anak
17. Motivasi orangtua
untuk mencoba strategi
berbeda dalam mengasuh
Poltekkes Kemenkes Padang
36

anak
18. Gunakan teknik
bermain peran akan teknik

pengasuhan dan
keterampilan komunikasi
3 Ansietas a.Tingkat kecemasan: a. Bimbingan antisipatif
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan keperawatan 1..Bina hubungan
ancaman diharapkan tingkat saling percaya
terhadap kecemasan berkurang, 2..Instruksikan klien
konsep diri dengan kriteria hasil: mengenal perilaku dan
1. Mengeluarkan rasa perkembangan dengan
Defenisi: marah secara cara yang tepat
Kondisi emosi berlebihan (4) 2. 3..Bantu klien memutuskan
dan Rasa takut bagaimana masalah
pengalaman disampaikan secara dipecahkan
subyektif lisan (4) 4..Bantu klien beradaptasi
individu 3. Rasa cemas yang dengan adanya perubahan
terhadap objek disampaikan secara peran
yang tidak lisan (4) 5..Jadwalkan kunjungan
jelas dan terkait dengan
spesifik akibat Keterangan: perkembangan situasi dan
antisipasi (3): Sedang strategi yang tepat
bahaya (4): Ringan 6..Jadwalkan peninjauan
yang kembali untuk mengevaluasi
memungkinka b. Tingkat kecemasan keberhasilan atau kebutuhan
n sosial : penguatan 7..Libatkan
Setelah dilakukan keluarga maupun orang
individu orang terdekat klien jika
tindakan
melakukan memungkinkan
keperawatan
tindakan untuk diharapkan tingkat
menghadapi b. Konseling
kecemasan sosial Tindakan keperawatan:
ancaman berkurang, dengan 1..Bangun hubungan
kriteria hasil: terapeutik yang didasarkan
Batasan
1. Persepsi diri yang pada [rasa] saling percaya
karakteristik
negatif pada dan saling menghormati
: keterampilan sosial 2..Tunjukkan empati,
1)Merasa (4)
bingung kehangatan, dan ketulusan
2. Persepsi diri yang 3..Tetapkan lama hubungan
2)Merasa negatif terhadap konseling
khawatir penerimaan oleh 4..Tetapkan tujuan-tujuan
dengan akibat orang lain (4)
dari kondisi 3. 5..Gunakan teknik refleksi
Takut berinteraksi dan klarifikasi untuk
yang dihadapi dengan orang yang
3)Sulit memfasilitasi ekspresi
lebih unggul (5) yang menjadi perhatian
berkonsentrasi 4. Memperhatikan
4)Gelisah 6..Minta anak untuk
tentang penilaian mengidentifikasi apa yang
5)Sulit tidur orang lain setelah
6)Merasa tidak mereka bisa/tidak bisa
Poltekkes Kemenkes Padang
37

berdaya pertemuan sosial (5) lakukan terkait dengan


7)Kontak mata peristiwa yang terjadi
buruk Keterangan:
(4): Ringan

(5): Tidak ada 7..Tentukan bagaimana


c. Koping : perilaku keluarga
Setelah dilakukan mempengaruhi anak
tindakan keperawatan 8..Gunakan alat pengkajian
diharapkan manajemen (misalnya, kertas dan
koping meningkat, pensil, audiotape,
dengan kriteria hasil: videotape, latihan
1. Menyatakan perasaan interaksi dengan orang
akan kontrol diri (4) lain) untuk membantu
2. Menyatakan meningkatkan kesadaaran
penerimaan terhadap diri anak dan pengetahuan
situasi (4) konselor terhadap situasi,
3. Menyatakan butuh dengan cara yang tepat
bantuan (4) 9..Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
tepat
Keterangan :
10..Dukung penggantian
(4) : Sering
kebiasaan yang tidak
menunjukkan
diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan
d. Adaptasi terhadap c. Peningkatan Koping
Disabilitas fisik : Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan 1..Dukung hubungan [anak]
tindakan dengan orang yang
keperawatan memiliki ketertarikan dan
diharapkan kemampuan tujuan yang sama
beradaptasi terhadap 2..Bantu anak untuk
disabilitas fisik menyelesaikan masalah
meningkat, dengan dengan cara yang
kriteria hasil: kontruktif
1. Menyatakan 3..Berikan penilaian
secara lisan [kemampuan] penyesuaian
kemampuan untuk anak terhadap
menyesuaikan perubahanperubahan
terhadap disabilitas dalam citra tubuh, sesuai
(4) dengan indikasi
2. Menyampaikan 4..Berikan penilaian
secara lisan mengenai dampak dari
penyesuaian terhadap situasi kehidupan anak
disabilitas terhadap peran dan
(4) hubungan [yang ada]
3. Beradaptasi 5..Dukung anak untuk
terhadap keterbatasan mengidentifikasikan
secara fungsional (4) deskripsi yang realistis
terhadap adanya
Poltekkes Kemenkes Padang
38

4. Mengidentifikasi perubahan dalam peran


rencana untuk 6..Berikan penilaian mengenai
memenuhi aktivitas pemahaman
hidup harian (4)

Keterangan:
(4) Sering dilakukan

anak terhadap proses


penyakit
7..Berikan penilaian
dan diskusikan
respon alternatif
terhadap situasi [yang ada]
8..Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan
jaminan
9..Berikan suasana
penerimaan
10..Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan,
dan prognosis
11..Sediakan anak
pilihanpilihan yang
realistis mengenai aspek
perawatan
12..Dukung sikap [anak]
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
13..Evaluasi kemampuan
anak dalam membuat
keputusan
14..Cari jalan untuk
memahami
perspektif anak
terhadap situasi yang
penuh stress
15..Tidak mendukung
pembuatan keputusan saat
anak berada pada situasi
stress yang berat
16..Dukung kemampuan
mengatasi situasi secara
berangsur- angsur
17..Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu
Poltekkes Kemenkes Padang
39

hubungan
18..Dukung aktivitasaktivitas
sosial dan komunitas [agar
bisa
dilakukan]
19..Dukung [kemampuan
dalam] penerimaan
terhadap keterbatasan
orang lain

20..Kenali latar belakang


budaya/spiritual anak
21..Dukung penggunaan
sumber-sumber
spiritual, jika
diinginkan
22..Eksplorasi pencapaian
anak sebelumnya
23..Eksplorasi alasan anak
mengkritik diri
24..Konfrontasi terhadap
perasaan ambivalen anak
(kemarahan atau ditekan)
25..Tumbuhkan cara
penyaluran kemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27..Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28..Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi maslaah
kehidupan
29..Mengenalkan anak pada
seseorang (atau kelompok)
yang telah berhasil
melewati pengalaman
yang sama
30..Dukung penggunaan
mekanisme defensif yang
tepat
31..Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut

Poltekkes Kemenkes Padang


40

4 Kesiapan a. Koping keluarga a. Bimbingan antisipatif


peningkatan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
koping tindakan 1..Bina hubungan
keluarga keperawatan saling percaya
diharapkan manajemen 2..Instruksikan klien
Defenisi : Pola koping keluarga mengenal perilaku dan
meningkat, dengan perkembangan dengan
adaptasi kriteria hasil: 1. cara yang tepat
anggota Menetapkan 3..Bantu klien memutuskan
keluarga fleksibelitas peran (4) 2. bagaimana masalah
dalam Menghadapi masalah dipecahkan
mengatasi keluarga (4)

situasi yang 3. Mengelola 4..Bantu klien beradaptasi


dialami klien masalah keluarga (4) dengan adanya perubahan
secara efektif 4. Melibatkan peran
dan anggota keluarga 5..Jadwalkan kunjungan
menunjukkan dalam pengambilan terkait dengan
keinginan keputusan (4) perkembangan situasi dan
serta kesiapan 5. Mengungkapkan strategi yang tepat
untuk perasaan dan emosi 6..Jadwalkan peninjauan
meningkatkan secara terbuka kembali untuk
kesehatan diantara anggota mengevaluasi
keluarga dan keluarga (4) keberhasilan atau
klien. 6. Menggunakan kebutuhan penguatan
strategi untuk
7..Libatkan keluarga maupun
Gejala dan mengelola konflik
orang orang terdekat klien
Tanda keluarga (4) 7.
jika memungkinkan
Mayor: Menggunakan strategi
b..Peningkatan Koping
Subjektif pengurangan stress
Tindakan keperawatan:
1.Anggota yang berpusat pada
1..Dukung hubungan [anak]
keluarga keluarga (4)
dengan orang yang
menetapkan memiliki ketertarikan dan
tujuan untuk Keterangan: tujuan yang sama
meningkatkan (4) Sering menunjukkan 2..Bantu anak untuk
gaya hidup menyelesaikan masalah
sehat b. Fungsi keluarga dengan cara yang
2.Anggota Setelah dilakukan kontruktif
keluarga tindakan keperawatan 3..Berikan penilaian
menetapkan diharapkan keluarga [kemampuan]
sasaran untuk menunjukkan fungsi penyesuaiann anak
meningkatkan keluarga, dengan terhadap perubahan-
kesehatan kriteria hasil: perubahan dalam citra
Gejala dan 1. Merawat tubuh, sesuai dengan
Tanda Minor anggota indikasi
: keluarga yang 4..Berikan penilaian
Subjektif memiliki mengenai dampak dari
1.Anggota ketergantungan (4-5) situasi kehidupan anak
keluarga 2. Mengatur perilaku terhadap peran dan
mengidentifika anggota keluarga (4- hubungan [yang ada]
Poltekkes Kemenkes Padang
41

si pengalaman 5) 5..Dukung anak untuk


yang 3. Beradaptasi mengidentifikasikan
mengoptimalk terhdap deskripsi yang realistic
an adanya perkembangan terhadap adanya
kesejahteraan transisi (4-5) perubahan dalam peran
2.Anggota 4. Menerima 6..Berikan penilaian
keluarga keanekaragaman mengenai pemahaman
berupaya diantara anggota anak terhadap proses
menjelaskan keluarga (4-5) 5. penyakit
dampak krisis Anggota keluarga 7..Berikan penilaian dan
terhadap bisa saling diskusikan respon
perkembangan mendukung (4-5)

Keterangan:

Poltekkes Kemenkes Padang


42

3.Anggota (4) : Sering alternative terhadap situasi


keluarga menunjukkan (5) : [yang ada]
mengungkapka Secara konsisten 8..Gunakan pendekatan yang
n minat5 menunjukkan c. tenang dan memberikan
dalam Pengetahuan jaminan
membuat pengasuhan 9..Berikan suasana
kontak dengan Setelah dilakukan penerimaan
orang lain tindakan 10..Sediakan informasi
yang keperawatan aktual mengenai
mengalami diharapkan dapat diagnosis, penanganan,dan
situasi yang memahami pengetahuan prognosis
sama pengasuhan, dengan 11..Sediakan anak
kriteria hasil: pilihanpilihan yang realistis
Kondisi mengenai aspek
Klinis Terkait 1. Pertumbuhan dan perawatan
1.Kelainan perkembangan yang 12..Dukung sikap [anak]
genetic normal (3-5) terkait dengan harapan
2.Cedera 2. Perilaku anak yang realistis sebagai
Traumatik yang normal (3-5) upaya untuk mengatasi
3.Kondisi 3. Kebutuhan perasaan
Kronis keamanan ketidakberdayaan
(3-5) 13..Evaluasi kemampuan anak
4. Pencegahan dalam membuat
cedera keputusan
(3-5) 14..Cari jalan untuk.
5. Kebutuhan memahami perspektif
anak terhadap situasi yang
perawatan
penuh. stress
fisik (3-5)
15..Tidak mendukung
6. Kebutuhan
pembuatan keputusan aat
psikologi anak berada pada stress
(3-5) yang berat
7. Kebutuhan emosi 16..Dukung kemampuan
(3- .mengatasi situasi secara
5) berangsur-angsur
8. Kebutuhan 17..Dukung kesabaran dalam
stimulasi mengembangkan suatu
(3-5) hubungan
9. Kebutuhan untuk 18..Dukung aktivitasaktivitas
bersosialisasi (3-5) sosial .dan komunitas
10. Kebutuhan [agar bisa
spiritual dilakukan]
(3-5) 19..Dukung [kemampuan
11. Kebutuhan dalam] penerimaan
bimbingan moral (3- terhadap keterbatasan
orang lain
5)
20..Kenali latar belakang
12. Pengelolaan
budaya/spiritual anak
kesehatan umum (3-
5) 21..Dukung penggunaan

Poltekkes Kemenkes Padang


43

13. Metode disiplin


yang sesuai untuk
usia perkembangan
(3-5)
14. Strategi
komunikasi
yang efektif (3-5)

Keterangan:

Poltekkes Kemenkes Padang


44

(3) : Pengetahuan sumber-sumber spiritual,


sedang jika diinginkan
(4) : Pengetahuan 22..Eksplorasi pencapaian
banyak anak sebelumnya
(5) : Pengetahuan 23..Eksplorasi alsan anak
sangat mengkritik diri
banyak 24..Konfrontasi terhadap
perasaan ambivalen nak
(kemarahan atau ditekan)
25..Tumbuhkan cara
penyaluran lemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27..Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28..Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi masalah
kehidupan
29..Mengenalkan anak pada
seseorang (atau
Kelompok) yang
telahBerhasil melewati
pengalaman yang sama
30..Dukung penggunaan
mekanisme deensif yang
tepat
31..Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut
c. Peningkatan
Keterlibatan Keluarga
Tindakan keperawatan:
1..Bangun hubungan pribadi
dengan pasiern dan anggota
keluarga yang akan terlibat
dalam
perawatan
2..Identifikasi kemampuan
anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
anak
3..Ciptakan budaya.
fleksibilitas untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


45

.keluarga
4..Tentukan sumber daya
fisik, emosional ,dan
edukasi dari pemberi
perawatan utama
5..Identifikasi defisit
perawatan diri anak
6..Identifikasi preferensi
anggota keluarga untuk
keterlibatan dengan anak
7..Identifikasi harapan nggota
keluarga untuk
8..Antisipasi dan identifikasi
kebutuhan keluarga
9..Dorong anggota keluarga
dan anak untuk membantu
dalam mengembangkan
rencana perawatan, termasuk
hasil yang diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
10..Dorong anggota keluarga
dan anak untuk bersikap
asertif dalam berinteraksi
dengan pemberi layanan
kesehatan professional
11..Monitor struktur
dan keluarga
12..Monitor keterlibatan
anggota keluarga dalam
perawatan anak
13..Berikan informasi
penting kepada anggota
keluarga mengenai anak
sesuai dengan keinginan
anak .
14..Fasilitasi pemahaman
mengenai aspek medis
dari kondisi anak pada
anggota keluarga
15..Berikan dukungan yang
diperlukanbagi kerluarga
untuk membuat keputusan
16..Identifikasi persepsi
anggota keluarga
mengenai situasi,.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

peristiwa yang tidak


diinginkan, perasaan dan
perilaku anak
17..Identifikasi stressor
situasional lainnya untuk
anggota keluarga
18. Identifikasi gejala fisik
individu anggota yang
terkait dengan stress
(misalnya, kesedihan,
mual, muntah, mudah
terganggu)
19..Tentukan tingkat
ketergantungan anak pada
anggota keluarga, yang
sesuai untuk usia atau
penyakit
20..Dorong untuk fokus pada
setiap aspek positif dari
situasi anak
21..Identifikasi dan hormati
mekanisme koping yang
digunakan oleh anggota
keluarga
22..Identifikasi kesulitan
koping anak dengan
anggota keluarga
23. Identifikasi kekuatan dan
kemampuan anak dengan
anggota keluarga
24..Informasikan
faktorfaktor yang dapat
meningkatkan kondisi
anak pada anggota
keluarga
25..Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan hubungan
keluarga yang
sesuai
26..Diskusikan pilihan jenis
perawatan di rumah,
seperti tinggal
berkelompok, perawatan
di rumah, atau respite
care, yang sesuai
d. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:

Poltekkes Kemenkes Padang


47

1..Nilailah reaksi emosi


keluarga terhadap kondisi
anak
2..Pertimbangkan beban
psikologis dari prognosi
terhadap keluarga
3..Dukung harapan
yang realistis
4..Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga
5..Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
6..Identifikasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga
7..Identifikasi kesepakatan
terkait harapan antara
anak, keluarga dan tenaga
kesehatan
8..Kurangi perbedaan
harapan antara anak,
keluarga dan tenaga
kesehatan melalaui
keterampilan komunikasi
9..Bantu anggota keluarga
dalam mengidentifikasi
dan memecahkan konflik
nilai-nilai [keluarga]
10..Hargai dan dukung
mekanisme koping yang
digunakan keluarga
11..Berikan sumber spiritual
untuk keluarga, sesuai
kebutuhan
12..Libatkan anggota
keluarga dan anak dalam
membuat keputusan
terkait perawatan, jika
memungkinkan
13..Bantu kelurga
untuk mendapatakan
pengetahuan, keterampilan
dan alat yang diperlukan
untuk Mendukung
keputusan mereka
terhadap perawatan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


48

5 Defisit a. Pengetahuan a. Pendidikan orangtua:


pengetahuan pengasuhan Keluarga yang
berhubungan Setelah dilakukan membesarkan anak
dengan tindakan Tindakan keperawatan:
gangguan 1..Pahami hubungan antara
keperawatan
fungsi perilaku orang tua dan
diharapkan dapat
kognitif tujuan yang sesuai dengan
memahami pengetahuan usia anak
pengasuhan, dengan 2..Rancang program
Defenisi
kriteria hasil: pendidikan yang
Ketiadaan atau
1. Pertumbuhan dan didadasarkan pada
kurangnya
perkembangan yang kekuatan keluarga
informasi normal (3-5)
kognitif 3..Libatkan orang tua dalam
2. Perilaku anak desain dan isi yang ada
yang yang normal (3-5) dalam program pendidikan
berkaitan 3. Kebutuhan 4..Identifikasi factor-faktor
dengan keamanan personal yang berdampak
topic (3-5) pada keberhasilan
tertentu. program pendidikan
4. Pencegahan
cedera (misalnya, nilai-nilai
Gejala dan budaya pengalaman
(3-5)
Tanda Mayor negative dengan penyedia
5. Kebutuhan
Subjektif layanan sosial, hambatn
perawatan
Menanyakan bahasa, komitmen waktu,
fisik (3-5)
masalah yang masalah penjadwalan,
6. Kebutuhan perjalanan dan kurangnya
dihadapi
psikologi minat)
Objektif
1.Menunjukka (3-5) 5..Identifikasi adanya pemicu
n perilaku 7. Kebutuhan emosi stress keluarga (misalnya,
tidak sesuai (3- depresi orangtua,
anjuran 5) kecanduan narkoba,
2.Menunjukka 8. Kebutuhan alkohol, kesadaran/
n persepsi stimulasi kecakapan berbahasa,
yang keliru (3-5) tingkat pendidikan yang
terhadap 9. Kebutuhan untuk rendah, kekerasan dalam
masalah bersosialisasi (3-5) rumah tangga, konflik
perkawinan, percampuran
Gejala dan 10. Kebutuhan
keluarga setelah
Tanda Minor spiritual
perceraian, dan .hukuman
Objektif (3-5) yang berlebihan pada
1. 11. Kebutuhan anak-anak)
bimbingan moral (3- 6..Identifikasi tugas
Menjalani 5) perkembangan atau tujuan
pemeriksaan 12. Pengelolaan yang sesuai untuk anak
yang tidak kesehatan umum (3- 7..Identifikasi mekanisme
tepat 2. 5)
pertahanan yang
Menunjukkan 13. Metode disiplin
digunakan oleh sebagian
perilaku yang sesuai untuk
berlebihan usia perkembangan
(mis. Apatis, (3-5)
bermusuhan, 14. Strategi
Poltekkes Kemenkes Padang
49

agitasi, komunikasi
yang efektif (3-5)

Keterangan:
(3) : Pengetahuan
sedang
(4) : Pengetahuan
banyak

Poltekkes Kemenkes Padang


50

hysteria) (5) : Pengetahuan sangat besar kelompok usia


banyak 8..Fasilitasi diskusi orangtua
terkait metode disiplin
b. Perilaku patuh yang ada, seleksi, dan
Setelah dilakukan hasil yang diperoleh
tindakan keperawatan 9..Ajarkan orangtua
diharapkan dapat mengenai fisiologis,
menunjukkan perilaku emosional, dan
patuh, dengan kriteria karakteristik perilaku
hasil: normal anak
1. Mengidentifikasi 10..Berikan sumber
hambatan untuk informasi online, buku,
melaksanakan dan literature yang
aktivitas fisik yang dirancang untuk
ditentukan (4) mengajarkan orangtua
2. Menggunakan mengenai pengasuhan
strategi untuk anak
meningkatkan 11..Berikan orangtua bahan
keamanan (4) bacaan dan materi lainnya
3. Berpartisipasi yang akan membantu
dalam aktivitas fisik dalam melakukan peran
sehari- hari yang pengasuhan
ditentukan 12..Anjurkaan orangtua
(4) pentingnya diet seimbang,
makan tiga kali sehari, dan
Keterangan: (4) : makanan ringan bergizi
Sering 13..Tinjau masalah keamanan
menunjukkan dengan
orangtua
c. Kognisi 14..Diskusikan cara yang
dapat digunakan orangtua
1. Orientasi kognisi (4)
untuk membantu anak
2. Memproses informasi anak dalam mengelola
(4) kemarahan
15..Bantu orangtua
Keterangan: mengidentifikasi kriteria
(4) : Sedikit terganggu evaluasi untuk rawatan
sehari hari dan pengaturan
d. Memori sekolah
Setelah dilakukan 16..Identifikasi dan
tindakan keperawatan mengajarkan orangtua
diharapkan memori, mengenai cara
dengan kriteria hasil: menggunakan berbagai
strategi dalam mengelola
1. Mengingat perilaku anak
informasi baru saja 17..Motivasi orangtua untuk
terjadi secara akurat mencoba strategi berbeda
(4) 2. Mengingat dalam mengasuh anak
informasi yang
terbaru secara
akurat (4)
Poltekkes Kemenkes Padang
51

3. Mengingat informasi

yang sudah lama 18..Gunakan teknik bermain


secara akurat (4) peran akan teknik
pengasuhan dan
Keterangan: keterampilan komunikasi
(4) : Sedikit terganggu b. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
Tindakan keperawatan:
1..Bantu anak
mengidentifikasi masalah
dari kurangnya
keterampilan sosial
2..Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3..Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4..Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5..Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6..Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7..Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8..Sediakan umpan balik bagi
anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
c. Peningkatan
perkembangan: anak
1..Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2..lakukan interaksi personal

Poltekkes Kemenkes Padang


52

dengan anak
3..Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4..Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5..Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6..Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7..Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8..Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9..Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10..Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11..Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12..Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13..Bangun suasana
yang aman bagi anak
untuk belajar dan
bereksplorasi
14..Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15..Bantu anak untuk belajar
mandiri
16..Sediakan kesempatan

Poltekkes Kemenkes Padang


53

bermain puzzle
17..Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18..Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya
19..Berikan kesempatan
danmendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
Pendidikan Kesehatan
1. Identifikasi faktor internal
atau eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat
2. Pertimbangkan riwayat
individu dalam konteks
personal dan riwayat
sosial budaya individu,
keluarga dan masyarakat
3. Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
4. Bantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk
memperjelas keyakinan
dan nilai-nilai kesehatan
5. Prioritaskan kebutuhan
orang yang belajar dengan
mengidentifikasi
kebutuhan berdasarkan
apa yang disukai klien,
keterampilan perawat,
sumber yang tersedia, dan
kemungkinan keberhasilan

Poltekkes Kemenkes Padang


54

pencapaian tujuan
6. Rumuskan tujuan dalam
program pendidikan
kesehatan [tersebut]
7. Identifikasi sumber daya
(misalnya, tenaga, ruang
peralatan, uang, dan
lainlain) yang diperlukan
untuk melaksanakan
program
8. Pertimbangkan
kemudahan akses, hal-hal
yang disukai, dan biaya
dalam perencanaan
program
9. Hindari penggunaan teknik
dengan menakutnakuti
sebagai strategi untuk
memotivasi orang agar
mengubah perilaku
kesehatan atau gaya hidup
10. Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau [manfaat]
jangka pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif daripada
[menekankan pada]
manfaat jangka panjang
atau efek negatif dari
ketidakpatuhan
11. Aplikasikan strategi
untuk meningkatkan
harga diri audiens
yang menjadi sasaran
12. Kembangkan materi
pendidikan tertulis
yang tersedia dan
sesuai dengan
audiens yang menjadi
sasaran
13. Lakukan
demonstrasi/
demonstrasi ulang,
partisipasi
pembelajar, dan
manipulasi bahan
pembelajaran ketika
mengajarkan
keterampilan
psikomotorik
Poltekkes Kemenkes Padang
55

14. Gunakan
instruksi

dibantu komputer, televisi,


video interaktif, dan
teknologi-teknologi
lainnya untuk
menyampaikan informasi
15. Libatkan individu,
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan
rencana implementasi
gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
16. Pertimbangkan
dukungan keluarga, teman
sebaya, dan masyarakat
terhadap perilaku yang
kondusif bagi kesehatan
17. Manfaatkan system
dukungan dan keluarga
untuk meningkatkan
efektivitas gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
18. Tekankan pentingnya
pola makan yang sehat,
tidur, berolahraga, dan
lain-lain bagi individu,
keluarga, dan kelompok
yang meneladani nilai dan
perilaku ini dari orang
lain, terutama pada
anakanak
19. Gunakan berbagai
strategi dan intervensi
utama dalam program
pendidikan
6 Gangguan a. Keterampilan a. modifikasi perilaku:
interaksi interaksi sosial keterampilan
sosial Setelah dilakukan keterampilan sosial
berhubungan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
dengan diharapkan dapat 1..Bantu anak
hambatan mengimplementasikan mengidentifikasi masalah
perkembanga keterampilan interaksi dari kurangnya
n sosial, dengan kriteria keterampilan sosial
hasil: 2..Dukung anak untuk
Definisi 1. Bekerja sama verbalisasi perasaannya
Kuanitas dan/ dengan orang lain (4) berkaitan dengan masalah
Poltekkes Kemenkes Padang
56

atau kualitas 2. Terlibat dengan interpersonal


orang

berhubungan lain (4) 3..Bantu anak untuk


sosial yang mengidentifikasi hasil
kurang atau Keterangan: (4) : yang diinginkan dalam
berlebih. Sering suatu hubungan
menunjukkan interpersonal
Gejala dan 4..Bantu anak untuk
tanda Mayor b. Fungsi keluarga mengidentifikasi
Subjektif Setelah dilakukan kemungkinan tindakan
1.Merasa tidak tindakan dan konsekuensi dari
nyaman keperawatan hubungan interpersonal/
dengan situasi sosialnya
diharapkan dapat
sosial 5..Identifikasi keterampilan
2.Merasa sulit memunjukkan fungsi sosial yang spesifik yang
menerima atau keluarga, dengan kriteria akan menjadi fokus
mengkomunik hasil: latihan
asikan 1. Merawat 6..Bantu anak untuk
perasaan anggota mengidentifikasi langkah
Objektif keluarga yang langkah dalam berperilaku
1.Kurang memiliki dalam rangka mencapai
responsif atau ketergantungan (4-5) keterampilan sosial
tertarik 2. Mengatur perilaku 7..Bantu anak bermain peran
pada anggota keluarga (4- dalam setiap langkah
orang lain 5) berperilaku
2.Tidak 3. Beradaptasi 8..Sediakan umpan balik
berminat terhdap bagi anak jika mampu
melakukan adanya perkembangan menunjukkan kemampuan
kontak emosi transisi (4-5) keterampilan sosial yang
dan fisik 4. Menerima ditargetkan
Gejala dan keanekaragaman b. Peningkatan
Tanda Minor diantara anggota perkembangan: anak
Subjektif keluarga (4-5) 5. Tindakan keperawatan:
Sulit Anggota keluarga 1..Bangun hubungan saling
mengungkapka bisa saling percaya dengan anak
n kasih sayang mendukung (4-5) 2..Lakukan interaksi personal
Objektif dengan anak
1.Gejala cemas Keterangan: (4) : 3..Identifikasi kebutuhan
berat Sering unik setiap anak dan
2.Kontak mata menunjukkan (5) : tingkat kemampuan
kurang Secara konsisten adaptasi yang diperlukan
3.Ekspresi menunjukkan 4..Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
wajah tidak
5..Ajarkan orang tua
responsive c. Integritas keluarga
mengenai tingkat
4.Tidak Setelah dilakukan
perkembangan normal dari
kooperatif tindakan
anak dan perilaku yang
dalam bermain keperawatan
berhubungan
dan berteman diharapkan dapat 6..Demonstrasikan kepada
dengan sebaya menunjukkan integritas
orangtua mengenai
Poltekkes Kemenkes Padang
57

5.Perilaku keluarga, dengan kriteria


tidak sesuai hasil:
1. Mendorong
otonomi dan
kemandirian individu
(3-4)
2. Anggota keluarga

usia membantu satu sama kegiatan yang mendukung


lain dalam tumbuh kembang anak
melaksanakan peran 7..Bantu integrasi anak
dan tugas sehari-hari dengan kelompoknya
(4) 8..Yakinkan bahasa tubuh
3. Anggota keluarga sesuai dengan bahasa
berkomunikasi secara verbal
terbuka dan jujur satu 9..Dukung anak untuk
sama lain (4) berinteraksi dengan teman
temannya melalui
Keterangan: keterampilan bermain
(3) : Kadang-kadang peran
menunjukkan (4) : 10..Sediakan aktivitas yang
Sering mendukung interaksi
menunjukkan diantara anak anak
11..Dukung anak untuk
d. dukungan sosial mengekspresikan diri
Setelah dilakukan melalui penghargaaan
tindakan yang positif atau umpan
keperawatan balik yang baik.
diharapkan mendapat 12..Peluk anak dan
dukungan sosial, dengan nyamankan anak saat anak
kriteria hasil: merasa sedih
1. Kemauan untuk 13..Bangun suasana yang
menghubungi orang aman bagi anak untuk
lain untuk meminta belajar dan bereksplorasi
bantuan (3) 2. Bantuan 14..Ajarkan anak untuk
yang ditawarkan oleh mencari bantuan dari
orang lain (3) orang lain ketika anak
3. Usia yang memang memerlukan
disediakan oleh bantuan
orang lain (3) 4. 15..Bantu anak untuk belajar
Orang-orang yang mandiri
dapat membantu 16..Sediakan kesempatan
sesuai kebutuhan (3) bermain puzzle
17..Ajarkan anak untuk
Keterangan: menuliskan nama/
(3) : Cukup adekuat mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18..Rencanakan
pembelajaran dengan
Poltekkes Kemenkes Padang
58

mendukung anak menebak


apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya

Poltekkes Kemenkes Padang


59

19..Berikan kesempatan dan


mendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1..Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2..Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3..Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4..Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5..Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6..Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7..Izinkan pengujian terhadap
keterbatasan
interpersonal
8..Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau
kegiatankegiatan lainnya
9..Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10..Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih
meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11..Berikan model peran yang
mengekspresikan

Poltekkes Kemenkes Padang


60

kemarahan dengan tepat


12..Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13..Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14..Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15..Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16..Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17..Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18..Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d. Bermain Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang
tenang dan bebas dari
gangguan
2. Berikan waktu yang cukup
untuk memungkinkan
bermain secara efektif
3. Sesi bermain didesain
terstruktur untuk
memfasilitasi hasil yang
diinginkan
4. Komunikasikan tujuan
sesi bermain pada anak
dan orangtua
5. Diskusikan aktivitas
bermain bersama keluarga
6. Tentukan batas untuk sesi
terapi bermain
7. Sediakan peralatan
bermain yang aman
8. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
kreatifitas dan bermain
dengan ekspresif

Poltekkes Kemenkes Padang


61

9. Sediakan peralatan
bermain yang
merangsang bermain
peran
10. Awasi sesi terapi
bermain
11. Dorong anak untuk
memanipulasi peralatan
bermain
12. Dorong anak untuk
berbagi perasaan
pengetahuan, dan
persepsi
13. Validasi perasaan anak
yang diungkapkan
selama sesi bermain
14. Komunikasikan
penerimaan perasaan,
baik positif maupun
negatif yang
diungkapkan melalui
bermain
15. Amati penggunaan alat
bermain yang digunakan
anak
16. Monitor reaksi anak dan
tingkat kecemasan
sepanjang sesi bermain
17. Identifikasi
kesalahpahaman atau
ketakutan anak melalui
komentar yang dinyatakan
selama sesi bermain
(peran rumah sakit)
18. Lanjutkan sesi bermain
secara teratur untuk
membangun kepercayaan
dan mengurangi rasa
takut mengenai peralatan
maupun perawatan yang
asing dengan tepat
19. Catat observasi yang
dilakukan selama sesi
bermain
7 Isolasi sosial a. Keterlibatan sosial a.modifikasi perilaku:
berhubungan Setelah dilakukan keterampilan
dengan tindakan keperawatan keterampilan sosial
keterlambata diharapkan dapat Tindakan keperawatan:
n menunjukkan 1..Bantu anak
perkembanga keterampilan sosial, mengidentifikasi masalah
Poltekkes Kemenkes Padang
62

n dengan kriteria hasil: dari kurangnya

1. Berinteraksi dengan keterampilan sosial


Definisi teman dekat (4) 2. 2..Dukung anak untuk
Ketidakmamp Beriteraksi dengan verbalisasi perasaannya
uan untuk anggota keluarga (4) berkaitan dengan masalah
membina 3. Berpartisipasi interpersonal
dalam aktivitas 3..Bantu anak untuk
hubungan
yang terorganisir mengidentifikasi hasil
yang erat, (4) yang diinginkan dalam
hangat, 4. Berpartisipasi dalam suatu hubungan
terbuka, dan aktivitas waktu luang interpersonal
interdependen dengan orang lain (3- 4..Bantu anak untuk
dengan orang 4) mengidentifikasi
lain.
kemungkinan tindakan dan
Keterangan: konsekuensi dari
Gejala dan
(3) : Kadang- kadang hubungan interpersonal/
tanda Mayor
menunjukkan (4) : sosialnya
Subjektif
Sering 5..Identifikasi keterampilan
1.Merasa ingin
menunjukkan sosial yang spesifik yang
sendirian
2.Merasa tidak akan menjadi fokus
aman di b. Adaptasi terhadap latihan
tempat umum disabilitas fisik 6..Bantu anak untuk
Objektif Setelah dilakukan mengidentifikasi langkah
1.Menarik diri tindakan langkah dalam berperilaku
2.Tidak keperawatan dalam rangka mencapai
berminat/ diharapkan kemampuan keterampilan sosial
menolak beradaptasi terhadap 7..Bantu anak bermain peran
berinteraksi disabilitas fisik dalam setiap langkah
dengan orang meningkat, berperilaku
dengan
lain atau 8..Sediakan umpan balik
kriteria hasil:
lingkungan bagi anak jika mampu
1. Menyatakan menunjukkan kemampuan
Gejala dan secara lisan keterampilan sosial yang
Tanda Minor kemampuan untuk ditargetkan
Subjektif menyesuaikan b. Peningkatan
1.Merasa terhadap disabilitas perkembangan: anak
berbeda (4) Tindakan keperawatan:
dengan orang 2. Menyampaikan 1..Bangun hubungan saling
lain secara lisan percaya dengan anak
2.Merasa asyik penyesuaian terhadap 2..Lakukan interaksi personal
dengan pikiran disabilitas dengan anak
sendiri (4) 3..Identifikasi kebutuhan
3.Merasa tidak 3. Beradaptasi unik setiap anak dan
mempunyai terhadap keterbatasan tingkat kemampuan
tujuan yang secara fungsional (4) adaptasi yang diperlukan
jelas 4. Mengidentifikasi 4..Bangun hubungan saling
Objektif rencana untuk percaya dengan orang tua
1.Afek datar memenuhi aktivitas 5..Ajarkan orang tua
2.Afek sedih hidup harian (4) mengenai tingkat

Poltekkes Kemenkes Padang


63

3.Riwayat Keterangan:
(4) Sering dilakukan

c. Iklim Sosial

ditolak Keluarga perkembangan normal dari


4.Menunjukka Setelah dilakukan anak dan perilaku yang
n permusuhan tindakan berhubungan
5.Tidak keperawatan 6..Demonstrasikan kepada
mampu diharapkan iklim sosial orangtua mengenai
memenuhi keluarga, dengan kriteria kegiatan yang mendukung
harapan orang hasil: tumbuh kembang anak
lain 1. Berpartisipasi dalam 7..Bantu integrasi anak
6.Kondisi kegiatan bersama (4) 2. dengan kelompoknya
difabel Menghadiri aktivitas 8..Yakinkan bahasa tubuh
7.Tindakan religius bersama (3-4) 3. sesuai dengan bahasa
tidak berarti Mempertahankan verbal
8.Tidak rutinitas keluarga (3- 9..Dukung anak untuk
ada 4) berinteraksi dengan teman
kontak mata 4. Mendukung satu temannya melalui
9.Perkembang sama lain (4) keterampilan bermain
an terlambat 5. Mendukung peran
10.Tidak individualitas dan 10..Sediakan aktivitas yang
bergairah/ lesu kemandirian anggota mendukung interaksi
keluarga (4) diantara anak anak
6. Bekerja sama 11..Dukung anak untuk
untuk mencapai tujuan mengekspresikan diri
keluarga (4) melalui penghargaaan
7. Berbagi perasaan yang positif atau umpan
satu balik yang baik.
sama lain (4) 12..Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
Ketrerangan :
13..Bangun suasana yang
(3) : Kadang- kadang
aman bagi anak untuk
menunjukkan (4) : belajar dan bereksplorasi
Sering 14..Ajarkan anak untuk
menunjukkan mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
d. Tingkat rasa takut : memang memerlukan
anak bantuan
Setelah dilakukan 15..Bantu anak untuk belajar
tindakan mandiri
keperawatan 16..Sediakan kesempatan
diharapkan tingkat rasa bermain puzzle
takut anak, dengan 17..Ajarkan anak untuk
kriteria hasil: menuliskan nama/
1. Emosilabil (3-4) mengenali huruf awalnya/
2. Mudah mengenali namanya,
tersinggung sesuai kebutuhan
Poltekkes Kemenkes Padang
64

(3-4) 18..Rencanakan
3. Menarik diri (3-4) pembelajaran dengan
4. Perilaku mendukung anak menebak
Kekerasan
(4-5)
5. Perilaku
destruktif (4-
5)
6. Membuat cerita
mengada- ada (4-5)

Poltekkes Kemenkes Padang


65

apa yang akan terjadi dan


Keterangan: berikan kesempatan anak
(3) : Sedang untuk memberikan pilihan
(4) : Ringan yang memungkinkan, dan
(5) : Tidak ada sebagainya
19..Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20..Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1..Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2..Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3..Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4..Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5..Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6..Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7..Izinkan pengujian terhadap
keterbatasan
interpersonal
8..Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau
kegiatankegiatan lainnya
9..Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10..Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih

Poltekkes Kemenkes Padang


66

meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11..Berikan model peran
yang mengekspresikan
kemarahan dengan tepat
12..Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13..Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14..Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15..Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16..Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17..Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18..Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d.Konseling
Tindakan keperawatan:
1..Bangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya
dan saling menghormati
2..Tunjukkan empati,
kehangatan, dan ketulusan
3..Tetapkan lama hubungan
konseling
4..Tetapkan tujuan-tujuan
5..Gunakan teknik refleksi
dan klarifikasi untuk
memfasilitasi ekspresi
yang menjadi perhatian
6..Minta anak untuk
mengidentifikasi apa yang
mereka bisa/tidak bisa
lakukan terkait dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


67

peristiwa yang terjadi


7..Tentukan bagaimana
perilaku keluarga
mempengaruhi anak
8..Gunakan alat pengkajian
(misalnya, kertas dan
pensil, audiotape,
videotape, latihan interaksi
dengan orang lain) untuk
membantu meningkatkan
kesadaaran diri anak dan
pengetahuan konselor
terhadap situasi, dengan
cara yang tepat
9..Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
tepat
10..Dukung penggantian
kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan
8 Risiko cidera a. Orientasi kognitif a.Manajemen Lingkungan:
berhubungan Setelah dilakukan Keselamatan
dengan tindakan Tindakan keperawatan:
perubahan keperawatan 1..Identifikasi kebutuhan
fungsi diharapkan dapat keamanan anak
kognitif berdasarkan fungsi fisik
melakukan orientasi
dan kognitif serta riwayat
kognitif, dengan kriteria
Definisi perilaku di masa lalu
hasil:
Berisiko 2..Identifikasi hal- hal yang
mengalami membahayakan di
bahaya 1. Mengidentifikasi lingkungan anak
atau diri sendiri (5) 3..Modifikasi lingkungan
kerusakan fisik 2. Mengidentifikasi untuk meminimalkan
yang tempat saat ini (5) bahan berbahaya dan
menyebabkan berisiko
seseorang Keterangan: 4..Gunakan peralatan
tidak lagi (5) : Tidak terganggu perlindungan untuk
sepenuhnya membatasi mobilitas fisik
sehat atau b. Pengetahuan : atau akses pada situasi
dalam kondisi keamanan fisik anak yang membahayakan
baik. Setelah dilakukan 5..Monitor lingkungan
tindakan terhadap terjadinya
Faktor Risiko perubahan status
keperawatan
Eksternal keselamatan
diharapkan dapat
1.Terpapar zat 6. Edukasi individu dan
mengetahui kemanan
kimia toksik kelompok yang berisiko
fisik anak, dengan
2.Ketidakmam tinggi terhadap bahan
kriteria hasil:
puan 1. Aktivitas yang sesuai
untuk tingkat usia
Poltekkes Kemenkes Padang
68

perkembangan anak

transportasi (3-4) berbahaya yang ada di


2. Strategi untuk lingkungan
Internal mencegah jatuh (3-4) 3. b. Pencegahan Jatuh
1.Perubahan Strategi untuk Tindakan keperawatan:
orientasi mencegah kecelakaan 1..Identifikasi kekurangan
afektif bermain (3-4) 4. baik kognitif atau fisik
2.Malnutrisi Surveilans area dari anak yang mungkin
3.Perubahan bermain outdoor yang meningkatkan potensi
fungsi kognitif tepat (3-4) 5. jatuh pada lingkungan
Pentingnya tertentu
Kondisi mengajarkan 2..Identifikasi perilaku dan
kesadaran akan orang faktor yang
Klinis Terkait
asing (3-4) mempengaruhi risiko jatuh
Retardasi
3..Kaji ulang riwayat jatuh
mental
Keterangan : bersama dengan anak dan
(3) : Pengetahuan keluarga
sedang 4..Identifikasi karakteristik
(4) : Pengetahuan dari lingkungan yang
banyak mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya,
c. Kinerja pengasuhan lantai licin, dan tangga
: keamanan fisik terbuka)
kehidupan masa 5..Monitor gaya berjalan
anak anak (terutama kecepatan),
Setelah dilakukan keseimbangan dan tingkat
tindakan kelelahan dengan
ambulasi
keperawatan
6..Ajarkan anak untuk
diharapkan dapat
beradaptasi dengan
meningkatkan kinerja terhadap modifikasi gaya
pengasuhan keamanan berjalan yang [telah]
fisik kehidupan masa disarankan (terutama
anak- anak, dengan kecepatan)
kriteria hasil: 7..Letakkan benda-benda
1. Memilih mainan dalam jangkauan yang
yang aman dan mudah bagi anak
sesuai dengan usia 8..Sediakan alas kaki yang
(4- 5) 2. Memelihara tidak licin untuk
lingkungan untuk memfasilitasi kemudahan
tindakan pencegah menjangkau
jatuh yang
\ membahayakan (4- 5)
3. Menjauhkan obat-
obatan dari jangkauan
(4- 5)
4. Mengunci atau
memindahkan pintu
dari peralatan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


69

tidak digunakan (4- 5) 5.


Menjamin tempat alat

bermain dirumah
memenuhi petunjuk
keamanan (4- 5) 6.
Memberikan
pengawasan terkait
peralatan di area
bermain (4- 5)
7. Monitor penggunaan
olahraga dan alat
rekreasi (4- 5)

Keterangan: (4) :
Sering
menunjukkan (5) :
Secara konsisten
menunjukkan

d. Kontrol risiko
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan dapat
melakukan pengontrolan
risiko, dengan kriteria
hasil:

1. Mengenali faktor
resiko individu (4-5)
2. Mengenali
kemampuan untuk
merubah perilaku (4-
5)
3. Memonitor faktor
risiko dilingkungan
(4-5)
4. Memonitor faktor
risiko individu (4-5)
5. Mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko (4-5)

Keterangan: (4) :
Sering
menunjukkan (5) :
Secara konsisten
menunjukkan
Poltekkes Kemenkes Padang
70

9 Gangguan a. Komunikasi a. Mendengar aktif

komunikasi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:


verbal tindakan 1..Buat tujuan interaksi
keperawatan 2..Tunjukkan ketertarikan
Definisi diharapkan dapat pada anak
Penurunan, berkomunikasi, dengan 3..Gunakan pertanyaan
perlambatan, kriteria hasil: maupun pernyataan yang
atau ketiadaan mendorong klien untuk
kemampuan 1. Menggunakan mengekspresikan
untuk bahasa perasaan, pikiran dan
menerima, kekhawatiran
lisan ( 4- 5)
memproses, 4..Tunjukkan kesadaran dan
2. Mengenali pesan
megirim, rasa sensitif terhadap
yang diterima ( 4- 5) 3.
dan/atau emosi yang ditunjukkan
Interpretasi akurat
menggunakan anak
terhadap pesan yang
system symbol 5..Gunakan perilaku non
diterima ( 4- 5)
Gejala verbal untuk menfasilitasi
4. Mengarahkan
dan komunikasi
pesan pada
tanda Mayor
penerima yang tepat 6..Identifikasi tema yang
Objektif ( 4- 5) dominan
Menunjukkan 5. Pertukaran 7..Berespon segera sehingga
respon tidak pesan yang akurat menunjukkan pemahaman
sesuai dengan terhadap pesan yang
Gejala dan orang lain ( 4- 5) diterima
Tanda Minor 8..Klarifikasi pesan yang
Objektif Keterangan : diterima dengan
menggunakan pertanyaan
1.Tidak ada (4) : Sedikit terganggu
maupun memberikan
kontak mata (5) : Tidak terganggu umpan balik
2.Sulit 9..Verifikasi pemahaman
memahami b. Orientasi kognitif mengenai pesan-pesan
komunikasi Setelah dilakukan yang disampaikan dengan
3.Sulit tindakan menggunakan pertanyaan
mempertahank keperawatan maupun memberikan
an komunikasi diharapkan dapat umpan balik
4.Sulit melakukan orientasi 10..Gunakan teknik diam/
menggunakan kognitif, dengan kriteria mendengarkan dalam
ekspresi wajah hasil: rangka mendorong klien
atau tubuh untuk mengekspresikan
5.Sulit perasaan, pikiran dan
1. Mengidentifikasi
menyusun kekhawatiran
diri sendiri (5)
kalimat 2. Mengidentifikasi b. Latihan Memori
6.Verbalisasi Tindakan keperawatan:
tempat saat ini (5)
tidak tepat 1..Stimulasi ingatan dengan
7.Sulit cara mengulangi
mengungkapka Keterangan: pemikiran anak yang
n kata- kata (5) : Tidak terganggu terakhir diekspresikan,
dengan cara yang tepat
Poltekkes Kemenkes Padang
71

c. Memproses 2..Implementasikan teknik


informasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memproses informasi,
dengan kriteria hasil:

1. Mengidentifikasi mengingat yang tepat,


benda- benda umum misalnya visual imagery,
(3- 4) alat yang membantu
2. Memahami ingatan, permainan
kalimat ingatan, tanda-tanda
ingatan, teknik asosiasi,
(3- 4)
membuat daftar,
3. Memahami cerita menggunakan computer,
(3- menggunakan papan
4) nama, atau [berlatih]
4. Menjelaskan mengulang informasi
kesamaan antara dua 3..Beri Latihan orientasi,
benda (3- 4) misalnya anak berlatih
5. Menjelaskan mengenai informasi
perbedaan antara dua pribadi dan tanggal,
benda (3- 4) dengan cara yang tepat
4..Berikan kesempatan untuk
Keterangan: menggunakan ingatan
(3) : Cukup terganggu kejadian yang baru saja
(4) : Sedikit terganggu terjadi, misalnya
menanyakan pada anak
d. Adaptasi terhadap mengenai tamasya yang baru
disabilitas fisik saja [dilakukan], dengan cara
yang tepat
Setelah dilakukan
5..Monitor perilaku anak
tindakan selama terapi
keperawatan 6..Identifikasi dan koreksi
diharapkan kemampuan kesalahan orientasi anak
beradaptasi terhadap 7..Monitor perubahan-
disabilitas fisik perubahan dalam latihan
meningkat, dengan mengingat
kriteria hasil:
1. Menyatakan
secara lisan
kemampuan untuk
menyesuaikan
terhadap disabilitas
(4)
2. Menyampaikan
secara lisan
penyesuaian terhadap
disabilitas
Poltekkes Kemenkes Padang
72

(4)
3. Beradaptasi
terhadap keterbatasan
secara fungsional (4)
4. Mengidentifikasi
rencana untuk
memenuhi aktivitas
hidup harian (4)

Keterangan:
(4) Sering dilakukan

e. Perkembangan anak

: Usia anak
pertengahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memahami
perkembangan anak usia
anak pertengahan,
dengan kriteria hasil:

1. Menunjukkan
kebiasaan sehat yang
baik (3-4)
2. Bermain
berkelompok
(3-4)
3. Mengembangkan
persahabatan (3-4) 4.
Menunjukkan
perasaan secara
konstruktif (3-4) 5.
Menunjukkan
kepercayaan diri (3-4)
6. Menunjukkan
harga
diri (3-4)
7. Memahami benar
atau
salah (3-4)
8. Mengikuti aturan
keamanan (3-4) 9.
Menunjukkan
kemampuan pada
tingkat mampu di
sekolah (3-4)

Poltekkes Kemenkes Padang


73

Keterangan:
(3) : Kadang- kadang
menunjukkan (4) :
Sering
Menunjukkan
10 Ketidakberda a. Kepercayaan a. Restrukturasi Kognitif
yaan mengenai kesehatan Tindakan keperawatan:
: Merasakan 1..Bantu anak memahami
Definisi kemampuan bahwa seringnya
Persepsi melakukan ketidakmampuan untuk
bahwa Setelah dilakukan mencapai tingkah laku
tindakan tindakan keperawatan yang diinginkan
seseorang diharapkan dapat merupakan hasil dari
tidak akan meningkatkan pernyataan diri yang tidak
mempengaruhi kepercayaan mengenai rasional

Poltekkes Kemenkes Padang


74

hasil secara kesehatan : merasakan 2..Tunjukkan gaya dari


signifikan; kemampuan melakukan, pikiran anak yang
persepsi dengan kriteria hasil: difungsional
kurang control 3..Bantu anak
pada situasi 1. Persepsi bahwa mengidentifikasi stressor
saat ini atau perilaku kesehatan yang diterima yang
yang akan tidak terlalu rumit ( 3- berkontribusi pada kondisi
datang. 4) stress
Gejala dan 2. Kepercayaan 4..Bantu anak
tanda Mayor terhadap kemampuan mengidentifikasi
Subjektif untuk melakukan interpretasi diri yang salah
Menyatakan perilaku tentang stressor
frustasi atau kesehatan ( 3- 4) yang diterima
tidak mampu 5..Bantu anak mengenal
melaksanakan Keterangan : kepercayaan tertentu yang
aktivitas (3) : Sedang tidak rasional
sebelumnya (4) : Kuat dibandingkan dengan
Objektif realitas nyata
Bergantung 6..Bantu anak untuk
pada orang mengganti interpretasi
lain yang salah dengan
Gejala dan interpretasi yang lebih
Tanda Minor mempunyai dasar realitas
Subjektif terhadap situasi penuh
1.Merasa stress, kejadian dan
diasingkan interaksi
2.Menyatakan 7..Buat pernyataan/
keraguan menanyakan pertanyaan
tentang kinerja yang menantang persepsi/
peran tingkah laku anak, dengan
3.Menyatakan cara yang tepat
kurang control 8..Buat pernyataan yang
4.Menyatakan menggambarkan alternatif
rasa malu cara melihat situasi
5.Merasa 9..Bantu anak
tertekan mengidentifikasi sistim
(depresi) kepercayaan yang
Objektif mempengaruhi status
1.Tidak kesehatan
berpartisipasi 10. Gunakan system
dalam kepercayaan anak yang
perawatan biasanya untuk melihat
2.Pengasingan situasi dengan cara yang
berbeda
b. Dukungan pengambilan
keputusan
Tindakan keperawatan:
1. Bangun komunikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


75

dengan anak dan keluarga


sedini mungkin
2. Fasilitasi percakapan anak
dan keluarga mengenai
tujuan perawatan
3. Dapatkan informed
consent/ persetujuan
tertulis, ketika diperlukan
4. Fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
5. Kenali kebijakan dan
prosedur yang ada di
institusi
6. Hormati hak- hak anak
untuk menerima atau tidak
menerima informasi
7. Berikan informasi sesuai
permintaan anak
8. Bantu anak menjelaskan
keputusan pada orang lain,
sesuai dengan kebutuhan 9.
Jadilah penghubung antara
anak dan keluarga
b. Peningkatan Harga Diri
Tindakan keperawatan:
1..Monitor pernyataan anak
mengenai harga diri
2..Tentukan fokus kontrol
anak
3..Tentukan kepercayaan diri
anak dalam hal penilaian
diri
4..Dukung anak untuk bisa
mengidentifikasi kekuatan
5..Bantu anak untuk
menemukan penerimaan
diri
6..Dukung kontak mata pada
saat berkomunikasi
dengan orang lain
7..Kuatkan kekuatan pribadi
yang diidentifikasi anak
8..Berikan pengalaman yang
akan meningkatkan otonomi
anak, dengan tepat
9..Bantu anak untukm
mengidentifikasi respon

Poltekkes Kemenkes Padang


76

positif dari orang lain


10..Jangan mengkritisi anak
secara negatif
11..Bantu anak untuk
mengatasi bullying atau
ejekan
12..Sampaikan/ungkapkan
kepercayaan diri anak
dalam mengatasi situasi
13..Bantu anak untuk
memeriksa persepsi
negatif terhadap diri
14..Dukung tanggung jawab
pada diri sendiri, dengan
tepat
15..Bantu anak untuk
mengidentifikasi dampak
dari kelompok sejawat
pada perasaan dan harga
diri
16..Eksplorasi pencapaian
keberhasilan sebelumnya
17..Eksplorasi alasan-alasan
untuk mengkritik diri atau
rasa bersalah
18..Dukung anak untuk
mengevaluasi perilakunya
sendiri
19..Dukung anak untuk
menerima tantangan baru
20..Berikan hadiah atau
pujian terkait dengan
kemajuan anak dalam
mencapai tujuan
21..Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas-aktivitas yang akan
meningkatkan harga diri
22..Instruksikan orangtua
mengenai pentingnya
minat dan dukungan
mereka dalam
mengembangkan konsep
diri positif anak-anak
23..Instruksikan orangtua
untuk menetapkan harapan
yang jelas dan untuk
mendefinisikan batasan

yang ada pada anak


24..Instruksikan orangtua
untuk mengetahui
Poltekkes Kemenkes Padang
77

pencapaian anak
25..Monitor frekuensi
verbalisasi terhadap diri
26..Monitor kurangnya
tindak lanjut terkait
dengan pencapaian tujuan
27..Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke waktu,
dengan tepat

Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi.
Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat,
intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan
tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil
yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga
telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter, 2009)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan membandingkan asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada
tahun 2018 dengan teori.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Studi kasus ini dilakukan di SLB Kasih Ummi Kota Padang dan rumah
keluarga Ny. N dan rumah keluarga Ny. J. Waktu penerapan asuhan
keperawatan ini dimulai dari 28 maret sampai 06 April 2018.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi


Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang diteliti
(Kartika, 2017). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anak
yang mengalami retardasi mental sedang di SLB Kasih Ummi Kota
Padang tahun 2018 sebanyak 8 orang siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili populasi (Kartika, 2017). Sampel pada penelitian
ini adalah anak dengan retardasi mental sedang di SLB Kasih Ummi
Kota Padang tahun 2018 dengan jumlah sampel 2 orang dengan hari
rawatan minimal 5 hari. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini yaitu purposive sampling, sesuai dengan pendapat Nursalam (2015)
yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di
antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau
masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

73
Poltekkes Kemenkes Padang
79

Partisipan dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi, dengan


pengkriteriaan :
a. Anak yang mengalami retardasi mental sedang (Intelligence
Quotient 35-40 sampai 50-55)
b. Anak usia sekolah (6- 12 tahun)
c. Anak dan kelurga yang bersedia menjadi partisipan minimal
selama 5 hari.

D. Jenis – jenis Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan anak.
Data primer dari penelitian tersebut didapatkan dari hasil wawancara
observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden.
Data primer yang diperoleh masing- masing akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi: identitas
anak dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi dan
perkembangan, kebiasaan sehari- hari
b. Hasil observasi langsung Hasil pemeriksaan fisik berupa: keadaan
umum, pemeriksaan tanda- tanda vital, pemeriksaan fisik head to
toe
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status anak di SLB Kasih Ummi
pada tahun 2018. Informasi yang diperoleh berupa data tambahan atau
penunjang dalam merumuskan diagnosa keperawatan.

E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencananaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari stetoskop, termometer, timbangan, dan meteran.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik,


observasi langsung, dan studi dokumentasi.
Poltekkes Kemenkes Padang
80

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas anak, identifikasi


penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan
tempat tinggal, data penunjang, dan program terapi.
2. Format analisa data terdiri dari: nama anak, data, masalah, dan
etiologi.
3. Format diagnosis keperawatan terdiri dari: nama anak, diagnosis
keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta tanggal
dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama anak, diagnosa
keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama anak, hari dan
tanggal, diagnosis keperawatan, implementasi keperawatan, dan paraf
yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama anak, hari dan tanggal,
diagnosis keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang
mengevaluasi tindakan keperawatan.
F. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi langsung, dan studi dokumentasi. Menurut Daniarti, Aryani,
Nurhaeni, dan Chairani (2009), ada lima tahap pelaksanaan dokumentasi
keperawatan diantaranya :
1. Pengkajian
Bentuk yang umumnya dipakai dalam format pengkajian sebagai berikut:
a. Format tanya jawab
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum
(identitas anak seperti nama, usia, jumlah anggota keluarga, ataupun
riwayat kesehatan seperti penyakit yang pernah diderita), ataupun
yang lebih pribadi (seperti status keuangan, spiritual, seksual).

b. Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date.
Data ini biasa dicatat dalam buku saku yang memungkinkan agar
perawat dapat memantau perubahan kondisi anak.
Poltekkes Kemenkes Padang
81

c. Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan. Pengkajian
ini dapat ditulis pada format catatan perkembangan keperawatan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang
dirumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia. Diagnosa
keperawatan dapat berupa masalah kesehatan yang bersifat aktual yang
secara klinis jelas atau masalah kesehatan potensial dimana faktor resiko
dapat mengancam kesehatan anak secara umum.
Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan meliputi:
a. Analisa data
b. Mengidentifikasi masalah
c. Merumuskan diagnosis
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen. Menurut
Bulechek, dkk, (2016), Moorhead, dkk, (2016) sebagai berikut:
a. Diagnosis yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
4. Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Diagnosis keperawatan
b. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Diagnosis keperawatan
b. Tanggal dilakukan evaluasi keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

Poltekkes Kemenkes Padang


82

G. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti. Peneliti akan
menggunakan wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama (Sugiyono, 2014).
1. Wawancara
Penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi
dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun
dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan
mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibilitas
(keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi
kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan
informasi selengkap mungkin.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung kepada kedua anak untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Peneliti
melakukan pemeriksaan fisik meliputi penampilan umum kedua
partisipan, tanda-tanda vital dan pemeriksaan secara head to toe, dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan dan gambar. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumen dari Sekolah untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan
seperti data siswa dengan retardasi mental, dan tingkat kecerdasan.
H. Prosedur penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1. Prosedur Administrasi
Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:
Poltekkes Kemenkes Padang
83

a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu


Poltekkes Kemenkes RI Padang.
b. Peneliti memasukkan surat izin penelitian yang diberikan oleh
instansi asal penelitian ke SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
c. Setelah dapat surat izin dari SLB Kasih Ummi pada tahun 2018,
surat tersebut diserahkan ke kepala sekolah SLB Kasih Ummi pada
tahun 2018.
d. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang anak yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling
e. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian.
f. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian.
g. Responden/ keluarga menandatangani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan
dan pamit.
h. Selanjutnya perawat dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya

2. Proses Asuhan keperawatan


a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/
keluarga menggunakan metode wawancara observasi dan
pemeriksaan fisik
b. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada
responden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada responden
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai
evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


84

I. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan retardasi mental. Data
yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan anak dengan retardasi
mental. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesenjangan antara teori yang ada dengan kondisi anak di sekolah.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SLB Kasih Ummi melibatkan 2 partisipan yang


memiliki gangguan perkembangan yang sama yaitu retardasi mental sedang.
Partisipan pertama adalah An. M berjenis kelamin laki- laki dengan usia 11
tahun, sedangkan partisipan 2 adalah An. W berjenis kelamin laki- laki, usia 12
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara keluarga dan
partisipan , observasi tingkah laku partisipan, pemeriksaan fisik dan melalui
studi dokumentasi pada data siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal yang sama pada masing-masing partisipan.

1. Pengkajian

Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui


observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi pada kedua
partisipan dituangkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Riwayat Kesehatan Sekarang Ny Riwayat Kesehatan Sekarang
N mengatakan An. M susah dalam Ny. J mengatakan bahwa An. W
menyampaikan pendapat baik dalam mengalami keterlambatan
tulisan maupun dengan kata- kata, perkembangan tidak sesuai usia pada
sulit berkonsentrasi, suka bermain, anak normal, An W juga sulit
suka menanggapi orang dengan
berkonsentrasi, sering melamun, mudah
senyuman, suka mengganggu adik
bosan, mandi kurang bersih, belum bisa
adiknya, berbicara tidak jelas, An M
tampak sering tersenyum, susah menjaga kebersihan diri sendiri serta
berkata kata, sering ingin bermain, belum bisa melakukan perawatan diri
rambut tidak rapi, rongga mulut secara mandiri sesuai usianya. An jika
kurang bersih, beberapa gigi di rumah sering bermain bersama
mengalami karies, kuku jari tangan adiknya . Namun ketika ada teman An
tampak panjang dan kotor, kuku jari w bermain keluar rumah. An. W
kaki tampak panjang dan kotor. An terkadang berbicara tidak jelas dan
M mandi masih kurang bersih dan tidak nyambung, sering senyum, afek
sering bermain air ketika mandi. datar, respon sosial agak lambat,
An M tidak menyadari akan keadaan
tampak sering bingung. An.W memiliki
86

IQ : 48
80
Poltekkes Kemenkes Padang

bahaya. An. M memiliki IQ : 50

Riwayat Kesehatan Dahulu Ny N Riwayat Kesehatan Dahulu


mengatakan melahirkan An M secara Ny. J melahirkan an.w dengan
sectio caesaria, dikarenakan menggunakan alat bantu persalinan
mengalami plasenta previa. Ny N vakum di klinik bersalin. Ny. J
mengatakan An M tersenyum mengatakan pada usia an.w 4 bulan
pertama kali pada usia 3 bulan,
baru pertama kali tersenyum dan mulai
berguling pada usia 5 bulan, duduk
berguling pada usia 8 bulan, duduk
pada usia 1 tahun, merangkak pada
usia1,5 tahun, berdiri pada usia 2 pada usia 10 bulan, merangkak pada
tahun, bicara pertama kali pada usia 3 usia12 bulan, berdiri pada usia 20
tahun dengan kata”mama, papa”, bulan, berjalan pada usia 2 tahun, mulai
berjalan pada umur 4 tahun, berbicara pada usia 3 tahun, berpakaian
berpakaian tanpa bantuan 4 tahun. An tanpa bantuan pada usia 6 tahun. An w
M memiliki riwayat jatuh pada umur mengkosumsi asi sampai usia 2,5 tahin/
3 bulan. Setelah jatuh An. M menjadi 30 bulan. Ny J baru menyadari An.w
kurang aktif dalam bergerak dan mengalami keterlambatan tumbuh
mengalami keterlambatan kembang ketika An W sekolah di
perkembangan. Ny N membawa An.
Taman kanak- kanak pada usia An. W 5
M pergi ke dokter spesialis anak
untuk diperiksa. An. M pada usia 2 tahun. Ketika sudah mengetahui bahwa
tahun menjalani terapi motorik anaknya mengalami keterlambatan
selama 5 bulan di RSUP Dr.M. perkembangan Ny J mengkonsultasikan
Djamil. Selanjutnya terapi dilakukan kepada kader dan tenaga kesehatan di
di rumah selama 1 tahun. Pada usia 5 puskesmas.An W pada usia 6 tahun
tahun An M menjalani terapi bicara menjalani terapi bicara di harapan
selama 2 bulan dan juga melakukan Bunda selama 2 bulan. Setelah
tes IQ, didapatkan hasil tes IQ An M menjalani terapi An W sudah mulai bisa
rendah. An M langsung dimasukkan berbicara sedikit demi sedikit, namun
ke SLB Kasih Ummi pada tahun karena kesulitan ekonomi An W tidak
2014 pada usia 7 tahun. An M mulai lagi menjalani terapi. Pada saat berumur
kembali aktif dan mencoba 7 tahun an.w masuk sekolah dasar
melakukan personal hygiene secara negeri. Setelah sekolah selama 6 bulan
mandiri ketika berada di kelas 3 yang di sekolah dasar An. W mengalami
berumur 9 tahun pada tahun 2016. pembullyan dari teman teman nya
sehingga an w berjalan agak pincang
dan mengalami benturan kepala. An. W
masuk SLB Kasih Ummi pada usia 9
tahun di tahun 2014. Ny J mengatakan
mulai ada perubahan yang dialami oleh
An W setelah 2 tahun sekolah di SLB
kasih ummi.

Poltekkes Kemenkes Padang


87

Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny N mengatakan tidak ada keluarga Ny J mengatakan tidak ada keluarga
yang mengalami gangguan yang mengalami gangguan
perkembangan retardasi mental perkembangan retardasi mental seperti
seperti yang dialami An M yang dialami An W
Lingkungan Lingkungan
Rumah Keluarga Bpk. A memiliki Rumah Ibu J tampak tidak rapi, tidak
pagar rumah yang tidak terkunci, alat terdapat pagar rumah, alat alat rumah
alat rumah tangga tampak tidak rapi, tangga tampak berserakan, interaksi
peralatan belajar dan seragam sekolah dengan tetangga cukup baik, Siswa
An. M tampak berserakkan, interaksi SLB Kasih Ummi Kota Padang tampak
keluarga Bapak A dengan tetangga banyak berkuku panjang
jarang dilakukan, Siswa SLB Kasih
Ummi Kota Padang tampak banyak
berkuku panjang
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Cara berjalan An M tidak memiliki Cara berjalan An. W tidak memiliki
gangguan, rambut tampak tidak rapi, gangguan, rambut tampak kering dan
mata simetris, Rongga mulut tidak tidak rapi, wajah An. W sering tampak
bersih, terdapat karies, kuku jari kebingungan, Rongga mulut tidak
tangan dan kuku jari kaki tampak bersih, Gigi jarang, Telinga kotor,
panjang dan kotor Kuku jari tangan dan jari kaki terlihat
kotor dan panjang
Kebiasaan Sehari- hari Kebiasaan Sehari- hari
An. M mandi masih kurang bersih An. W dapat makan secara mandiri
den sering bermain air ketika mandi, tetapi menyisakan rimah dan mulut
An M bermain bersama saudara di yang agak berlepotan, belum bisa
dalam rumah, sedangkan bermain melakukan personal hygiene yang
bersama teman jika teman efektif secara mandiri, aktivitas
berkunjung ke rumah An. M
bermain bersama saudara/teman
didalam rumah dan kadang kadang
diluar rumah
Status Sosial Ekonomi Keluarga Status Sosial Ekonomi Keluarga
Bapak A merupakan Pegawai Negeri Pendapatan keluarga bapak S dalam
Sipil di Kabupaten Pesisir Selatan sebulan ±Rp.1.200.000.Penghasilan
dan ibu N merupakan Pegawai Negeri bapak S terkadang tidak tetap tiap
Sipil. Pendapatan keluarga bapak A bulannya, tergantung pekerjaannya dan
dalam sebulan ± upah yang didapat, penghasilan bapak
Rp.6.500.000. Penghasilan keluarga S digunakan untuk mencukupi
bapak A digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari
kebutuhan sehari- hari
Harapan Keluarga Harapan Keluarga
Keluarga Ny N mengharapkan An. M Ny j berharap An W dapat hidup secara
dapat merawat diri dan hidup secara mandiri seperti anak normal pada
mandiri umumnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


88

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa


data subjektif dan data objektif. Berikut ini merupakan diagnosa
keperawatan yang ditegakkan oleh perawat pada partisipan I dan partisipan
II. Ditemukan 5 diagnosa keperawatan untuk partisipan I dan 5 diagnosa
untuk partisipan II.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Partisipan I Partisipan II

Poltekkes Kemenkes Padang


89

Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan


perubahan fungsi kognitif ditandai perubahan fungsi kognitif ditandai
dengan Ny N mengatakan An M sulit dengan Ibu J mengatakan An W sulit
berkonsentrasi, An M tampak ketika berkonsentrasi, sering melamun, An
keluar rumah tidak menyadari akan W mengalami keterlambatan
keadaan bahaya, kuku jari tangan dan perkembangan retardasi mental, Kuku
kuku jari kaki tampak panjang, rumah jari tangan dan jari kaki An W terlihat
keluarga Ny.N memiliki pagar rumah panjang, Rumah Ibu J tampak tidak
yang tidak terkunci, alat alat rumah rapi, tidak terdapat pagar rumah, alat
tangga tampak tidak rapi, peralatan alat rumah tangga tampak berserakan,
belajar dan seragam sekolah An. M Siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang
tampak berserakkan, Siswa SLB Kasih tampak banyak berkuku panjang.
Ummi Kota Padang tampak banyak
berkuku panjang.

Defisit perawatan diri berhubungan Defisit perawatan diri berhubungan


dengan gangguan psikologis dengan gangguan psikologis
retardasi mental ditandai dengan Ny retardasi mental ditandai dengan Ny
N mengatakan An M mandi masih J mengatakan An W mandi kurang
kurang bersih dan sering bermain air bersih, belum bisa menjaga kebersihan
ketika mandi, An M tampak rambut diri sendiri serta belum bisa
tidak rapi, rongga mulut kurang melakukan perawatan diri secara
bersih, beberapa gigi mengalami mandiri sesuai usianya, An W
karies, kuku jari tangan tampak memiliki rambut tampak kering dan
panjang dan kotor, kuku jari kaki tidak rapi mulut kurang bersih,telinga
tampak panjang dan kotor. kotor, kuku jari tangan terlihat kotor,
kuku jari kaki terlihat kotor, An. W
dapat makan secara mandiri tetapi
menyisakan rimah dan mulut yang
agak berlepotan, An W masih belum
bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene

Kesiapan peningkatan koping Kesiapan peningkatan koping


keluarga ditandai dengan Ny N keluarga ditandai dengan Ny J

Poltekkes Kemenkes Padang


90

berharap An M dapat merawat diri dan berharap an W bisa hidup mandiri


hidup secara mandiri seperti orang seperti orang normal pada umumnya,
normal pada umumnya, Nn N tampak Ny J menyatakan perasaan sedih dan
antusias dalam melakukan asuhan khawatir ketika An W sering di bully
keperawatan pada An M di rumah saat sekolah di sekolah umum dan tak
ingin kejadian yang sama terulang lagi,
Ny J tampak sangat antusias dalam
pemberian asuhan keperawatan
pada An W

Gangguan tumbuh kembang Gangguan tumbuh kembang


berhubungan dengan inkonsistensi berhubungan dengan inkonsistensi
respon ditandai dengan Ny N respon ditandai dengan Ny J
mengatakan An M mengalami mengatakan sadar bahwa An W
keterlambatan perkembangan dan mengalami keterlambatan
kurang aktif semenjak jatuh pada usia perkembangan pada saat berusia 5
3 bulan, An. M tampak susah dalam tahun, An W sulit berkonsentrasi,
menyampaikan pendapat baik dalam sering melamun, mudah bosan, An W
tulisan maupun dengan kata- kata, sulit tampak terkadang berbicara tidak jelas
berkonsentrasi, suka bermain, suka dan tidak nyambung, sering senyum,
menanggapi orang dengan senyuman, afek datar, respon sosial agak lambat,
berbicara tidak jelas, IQ tampak sering bingung
An. M: 50 IQ An. W : 48

Gangguan komunikasi verbal Gangguan komunikasi verbal


berhubungan dengan hambatan berhubungan dengan hambatan
individu dalam hubungan sosial individu dalam hubungan sosial
ditandai dengan Ny N mengatakan An. ditandai dengan Ny J mengatakan An
M susah dalam menyampaikan W susah dalam berbicara dan memilih
pendapat baik dalam tulisan maupun kata yang tepat, An. W terkadang
dengan kata- kata, suka menanggapi berbicara tidak jelas dan tidak
orang dengan senyuman, An M nyambung, jarang menggunakan
menanggapi pertanyaan dengan ekspresi wajah atau tubuh saat
senyuman dan hanya menjawab antara berinteraksi, sering senyum, afek datar,
“iya” dan “tidak” respon sosial agak lambat, tampak
sering bingung saat berinteraksi

Poltekkes Kemenkes Padang


91

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada


NIC dan NOC. Berikut adalah rencana keperawatan pada kedua partisipan.
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa risiko dilakukan untuk diagnosa risiko
cidera berhubungan dengan cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif yaitu 1) perubahan fungsi kognitif yaitu 1)
Manajeman lingkungan: keselamatan, Manajeman lingkungan: keselamatan,
2) Pencegahan jatuh, dengan kriteria 2) Pencegahan jatuh, dengan kriteria
hasil : Aktivitas yang sesuai untuk hasil : Aktivitas yang sesuai untuk
tingkat usia perkembangan anak, tingkat usia perkembangan anak,
strategi untuk mencegah jatuh, strategi strategi untuk mencegah jatuh, strategi
untuk mencegah kecelakaan bermain, untuk mencegah kecelakaan bermain,
surveilans area bermain outdoor yang surveilans area bermain outdoor yang
tepat, memilih mainan yang aman dan tepat, memilih mainan yang aman dan
sesuai dengan usia, memberikan sesuai dengan usia, memberikan
pengawasan terkait peralatan di area pengawasan terkait peralatan di area
bermain, monitor penggunaan bermain, monitor penggunaan
olahraga dan alat rekreasi. olahraga dan alat rekreasi.

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa defisit dilakukan untuk diagnosa defisit
perawatan diri berhubngan dengan perawatan diri berhubungan
gangguan psikologis retardasi dengan gangguan psikologis
mental yaitu: 1) Bantuan perawatan retardasi mental yaitu: 1) Bantuan
diri: Kebersihan, 2) Bantuan perawatan diri: Kebersihan, 2)
perawatan diri: berdandan, 3) Bantuan Bantuan perawatan diri: berdandan, 3)
perawatan diri: pemberian makan, Bantuan perawatan diri: pemberian
dengan kriteria hasil : Makan, mandi, makan, dengan kriteria hasil : Makan,
kebersihan, kebersihan, mulut mandi, kebersihan, kebersihan, mulut

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa kesiapan dilakukan untuk diagnosa kesiapan
peningkatan koping keluarga yaitu peningkatan koping keluarga yaitu
1) Bimbingan antisipatif, 2) 1) Bimbingan antisipatif, 2)
peningkatan koping, 3) peningkatan peningkatan koping, 3) peningkatan
keterlibatan keluarga, 4) dukungan keterlibatan keluarga, 4) dukungan
keluarga, dengan kriteria hasil: keluarga, dengan kriteria hasil:
melibatkan anggota keluarga dalam melibatkan anggota keluarga dalam
pengambilan keputusan, pengambilan keputusan,
mengungkapkan perasaan dan emosi mengungkapkan perasaan dan emosi

Poltekkes Kemenkes Padang


92

secara terbuka diantara anggota secara terbuka diantara anggota


keluarga, merawat anggota keluarga keluarga, merawat anggota keluarga
yang memiliki ketergantungan, yang memiliki ketergantungan,
mengatur perilaku anggota keluarga, mengatur perilaku anggota keluarga,
keanekaragaman diantara anggota keanekaragaman diantara anggota
keluarga, anggota keluarga bisa saling keluarga, anggota keluarga bisa saling
mendukung, pertumbuhan dan mendukung, pertumbuhan dan
perkembangan yang normal, perilaku perkembangan yang normal, perilaku
anak yang normal, kebutuhan anak yang normal, kebutuhan
psikologi, kebutuhan emosi, kebutuhan psikologi, kebutuhan emosi, kebutuhan
stimulasi, kebutuhan untuk stimulasi, kebutuhan untuk
bersosialisasi, kebutuhan spiritual, bersosialisasi, kebutuhan spiritual,
kebutuhan bimbingan moral, metode kebutuhan bimbingan moral, metode
disiplin yang sesuai untuk usia disiplin yang sesuai untuk usia
perkembangan, strategi komunikasi perkembangan, strategi komunikasi
yang efektif yang efektif

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa gangguan dilakukan untuk diagnosa gangguan
tumbuh kembang berhubungan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon yaitu 1) dengan inkonsistensi respon yaitu 1)
Bimbingan antisipatif, 2) Manajemen Bimbingan antisipatif, 2) Manajemen
perilaku, 3) Dukungan pengasuhan, 4) perilaku, 3) Dukungan pengasuhan, 4)
Peningkatan perkembangan anak, 5) Peningkatan perkembangan anak, 5)
Latihan kontrol impuls, 6) Pendidikan Latihan kontrol impuls, 6) Pendidikan
orangtua: keluarga yang membesarkan orangtua: keluarga yang membesarkan
anak, dengan kriteria hasil : anak, dengan kriteria hasil :
menunjukkan kreatifitas, menunjukkan menunjukkan kreatifitas, menunjukkan
kemampuan pada kemampuan pada
tingkat mampu sesuai usia tingkat mampu sesuai usia

Rencana keperawatan yang akan Rencana keperawatan yang akan


dilakukan untuk diagnosa gangguan dilakukan untuk diagnosa gangguan
komunikasi verbal berhubungan komunikasi verbal berhubungan
dengan hambatan individu dalam dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial yaitu: 1) Mendengar hubungan sosial yaitu: 1) Mendengar
aktif, 2) Latihan memori dengan aktif, 2) Latihan memori dengan
kriteria hasil: Mengidentifikasi diri kriteria hasil: Mengidentifikasi diri
sendiri, mengidentifikasi tempat saat sendiri, mengidentifikasi tempat saat
ini, mengenali faktor resiko individu, ini, mengenali faktor resiko individu,
mengenali kemampuan untuk merubah mengenali kemampuan untuk merubah
perilaku, memonitor faktor risiko perilaku, memonitor faktor risiko
dilingkungan, memonitor faktor risiko dilingkungan, memonitor faktor risiko
individu, mengembangkan strategi individu, mengembangkan strategi
yang efektif dalam mengontrol risiko. yang efektif dalam mengontrol risiko.

Poltekkes Kemenkes Padang


93

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan selama 10 hari untuk masing- masing partisipan.


Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat. Berikut adalah implementasi yang
dilakukan.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada
diagnosa keperawatan yang pertama diagnosa keperawatan yang pertama
Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif adalah perubahan fungsi kognitif yaitu
mengidentifikasi kebutuhan keamanan mengidentifikasi kebutuhan
anak berdasarkan fungsi fisik dan keamanan anak berdasarkan fungsi
kognitif serta riwayat perilaku di masa fisik dan kognitif serta riwayat
lalu, mengidentifikasi hal- hal yang perilaku di masa lalu,
membahayakan di lingkungan anak, mengidentifikasi hal- hal yang
mengidentifikasi kekurangan baik membahayakan di lingkungan anak,
kognitif atau fisik dari anak yang mengidentifikasi kekurangan baik
mungkin meningkatkan potensi jatuh kognitif atau fisik dari anak yang
pada lingkungan anak, mungkin meningkatkan potensi jatuh
mengidentifikasi perilaku dan faktor pada lingkungan anak,
yang mempengaruhi risiko jatuh, mengidentifikasi perilaku dan faktor
mengkaji ulang riwayat jatuh bersama yang mempengaruhi risiko jatuh,
dengan anak dan keluarga, mengkaji ulang riwayat jatuh
mengidentifikasi karakteristik dari bersama dengan anak dan keluarga,
lingkungan yang mungkin mengidentifikasi karakteristik dari
meningkatkan potensi jatuh, monitor lingkungan yang mungkin
gaya berjalan, memonitor lingkungan meningkatkan potensi jatuh, monitor
terhadap resiko terjadinya perubahan gaya berjalan, memonitor
status keselamatan anak M, lingkungan, terhadap resiko
memberikan edukasi kepada Ny N terjadinya perubahan status
tentang lingkungan yang aman bagi keselamatan anak M, memberikan
anak M, menjaga lingkungan aman edukasi kepada Ny N tentang
sekitar anak M, memodifikasi lingkungan yang aman bagi anak M,
lingkungan untuk meminimalkan menjaga lingkungan aman sekitar
risiko cedera. anak M, memodifikasi lingkungan
untuk meminimalkan risiko cedera.

Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada


diagnosa keperawatan yang kedua diagnosa keperawatan yang kedua
Defisit perawatan diri berhubungan Defisit perawatan diri
dengan gangguan psikologis berhubungan dengan gangguan
retardasi mental adalah psikologis retardasi mental adalah
mengidentifikasi defisit perawatan diri mengidentifikasi defisit perawatan

anak, memonitor kebersihan kuku, diri anak, memonitor kebersihan


Poltekkes Kemenkes Padang
94

sesuai dengan kemampuan merawat kuku, sesuai dengan kemampuan


diri anak M, mengkaji kemampuan merawat diri An. W,
perawatan diri anak M, menginformasikan kepada Ny J
menginformasikan kepada Ny N untuk untuk mendukung kemandirian
mendukung kemandirian dengan dengan membantu hanya ketika An.
membantu hanya ketika anak M tak W tak mampu melakukan perawatan
mampu melakukan perawatan diri, diri, memonitor kemampuan
memonitor kemampuan perawatan diri perawatan diri secara mandiri An. W,
secara mandiri anak M, memberikan memberikan pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan cuci tangan pakai cuci tangan pakai sabun dan 6
sabun dan 6 langkah cuci tangan pakai langkah cuci tangan pakai sabun,
sabun, mendemonstrasikan 6 langkah mendemonstrasikan 6 langkah cuci
cuci tangan bersama Ny N dan anak M tangan bersama Ny J dan anak W,
menjelaskan pentingnya menjaga menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan tubuh (mandi, keramas, kebersihan tubuh (mandi, keramas,
menggosok gigi) secara mandiri menggosok gigi) secara mandiri
kepada anak M bersama Ny N, kepada An. W bersama Ny J,
bersama Ny N memfasilitasi alat untuk bersama Ny J memfasilitasi alat
mandi, keramas, menyikat gigi, untuk mandi, keramas, menyikat gigi,
menjelaskan kembali kepada anak alat menjelaskan kembali kepada anak
alat yang digunakan untuk mandi, alat alat yang digunakan untuk
keramas, menyikat gigi, menjelaskan mandi, keramas, menyikat gigi,
peraturan yang harus dipatuhi oleh menjelaskan peraturan yang harus
anak M saat mandi, keramas, menyikat dipatuhi oleh An. W saat mandi,
gigi, bersama anak M melakukan keramas, menyikat gigi, bersama An.
perawatan diri mandi, keramas, W melakukan perawatan diri mandi,
menyikat gigi, memberikan pujian keramas, menyikat gigi, memberikan
untuk kemampuan anak dalam pujian untuk kemampuan anak dalam
melakukan perawatan diri melakukan perawatan diri mandi,
mandi,\keramas, menyikat gigi, \keramas, menyikat gigi,
mengevaluasi perasaan anak setelah mengevaluasi perasaan anak setelah
melakukan perawatan diri mandi, melakukan perawatan diri mandi,
keramas, menyikat gigi, mengevaluasi keramas, menyikat gigi,
perawatan diri mandi, keramas, mengevaluasi perawatan diri mandi,
menyikat gigi, menjelaskan kembali keramas, menyikat gigi, menjelaskan
pentingnya menjaga kebersihan diri kembali pentingnya menjaga
kepada anak M, melakukan kembali kebersihan diri kepada An. W,
perawatan diri mandi, keramas, melakukan kembali perawatan diri
menyikat gigi, mengevaluasi mandi, keramas, menyikat gigi,
pengetahuan dan kemampuan anak M mengevaluasi pengetahuan dan
melakukan perawatan diri secara kemampuan An. W melakukan
mandiri, menjelaskan manfaat dan cara perawatan diri secara mandiri,
perawatan kuku, melakukan perawatan memberikan pujian kepada An. W
kuku pada anak M, mengevaluasi atas kemampuan, menjelaskan
perasaan anak M setelah dilakukan manfaat dan cara perawatan kuku,
perawatan kuku, menganjurkan anak M melakukan perawatan kuku pada An.
melakukan perawatan kuku 1 x W, mengevaluasi perasaan An. W

Poltekkes Kemenkes Padang


95

seminggu diawasi Ny N,menjelaskan

manfaat berdandan berhias diri secara setelah dilakukan perawatan kuku,


mandiri, bersama Ny N menyediakan menganjurkan An. W melakukan
cermin dan sisir, melakukan berdandan perawatan kuku 1 x seminggu
berhias diri menyisir rambut secara diawasi Ny J, memberikan pujian
mandiri, memberi pujian kepada anak kepada An. W, menjelaskan manfaat
M atas kemampuannya, mengevaluasi berdandan berhias diri secara
perasaan anak setalah menyisir rambut, mandiri, bersama Ny J menyediakan
menganjurkan anak menyisir rambut cermin dan sisir, melakukan
setiap selesai mandi, menjelaskan berdandan berhias diri menyisir
manfaat tata cara makan dan minum rambut secara mandiri, memberi
yang baik, memperagakan tata cara pujian kepada An. W atas
makan dan minum yang baik bersama kemampuannya, mengevaluasi
anak. perasaan anak setalah menyisir
rambut, menganjurkan anak menyisir
rambut setiap selesai mandi,
menjelaskan manfaat tata cara makan
dan minum yang baik,
memperagakan tata cara makan dan
minum yang baik bersama anak.

Implementasi yang dilakukan pada


Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan yang ketiga
diagnosa keperawatan yang ketiga Kesiapan peningkatan koping
Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu membangun
keluarga yaitu membangun hubungan hubungan pribadi dengan anak dan
pribadi dengan anak dan anggota anggota keluarga yang akan terlibat
keluarga yang akan terlibat dalam dalam perawatan, mengidentifikasi
perawatan, mengidentifikasi kemampuan anggota keluarga untuk
kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan An. W,
terlibat dalam perawatan anak M, mengidentifikasi harapan anggota
mengidentifikasi harapan anggota keluarga untuk anak, monitor struktur
keluarga untuk anak, monitor struktur dan peran keluarga, mengidentifikasi
dan peran keluarga, mengidentifikasi persepsi anggota keluarga mengenai
persepsi anggota keluarga mengenai situasi, peristiwa yang tidak
situasi, peristiwa yang tidak diinginkan, perasaan dan perilaku
diinginkan, perasaan dan perilaku anak An. W, mengidentifikasi kekuatan
M, mengidentifikasi kekuatan dan dan kemampuan anak dengan
kemampuan anak dengan anggota anggota
keluarga, mendengarkan kekhawatiran, keluarga, mendengarkan
perasaan dan pertanyaan dari keluarga, kekhawatiran, perasaan dan
mengidentifikasi sifat dukungan pertanyaan dari keluarga,
spiritual bagi keluarga, menghargai dan mengidentifikasi sifat dukungan
mendukung mekanisme koping adaptif spiritual bagi, memberikan
yang digunakan keluarga, melibatkan pendidikan kesehatan kepada orang
anggota keluarga dan anak dalam tua mengenai cara berinteraksi
membuat keputusan terkait perawatan, dengan penyandang disabilitas
memberikan pendidikan kesehatan intelektual , mendorong Ny J dan An.
kepada orang tua mengenai cara W serta anggota keluarga untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
96

berinteraksi dengan penyandang bersikap asertif dalam berinteraksi,

disabilitas intelektual , mendorong Ny ,endorong Ny J untuk fokus pada


N dan anak M serta anggota keluarga setiap aspek positif dari situasi anak
untuk bersikap asertif dalam M, mendiskusikan bersama Ny J jenis
berinteraksi, mndorong Ny N untuk perawatan dirumah yang sesuai
fokus pada setiap aspek positif dari dengan kondisi An. W, melakukan
situasi anak M, mendiskusikan bersama kontrak waktu pertemuan
Ny N jenis perawatan dirumah yang selanjutnya, melakukan demonstrasi
sesuai dengan kondisi anak M, 6 langkah cuci tangan bersama Ny J,
melakukan kontrak waktu pertemuan An. W dan adik adiknya, evaluasi
selanjutnya, melakukan demonstrasi 6 kemampuan An. W bersama keluarga
langkah cuci tangan bersama Ny N, dalam mendemonstrasikan 6 langkah
anak M dan adik adiknya, evaluasi cuci tangan, memberikan pujian
kemampuan anak M bersama keluarga kepada An. W mengulang 6 langkah
dalam mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan, memonitor keterlibatan
cuci tangan, memberikan pujian kepada anggota keluarga dalam demonstrasi
Anak M mengulang 6 langkah cuci 6 langkah cuci tangan,
tangan, memonitor keterlibatan anggota mendiskusikan jenis perawatan di
keluarga dalam demonstrasi 6 langkah rumah bersama Ny J dan An M,
cuci tangan, mendiskusikan jenis membantu keluarga untuk
perawatan di rumah bersama Ny N dan mendapatkan pengetahuan,
An M, membantu keluarga untuk keterampilan dan alat yang
mendapatkan pengetahuan, diperlukan untuk mendukung
keterampilan dan alat yang diperlukan keputusan terhadap perawatan anak,
untuk mendukung keputusan terhadap bersama Ny J memfasilitasi
perawatan anak, bersama Ny N perawatan An. W di rumah,
memfasilitasi perawatan An M di mengevaluasi kemampuan An. W
rumah, mengevaluasi kemampuan An dan perasaan setelah dilakukan
M dan perasaan setelah dilakukan perawatan diri bersama Ny J,
perawatan diri bersama Ny N, mengevaluasi kemampuan An. W
mengevaluasi kemampuan An M dan dan perasaan setelah dilakukan
perasaan setelah dilakukan perawatan perawatan diri bersama Ny J pada
diri bersama Ny N pada pertemuan pertemuan sebelumnya menyediakan
sebelumnya, menyediakan Ny N dan Ny J dan An. W pilihan pilihan yang
An. M pilihan pilihan yang raelistis raelistis mengenai aspek perawatan,
mengenai aspek perawatan, memberi memberi dukungan terhadap sikap
dukungan terhadap sikap anak M An. W terkait dengan harapan yang
terkait dengan harapan yang realistis realistis sebagai upaya untuk
sebagai upaya untuk mengatasi mengatasi perasaan ketidakberdayaan
perassaan ketidakberdayaan pada An.M pada An.M bersama Ny J,
bersama Ny N, menjadwalkan menjadwalkan peninjauan kembali
peninjauan kembali untuk untuk mengevaluasi keberhasilan
mengevaluasi keberhasilan atau atau kebutuhan penguatan pada
kebutuhan penguatan pada keluarga. keluarga.

Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada


diagnosa keperawatan yang keempat diagnosa keperawatan yang keempat
Gangguan tumbuh kembang Gangguan tumbuh kembang
berhubungan dengan inkonsistensi berhubungan dengan inkonsistensi

Poltekkes Kemenkes Padang


97

respon yaitu membangun hubungan respon yaitu membangun hubungan


saling percaya bersama keluarga Ny N saling percaya bersama keluarga Ny J
dan anak M, melakukan kontrak waktu, dan An. W, melakukan kontrak
mengkaji riwayat tumbuh kembang waktu, mengidentifikasi faktorfaktor
anak, mengidentifikasi faktor-faktor personal yang berdampak pada
personal yang berdampak pada keberhasilan program pendidikan,
keberhasilan program pendidikan, mengkaji dengan keluarga dalam
mengkaji dengan keluarga dalam rangka mendapatkan informasi
rangka mendapatkan informasi mengenai kondisi kognisi dasar
mengenai kondisi kognisi dasar anak An. W, mengatur batasan bersama
M, mengatur batasan bersama anak M, An. W, mengkaji tingkat penerimaan
mengkaji tingkat Penerimaan orangtua orangtua terkait dengan perannya
terkait dengan perannya untuk untuk menyediakan perawatan,
menyediakan perawatan, berinteraksi berinteraksi personal dengan An. W,
personal dengan anak M, memberikan memberikan pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan kepada orang tua kepada orang tua mengenai cara
mengenai “cara berinteraksi dengan berinteraksi dengan penyandang
penyandang disabilitas intelektual” disabilitas intelektual, mendiskusikan
dengan menggunakan media berupa strategi dalam mengelola perilaku
booklet, mendiskusikan strategi anak, memotivasi orang tua untuk
kesabaran dan ketekunan dalam mencoba strategi berbeda dalam
mengelola perilaku anak, memotivasi mengasuh anak, memonitor interaksi
orang tua untuk mencoba strategi keluarga dengan anak W,
berbeda dalam mengasuh anak dengan menggunakan suara bicara yang
menggunakan strategi terapi bermain, lembut dan rendah, menyediakan
memonitor interaksi keluarga dengan media dalam bentuk video untuk
anak M, menggunakan suara bicara melakukan demonstrasi 6 langkah
yang lembut dan rendah, menyediakan cuci tangan, melakukan demonstrasi
media dalam bentuk video untuk 6 langkah cuci tangan bersama Ny J
melakukan demonstrasi 6 langkah cuci dan anak W beserta saudaranya
tangan, melakukan demonstrasi 6 sambil bernyanyi, meminta An. W
langkah cuci tangan bersama Ny N dan untuk mendemonstrasikan 6 langkah
anak M beserta saudaranya sambil cuci tangan secara mandiri sambil
bernyanyi, meminta anak M untuk diiringi dengan bernyanyi,
mendemonstrasikan 6 langkah cuci menyediakan kertas bergambar
tangan secara mandiri sambil diiringi beserta ilustrasi gambar dan pewarna
dengan bernyanyi, menyediakan kertas bersama Ny J, membantu dan
bergambar beserta ilustrasi gambar mendorong An. W memilih pewarna
dan pewarna bersama Ny N, yang di pakai untuk gambar sesuai
membantu dan mendorong anak M dengan ilustrasi secara mandiri,
memilih pewarna yang di pakai untuk mengevaluasi hasil mewarnai An. W
gambar sesuai dengan ilustrasi secara bersama Ny J, memberikan pujian
mandiri, mengevaluasi hasil mewarnai kepada An. W atas hasil usahanya,
anak M bersama Ny N, memberikan mengajarkan anak untuk mencari
pujian kepada anak M atas hasil bantuan dari orang lain ketika sangat
usahanya, mengajarkan anak untuk membutuhkan, melakukan terapi
mencari bantuan dari orang lain ketika bermain games bersama An. W dan
sangat membutuhkan, melakukan terapi
Poltekkes Kemenkes Padang
98

peneliti, mengajari anak untuk

bermain assosiative play bernyanyi melakukan tindakan “berhenti dan


bersama An. M, An. N dan An. F, berfikir” sebelum bertindak secara
mengajari anak untuk melakukan impulsif, bantu An. W memilih
tindakan “berhenti dan berfikir” tindakan yang paling
sebelum bertindak secara impulsive, menguntungkan, membantu anak
bantu anak memilih tindakan yang menulis sebuah kalimat secara
paling menguntungkan, membantu mandiri, membantu anak
anak menulis sebuah kalimat secara mengidentifikasi hasil yang
mandiri, membantu anak diinginkan dalam suatu hubungan
mengidentifikasi hasil yang diinginkan interpersonal berteman, melakukan
dalam suatu hubungan interpersonal terapi bermain: dramatic play
berteman, melakukan terapi bermain: (bermain peran), mendukung anak
dramatic play (bermain peran), untuk mengekspresikan diri,
Mendukung anak untuk membantu anak belajar berhitung
mengekspresikan diri, membantu anak dengan menggunakan lidi.
belajar berhitung dengan menggunakan
lidi.
Implementasi yang dilakukan pada
diagnosa keperawatan yang kelima Implementasi yang dilakukan pada
Gangguan komunikasi verbal diagnosa keperawatan yang kelima
berhubungan dengan hambatan Gangguan komunikasi verbal
individu dalam hubungan sosial berhubungan dengan hambatan
adalah menjelaskan tujuan interaksi,
individu dalam hubungan sosial
menunjukkan ketertarikan pada anak
yaitu menjelaskan tujuan interaksi,
M, berinteraksi personal dengan anak
M, memonitor perilaku anak M, menunjukkan ketertarikan pada anak,
mendorong anak untuk memonitor perilaku An. W,
mengekspresikan perasaan, mendorong anak untuk
mendengarkan anak M mengekspresikan perasaan,
mengekspresikan perasaan, mendengarkan An. W
memberikan pendidikan kesehatan dan mengekspresikan perasaan,
demonstrasi tentang 6 langkah cuci mendorong anak untuk
tangan, mendorong anak untuk mengekspresikan perasaan,
mengekspresikan perasaan, meminta memonitor perilaku An. W, meminta
anak M untuk mendemonstrasikan 6
An. W untuk mendemonstrasikan 6
langkah cuci tangan secara mandiri,
langkah cuci tangan secara mandiri,
memberikan pujian atas kemampuan
anak M, mendorong An. M untuk memberikan pujian atas kemampuan
mengekspresikan perasaan setelah An. W, menggunakan perilaku non
melakukan perawatan diri, verbal untuk memfasilitasi
menggunakan perilaku non verbal komunikasi, menggunakan teknik
untuk memfasilitasi komunikasi, diam dan mendengarkan saat An. W
menggunakan teknik diam dan mengekspresikan perasaan,
mendengarkan saat anak memberikan umpan balik kepada
mengekspresikan perasaan, melakukan anak, mengajarkan anak untuk
terapi bermain assosiative play mencari bantuan dari orang lain
bernyanyi bersama An. M, An. N dan ketika sangat membutuhkan,
Melakukan terapi bermain games
bersama An. W dan peneliti,
Poltekkes Kemenkes Padang
99

Mengajari anak untuk melakukan


An. F , melakukan terapi bermain tindakan “berhenti dan berfikir”
cooperative play bersama An. M, An. sebelum bertindak secara impulsif,
W dan siswa kelas 4, memberikan membantu An. memilih tindakan
latihan orientasi mengenai, nama yang paling menguntungkan,m
lengkap, nama panggilan, tanggal, dan memberi pujian terhadap usaha anak,
tempat, mengidentifikasi dan melakukan terapi bermain cooperative
mengkoreksi kesalahan orientasi anak, play bersama An. W, An. W dan
meminta Anak untuk mengulang siswa kelas 4, memberikan latihan
kembali orientasi yang disampaikan orientasi mengenai, nama lengkap,
oleh temannya, mendukung anak untuk nama panggilan, tanggal, dan tempat,
mengekspresikan diri saat melakukan memonitor perilaku anak selama
terapi bermain dramatic play, terapi, mengidentifikasi dan
melakukan terapi bermain cooperative mengkoreksi kesalahan orientasi
play bersama An. M, An.N dan An. F, anak, meminta Anak untuk
memberikan latihan orientasi mengulang kembali orientasi yang
mengenai, nama lengkap, nama disampaikan oleh temannya,
panggilan, tanggal, dan tempat, melatih mendukung anak untuk
anak membaca, mengevaluasi latihan mengekspresikan diri saat melakukan
membaca, melatih anak membaca. terapi bermain dramatic play,
melakukan terapi bermain cooperative
play bersama An. W, An. A,
memberikan latihan orientasi
mengenai, nama lengkap, nama
panggilan, tanggal, dan tempat,
melatih An. W membaca,
mengevaluasi latihan membaca,
melatih anak membaca.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap hari selama 10 hari. Berikut adalah hasil evaluasi

yang dilakukan pada kedua partisipan.

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Risiko cidera berhubungan dengan Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif perubahan fungsi kognitif
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
resiko cedera teratasi ditandai S: Ny N resiko cidera ditandai S: Guru SLB
meminta agar ikut membantu menutup meminta agar menutup pagar sekolah
dan mengunci pagar rumah jika ada jika ada yang keluar masuk, Guru SLB
anggota keluarga keluar dan masuk meminta mengawasi anak anak agar
rumah, Guru SLB meminta agar tidak bermain dengan berlebihan O:

Poltekkes Kemenkes Padang


100

menutup pagar sekolah jika ada yang Pagar sekolah tampak tertutup
keluar masuk, Guru SLB meminta A:Resiko cidera teratasi sebagian P:
mengawasi anak anak agar tidak Intervensi Resiko cidera dilanjutkan
bermain dengan berlebihan O: Pagar
rumah Ny N tampak tidak terkunci,
Pagar SLB tampak sering
terbuka,Siswa siswa di SLB tampak
bermain dengan berlebihan A:
Masalah resiko cidera belum teratasi
secara konsisten P: Intervensi Resiko
cidera dilanjutkan oleh keluarga dan
guru SLB kasih ummi

Defisit perawatan diri berhubungan


dengan gangguan psikologis Defisit perawatan diri berhubungan
retardasi mental dengan gangguan psikologis
Setelah dilakukan tindakan retardasi mental
keperawatan 10 x pertemuan masalah Setelah dilakukan tindakan
defisit perawatan diri ditandai S: Ny N keperawatan 10 x pertemuan masalah
mengatakan anak M dapat melakukan defisit perawatan diri ditandai S: Ny J
dan menjadwalkan perawatan diri mengatakan An. W dapat melakukan
mandi, keramas, menyikat gigi secara dan menjadwalkan perawatan diri
mandiri, Ny N mengatakan anak M mandi, keramas, menyikat gigi secara
dapat menyisir rambut sendiri dengan mandiri, Ny J mengatakan An. W
rapi, Ny N mengatakan anak M dapat dapat menyisir rambut sendiri dengan
makan secara mandiri O: Anak M rapi, Ny J mengatakan An. W dapat
tampak bersih dan rapi, Anak M makan secara mandiri O: An. W
tampak bisa melakukan tatacara tampak bersih dan rapi, An. W tampak
makan dan minum A: Masalah defisit bisa melakukan tatacara makan dan
perawatan diri teratasi sebagian P: minum A: Masalah defisit perawatan
Intervensi defisit perawatan diri diri teratasi sebagian P: Intervensi
dilanjutkan oleh Ny N defisit perawatan diri dilanjutkan oleh
Ny J
Kesiapan peningkatan koping
keluarga Kesiapan peningkatan koping
Setelah dilakukan tindakan keluarga
keperawatan 9 x pertemuan kesiapan Setelah dilakukan tindakan
peningkatan koping keluarga ditandai keperawatan 10 x pertemuan kesiapan
S: Ny N mengatakan An.M telah bisa peningkatan koping keluarga ditandai
melakukan perawatan diri secara S: Ny J mengatakan An. W telah bisa
mandiri tanpa dibantu, dapat melakukan perawatan diri secara
menjadwalkan untuk melakukan mandiri tanpa dibantu , Ny J
perawatan diri secara mandiri O: An mengatakan An. W dapat
M dapat memperagakan cara menjadwalkan untuk melakukan
perawatan diri mandi, keramas, perawatan diri secara mandiri O: An.
menyikat gigi, menyisir rambut, tata W dapat memperagakan cara
cara makan dan minum secara perawatan diri mandi, keramas,
mandiri. A: Kesiapan peningkatan menyikat gigi, menyisir rambut, tata
cara makan dan minum secara mandiri
koping keluarga teratasi P: Intervensi A: Kesiapan peningkatan koping
dihentikan keluarga teratasi P: Intervensi
Poltekkes Kemenkes Padang
101

dihentikan

Gangguan tumbuh kembang Gangguan tumbuh kembang


berhubungan dengan inkonsistensi berhubungan dengan inkonsistensi
respon respon
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
gangguan tumbuh kembang teratasi gangguan tumbuh kembang teratasi
sebagian ditandai S: Guru An M sebagian ditandai S: Guru An. W
mengatakan kemampuan menulis dan mengatakan kemampuan menulis dan
berhitung masih harus di latih O: An. berhitung masih harus di latih O: An.
M tampak menulis secara mandiri An W tampak menulis secara mandiri,
M tampak berhitung masih An. W tampak berhitung masih
menggunakan alat bantu dengan lidi menggunakan alat bantu dengan lidi
A: Masalah gangguan tumbuh A: Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian P : kembang teratasi sebagian P:
Intervensi gangguan tumbuh kembang Intervensi gangguan tumbuh kembang
dilanjutkan dilanjutkan

Gangguan komunikasi verbal Gangguan komunikasi verbal


berhubungan dengan hambatan berhubungan dengan hambatan
individu dalam hubungan sosial individu dalam hubungan sosial
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 x pertemuan masalah keperawatan 10 x pertemuan masalah
gangguan komunikasi verbal belum gangguan komunikasi verbal ditandai
teratasi ditandai S: Guru mengatakan S: Guru mengatakan An. W sulit
An M sulit belajar membaca IQRA’ belajar membaca IQRA’ O: An. W
O: An M tampak kesulitan membaca tampak kesulitan membaca dan
dan mengingat huruf IQRA’ A: mengingat huruf IQRA’ A: Gangguan
Gangguan komunikasi verbal belum komunikasi verbal belum teratasi P :
teratasi P: Intervensi gangguan Intervensi gangguan komunikasi
komunikasi verbal dilanjutkan verbal dilanjutkan

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang peneliti temukan pada


An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan maupun
dengan kata- kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi
orang dengan senyuman, suka mengganggu adik adiknya, berbicara tidak
jelas, mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika mandi, An
M tidak menyadari akan keadaan bahaya. An. M memiliki IQ : 50. Riwayat
kesehatan sekarang yang peneliti temukan pada An. W mengalami
keterlambatan perkembangan tidak sesuai usia pada anak normal, sulit

Poltekkes Kemenkes Padang


102

berkonsentrasi, sering melamun, mudah bosan, belum bisa melakukan


perawatan diri secara mandiri sesuai usianya, terkadang berbicara tidak jelas
dan tidak nyambung, sering senyum, afek datar, respon sosial agak lambat,
tampak sering bingung. An. W memiliki IQ : 48

Menurut Betz dan Sowden (2009), retardasi mental merupakan disabilitas


kognitif yang muncul pada masa kanak- kanak yang ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah normal disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Salah satu contoh retardasi mental kerusakan otak yaitu anak
deteksio, dengan ciri-ciri anak mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berfikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata- kata.

Menurut Solek dalam a journey to child neurodevelopment: Application in


daily practice (2010), klasifikasi retardasi mental sedang memiliki tingkat
nilai kecerdasan atau IQ 35-40 sampai 50-55.

Menurut peneliti hasil pengkajian anak retardasi mental terhadap An.M dan
An W sesuai dengan teori. Anak retardasi mental memiliki gangguan
kognitif, khususnya pada kedua partisipan sama sama memiliki gangguan
perkembangan retardasi mental sedang, dengan memiliki IQ yang berkisar
antara 35-40 sampai 50-55, serta memiliki keterbatasan lainnya seperti
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan sosial.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang peneliti temukan pada An.
M mengalami gangguan perkembangan setelah terjatuh pada usia 3 bulan
sampai sekarang, Ny N telah berusaha melakukan berbagai terapi pada anak
M. Riwayat kesehatan dahulu yang peneliti temukan pada An. W mengalami
gangguan perkembangan sejak lahir sampai sekarang, An. W pernah
mengikuti terapi satu kali, karena kesulitan ekonomi keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


103

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa
radang dari otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukup
pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir
belum cukup umur dan keracunan.

Peneliti berasumsi pada pengkajian kesehatan dahulu pada An M dan An W


sesuai dengan teori, yaitu sama sama mengalami retardasi mental kerusakan
otak. Namun pada An M disebabkan oleh riwayat jatuh yang dimiliki pada
usia 3 bulan, sedangkan pada An W disebabkan ketika proses kelahiran yang
mengharuskan An W lahir dengan menggunakan alat bantu persalinan.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga An. M dan An. W sama- sama
tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan perkembangan.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu kelompok retardasi mental genetik.
Retardasi mental genetik adalah keterbelakangan mental akibat kelainan
faktor keturunan.

Menurut peneliti pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga yang


ditemukan pada keluarga An M dan An W tidak sesuai dengan teori yang
ada, dikarenakan tidak ditemukannya keturunan sebelumnya yang memiliki
gangguan perkembangan. Serta pada data yang ditemukan tidak adanya
keturunan sebelumnya, gangguan kehamilan, dan perilaku orang tua yang
dapat menyebabkan resiko anak mengalami retardasi mental. Perbedaan
yang mencolok pada kedua partisipan yaitu pada partisipan 1 diketahui
bahwa mulai mengalami gangguan perkembangan setelah memiliki riwayat
jatuh pada usia 3 bulan, sedangkan pada partisipan 2 mengalami gangguan
perkembangan sejak lahir.

Hasil pengkajian terhadap lingkungan sehari- hari pada An.M bertempat


tinggal di rumah memiliki pagar yang tidak terkunci, alat alat rumah tangga
tampak tidak rapi, peralatan belajar dan seragam sekolah An. M tampak
berserakkan, interaksi keluarga Bapak A dengan tetangga jarang dilakukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


104

Lingkungan sehari- hari pada An. W Rumah Ibu N tampak tidak rapi, tidak
terdapat pagar rumah, interaksi dengan tetangga cukup baik.

Menurut Padila (2012), kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan


perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

Berdasarkan hasil penelitian Wulandari, Nelvia dan Saputra (2018), anak


retardasi mental memiliki hambatan dalam kemampuan berfikir terkadang
disertai dengan kelainan fisik. Sehingga anak retardasi mental membutuhkan
bantuan dari orang orang terdekatnya untuk dapat menumbuhkan rasa
percaya diri untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya maupun dengan teman temannya. Kemampuan sosialisasi anak
retardasi mental tidak hanya didapatkannya dalam lingkungan sekolah tetapi
dalam lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi kemampuan
sosialisasi anak. Dalam lingkungan keluarga, orang tua perlu lebih banyak
menggali informasi bagaimana dan sejauh mana anak memiliki kemampuan
sosialisasi.

Menurut peneliti pada pengkajian lingkungan sehari- hari pada An M dan


An W keluarga telah berusaha untuk meningkatkan perkembangan anak
dengan menfasilitasi kebutuhan yang dimiliki oleh orang tua masing masing.

Pada An M terdapat lingkungan rumah yang dapat meningkatkan rasa aman


bagi keluarga dengan adanya pagar rumah, sedangkan pada An. W memiliki
rumah yang sederhana, namun keluarga menunjang perkembangan anak
dengan adanya interaksi yang baik dengan tetangga sekitar rumah.

Hasil pemeriksaan fisik pada An. M tidak memiliki gangguan cara berjalan,
rambut tampak tidak rapi, Rongga mulut tidak bersih, terdapat karies, kuku
jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari kaki tampak panjang dan
kotor. Pemeriksaan fisik pada An. W tidak memiliki gangguan cara
berjalan, rambut tampak kering dan tidak rapi, wajah An. W sering tampak

Poltekkes Kemenkes Padang


105

kebingungan, rongga mulut tidak bersih, gigi jarang, telinga kotor, kuku
jari tangan terlihat kotor, kuku jari kaki terlihat kotor

Berdasarkan hasil penelitian Wardani, Azza dan komarudin (2015),


keterbatasan dalam perawatan diri pada anak retardasi mental disebabkan
keterbatasan pengembangan motorik kasar dan motorik halus sehingga
mengalami kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri dan kemampuan
berhias diri secara mandiri.

Menurut peneliti, hasil pemeriksaan fisik pada An.M dan An W, terdapat


ciri yang sesuai dengan teori. Anak yang mengalami retardasi mental
mengalami keterbatasan dalam perawatan diri, sehingga mengalami
kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri dan kemampuan berhias diri
secara mandiri, seperti hasil pemeriksaan yang ditemukan pada An.M dan
An.W merupakan ciri ciri defisit perawatan diri.

Hasil pengkajian kebiasaaan sehari- hari pada An. M mandi masih kurang
bersih den sering bermain air ketika mandi, aktivitas bermain bersama
saudara/ teman di dalam rumah. Kebiasaan sehari- hari pada An. W dapat
makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah dan mulut yang agak
berlepotan, belum bisa melakukan personal hygiene yang efektif secara
mandiri,aktivitas bermain bersama saudara/teman didalam rumah dan
kadang kadang diluar rumah

Berdasarkan hasil penelitian Muliana (2013), ada hubungan dukungan


keluarga seperti informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental,
dan dukungan emosional terhadap kemandirian anak retardasi mental sedang
yang mengalami keterbelakangan intelegensi atau pikiran, yang
mengakibatkan mereka memiliki kekurangan dalam banyak hal yakni :
kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan
diri dengan masalah masalah dan situasi situasi kehidupan baru.

Hasil pengkajian status sosial ekonomi keluarga pada An. M termasuk


kepada keluarga yang mampu, pendapatan keluarga bapak A dalam sebulan
± Rp.6.500.000. Status sosial ekonomi keluarga pada An. W termasuk
kepada keluarga yang kurang mampu, pendapatan keluarga bapak S dalam
sebulan ±Rp.1.200.000. Penghasilan bapak S terkadang tidak tetap tiap
bulannya, tergantung pekerjaannya dan upah yang didapat.
Poltekkes Kemenkes Padang
106

Menurut Suryani, pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang


tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan segala
kebutuhan anak.

Menurut Liyana, Muhariati dan Rusilanti dalam jurnal kesejahteraan


keluarga dan pendidikan (2014), pola asuh belajar anak tunagrahita mampu
didik berdasarkan status ekonomi tinggi dan sedang memiliki tingkat
komunikasi yang rendah terhadap anak, sedangkan pola asuh belajar anak
tunagrahita berdasarkan status ekonomi rendah memiliki rasa kasih saying
yang rendah terhadap anaknya.

Peneliti mengemukakan bahwa adanya pengaruh status ekonomi keluarga


terhadap perkembangan anak retardasi mental. Pada An. M dengan status
ekonomi keluarga yang tinggi, dimana keluarga selalu berupaya melakukan
berbagai terapi untuk melakukan stimulus perkembangan An.M, sedangkan
pada An. W dengan status ekonomi keluarga yang rendah, keluarga
kesulitan dalam menunjang perkembangan An. W

.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang peneliti temukan pada anak dengan retardasi


mental pada partisipan 1 dan partisipan 2 sama,yaitu 5 buah pada partisipan
I dan 5 buah diagnosa untuk partisipan II. Masalah keperawatan yang sama
antara partisipan I dan partisipan II adalah:1) Risiko cidera berhubungan
dengan perubahan fungsi kognitif, 2) Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan psikologis retardasi mental, 3) Kesiapan peningkatan
koping keluarga, 4) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
inkonsistensi respon, 5) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
hambatan individu dalam hubungan sosial

Berdasarkan beberapa sumber buku peneliti menemukan ada 10 diagnosa


keperawatan (Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009,
SDKI, 2016) pada anak yang mengalami retardasi mental, yaitu :1) Defisit
perawatan diri, 2) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik, 3)Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri, 4) Kesiapan peningkatan koping keluarga, 5) Defisit

Poltekkes Kemenkes Padang


107

pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif, 6) Gangguan


interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan, 7) Isolasi
sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan, 8) Risiko cidera
berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif, 9)Gangguan komunikasi
verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam hubungan sosial, 10)
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual

Analisa peneliti terhadap diagnosa yang ditemukan pada partisipan 1 dan


partisipan 2 sama dengan teori yang ada. Namun dalam diagnosa yang ada
di teori, tidak semua diagnosa dapat ditegakkan. Diagnosa yang diambil
sesuai dengan data yang didapat.

Berdasarkan kasus yang peneliti temukan, diagnosa utama yang peneliti


angkat untuk An.M dan An.W sama yaitu Risiko cidera berhubungan
dengan perubahan fungsi kognitif pada partisipan 1 ditandai dengan Ny N
mengatakan An M sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka mengganggu
adik adiknya, An M tampak sering ingin bermain, ketika keluar rumah, tidak
menyadari akan keadaan bahaya. Partisipan 2 ditandai dengan Ibu J
mengatakan An W sulit berkonsentrasi, sering melamun, An W mengalami
keterlambatan perkembangan retardasi mental.

Menurut Betz dan Sowden (2009), retardasi mental merupakan disabilitas


kognitif yang muncul pada masa kanak- kanak yang ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah normal disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Peneliti menemukan bahwa pada anak yang mengalami retardasi mental


cendrung memiliki resiko cidera. Pada kedua partisipan yang juga
merupakan anak retardasi mental, rentan mengalami resiko cedera
dikarenakan, kurangnya kemampuan akan keadaan bahaya bisa terjadi
dikarenakan gangguan kognitif yang dimiliki oleh anak. Sehingga perlu
diawasi lingkungan dan aktivitas yang dilakukan anak setiap hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


108

Diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis


retardasi mental pada partisipan 1 ditandai dengan Ny N mengatakan An M
mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika mandi, An M
tampak rambut tidak rapi, rongga mulut kurang bersih, beberapa gigi
mengalami karies, kuku jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari kaki
tampak panjang dan kotor. Partisipan 2 ditandai dengan Ny J mengatakan
An W mandi kurang bersih, belum bisa menjaga kebersihan diri sendiri serta
belum bisa melakukan perawatan diri secara mandiri sesuai usianya, An W
memiliki rambut tampak kering dan tidak rapi mulut kurang bersih,telinga
kotor, kuku jari tangan terlihat kotor, kuku jari kaki terlihat kotor, An. W
dapat makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah dan mulut yang agak
berlepotan, An W masih belum bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene.

Berdasarkan hasil penelitian Wardani, Azza dan komarudin (2015),


keterbatasan dalam perawatan diri pada anak retardasi mental disebabkan
keterbatasan pengembangan motorik kasar dan motorik halus sehingga
mengalami kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri dan kemampuan
berhias diri secara mandiri.

Analisa peneliti, anak retardasi mental juga mempunyai keterbatasan


kemampuan untuk merawat diri, dan juga dari data yang ditemukan pada
partisipan 1 dan partisipan 2 sama dengan teori.

Diagnosa Kesiapan peningkatan koping keluarga pada partisipan 1 ditandai


dengan Ny N berharap An M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri
seperti orang normal pada umumnya, Nn N tampak antusias dalam
melakukan asuhan keperawatan pada An M di rumah. Partisipan 2 ditandai
dengan Ny J berharap an W bisa hidup mandiri seperti orang normal pada
umumnya, Ny J menyatakan perasaan sedih dan khawatir ketika An W
sering di bully saat sekolah di sekolah umum dan tak ingin kejadian yang
sama terulang lagi, Ny J tampak sangat antusias dalam pemberian asuhan
keperawatan pada An W.

Menurut Praptono (2017), Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai


dengan masalah yang dialami anak, sangat membutuhkan peran dari orang
tua, keluarga, guru sekolah, dan perawat. Pengasuhan dilakukan dalam
Poltekkes Kemenkes Padang
109

upaya untuk meningkatkan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus.


Masalah pada anak berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain
tunarungu, tunagrahita (Retardasi mental) , tunanetra, tunadaksa, autisme.

Berdasarkan analisa peneliti, untuk menunjang perkembangan anak retardasi


mental, sangat perlu adanya dukungan dan keterlibatan dari orang terdekat
seperti keluarga, guru dan lingkungan agar anak dapat hidup mandiri dan
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.

Diagnosa Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi


respon peneliti angkat menjadi diagnosa utama untuk partisipan 1 ditandai
dengan Ny. N mengatakan An M mengalami keterlambatan perkembangan
dan kurang aktif semenjak jatuh pada usia 3 bulan, An. M tampak susah
dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan maupun dengan kata-
kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi orang dengan
senyuman, berbicara tidak jelas, IQ An. M: 50. Dan partisipan 2 ditandai
dengan Ny J mengatakan sadar bahwa An W mengalami keterlambatan
perkembangan pada saat berusia 5 tahun, An W sulit berkonsentrasi, sering
melamun, mudah bosan, An W tampak terkadang berbicara tidak jelas dan
tidak nyambung, sering senyum, afek datar, respon sosial agak lambat,
tampak sering bingung. IQ An. W : 48

Menurut Betz dan Sowden (2009), retardasi mental merupakan disabilitas


kognitif yang muncul pada masa kanak- kanak yang ditandai dengan fungsi
intelektual dibawah normal disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Analisa peneliti anak yang mengalami retardasi mental mengalami gangguan


perkembangan ditandai dengan keterbatasan kemampuan berfikir, kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa, keterampilan sosial, keterbatasan dalam
pengarahan diri, dan keterbatasan dalam belajar secara akademik.

Poltekkes Kemenkes Padang


110

Diagnosa Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan


individu dalam hubungan sosial pada partisipan 1 ditandai dengan Ny N
mengatakan An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan
maupun dengan kata- kata, suka menanggapi orang dengan senyuman, An
M menanggapi pertanyaan dengan senyuman dan hanya menjawab antara
“iya” dan “tidak”. Partisipan 2 ditandai dengan Ny J mengatakan An W
susah dalam berbicara dan memilih kata yang tepat, An. W terkadang
berbicara tidak jelas dan tidak nyambung, jarang menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh saat berinteraksi, sering senyum, afek datar, respon sosial
agak lambat, tampak sering bingung saat berinteraksi.

Menurut Iswari dan Nurhastuti (2010) ditinjau dari segi neurologi salah satu
penggolongan retardasi mental yaitu retardasi mental kerusakan otak (Brain
Damage). Salah satu contoh retardasi mental kerusakan otak yaitu anak
deteksio, dengan ciri-ciri anak mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berfikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata- kata.

Analisa peneliti, ditemukan adanya gangguan komunikasi verbal pada anak


retardasi mental sesuai dengan data dari partisipan 1 dan partisipan 2, sama
dengan teori. Menurut peneliti kedua partisipan termasuk pada retardasi
mental kerusakan otak, ditandai sukar berbicara, menulis dan
mengekspresikan perasaan.

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang


ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classifications
(NOC).
Intervensi untuk diagnosa Risiko cidera berhubungan dengan perubahan
fungsi kognitif 1) Manajeman lingkungan: keselamatan, 2) Pencegahan jatuh
Intervensi untuk diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental 1) Bantuan perawatan diri:
Kebersihan, 2) Bantuan perawatan diri: berdandan, 3) Bantuan perawatan
diri: pemberian makan.

Poltekkes Kemenkes Padang


111

Intervensi untuk diagnosa Kesiapan peningkatan koping keluarga 1)


Bimbingan antisipatif, 2) peningkatan koping, 3) peningkatan keterlibatan
keluarga, 4) dukungan keluarga

Intervensi untuk diagnosa Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan


inkonsistensi respon pada partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu 1) Bimbingan
antisipatif, 2) Manajemen perilaku, 3) Dukungan pengasuhan, 4)
Peningkatan perkembangan anak, 5) Latihan kontrol impuls, 6) Pendidikan
orangtua: keluarga yang membesarkan anak.

Intervensi untuk diagnosa Gangguan komunikasi verbal berhubungan


dengan hambatan individu dalam hubungan sosial 1) Mendengar aktif, 2)
Latihan memori
Berdasarkan analisa peneliti intervensi yang di terapkan pada anak retardasi
mental sama dengan teori. Intervensi pada anak retardasi mental
menggunakan konsep dasar stimulasi kognitif pada anak dan keterlibatan
keluarga dan orang sekitar lingkungan anak.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga


yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai
dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada partisipan I dan II dilaksanakan
dalam waktu yang sama. Pada partisipan I dan partisipan II asuhan atau
pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret
2018 sampai dengan tanggal 6 April 2018.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Risiko cidera berhubungan dengan


perubahan fungsi kognitif yaitu mengidentifikasi kebutuhan keamanan anak
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu,
mengidentifikasi hal- hal yang membahayakan di lingkungan anak,
mengidentifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari anak yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan anak,
mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh,
mengkaji ulang riwayat jatuh bersama dengan anak dan keluarga,
Poltekkes Kemenkes Padang
112

mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan


potensi jatuh, monitor gaya berjalan, memonitor lingkungan terhadap resiko
terjadinya perubahan status keselamatan anak M, memberikan edukasi
kepada Ny N tentang lingkungan yang aman bagi anak M, menjaga
lingkungan aman sekitar anak M, memodifikasi lingkungan untuk
meminimalkan risiko cedera.

Berdasarkan analisa peneliti implementasi pada resiko cedera pada anak


sesuai dengan teori. Pada anak yang mengalami retardasi mental perlu selalu
diperhatikan kegiatan dan lingkungan sekitarnya. Dikarenakan pada anak
retardasi mental selalu mempunyai resiko cedera berkaitan dengan keadaan
kognitifnya.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan


dengan gangguan psikologis retardasi mental, yaitu ;mengidentifikasi defisit
perawatan diri anak, memonitor kebersihan kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat diri An. W, menginformasikan kepada Ny J untuk
mendukung kemandirian dengan membantu hanya ketika An. W tak mampu
melakukan perawatan diri, memonitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri An. W, memberikan pendidikan kesehatan cuci tangan pakai sabun
dan 6 langkah cuci tangan pakai sabun, mendemonstrasikan 6 langkah cuci
tangan bersama Ny J dan anak M, menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan tubuh (mandi, keramas, menggosok gigi) secara mandiri
kepada An. W bersama Ny J, bersama Ny J memfasilitasi alat untuk mandi,
keramas, menyikat gigi, menjelaskan kembali kepada anak alat alat yang
digunakan untuk mandi, keramas, menyikat gigi, menjelaskan peraturan
yang harus dipatuhi oleh An. W saat mandi, keramas, menyikat gigi,
bersama An. W melakukan perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi,
memberikan pujian untuk kemampuan anak dalam melakukan perawatan
diri mandi, \keramas, menyikat gigi, mengevaluasi perasaan anak setelah
melakukan perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, mengevaluasi
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, menjelaskan kembali
pentingnya menjaga kebersihan diri kepada An. W, melakukan kembali
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, mengevaluasi pengetahuan
dan kemampuan An. W melakukan perawatan diri secara mandiri,
memberikan pujian kepada An. W atas kemampuan, menjelaskan manfaat
Poltekkes Kemenkes Padang
113

dan cara perawatan kuku, melakukan perawatan kuku pada An. W,


mengevaluasi perasaan An. W setelah dilakukan perawatan kuku,
menganjurkan An. W melakukan perawatan kuku 1 x seminggu diawasi Ny
J, memberikan pujian kepada An. W, menjelaskan manfaat berdandan
berhias diri secara mandiri, bersama Ny J menyediakan cermin dan sisir,
melakukan berdandan berhias diri menyisir rambut secara mandiri, memberi
pujian kepada An. W atas kemampuannya, mengevaluasi perasaan anak
setalah menyisir rambut, menganjurkan anak menyisir rambut setiap selesai
mandi, menjelaskan manfaat tata cara makan dan minum yang baik,
memperagakan tata cara makan dan minum yang baik bersama anak.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Kesiapan peningkatan koping


keluarga membangun hubungan pribadi dengan anak dan anggota keluarga
yang akan terlibat dalam perawatan, mengidentifikasi kemampuan anggota
keluarga untuk terlibat dalam perawatan anak M, mengidentifikasi harapan
anggota keluarga untuk anak, monitor struktur dan peran keluarga,
mengidentifikasi persepsi anggota keluarga mengenai situasi, peristiwa
yang tidak diinginkan, perasaan dan perilaku anak M, mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan anak dengan anggota keluarga, mendengarkan
kekhawatiran, perasaan dan pertanyaan dari keluarga, mengidentifikasi sifat
dukungan spiritual bagi keluarga, menghargai dan mendukung mekanisme
koping adaptif yang digunakan keluarga, melibatkan anggota keluarga dan
anak dalam membuat keputusan terkait perawatan, memberikan pendidikan
kesehatan kepada orang tua mengenai cara berinteraksi dengan penyandang
disabilitas intelektual , mendorong Ny N dan anak M serta anggota keluarga
untuk bersikap asertif dalam berinteraksi, mndorong Ny N untuk fokus pada
setiap aspek positif dari situasi anak M, mendiskusikan bersama Ny N jenis
perawatan dirumah yang sesuai dengan kondisi anak M, melakukan kontrak
waktu pertemuan selanjutnya, melakukan demonstrasi 6 langkah cuci tangan
bersama Ny N, anak M dan adik adiknya, evaluasi kemampuan anak M
bersama keluarga dalam mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan,
memberikan pujian kepada Anak M mengulang 6 langkah cuci tangan,
memonitor keterlibatan anggota keluarga dalam demonstrasi 6 langkah cuci
tangan, mendiskusikan jenis perawatan di rumah bersama Ny N dan An M,
membantu keluarga untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan alat

Poltekkes Kemenkes Padang


114

yang diperlukan untuk mendukung keputusan terhadap perawatan anak,


bersama Ny N memfasilitasi perawatan An M di rumah, mengevaluasi
kemampuan An M dan perasaan setelah dilakukan perawatan diri bersama
Ny N, mengevaluasi kemampuan An M dan perasaan setelah dilakukan
perawatan diri bersama Ny N pada pertemuan sebelumnya, menyediakan Ny
N dan An. M pilihan pilihan yang raelistis mengenai aspek perawatan,
memberi dukungan terhadap sikap anak M terkait dengan harapan yang
realistis sebagai upaya untuk mengatasi perassaan ketidakberdayaan pada
An.M bersama Ny N, menjadwalkan peninjauan kembali untuk
mengevaluasi keberhasilan atau kebutuhan penguatan pada keluarga.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Gangguan tumbuh kembang


berhubungan dengan inkonsistensi respon yaitu membangun hubungan
saling percaya bersama keluarga Ny N dan anak M, melakukan kontrak
waktu, mengkaji riwayat tumbuh kembang anak, mengidentifikasi
faktorfaktor personal yang berdampak pada keberhasilan program
pendidikan, mengkaji dengan keluarga dalam rangka mendapatkan
informasi mengenai kondisi kognisi dasar anak M, mengatur batasan
bersama anak M, mengkaji tingkat Penerimaan orangtua terkait dengan
perannya untuk menyediakan perawatan, berinteraksi personal dengan anak
M, memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua mengenai cara
berinteraksi dengan penyandang disabilitas intelektual, mendiskusikan
strategi dalam mengelola perilaku anak, memotivasi orang tua untuk
mencoba strategi berbeda dalam mengasuh anak, memonitor interaksi
keluarga dengan anak M, menggunakan suara bicara yang lembut dan
rendah, menyediakan media dalam bentuk video untuk melakukan
demonstrasi 6 langkah cuci tangan, melakukan demonstrasi 6 langkah cuci
tangan bersama Ny N dan anak M beserta saudaranya sambil bernyanyi,
meminta anak M untuk mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan secara
mandiri sambil diiringi dengan bernyanyi, menyediakan kertas bergambar
beserta ilustrasi gambar dan pewarna bersama Ny N, membantu dan
mendorong anak M memilih pewarna yang di pakai untuk gambar sesuai
dengan ilustrasi secara mandiri, mengevaluasi hasil mewarnai anak M
bersama Ny N, memberikan pujian kepada anak M atas hasil usahanya,
mengajarkan anak untuk mencari bantuan dari orang lain ketika sangat

Poltekkes Kemenkes Padang


115

membutuhkan, melakukan terapi bermain assosiative play bernyanyi


bersama An. M, An. N dan An. F, mengajari anak untuk melakukan
tindakan “berhenti dan berfikir” sebelum bertindak secara impulsif, bantu
anak memilih tindakan yang paling menguntungkan, membantu anak
menulis sebuah kalimat secara mandiri, membantu anak mengidentifikasi
hasil yang diinginkan dalam suatu hubungan interpersonal berteman,
melakukan terapi bermain : dramatic play (bermain peran), Mendukung anak
untuk mengekspresikan diri, membantu anak belajar berhitung dengan
menggunakan lidi.Pada An W yaitu membangun hubungan saling percaya
bersama keluarga Ny J dan An. W, melakukan kontrak waktu,
mengidentifikasi faktor-faktor personal yang berdampak pada keberhasilan
program pendidikan, mengkaji dengan keluarga dalam rangka
mendapatkan informasi mengenai kondisi kognisi dasar An. W, mengatur
batasan bersama An. W, mengkaji tingkat penerimaan orangtua terkait
dengan perannya untuk menyediakan perawatan, berinteraksi personal
dengan An. W, memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua
mengenai cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas intelektual,
mendiskusikan strategi dalam mengelola perilaku anak, memotivasi orang
tua untuk mencoba strategi berbeda dalam mengasuh anak, memonitor
interaksi keluarga dengan anak W, menggunakan suara bicara yang lembut
dan rendah, menyediakan media dalam bentuk video untuk melakukan
demonstrasi 6 langkah cuci tangan, melakukan demonstrasi 6 langkah cuci
tangan bersama Ny J dan anak M beserta saudaranya sambil bernyanyi,
meminta An. W untuk
mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan secara mandiri sambil diiringi
dengan bernyanyi, menyediakan kertas bergambar beserta ilustrasi gambar
dan pewarna bersama Ny J, membantu dan mendorong An. W memilih
pewarna yang di pakai untuk gambar sesuai dengan ilustrasi secara mandiri,
mengevaluasi hasil mewarnai An. W bersama Ny J, memberikan pujian
kepada An. W atas hasil usahanya, mengajarkan anak untuk mencari
bantuan dari orang lain ketika sangat membutuhkan, melakukan terapi
bermain games bersama An. W dan peneliti, mengajari anak untuk
melakukan tindakan “berhenti dan berfikir” sebelum bertindak secara
impulsif, bantu An. W memilih tindakan yang paling menguntungkan,
membantu anak menulis sebuah kalimat secara mandiri, membantu anak
Poltekkes Kemenkes Padang
116

mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam suatu hubungan interpersonal


berteman, melakukan terapi bermain : dramatic play (bermain peran),
mendukung anak untuk mengekspresikan diri, membantu anak belajar
berhitung dengan menggunakan lidi.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa Gangguan komunikasi verbal


berhubungan dengan hambatan individu dalam hubungan sosial, yaitu:
menjelaskan tujuan interaksi, menunjukkan ketertarikan pada anak,
memonitor perilaku An. W, mendorong anak untuk mengekspresikan
perasaan, mendengarkan An. W mengekspresikan perasaan, mendorong
anak untuk mengekspresikan perasaan, memonitor perilaku An. W, meminta
An. W untuk mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan secara mandiri,
memberikan pujian atas kemampuan An. W, menggunakan perilaku non
verbal untuk memfasilitasi komunikasi, menggunakan teknik diam dan
mendengarkan saat An. W mengekspresikan perasaan, memberikan umpan
balik kepada anak, mengajarkan anak untuk mencari bantuan dari orang lain
ketika sangat membutuhkan, Melakukan terapi bermain games bersama An.
W dan peneliti, Mengajari anak untuk melakukan tindakan “berhenti dan
berfikir” sebelum bertindak secara impulsif, membantu An. memilih
tindakan yang paling menguntungkan,m memberi pujian terhadap usaha
anak, melakukan terapi bermain cooperative play bersama An. W, An. W dan
siswa kelas 4, memberikan latihan orientasi mengenai, nama lengkap, nama
panggilan, tanggal, dan tempat, memonitor perilaku anak selama terapi,
mengidentifikasi dan mengkoreksi kesalahan orientasi anak, meminta Anak
untuk mengulang kembali orientasi yang disampaikan oleh temannya,
mendukung anak untuk mengekspresikan diri saat melakukan terapi bermain
dramatic play, melakukan terapi bermain cooperative play bersama An. W,
An. A, memberikan latihan orientasi mengenai, nama lengkap, nama
panggilan, tanggal, dan tempat, melatih An. W membaca, mengevaluasi
latihan membaca, melatih Anak membaca.

Menurut Soetjiningsih (2012) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental


bersifat multi dimensional dan sangat individual.

Poltekkes Kemenkes Padang


117

Analisa peneliti terhadap implementasi pada anak retardasi mental sama


dengan teori. Pada partisipan 1 terapi bermain yang dilakukan pada saat di
rumah menggunakan . Sedangkan pada partisipan 2 terapi bermain games.

Menurut Soetjiningsih (2012) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental


bersifat multi dimensional dan sangat individual. Semua anak yang
mengalami retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap
tumbuh kembangnya .

Menurut Utaminingsih (2015), tujuan penatalaksanaan untuk anak dengan


retardasi mental adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin
Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi
pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin.

Analisa peneliti terhadap implementasi keperawatan yang dilakukan pada


anak retardasi mental sesuai dengan teori. Tujuan implementasi anak
retardasi mental adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin
supaya dapat membantu anak berfungsi senormal mungkin serta dalam
perawatan anak retardasi mental juga harus dilakukan monitoring tumbuh
kembangnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi keperawatan


dilaksanakan selama 10 hari melakasanakan asuhan keperawatan.

Hasil evaluasi dari diagnosa Risiko cidera berhubungan dengan perubahan


fungsi kognitif pada partisipan 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10
hari ditandai: Ny N meminta agar ikut membantu menutup dan mengunci
pagar rumah jika ada anggota keluarga keluar dan masuk rumah, Guru SLB
meminta agar menutup pagar sekolah jika ada yang keluar masuk, Guru
SLB meminta mengawasi anak anak agar tidak bermain dengan berlebihan,
Pagar rumah Ny N tampak tidak terkunci, Pagar SLB tampak sering
terbuka,Siswa siswa di SLB tampak bermain dengan berlebihan. Pada
partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai Guru

Poltekkes Kemenkes Padang


118

SLB meminta agar menutup pagar sekolah jika ada yang keluar masuk,
Guru SLB meminta mengawasi anak anak agar tidak bermain dengan
berlebihan, Pagar sekolah tampak tertutup

Hasil evaluasi dari diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan dengan


gangguan psikologis retardasi mental pada partisipan 1 setelah dilakukan
tindakan keperawatan 10 hari ditandai, Ny N mengatakan anak M dapat
melakukan dan menjadwalkan perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi
secara mandiri, Ny N mengatakan anak M dapat menyisir rambut sendiri
dengan rapi, Ny N mengatakan anak M dapat makan secara mandiri, Anak
M tampak bersih dan rapi, Anak M tampak bisa melakukan tatacara makan
dan minum. Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10
hari ditandai: Ny J mengatakan An. W dapat melakukan dan menjadwalkan
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi secara mandiri, Ny J
mengatakan An. W dapat menyisir rambut sendiri dengan rapi, Ny J
mengatakan An. W dapat makan secara mandiri, An. W tampak bersih dan
rapi, An. W tampak bisa melakukan tatacara makan dan minum

Hasil evaluasi dari diagnosa Kesiapan peningkatan koping keluarga pada


partisipan 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai Ny N
mengatakan An.M telah bisa melakukan perawatan diri secara mandiri tanpa
dibantu, dapat menjadwalkan untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri. An M dapat memperagakan cara perawatan diri mandi, keramas,
menyikat gigi, menyisir rambut, tata cara makan dan minum secara mandiri.
Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai:
Ny J mengatakan An. W telah bisa melakukan perawatan diri secara mandiri
tanpa dibantu , Ny J mengatakan An. W dapat menjadwalkan untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri, An. W dapat memperagakan cara
perawatan diri mandi, keramas, menyikat gigi, menyisir rambut, tata cara
makan dan minum secara mandiri

Hasil evaluasi dari diagnosa Gangguan tumbuh kembang berhubungan


dengan inkonsistensi respon pada partisipan 1 setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 hari pada An. M ditandai Guru An M mengatakan
kemampuan menulis dan berhitung masih harus di latih, An. M tampak
menulis secara mandiri An M tampak berhitung masih menggunakan alat

Poltekkes Kemenkes Padang


119

bantu dengan lidi. Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan keperawatan


10 hari ditandai: Guru An. W mengatakan kemampuan menulis dan
berhitung masih harus di latih, An. W tampak menulis secara mandiri, An.
W tampak berhitung masih menggunakan alat bantu dengan lidi

Hasil evaluasi dari diagnosa Gangguan komunikasi verbal berhubungan


dengan hambatan individu dalam hubungan sosial pada partisipan 1 setelah
dilakukan tindakan keperawatan 10 hari ditandai Guru mengatakan An M
sulit belajar membaca IQRA’, An M tampak kesulitan membaca dan
mengingat huruf IQRA’. Pada partisipan 2 setelah dilakukan tindakan
keperawatan 10 hari ditandai : Guru mengatakan An. W sulit belajar
membaca IQRA’ O: An. W tampak kesulitan membaca dan mengingat huruf
IQRA’

Menurut Soetjiningsih (2012) Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental


bersifat multi dimensional dan sangat individual.

Menurut Utaminingsih (2015), tujuan penatalaksanaan untuk anak dengan


retardasi mental adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin
Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi
pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin.

Berdasarkan analisa peneliti evaluasi keperawatan pada anak retardasi


mental yang ditemukan pada kedua partisipan sama dengan teori. Pada
kedua partisipan perlu diberikan terapi dan stimulasi kognitf beserta latihan
secara mandiri terus menerus dengan sangat dibutuhkannya peran dari
keluarga dan lingkungan sekitar.

Poltekkes Kemenkes Padang


120

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 An.M
dengan retardasi mental sedang dan partisipan 2 An. W dengan retardasi
mental sedang di SLB Kasih Ummi Kota Padang, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada An.M didapatkan anak memiliki IQ 50, serta
memiliki keterbatasan lainnya seperti berbicara dan bahasa,
keterampilan merawat diri, keterampilan sosial dan An.W didapatkan
didapatkan anak memiliki IQ 48, serta memiliki keterbatasan lainnya
seperti berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan
sosial.
2. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul
pada An. M dan An.W, yaitu: Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif, Gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon, Kesiapan peningkatan koping keluarga,
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada An.M dan An.W yaitu bimbingan antisipatif,
manajemen perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan
perkembangan: anak, latihan kontrol impuls, pendidikan orangtua:
keluarga yang membesarkan anak, peningkatan koping, peningkatan
keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, mendengar aktif, latihan
memori, bantuan perawatan diri, manajemen lingkungan: keselamatan,
pencegahan jatuh.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 28
Maret- 6 April 2018. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
116
Poltekkes Kemenkes Padang

5. Evaluasi tindakkan keperawatan yang dilakukan selama sepuluh hari


dalam bentuk SOAP. Diagnosa keperawatan pada An.M yaitu Risiko
cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif teratasi sebagian
pada hari ke sepuluh, Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
inkonsistensi respon teratasi sebagian pada hari ke sepuluh, Kesiapan
peningkatan koping keluarga teratasi pada hari ke sembilan, Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
psikologis retardasi mental teratasi sebagian pada hari ke sepuluh,
Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif teratasi
sebagian pada hari ke sepuluh. Pada An.R diagnosa Gangguan tumbuh
kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon teratasi sebagian
pada hari ke sepuluh, Kesiapan peningkatan koping keluarga teratasi
pada hari ke sepuluh, Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan hambatan individu dalam hubungan sosial, Defisit perawatan
diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental teratasi
sebagian pada hari ke sepuluh.
B. Saran
1. Bagi SLB Kasih Ummi Kota Padang
Saran peneliti kepada pihak sekolah agar lebih menyediakan fasilitas
dalam melakukan terapi bermain pada anak dalam usaha meningkatkan
fungsi kognitif dan adaptasi sosial sesuai dengan perkembangan pada
usia sekolah serta memperhatikan fasilitas untuk mencegah terjadinya
resiko cedera pada anak retardasi mental seperti kecelakaan saat
bermain dan kecelakaan lalu lintas di depan sekolah.

2. Keluarga
Saran peneliti bagi keluarga agar lebih memperhatikan kebutuhan
dalam meningkatkan perkembangan anak seperti: alat permainan yang
dapat meningkatkan kemampuan personal sosial, motorik halus,
motorik kasar, bahasa dan perlu adanya kerjasama antar anggota
keluarga serta menfasilitasi kegiatan dan lingkungan sekitar anak yang

118

Poltekkes Kemenkes Padang


123

dapat meningkatkan perkembangan anak, sehingga anak dapat hidup


mandiri dan berperan di masyarakat.

3. Peneliti selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperhatikan
masalah yang dialami anak dengan retardasi mental khususnya dalam
perkembangannya meliputi kemampuan personal sosial, adaptif
motorik halus, bahasa, motorik kasar dan mampu bekerja sama dengan
baik dengan keluarga dan guru agar implementasi keperawatan yang
dijalankan dapat terlaksana dengan baik.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. & Kliegman. R. M. 2010. Nelson Esiensi Pediatri Edisi 4. Jakarta:


EGC
Bernstein, Daniel & Shelov, Steven. 2017. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Mahasiswa Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: EGC
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5 .
Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC),
6th edition. United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat. 2017. Jumlah Anak
Berkebutuhan Khusus Sumatera Barat Tahun 2017. Padang: Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Barat
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta:
Salemba Medika.
Hull, David & Johnston, D. I. 2008. Dasar- Dasar Pediatri Edisi 3. Jakarta:
EGC
Iswari, Mega & Nurhastuti. 2010. Anatomi Fisiologi dan Neorologi Dasar
(Dasar- dasar Ilmu Faal dan Saraf untuk PLS). Padang: UNP Press
Liyana, Nina, Muhariati, Metty & Rusilanti. (2014). Jurnal Kesejahteraan Keluarga
dan Pendidikan. Perbandingan pola asuh belajar anak tunagrahita mampu
didik berdasarkan status ekonomi orang tua. 20 juni 2018.
http://scholar.google.com.pe/citations?user=GEdLYt4AAAAJ&hl=es
Moohead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition.
United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Muliana. (2013). Hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian anak
retardasi mental sedang di SLB Negeri tingkat Pembina Provinsi
Sulawesi Selatan Makasar. 20 juni 2018
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3172/1/mulianan.pdf&sa=U&ved
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Na’imah Tri, Nur’aeni & Septiningsih, Dyah Siti. (2017). Jurnal psikologi undip.
Orientasi happiness pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita ringan.
22 Desember 2017 https://google.co.id/search/client=ucweb-
bbookmark&q=Jurnal+dampak+retardasi+mental+2017&oq=jurnal+dampa
k+retardasi+mental+2017&aqs=mobile-gws-lite
Notoadmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta:
Rineka Cipta
Poltekkes Kemenkes Padang

Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku ajar: keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Perendrawati, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Sosiodrama Terhadap Keterampilan
Komunikasi Non Verbal Pada Anak Retardasi Mental Ringan Di SLB X
Kota Cirebon. 26 Desember 2017.
https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-bookmark&q=Jurnal+pen
atalaksanaan+keperawatan+retardasi+mental+2015&oq=Jurnal+penatalaksa
naan+keperawatan+retardasi+mental+2015&aqs=mobile-gws-lite
Perry & Potter 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Praptono, dkk. 2017. Anak Berkebutuhan Khusus SPIRIT Edisi 1 . Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Journal of Maternal and Child Health. 2017. Factor Affecting the Occurrence of
Mental Disability in Ponorogo District, East Java. 3 Januari 2018
http://www.thejmch.com/index.php?journal=thejmch&page=article&op=do
wnload&path%5B%5D=62path%5B%5D=67
Sari, S. P. (2017). Jempol Mahasiswa Rancangan Program Tingkatkan Motorik
Halus Anak Tunagrahita. 14 Desember
2017.
https://news.okezone.com/read/2017/08/25/65/1762937/jempol-mahasiswa-
rancang-program-tingkatkan-motorik-halus-anak-tunagrahita
SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1 . Jakarta: Tim
Pokja SDKI DPP PPNI
Sekolah Luar Biasa Kasih Ummi Kota Padang. 2017. Data Siswa SLB Kasih
Ummi Kota Padang 2017. Padang: SLB Kasih Ummi
Soetjiningsih, Ranuh Gde. 2016. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D . Bandung:
Alfabeta
Suryani, Eko & Badi’ah, Atik. Katalog Dalam Terbitan. Asuhan Keperawatan
Anak Sehat & Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016. Tentang Penyandang
Disabilitas.14 Desember 2017. http://www.kemendagri.go.id/media/docu
ments/2016/05/11/u/u/uu_nomor8_tahun_2016.pdf
Utaminingsih, W. R. 2015. Menjadi Dokter Bagi Anak Anda Mengenali &
Mencegah Sedini Mungkin Serangan Penyakit & Gangguan Kesehatan
pada Anak. Yogyakarta: Cakrawala ilmu
WHO. 2013. Disability In the South East Asian Region. Geneva: WHO.
Wong, D.L, dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
Wardani, Retno Hamidah, Azza, Awatiful & Komarudin. (2015). Jurnal
Keperawatan Fikes Umj. Pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri
terhadap kemandirian perawatan diri anak retardasi mental di SDLB-C TPA

Poltekkes Kemenkes Padang


Kabupaten Jember. 20 juni 2018.
http://digilib.unmuhjember.ac.id/download.php?id=3372
Wulandari, Dwi, Nelvia & Saputra, Dwi. (2018). Jurnal Keperawatan Silampari.
Pengaruh permainan puzzle terhadap kemampuan beradaptasi sosial siswa
retardasi mental. 20 juni 2018
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/download/80/56
Wulandari, Rany Agustin, Soeharto, Setyawati & Setyoadi. (2016). Jurnal ilmu
keperawatan. Pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap harga diri
rendah dan beban keluarga dengan anak retardasi mental. 26 Desember
2017 http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/97/130
.
Yuemi, Citra Praha, Mundakir.2015. Terapi Okupasi: Diorama Gambar Terhadap
Kemampuan Motorik Halus pada Anak Retardasi Mental Ringan. 26 Desember
2017.
http://fik.um-surabaya.ac.id/sites/default/files/Artikel%209_1.pdf

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Hari Tanggal Jam
Waktu Pengkajian
Rabu 28 Maret 2018 15.00

Poltekkes Kemenkes Padang


Sekolah : SLB KASIH UMMI KOTA PADANG
Sumber informasi : ORANG TUA/ IBU
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. M
Tanggal lahir / Umur 1 MEI 2007 / 11 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke/ jumlah saudara 1/2
Diagnosa Medis Retardasi Mental
2. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny. N Tn. A
Umur 35 tahun 35 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Melayu Melayu
Pendidikan Sarjana / S.1 Sarjana / S.1
Pekerjaan PNS PNS
Alamat Jalan Telanai Pura F.12 Jalan Telanai Pura F.12
Kelurahan Surau Gadang Kelurahan Surau Gadang

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

Nama Usia Jenis Hub.dg


No Pendidikan Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin KK
1 Tn. A 35 tahun Laki- Laki Kepala Sarjana Ayah
Keluarga

2 Ny. N 35 tahun Perempuan Istri Sarjana Ibu


3 An. M 11 tahun Laki- Laki Anak - Klien
4 An. N 9 tahun Laki- Laki Anak Tk Adik Klien
5 An. F 6 tahun Perempuan Anak - Adik Klien
6 Tn. E 68 tahun Laki- laki Kakek Smp Kakek Klien
7 Ny. S 65 tahun Perempuan Nenek Sd Nenek Klien
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny N mengatakan An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan maupun
dengan kata- kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi orang dengan
senyuman, suka mengganggu adik adiknya, berbicara tidak jelas. An M tampak sering
tersenyum, susah berkata kata, sering ingin bermain, rambut tidak rapi, rongga mulut kurang
bersih, beberapa gigi mengalami karies, kuku jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari
kaki tampak panjang dan kotor. An M mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika
mandi. IQ An. M: 50. An. M tampak ketika keluar rumah, tidak menyadari akan keadaan
bahaya.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ny N mengatakan selama hamil An M tidak ada gejala abnormal dan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur oleh dokter. Ny N mengatakan melahirkan An M secara section
caesaria, dikarenakan mengalami plasenta bawah. Ny N mengatakan An M di berikan suntik Vit

Poltekkes Kemenkes Padang


K dan langsung disusui dengan ASI. Ny N mengatakan An M mendapat imunisasi lengkap. Ny
N mengatakan An M tersenyum pertama kali pada usia 3 bulan, berguling pada usia 5 bulan,
duduk pada usia 1 tahun, merangkak pada usia1,5 tahun, berdiri pada usia 2 tahun, bicara
pertama kali pada usia 3 tahun dengan kata”mama, papa”, berjalan pada umur 4 tahun,
berpakaian tanpa bantuan 4 tahun. An M memiliki riwayat jatuh pada umur 3 bulan. Setelah
jatuh an M menjadi kurang aktif dalam bergerak dan mengalami keterlambatan perkembangan.
Ny N membawa an. M pergi ke dokter spesialis anak untuk diperiksa. An. M pada usia 2 tahun
menjalani terapi motorik selama 5 bulan di RSUP Dr.M.Djamil. Selanjutnya terapi dilakukan di
rumah selama 1 tahun. Pada usia 5 tahun An M menjalani terapi bicara selama 2 bulan dan juga
melakukan tes IQ, didapatkan hasil tes IQ An M rendah. An M langsung dimasukkan ke SLB
Kasih Ummi pada tahun 2014 pada usia 7 tahun. An M mulai kembali aktif dan mencoba
melakukan personal hygiene secara mandiri ketika berada di kelas 3 yang berumur 9 tahun pada
tahun 2016.
a. Prenatal
Pemeriksaan kehamilan Dokter
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Positif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Tidak ada
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
b. Intranatal
Tanggal persalinan 1 Mei 2017
BBL / PBL 3.100 gr / 52 cm
Usia gestasi saat lahir 37 mg
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Jenis persalinan Sectio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, sebutkan Plasenta bawah
c. Post natal (24 jam)
Pemberian Vit K Ada
Koord. reflek hisap dan reflek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny N mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan perkembangan retardasi mental
seperti yang dialami An M

Genogram
Ket :
฀ : Laki-laki O: Perempuan
©/฀ : Klien
฀/O :
Meninggal
: Menikah
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG
Poltekkes Kemenkes Padang
DPT
Polio
Hepatitis B Lengkap sesuai usia
Campak

IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN


Usia anak saat :
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : 1 tahun
3. Merangkak : 1,5 tahun
4. Berdiri : 2 tahun
5. Berjalan : 4 tahun
6. Tersenyum pertama kali pada orang tua : 3 bulan
7. Bicara pertama kali (satu kosa kata) : 3 tahun kata yang di ucapkan
“mama,papa”
8. Berpakaian tanpa bantuan : 4 tahun

Kesimpulan :
An. R mengalami keterlambatan perkembangan

Poltekkes Kemenkes Padang


V. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditempati oleh keluarga bapak A merupakan rumah sendiri yang diwariskan
dari orang tua Ibu N. Bentuk rumah Bpk A yaitu permanen dengan atap seng, lantai
keramik. Ukuran rumah 15 x 10 m. Rumah mempunyai ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar
tidur, ruang makan, dapur, wc, kamar mandi,teras depan rumah, pagar dan garasi mobil. Alat
alat rumah tangga tampak tidak rapi , peralatan belajar dan seragam sekolah anak M
berserakkan, pagar rumah tidak terkunci.
Denah Rumah Ny N

Dapur Kamar Tidur Kamar Tidur

Ruang Ruang Keluarga P


Makan a
Kamar g
Tidur a
Ruang Tamu r
Kamar
Mandi WC

2. Sampah : dibuang di TPA dan diangkut


setiap pagi oleh petugas
3. Jamban : di dalam rumah
4. Pekarangan : sempit dan telah di beton
5. Sumber air : PDAM
6. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : jarang sekali
7. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW
Lingkungan An M tinggal terbilang cukup padat karena rumah dempet-dempet antara satu
rumah dengan yang lainnya. Masyarakat tempat tinggal An M terlihat rukun.
8. Interaksi dengan Masyarakat
Interaksi keluarga Bapak A dengan tetangga jarang dilakukan, tetangga jarang
berkunjung ke rumah untuk mengobrol dan teman-teman dari An.W sering main
kerumah untuk bermain dengan An.W.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS


A. ANAK
1) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : 15
b. Tanda Vital Suhu : 37 oC RR : 27 x/m HR : 88 x/m
c. Posture BB : 34 kg TB : 144 cm
Cara berjalan An M tidak mengalami gangguan
d. Kepala Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih
Lingkar kepala : 29 cm
Benjolan : tidak ada
Data lain : An M memiliki rambut berwarna hitam,
lebat, pertumbuhan rambut merata,
karakteristik rambut keriting dan tidak rapi.

Poltekkes Kemenkes Padang


e. Mata Simetris

Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : tidak anemis


Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema Data lain
: mata An M terlihat bersih
f. Hidung Letak : Simetris
Pernapasan cuping hidung : Tidak
Kebersihan : Bersih
Data lain : fungsi penciuman baik
g. Mulut Gigi 212
212
Kebersihan rongga mulut 212 212
Data lain :

: tidak bersih
: ada karies gigi
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada

- Toraks Inspeksi : tidak ada tarikan dinding dada, pergerakan


dinding dada saat inspirasi dan eskpirasi sama
Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi :
Lingkar dada : 56 cm
- Jantung Inspeksi : iktus kordis terlihat
Auskultasi : irama jantung reguler
Palpasi : Iktus cordis teraba 2 jari medial midclavikula
RIC V
Perkusi :
k. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi abdomen (-), tidak ada
nyeri tekan
Auskultasi : bising usus (+)
Lingkar perut : 62 cm
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban : Lembab
Warna : Merah muda
Data lain : kulit An M bersih dan berwarna sawo matang
m.Ekstremitas Lingkar lengan atas : 16 cm
Atas Capillary refill : < 3 dtk
Data lain yang ditemukan : kuku jari tangan tampak panjang dan

kotor

n. Ekstremitas kuku jari kaki tampak panjang dan kotor


Bawah
o. Genitalia Laki-laki
Bentuk : Normal
Ukuran penis : Normal
2) Temperamen dan daya Easy child
adaptasi Karakteristik santai

Poltekkes Kemenkes Padang


Temperamen mudah
Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi
Mudah beradaptasi terhadap perubahan
3) Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi dan Makan : Minum :
cairan Jenis : makanan biasa (nasi, Jenis : Air mineral
lauk, sayur, tahu,
tempe)
Jumlah : 1 porsi Jumlah : 1 gelas
Frekuensi : 3 x / hari Frekuensi : 8 kali/ hari
Pola makan : teratur
b. Status gizi Normal
c. Istirahat dan Siang Malam
tidur Pola tidur : teratur Pola tidur : teratur
Jumlah jam tidur : 2 jam/hari Jumlah jam tidur : 10 jam/hari
d. Eliminasi BAK : Frek : 5 kali / hari Warna : kekuningan
BAB : Frek : 1 kali / hari Warna : kuning
Konsistensi : lunak
Latihan BAK/BAB di toilet : ya
e. Personal Frekuensi Mandi : 2 x/hr
higiene
Cuci rambut : 5 x/mg
Sikat gigi : 2 x/hr
Masalah : An M mandi masih kurang bersih dan
sering bermain air ketika mandi
f. Aktivitas An M bermain bersama saudara di dalam rumah, sedangkan bermain
bermain bersama teman jika teman berkunjung ke rumah An M dan sesekali bermain
di luar rumah
g. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur
VI. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Bapak A merupakan Pegawai Negeri Sipil guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama di
Kabupaten Pesisir Selatan dan ibu N merupakan Pegawai Negeri Sipil guru di Salah satu
Sekolah Menengah Kejuruan di kota Padang. Pendapatan keluarga bapak A dalam sebulan ±
Rp.6.500.000 . Pendapatan ini didapat dari gaji bapak A ± Rp.3.000.000 dan gaji ibu N ±
Rp.3.500.000. Penghasilan keluarga bapak A digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari
VII. Harapan Keluarga

Keluarga Bpk. A mengharapkan anak M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri seperti
orang normal pada umumnya. Keluarga bapak A juga mengharapkan agar petugas kesehatan
dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga

mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.

Perawat Yang Melakukan


Pengkajian

(HABIBI)
Nama lengkap & tanda tangan

Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISIS DATA

Nama Klien : An M

NO Data Penyebab Masalah

1. Data Subjektif : Inkonsistensi respon Gangguan tumbuh


Ny N mengatakan an M mengalami kembang
keterlambatan perkembangan dan
kurang aktif semenjak jatuh pada
usia 3 bulan
Data Objektif :
An. M tampak susah dalam
menyampaikan pendapat baik dalam
tulisan maupun dengan kata- kata,
sulit berkonsentrasi, suka bermain,
suka menanggapi orang dengan
senyuman, berbicara tidak jelas, IQ
An. M: 50
2 Data Subjektif : Kesiapan peningkatan
Ny N berharap An M dapat merawat koping keluarga
diri dan hidup secara mandiri seperti
orang normal pada umumnya Data
Objektif :
Nn N tampak antusias dalam
melakukan asuhan keperawatan pada
An M di rumah
3 Data Subjektif : Hambatan individu Gangguan komunikasi
Ny N mengatakan An. M susah dalam hubungan sosial verbal
dalam menyampaikan pendapat baik
dalam tulisan maupun dengan kata-
kata, suka menanggapi orang dengan
senyuman
Data Objektif :
An M menanggapi pertanyaan
dengan senyuman dan hanya
menjawab antara “iya” dan “tidak”
4 Data Subjektif : Gangguan psikologis Defisit perawatan diri
Ny N mengatakan An M mandi retardasi mental
masih kurang bersih dan sering
bermain air ketika mandi.
Data Objektif :
An M tampak rambut tidak rapi,
rongga mulut kurang bersih,
beberapa gigi mengalami karies,
kuku jari tangan tampak panjang dan
kotor, kuku jari kaki tampak panjang
dan kotor.

5 Data Subjektif : Perubahan fungsi Risiko cidera


Ny N mengatakan An M sulit kognitif
berkonsentrasi, suka bermain, suka
mengganggu adik adiknya
Data Objektif :
An M tampak sering ingin bermain
An. M tampak ketika keluar rumah,
tidak menyadari akan keadaan
bahaya.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : An M

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Muncul Tanda Tangan

1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan 28 maret 2018


dengan inkonsistensi respon
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga 28 maret 2018
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan 28 maret 2018
dengan hambatan individu dalam hubungan
sosial
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan 28 maret 2018
gangguan psikologis retardasi mental
5. Risiko cidera berhubungan dengan 28 maret 2018
perubahan fungsi kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An M
Diagnosis Intervensi Keperawatan
No
Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif
tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling percaya
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2. Bantu klien memutuskan
dengan keperawatan diharapkan bagaimana masalah dipecahkan
inkonsistensi perkembangan anak: usia 3. Bantu klien beradaptasi dengan
anak pertengahan adekuat, adanya perubahan peran
respon
dengan kriteria hasil: 4. Jadwalkan peninjauan kembali
1. Menunjukkan untuk mengevaluasi keberhasilan
kreatifitas (4) atau kebutuhan penguatan
2. Menunjukkan 5. Libatkan keluarga dan orang orang
kemampuan pada terdekat klien
tingkat mampu di b. Manajemen perilaku
sekolah (4) 1. Konsultasikan dengan
keluarga dalam rangka
Keterangan: (4) : mendapatkan informasi mengenai
Sering kondisi kognisi dasar anak
menunjukkan 2. Atur batasan bersama anak
3. Tahan diri dari mendebat atau
melakukan tawar menawar pada
anak untuk menetapkan batasan

Poltekkes Kemenkes Padang


perilaku
4. Gunakan suara bicara yang
lembut dan rendah
5. Acuhkan perilaku yang tidak tepat
6. Berikan penghargaan apabila
anak dapat mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak mengidentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya berkaitan
dengan masalah interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam suatu
hubungan interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi kemungkinan
tindakan dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/ sosialnya
5. Identifikasi keterampilan sosial
yang spesifik yang akan menjadi
fokus latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah langkah
dalam berperilaku dalam rangka
mencapai keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran dalam
setiap langkah berperilaku
8. Berikan umpan balik bagi anak
jika mampu menunjukkan
kemampuan keterampilan sosial
yang ditargetkan
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat penerimaan
pengasuh terkait dengan perannya
untuk menyediakan perawatan
2. Membuat pernyataan positif pada
caregiver terhadap upaya yang
telah dilakukan
3. Menyediakan dukungan untuk
pengambilan keputusan caregiver
4. Monitor interaksi keluarga dalam
permasalahan berkaitan dengan
anak
5. Mengajarkan caregiver mengenai
pemberian terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
6. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang dimilki
caregiver kepada anak
7. Memberikan dukungan kepada
caregiver selama anak
menunjukkan kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Bangun hubungan saling percaya
dengan anak
2. Lakukan interaksi personal
dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan unik setiap
anak dan tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling percaya
dengan orang tua
5. Ajarkan orang tua mengenai
tingkat perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan kepada orangtua
mengenai kegiatan yang
mendukung tumbuh kembang
anak
7. Bantu integrasi anak dengan
kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh sesuai
dengan bahasa verbal
9. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi diantara
anak anak
10. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri melalui
penghargaaan yang positif atau
umpan balik yang baik
11. Bangun suasana yang aman bagi
anak untuk belajar dan
bereksplorasi
12. Ajarkan anak untuk mencari
bantuan dari orang lain ketika
anak memang memerlukan
bantuan
13. Bantu anak untuk belajar mandiri
14. Ajarkan anak untuk menuliskan
nama/ mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya, sesuai
kebutuhan
15. Berikan kesempatan mendukung
aktivitas motorik
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan masalah
yang tepat sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan fungsi
kognitif
2. Bantu anak untuk
mengidentifikasi masalah
3. Ajari anak untuk melakukan
tindakan “berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara impulsif
4. Bantu anak mengidentifikasi
akibat dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan

Poltekkes Kemenkes Padang


6. Bantu anak untuk mengevaluasi
hasil dari serangkaian tindakan
yang sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif terhadap
usaha yang berhasil
8. Bantu anak untuk mengevaluasi
bagaimana hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan perilaku
yang berbeda
g. Pendidikan orangtua: Keluarga
yang membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara perilaku
orang tua dan tujuan yang sesuai
dengan usia anak
2. Identifikasi faktor-faktor personal
yang berdampak pada
keberhasilan program pendidikan
3. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang digunakan oleh
sebagian besar kelompok usia
4. Ajarkan orangtua mengenai
fisiologis, emosional, dan
karakteristik perilaku normal anak
5. Berikan sumber Informasi yang
dirancang untuk mengajarkan
orangtua mengenai pengasuhan
anak
6. Berikan orangtua bahan bacaan
dan materi lainnya yang akan
membantu dalam melakukan
peran pengasuhan
7. Tinjau masalah keamanan dengan
orangtua
8. Diskusikan cara yang dapat
digunakan orangtua untuk
membantu anak anak dalam
mengelola kemarahan
9. Motivasi orangtua untuk mencoba
strategi berbeda dalam mengasuh
anak
2 Kesiapan a. Koping keluarga a..Peningkatan Koping Tindakan
peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan:
koping keluarga keperawatan diharapkan 1..Berikan suasana penerimaan
manajemen koping 2..Sediakan informasi aktual
keluarga meningkat, 3..Sediakan anak pilihan-pilihan
dengan kriteria hasil: yang realistis mengenai aspek
1. Menetapkan perawatan
fleksibelitas peran (4) 2. 4..Evaluasi kemampuan anak dalam
Menghadapi masalah membuat keputusan
keluarga (4) 5..Dukung kesabaran dalam
3. Mengelola masalah mengembangkan suatu hubungan
keluarga (4) 6..Dukung aktivitas- aktivitas sosial
4. Melibatkan anggota dan komunitas
keluarga dalam 7..Dukung [kemampuan dalam]
pengambilan keputusan penerimaan terhadap keterbatasan
(4) orang lain
5. Mengungkapkan 8..Dukung penggunaan sumber-

Poltekkes Kemenkes Padang


perasaan dan emosi sumber spiritual
secara terbuka 9..Eksplorasi pencapaian
diantara anggota anak sebelumnya
keluarga (4) 10..Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon positif dari
Keterangan: orang lain
(4) Sering menunjukkan 11..Dukung verbalisasi perasaan,
persepsi dan rasa takut
b. Peningkatan
b. Fungsi keluarga
Keterlibatan Keluarga Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1..Bangun hubungan pribadi dengan
keluarga menunjukkan anak dan anggota keluarga yang
fungsi keluarga , dengan
akan terlibat dalam perawatan
kriteria hasil: 1. Merawat
2..Identifikasi kemampuan anggota
anggota keluarga yang
keluarga untuk terlibat dalam
memiliki
perawatan anak
ketergantungan (5) 2.
3..Ciptakan budaya fleksibilitas untuk
Mengatur perilaku
keluarga
anggota keluarga (4) 3.
4..Tentukan sumber daya fisik,
Beradaptasi terhadap
emosional ,dan edukasi dari
adanya perkembangan
pemberi perawatan utama
transisi (5) 5..Identifikasi defisit perawatan diri
4. Menerima anak
keanekaragaman 6..Identifikasi harapan anggota
diantara anggota keluarga untuk anak
keluarga (5) 7..Dorong anggota keluarga untuk
5. Anggota keluarga membantu dalam
bisa saling mengembangkan rencana
mendukung (5) perawatan, termasuk hasil yang
diharapkan dan pelaksanaan
Keterangan: (4) : rencana perawatan
Sering 8..Monitor struktur dan
menunjukkan (5) : peran keluarga
Secara konsisten 9..Monitor keterlibatan anggota
menunjukkan c. keluarga dalam perawatan anak
Pengetahuan 10..Berikan informasi penting kepada
pengasuhan anggota keluarga mengenai anak
Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan keinginan anak
keperawatan diharapkan 11..Berikan dukungan
dapat memahami yang diperlukan bagi
pengetahuan keluarga untuk membuat keputusan
pengasuhan, dengan 12..Identifikasi persepsi anggota
kriteria hasil: keluarga mengenai situasi,
peristiwa yang tidak diinginkan,
1. Pertumbuhan dan perasaan dan perilaku anak
perkembangan yang 13..Identifikasi stresor situasional
normal (4) lainnya untuk anggota keluarga
2. Perilaku anak yang 14. Identifikasi gejala fisik individu
normal (4) anggota yang terkait dengan stress
3. Kebutuhan 15..Tentukan tingkat ketergantungan
psikologi anak pada anggota keluarga, yang
(3) sesuai untuk usia
16..Identifikasi dan hormati
4. Kebutuhan emosi
mekanisme koping yang
(3) digunakan oleh anggota keluarga
5. Kebutuhan stimulasi 17..Identifikasi kesulitan koping anak
(5) dengan anggota keluarga
6. Kebutuhan untuk
bersosialisasi (3)
7. Kebutuhan spiritual

Poltekkes Kemenkes Padang


(5) 18. Identifikasi kekuatan dan
8. Kebutuhan kemampuan anak dengan anggota
bimbingan moral (5) keluarga
9. Pengelolaan 19..Informasikan faktor-faktor yang
kesehatan umum (5) 10. dapat meningkatkan kondisi anak
Metode disiplin yang pada anggota keluarga
sesuai untuk 20..Dorong anggota keluarga untuk
usia perkembangan menjaga atau mempertahankan
(3) hubungan keluarga yang sesuai
11. Strategi komunikasi c. Dukungan Keluarga Tindakan
keperawatan:
yang efektif (4)
1..Dengarkan kekhawatiran, perasaan
dan pertanyaan dari keluarga
Keterangan: 2..Tingkatkan hubungan
(3) : Pengetahuan saling percaya dengan
sedang keluarga
(4) : Pengetahuan 3..Identifikasi sifat dukungan spiritual
banyak bagi keluarga
(5) : Pengetahuan 4..Hargai dan dukung mekanisme
sangat koping adaptif yang digunakan
banyak keluarga
5..Berikan sumber spiritual untuk
keluarga, sesuai kebutuhan
6..Libatkan anggota keluarga dan
anak dalam membuat keputusan
terkait perawatan
7..Bantu keluarga untuk
mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan alat yang
diperlukan untuk mendukung
keputusan mereka terhadap
perawatan anak
3 Gangguan a. Orientasi kognitif a. Mendengar aktif Tindakan
komunikasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan:
verbal keperawatan diharapkan 1. Buat tujuan interaksi
berhubungan dapat melakuakan orientasi 2. Tunjukkan ketertarikan pada anak
dengan kognitif, dengan kriteria 3. Gunakan pertanyaan maupun
hasil: pernyataan yang mendorong klien
hambatan
individu dalam untuk mengekspresikan perasaan,
hubungan sosial 1. Mengidentifikasi pikiran dan kekhawatiran
diri sendiri (5) 4. Tunjukkan kesadaran dan rasa
2. Mengidentifikasi sensitif terhadap emosi yang
tempat saat ini (5) ditunjukkan anak
5. Gunakan perilaku non verbal untuk
menfasilitasi komunikasi
Keterangan:
6. Identifikasi tema yang dominan
(5) : Tidak terganggu
7. Berespon segera sehingga
menunjukkan pemahaman
b. Kontrol risiko terhadap pesan yang diterima
Setelah dilakukan tindakan 8. Klarifikasi pesan yang diterima
keperawatan diharapkan dengan menggunakan pertanyaan
dapat melakukan maupun memberikan umpan balik
pengontrolan risiko, dengan 9. Gunakan teknik diam/
kriteria hasil: mendengarkan dalam rangka
mendorong klien untuk
1. Mengenali faktor mengekspresikan perasaan,
resiko individu (4-5) pikiran dan kekhawatiran
2. Mengenali b. Latihan Memori
kemampuan untuk Tindakan keperawatan:
merubah perilaku (4-

Poltekkes Kemenkes Padang


5) 1. Stimulasi ingatan dengan cara
3. Memonitor faktor mengulangi pemikiran anak yang
risiko dilingkungan terakhir diekspresikan, dengan
(4-5) cara yang tepat
4. Memonitor faktor 2. Implementasikan teknik
risiko individu (4-5) mengingat yang tepat, misalnya
5. Mengembangkan permainan ingatan, mengulang
strategi yang efektif informasi
dalam mengontrol 3. Beri Latihan orientasi, misalnya
risiko (4-5) anak berlatih mengenai informasi
pribadi dan tanggal, dengan cara
yang tepat
Keterangan: (4) : 4. Berikan kesempatan untuk
Sering menggunakan ingatan kejadian
menunjukkan (5) : yang baru saja terjadi, 5..Monitor
Secara konsisten perilaku anak selama terapi
menunjukkan 6. Identifikasi dan koreksi kesalahan
orientasi anak
7. Monitor perubahan-
perubahan dalam latihan mengingat
4 Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:
perawatan diri Aktivitas Sehari- Kebersihan
berhubungan hari Tindakan keperawatan:
dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan budaya anak saat
gangguan keperawatan diharapkan mempromosikan aktivitas
psikologis perawatan diri: aktivitas perawatan diri
sehari- hari secara mandiri, 2. Pertimbangkan usia anak saat
retardasi mental
dengan kriteria hasil: mempromosikan aktivitas
perawatan diri
1. Makan (5) 3. Tentukan jumlah dan tipe terkait
2. Mandi (5) dengan bantuan yang diperlukan
3. Kebersihan (5) 4. Fasilitasi anak untuk menggosok
4. Kebersihan mulut (5) gigi dengan tepat
5. Monitor kebersihan kuku, sesuai
dengan kemampuan merawat diri
Keterangan:
anak
(5) : Tidak terganggu 6. Monitor integritas kulit anak
7. Jaga ritual kebersihan
8. Dukung orangtua/ keluarga
berpartisipasi dalam ritual
menjelang tidur yang biasa
dilakukan dengan tepat
9. Berikan bantuan sampai anak
benar- benar mampu merawat diri
secara mandiri
b. Bantuan perawatan
diri: pemberian makan
Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam posisi makan
yang nyaman
2. Berikan alat- alat yang bisa
memfasilitasi anak untuk makan
sendiri
3. Gunakan cangkir dengan pegangan
yang besar
4. Gunakan alat makan dan gelas
yang tidak mudah pecah dan tidak
berat, sesuai kebutuhan
5 Risiko cidera a. Pengetahuan : a.Manajemen Lingkungan:
berhubungan keamanan fisik anak Keselamatan
dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
Poltekkes Kemenkes Padang
fungsi kognitif keperawatan diharapkan 1. Identifikasi kebutuhan
dapat mengetahui kemanan keamanan anak berdasarkan
fisik anak, dengan kriteria fungsi fisik dan kognitif serta
hasil: riwayat perilaku di masa lalu
1. Aktivitas yang 2. Identifikasi hal- hal yang
sesuai untuk tingkat membahayakan di lingkungan
usia anak
perkembangan anak 3. Modifikasi lingkungan untuk
(4) meminimalkan bahan berbahaya
2. Strategi untuk dan berisiko
mencegah jatuh (4) 3. 4. Gunakan peralatan perlindungan
Strategi untuk untuk membatasi akses pada
mencegah kecelakaan situasi yang membahayakan
bermain (4) 5. Monitor lingkungan terhadap
4. Surveilans area terjadinya perubahan status
bermain outdoor yang keselamatan
tepat (4) 6. Edukasi individu dan kelompok
yang berisiko tinggi terhadap
bahan berbahaya yang ada di
Keterangan :
lingkungan
(4) : Pengetahuan b. Pencegahan Jatuh Tindakan
banyak keperawatan:
1. Identifikasi kekurangan baik
b. Kinerja pengasuhan kognitif atau fisik dari anak yang
: keamanan fisik mungkin meningkatkan potensi
kehidupan masa jatuh pada lingkungan tertentu
anak anak 2. Identifikasi perilaku dan faktor
Setelah dilakukan tindakan yang mempengaruhi risiko jatuh
keperawatan diharapkan 3. Kaji ulang riwayat jatuh bersama
dapat meningkatkan kinerja dengan anak
pengasuhan keamanan fisik dan keluarga
kehidupan masa anak- anak, 4. Identifikasi karakteristik dari
dengan kriteria hasil: lingkungan yang mungkin
1. Memilih mainan meningkatkan potensi jatuh
yang aman dan 5. Monitor gaya berjalan,
sesuai dengan usia keseimbangan dan tingkat
(5) 2. Memberikan kelelahan dengan ambulasi
pengawasan terkait 7. Letakkan benda-benda dalam
peralatan di area jangkauan yang mudah bagi anak
bermain (5) 8. Sediakan alas kaki yang tidak licin
7. Monitor penggunaan untuk memfasilitasi kemudahan
olahraga dan alat rekreasi
menjangkau
( 5)

Keterangan:
(5) : Secara konsisten
Menunjukkan
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An M

Diagnosis : Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon


Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Membangun hubungan saling Subjektif :
maret percaya bersama keluarga Ny Ny N mengatakan An M mulai
2018/ N dan anak M mengalami keterlambatan pada usia
15.00 2. Melakukan informed concent 3 bulan, Ny N mengatakan An M
WIB bersama Ny N akan mau aktif beraktivitas ketika
3. Melakukan kontrak waktu ditemani, Ny N mengatakan An M
4. Mengkaji riwayat tumbuh mampu berfikir tetapi susah untuk
kembang anak dengan mengungkapkan
melakukan wawancara
bersama orang tua dan Objektif :
observasi tingkah laku anak M Ny N menyetujui informed consent
5. Mengidentifikasi faktor- dan kontrak waktu, An M suka
faktor personal yang senyum senyum dan malu malu saat
berdampak pada keberhasilan memperkenalkan diri
program pendidikan dengan
mengobservasi tingkah laku
An M saat belajar di sekolah Analisis Tujuan :
SLB Masalah gangguan tumbuh kembang
6. Mengkaji dengan keluarga belum teratasi
dalam rangka mendapatkan Perencanaan Selanjutnya :
informasi mengenai kondisi Intervensi gangguan tumbuh
kognisi dasar anak M kembang dilanjutkan
7. Mengatur batasan bersama
anak M
8. Mengkaji tingkat penerimaan
orang tua terkait dengan
perannya untuk menyediakan
perawatan
9. Berinteraksi personal dengan
anak M
Kamis/ 1. Memberikan pendidikanSubjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny N mengatakan paham tentang cara
2018 mengenai cara berinteraksi berinteraksi dengan penyandang
dengan penyandang disabilitas disabilitas intelektual, Ny
intelektual N mengatakan akan selalu
2. Mendiskusikan strategi cara berusaha untuk menunjang
berinteraksi dengan penyandang perkembangan anak M
disabilitas intelektual dalam Objektif:
mengelola perilaku anak
Ny N tampak mengikuti pemberian
3. Memotivasi orang tua untuk
materi cara berinteraksi
mencoba strategi cara
dengan penyandang
berinteraksi dengan
disabilitas dengan
penyandang disabilitas
seksama
intelektual dalam mengasuh
Analisis Tujuan:
anak
Masalah gangguan tumbuh kembang
4. Memonitor interaksi keluarga
teratasi sebagian
dengan anak M Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Jum’at/ 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
30 maret 2. Menggunakan suara bicara yang Ny N mengatakan akan menerapkan
2018/ lembut dan rendah 6 langkah cuci tangan bersama
13.30 3. Menyediakan media dalam keluarga Objektif:
WIB bentuk video untuk melakukan Anak M tampak bisa melakukan 6
demonstrasi 6 langkah cuci tangan dengan benar
langkah cuci tangan secara mandiri, Anak M tampak
4. Melakukan demonstrasi 6 senang setelah melakukan
langkah cuci tangan bersama demonstrasi 6 langkah cuci tangan

Ny N dan anak M beserta


saudaranya sambil bernyanyi Analisis Tujuan:
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Meminta anak M untuk Masalah gangguan tumbuh kembang
mendemonstrasikan 6 langkah teratasi sebagian
cuci tangan secara mandiri
sambil diiringi dengan Perencanaan selanjutnya:
bernyanyi
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Berinteraksi personal bersama Subjektif:
maret anak M Ny N mengatakan hasil mewarnai
2018 2. Membantu anak untuk belajar anak M bagus dan sesuai dengan
mandiri ilustrasi gambar
3. Menyediakan kertas bergambar
beserta ilustrasi gambar dan
Objektif:
pewarna bersama Ny N
4. Membantu dan mendorong anak An M tampak ragu ragu dalam
M memilih pewarna yang memilih warna, An M tampak senang
atas hasil usahanya mewarnai gambar
di pakai untuk gambar sesuai
dengan ilustrasi secara mandiri
5. Mengevaluasi hasil mewarnai Analisis Tujuan:
anak M bersama Ny N Masalah gangguan tumbuh kembang
6. Memberikan pujian kepada teratasi sebagian
anak M atas hasil usahanya
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Minggu/ 1. Membangun suasana yang Subjektif:
01 April aman bagi anak M -
2018 2. Mengajarkan anak untuk Objektif:
mencari bantuan dari orang lain An. M, An. N dan An F tampak
ketika sangat senang ketika bermain dimulai
membutuhkan sampai selesai, An. M tampak
3. Melakukan terapi bermain berusaha mengikuti adik adiknya saat
assosiative play bernyanyi bermain dengan terbata bata
bersama An. M, An. N dan
An. F Analisis Tujuan:
4. Mengajari anak untuk Masalah gangguan tumbuh kembang
melakukan tindakan “berhenti teratasi sebagian
dan berfikir” sebelum
bertindak secara impulsif
5. Bantu anak memilih tindakan Perencanaan selanjutnya:
yang paling menguntungkan Intervensi gangguan tumbuh
6. Memberi pujian terhadap usaha kembang dilanjutkan
setiap anak
Diagnosis : Kesiapan peningkatan koping keluarga
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Membangun hubungan pribadi Subjektif :
maret dengan anak dan anggota Ny N mengatakan ingin mengetahui
2018/ keluarga yang akan terlibat cara perawatan anak M, Ny N
15.00 dalam perawatan berharap anak M berkembang seperti
WIB 2. Mengidentifikasi kemampuan pada anak umumnya, Ny N
anggota keluarga untuk terlibat menjelaskan kondisi keluarga saat ini
dalam perawatan anak M
3. Mengidentifikasi harapan Objektif :
anggota keluarga untuk anak Ny N masih tampak khawatir terhadap
4. Mengidentifikasi persepsi perkembangan anak M, Ny
anggota keluarga mengenai N tampak antusias dalam asuhan
situasi, peristiwa yang tidak keperawatan
diinginkan, perasaan dan
perilaku anak M
Analisis Tujuan :
5. Mengidentifikasi kekuatan dan
Kesiapan peningkatan koping belum
kemampuan anak dengan
teratasi
anggota keluarga
6. Mendengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan dari Perencanaan Selanjutnya :
keluarga Intervensi kesiapan peningkatan
7. Melibatkan anggota keluarga koping di lanjutkan
dan anak dalam membuat
keputusan terkait perawatan
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny N mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan penyandang
dengan penyandang disabilitas disabilitas intelektual, Ny N
intelektual mengatakan akan selalu berusaha
2. Mendorong Ny N dan anak M untuk menunjang perkembangan
serta anggota keluarga untuk anak M
bersikap asertif dalam
berinteraksi Objektif:
3. Mendorong Ny N untuk fokus Ny N tampak mengikuti pemberian
pada setiap aspek positif dari materi cara berinteraksi dengan
situasi anak M penyandang disabilitas dengan
4. Mendiskusikan bersama Ny N seksama
jenis perawatan dirumah yang
sesuai dengan kondisi anak M
Analisis Tujuan:
5. Melakukan kontrak waktu
Masalah kesiapan peningkatan
pertemuan selanjutnya
koping keluarga teratasi sebagian

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi kesiapan
peningkatan koping keluarga
dilanjutkan
Jum’at/ 1. Melakukan demonstrasi 6 Subjektif:
30 maret langkah cuci tangan bersama Ny N mengatakan akan menerapkan
2018 Ny N, anak M dan adik 6 langkah cuci tangan pakai sabun
adiknya bersama keluarga, Ny N meminta
2. Evaluasi kemampuan anak M video demonstrasi beserta lagu untuk
bersama keluarga dalam demonstrasi 6 langkah cuci tangan
mendemonstrasikan 6 langkah Objektif:
cuci tangan Ny N dan anak M tampak bisa
3. Memberikan pujian kepada melakukan cuci tangan pakai sabun
Anak M mengulang 6 langkah dengan 6 langkah, Ny N dan anak M
cuci tangan tampak senang ketika
4. Memonitor keterlibatan mendemonstrasikan 6 langkah cuci
anggota keluarga dalam tangan pakai sabun secara bersama
demonstrasi 6 langkah cuci Analisis Tujuan:

Poltekkes Kemenkes Padang


tangan Kesiapan peningkatan koping
5. Melakukan kontrak waktu untuk keluarga teratasi sebagian Perencanaan
pertemuan selanjutnya selanjutnya:
Intervensi kesiapan
peningkatan koping keluarga
dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Mendorong Ny N dan An. M Subjektif:
maret 2018 untuk membantu dalam Ny N mengatakan memilih perawatan
mengembangkan rencana diri pada An M secara
keperawatan, hasil yang mandiri di rumah
diharapkan dan pelaksanaan
perawatan diri secara mandiri
Objektif:
oleh An M
2. Mendiskusikan jenis perawatan Ny N tampak dapat memilih dan
di rumah bersama Ny N dan An merencanakan perawatan diri pada An
M M, Ny N dan An M tampak senang
3. Membantu keluarga untuk setelah dilakukan perawatan diri anak
mendapatkan pengetahuan, M di rumah
keterampilan dan alat yang
diperlukan untuk mendukung Analisis Tujuan:
keputusan terhadap perawatan Kesiapan peningkatan koping
anak keluarga teratasi sebagian
4. Bersama Ny N memfasilitasi
perawatan An M di rumah
5. Mengevaluasi kemampuan An Perencanaan selanjutnya:
M dan perasaan setelah Intervensi kesiapan
dilakukan perawatan diri peningkatan koping keluarga
bersama Ny N dilanjutkan
Minggu/ 1. Mengevaluasi kemampuan An Subjektif:
01 April M dan perasaan setelah Ny N mengatakan An.M masih
2018 dilakukan perawatan diri diingatkan untuk melakukan
bersama Ny N pada pertemuan perawatan diri
sebelumnya
2. Menyediakan Ny N dan An. M
Objektif:
pilihan pilihan yang raelistis
Ny N dan An M tampak senang setelah
mengenai aspek perawatan
3. Memberi dukungan terhadap dilakukan perawatan diri anak
sikap anak M terkait dengan M di rumah
harapan yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi Analisis Tujuan:
perassaan ketidakberdayaan Kesiapan peningkatan koping
pada An.M bersama Ny N keluarga teratasi sebagian
4. Menjadwalkan peninjauan
kembali untuk mengevaluasi
Perencanaan selanjutnya:
keberhasilan atau kebutuhan
Intervensi kesiapan
penguatan pada keluarga
peningkatan koping keluarga
dilanjutkan
Diagnosis : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam

hubungan sosial
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Menjelaskan tujuan interaksi Subjektif :
maret 2. Menunjukkan ketertarikan Ny N mengatakan An M susah dalam
2018/ pada anak M menyampaikan pendapat baik dalam
15.00 3. Berinteraksi personal dengan tulisan maupun dengan kata- kata,
WIB anak M suka menanggapi orang dengan
senyuman
Objektif :
An M tampak suka senyum senyum
dan malu malu saat memperkenalkan
diri
Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Kamis/ 1. Menjelaskan tujuan pertemuan Subjektif:
29 maret 2. Memonitor perilaku anak M Ny N mengatakan anak M masih
2018 3. Mendorong anak untuk belum bisa mengekpresikan
mengekspresikan perasaan perasaannya sesuai keadaan
4. Mendengarkan anak M Objektif:
mengekspresikan perasaan Ny N tampak membantu anak M
mengekspresikan perasaan, Anak M
tampak terbata bata dalam berbicara
dan kurang pandai mengekpresikan
perasaannya
Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan dan demonstrasi Anak M mengatakan ingin
2018 tentang 6 langkah cuci tangan membiasakan 6 langkah cuci tangan
2. Mendorong anak untuk pakai sabun dengan mengangguk
mengekspresikan perasaan saat di evaluasi Objektif:
3. Memonitor perilaku anak M Anak M tampak senang ketika
4. Meminta anak M untuk melakukan demonstrasi 6 langkah
mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan bersama keluarga dan
cuci tangan secara mandiri secara mandiri
5. Memberikan pujian atas Analisis Tujuan : Gangguan
kemampuan anak M komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Mendorong An. M untuk Subjektif:
maret mengekspresikan perasaan Ny N mengatakan An M senang
2018 setelah melakukan perawatan setelah melakukan perawatan diri
diri Objektif:
2. Menggunakan perilaku non An M tampak senang
verbal untuk memfasilitasi Analisis Tujuan :
komunikasi Gangguan komunikasi verbal belum
3. Menggunakan teknik diam dan teratasi
mendengarkan saat anak Perencanaan Selanjutnya :
mengekspresikan perasaan Intervensi gangguan
4. Memberikan umpan balik komunikasi verbal dilanjutkan
kepada anak
5. Memberikan pujian kepada anak
atas hasil usaha dalam
mengekspresikan diri
Minggu/ 1. Melakukan terapi bermainSubjektif:
Poltekkes Kemenkes Padang
01 April assosiative play bernyanyi -
2018 bersama An. M, An. N dan Objektif:
An. F An. M tampak kesulitan dalam memilih
2. Memonitor perilaku anak selama lagu, An M
terapi tampak berusaha mengikuti
3. Memberikan pujian permainan, An M tampak
berusaha bernyanyi
dengan terbata bata dan bertepuk
tangan, An M tampak senang Analisis
Tujuan :
Gangguan komunikasi verbal belum
teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan
komunikasi verbal dilanjutkan
Diagnosis : Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi defisit Subjektif :
maret perawatan diri anak Ny N mengatakan An M mandi
2018/ 2. Memonitor kebersihan masih kurang bersih dan sering
15.00 kuku, sesuai dengan bermain air ketika mandi, Ny N
WIB kemampuan merawat diri mengatakan An M sudah bisa
anak M berpakaian secara mandiri namun
3. Mengkaji belum bisa berhias secara mandiri
kemampuan Objektif :
perawatan diri anak M An M tampak rambut tidak rapi,
rongga mulut kurang bersih,
beberapa gigi mengalami karies,
kuku jari tangan tampak panjang dan
kotor, kuku jari kaki tampak panjang
dan kotor, An M tampak belum bisa
melakukan perawatan diri secara
mandiri dengan optimal sesuai usia
Analisis Tujuan :
Defisit perawatan diri belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi defisit perawatan
diri dilanjutkan
Kamis/ 1. Menginformasikan kepada Ny Subjektif:
29 maret N untuk mendukung Ny N mengatakan akan membantu
2018 kemandirian dengan membantu kemandirian anak M ketika anak M
hanya ketika anak M tak tak mampu melakukan perawatan
mampu melakukan perawatan diri.
diri Objektif:
2. Memonitor kemampuan Anak M tampak belum bisa secara
perawatan diri secara mandiri mandiri menyisir rambut dengan
anak M rapi, mencuci tangan pakai sabun,
menggunakan sabun saat mandi,
menggosok gigi saat mandi serta
berwudhu dengan benar
Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri belum
teratasi
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan
diri dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan cuci tangan pakai Ny N mengatakan akan membiasakan
2018 sabun dan 6 langkah cuci cuci tangan pakai sabun
tangan pakai sabun Objektif:
2. Mendemonstrasikan 6 langkah Ny N dan anak M tampak bisa
cuci tangan bersama Ny N dan melakukan cuci tangan pakai sabun
anak M dengan 6 langkah, Ny N dan anak M
tampak senang ketika
mendemonstrasikan 6 langkah cuci
tangan pakai sabun secara bersama
Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri teratasi
sebagian
Perencanaan selanjutnya: Intervensi
defisit perawatan diri dilanjutkan

Sabtu/ 31 1. Menjelaskan pentingnya Subjektif:


maret 2018 menjaga kebersihan tubuh Anak M mengatakan senang
(mandi, keramas, menggosok melakukan perawatan diri mandi,
gigi) secara mandiri kepada keramas, menyikat gigi, Anak M
anak M bersama Ny N menyebutkan beberapa alat untuk
2. Bersama Ny N memfasilitasi melakukan perawatan diri mandi,
alat untuk mandi, keramas, keramas, menyikat gigi
menyikat gigi
3. Menjelaskan kembali kepada
Objektif:
anak alat alat yang digunakan
untuk mandi, keramas, Anak M tampak senang setelah
menyikat gigi melakukan perawatan diri mandi,
keramas, menyikat gigi, Anak M
4. Menjelaskan peraturan yang
tampak masih perlu di bantu saat
harus dipatuhi oleh anak M saat
melakukan perawatan diri mandi,
mandi, keramas, menyikat gigi
keramas, menyikat gigi
5. Bersama anak M melakukan
perawatan diri mandi,
keramas, menyikat gigi Analisis Tujuan:
6. Memberikan pujian untuk Masalah defisit perawatan diri
kemampuan anak dalam teratasi sebagian
melakukan perawatan diri
mandi, \keramas, menyikat gigi Perencanaan selanjutnya:
7. Mengevaluasi perasaan anak
Intervensi defisit perawatan
setelah melakukan perawatan
diri dilanjutkan
diri mandi, keramas, menyikat
gigi

Diagnosis : Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif


Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi kebutuhan Subjektif :
maret keamanan anak berdasarkan Ny N mengatakan An M sulit
2018/ fungsi fisik dan kognitif serta berkonsentrasi, suka bermain, suka
15.00 riwayat perilaku di masa lalu mengganggu adik adiknya, Ny N
WIB 2. Mengidentifikasi hal- hal yang mengatakan An M mempunyai
membahayakan di lingkungan riwayat jatuh pada umur 3 bulan, Ny
anak N mengatakan takut An M bermain
3. Mengidentifikasi kekurangan di luar pekarangan rumah karena
baik kognitif atau fisik dari gangguan kognitif nya
anak yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh Objektif :
pada lingkungan anak
An M tampak sering ingin bermain,
4. Mengidentifikasi perilaku dan
An M tampak memiliki sepeda
faktor yang mempengaruhi
risiko jatuh
5. Mengkaji ulang riwayat jatuh Analisis Tujuan :
bersama dengan anak dan Risiko cidera belum teratasi
keluarga
6. Mengidentifikasi karakteristik Perencanaan Selanjutnya :
dari lingkungan yang mungkin Intervensi risiko cidera dilanjutkan
meningkatkan potensi jatuh
7. Monitor gaya berjalan
Kamis/ 1. Memonitor lingkungan Subjektif:
29 maret terhadap resiko terjadinya Ny N mengatakan mempunyai
2018 perubahan status keselamatan peralatan rumah tangga yang terbuat
anak M dari kaca, plastik dan besi, Ny N
2. Memberikan edukasi kepada mengatakan terkadang lupa
Ny N tentang lingkungan yang meletakkan barang yang terbuat dari
aman bagi anak M kaca pada tempat yang tidak
dijangkau anak anak, Ny N
mengatakan anak M mempunyai
sepeda roda dua, Ny N mengatakan
belum sempat membeli alas kaki
yang tidak licin

Objektif:
Peralatan rumah tangga Ny N
tampak terbuat dari kaca, plastik dan
besi, Alas kaki anak M tampak licin

Analisis Tujuan:
Masalah resiko cidera belum teratasi

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi resiko cidera dilanjutkan
Jum’at/ 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
30 maret sekitar anak M Ny N mengatakan agak tenang dengan
2018 2. Memodifikasi lingkungan lingkungan rumah
untuk meminimalkan risiko
cedera Objektif:
Peralatan rumah tangga Ny N di
letakkan di tempat yang tidak mudah
di jangkau anak M, Pagar rumah Ny
N tampak terkunci

Analisis Tujuan:
Masalah resiko cedera
teratasi sebagian

Perencanaan selanjutnya:
Poltekkes Kemenkes Padang
Intervensi dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:
maret sekitar anak M Ny N meminta agar ikut membantu
2018 menutup dan mengunci pagar rumah
jika ada anggota keluarga keluar dan
masuk rumah, Guru SLB meminta
agar menutup pagar sekolah jika ada
yang keluar masuk, Guru SLB
meminta mengawasi anak anak agar
tidak bermain dengan berlebihan

Objektif:
Pagar rumah Ny N tampak tidak
terkunci, Pagar SLB tampak sering
terbuka, Siswa siswa di SLB tampak
bermain dengan berlebihan

Analisis Tujuan:
Masalah resiko cedera belum teratasi
secara optimal

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi resiko jatuh dilanjutkan

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian
Rabu 28 Maret 2018 11.30 WIB

Sekolah : SLB Kasih Ummi Kota Padang


Sumber informasi : Orang tua (ibu)
J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. W
Tanggal lahir / Umur Padang / 18 september 2005
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke / jumlah 1/1
saudara
Diagnosa Medis Retardasi Mental
5. IDENTITAS IBU AYAH
ORANGTUA
Nama Ny. J Tn. S
Umur 46 tahun 48 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Mandailing Jambak
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh Harian Lepas
Alamat Jalan utama. Dadok Tunggul Jalan utama. Dadok Tunggul
Hitam. Kelurahan Bungo Hitam. Kelurahan Bungo
Pasang Pasang

Poltekkes Kemenkes Padang


6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

Nama Usia Jenis


No Hub.dg KK Pendidikan Ket
(Inisial) (bl/th) Kelamin
1. Tn. S 48 th Laki – Laki Kepala SMA Ayah
Keluarga
2. Ny. J 46 th Perempuan Istri SMA Ibu
3. An. W 12 th Laki – Laki Anak - Klien
4. An. A 9 th Perempuan Anak - Adik Klien
III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ny. J mengatakan bahwa An. W mengalami keterlambatan perkembangan tidak sesuai usia
pada anak normal, An W juga sulit berkonsentrasi, sering melamun, mudah bosan, mandi
kurang bersih, belum bisa menjaga kebersihan diri sendiri serta belum bisa melakukan
perawatan diri secara mandiri sesuai usianya. An jika di rumah sering bermain bersama
adiknya . Namun ketika ada teman An W bermain keluar rumah. An. W terkadang
berbicara tidak jelas dan tidak nyambung, sering senyum, afek datar, respon sosial agak
lambat, tampak sering bingung. Ny J ingin mengetahui cara perawatan an w dalam
kehidupan sehari- hari. IQ An. W : 52
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ny. J mengatakan tidak ada keluhan saat hamil an.w dan sering periksa kehamilan ke
bidan secara teratur. Ny. J melahirkan an.w dengan menggunakan alat bantu persalinan
vakum di klinik bersalin. Ny J mengatakan an.w setelah lahir di berikan vit.k dan disusui
dengan ASI. Ny.J setelah lahir an.w selalu diberikan imunisasi secara lengkap. Ny. J
mengatakan an w ketika bayi tidak rewel. Ny. J mengatakan pada usia an.w 4 bulan baru
pertama kali tersenyum dan mulai berguling pada usia 8 bulan, duduk pada usia 10 bulan,
merangkak pada usia12 bulan, berdiri pada usia 20 bulan, berjalan pada usia 2 tahun, mulai
berbicara pada usia 3 tahun, berpakaian tanpa bantuan pada usia 6 tahun. An w
mengkosumsi asi sampai usia 2,5 tahin/ 30 bulan. Ny J baru menyadari An.w mengalami
keterlambatan tumbuh kembang ketika An W sekolah di Taman kanak- kanak pada usia
An. W 5 tahun. An w ketika mengikuti pelajaran di taman kanak kanak sangat lambat
dalam belajar, bermain, dan berbicara. Ketika sudah mengetahui bahwa anaknya
mengalami keterlambatan perkembangan Ny J mengkonsultasikan kepada kader dan tenaga
kesehatan di puskesmas. Ny J disarankan agar memberikan terapi kepada An W di
Harapan Bunda. Namun Ny J masih kesulitan dalam ekonomi. An W pada usia 6 tahun
baru menjalani terapi bicara di harapan Bunda selama 2 bulan. Setelah menjalani terapi An
w sudah mulai bisa berbicara sedikit demi sedikit, namun karena kesulitan ekonomi An w
tidak lagi menjalani terapi. Pada saat berumur 7 tahun an.w masuk sekolah dasar negeri.
Setelah masuk ternyata ibu guru menyadari bahwa an w mengalami gangguan dalam
belajar.Sehingga an w juga sering di bully teman temannya. Setelah sekolah selama 6 bulan
di sekolah dasar an mengalami pembulyan dari teman teman nya sehingga an w berjalan
agak pincang dan mengalami benturan kepala. An w kemudian berhenti sekolah di sekolah
dasar dan hanya berada di rumah. An. W masuk SLB Kasih Ummi pada usia 9 tahun di
tahun 2014. Ny J mengatakan mulai ada perubahan yang dialami oleh an w setelah 2 tahun
sekolah di SLB kasih ummi .Ny j berharap an w dapat hidup secara mandiri seperti anak
normal pada umumnya.
d. Prenatal
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Positif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Tidak ada
Poltekkes Kemenkes Padang
Perokok Tidak

Alkohol Tidak
e. Intranatal
Tanggal persalinan 18 september 2005
BBL / PBL 3.100 gr / 50 cm
Usia gestasi saat lahir 36 mg
Tempat persalinan Klinik Bersalin
Penolong persalinan Bidan
Jenis persalinan Alat vacuum
Penyulit persalinan ada, sebutkan “bayi susah keluar”
f. Post natal (24 jam)
Pemberian Vit K Ada
Koord. reflek hisap dan reflek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ada
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
฀ : Laki-laki
O : Perempuan
©/฀ : Klien
: Menikah
: Saudara
: Tinggal seruma
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG
DPT
Polio Lengkap sesuai usia
Hepatitis B
Campak
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Usia anak saat :
9. Berguling 8 bulan
10. Duduk 10 bulan
11. Merangkak 12 bulan
12. Berdiri 20 bulan
13. Berjalan 2 tahun
14. Tersenyum pertama kali pada orang tua 4 bulan
15. Bicara pertama kali (satu kosa kata) 3 tahun kata yang di ucapkan
“ibu”
16. Berpakaian tanpa bantuan 6 tahun

Kesimpulan :
An. M mengalami keterlambatan perkembangan

Poltekkes Kemenkes Padang


V. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah Ibu N adalah rumah semi permanen dengan dinding masih berupa batu bata
dengan atap seng, lantai sudah di semen, dinding kamar terbuat dari tripleks. Ukuran
rumah 9 m x 5 m. Rumah Ibu N tampak tidak rapi. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang
belajar anak di gabung di 1 ruangan dan juga terdapat 1 kasur di ruang tamu. Kamar
mandi terdapat jamban, bak air menggunakan ember. Tidak terdapat pagar di rumah Ibu

N.
Denah Rumah Ny J

A
P
U

2. Sampah : di bakar
3. Jamban : di dalam rumah
4. Pekarangan : sempit dan telah di beton
5. Sumber air : PDAM
6. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : jarang sekali
7. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW
Lingkungan An.W tinggal terbilang cukup sepi karena rumah berjarak agak jauh antara
rumah satu dengan yang lainnya. Disekitar tempat tinggal An.W juga terdapat banyak
anak anak usia sekolah. Masyarakat tempat An.W terlihat rukun.
8. Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Bapak S biasanya berkumpul setiap lebaran,interkasi dengan tetangga cukup
baik, tetangga sering berkunjung kerumah untuk mengobrol dan teman-teman dari An.W
sering main kerumah untuk bermain dengan An.W. An. W juga sering bermain keluar
rumah bersama teman- temannya
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Compos Mentis
GCS : 15
b. Tanda Vital Suhu : 37oC RR : 24 x/m HR : 83 x/m

c. Posture BB : 28 kg PB/TB : 139 cm


Cara berjalan An W tidak mengalami gangguan
d. Kepala Bentuk : Normal

Poltekkes Kemenkes Padang


Kebersihan : Bersih
Lingkar kepala : 26 cm
Benjolan : Tidak ada
Data lain : 1) Rambut berwarna hitam dan lurus,
pertumbuhan rambut merata, rambut
tampak kering dan tidak rapi
2) Wajah An. W sering tampak
Kebingungan

e. Mata Simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : tidak anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : tidak edema
Data lain : Mata terlihat bersih
f. Hidung Letak : Simetri
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Data lain : Fungsi penciuman baik
g. Mulut Gigi : 212 212 212
Kebersihan rongga mulut Data lain : 212 tidak
: bersih
Gigi jarang
h. Telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Kotor
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : baik
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak ada tarikan dinding dada, pergerakan
dinding dada saat inspirasi dan eskpirasi sama
Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler

Palpasi :
Perkusi :
Lingkar dada : 50 cm
- Jantung Inspeksi : iktus kordis terlihat

Auskultasi : irama jantung reguler

Palpasi
Perkusi
k. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi abdomen (-), tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : bising usus (+)

Lingkar perut : 57 cm
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban : Lembab
Warna : Merah muda
Data lain : kulit an. W terlihat bersih
m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : 20 cm
Atas Capillary refill : < 3 dtk
Data lain yang ditemukan : Kuku jari tangan terlihat kotor
Poltekkes Kemenkes Padang
n. Ekstremitas Kuku jari kaki terlihat kotor
Bawah
o. Genitalia dan Bentuk : Normal
anus Ukuran penis : Normal

4) Temperamen dan daya Difficult child


adaptasi Kebiasaan yang tidak teratur
Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru
3) Kebiasaan sehari-hari
h. Nutrisi dan cairan Makanan yang diberikan :
Jenis : makanan biasa (nasi, lauk, sayur, tahu, tempe)
Jumlah : 3/4 porsi/ piring Frek : 3 x sehari
Pola makan : teratur
Minum : Jenis : Air mineral
Frek : 8 gelas/ hari
Masalah : An. W dapat makan secara mandiri tetapi menyisakan rimah
dan mulut yang agak berlepotan
i. Istirahat dan tidur Siang Malam
Pola tidur : teratur Pola tidur : teratur
Jumlah jam tidur : 45 menit/ hari Jumlah jam tidur :10 jam/hari
j. Eliminasi BAK : Frek 7 kali/ hari Warna bening kekuningan
Masalah : An W masih belum bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene setelah buang air kecil
BAB : Frek 1 kali/ hari Warna kuning
Konsistensi lunak
Masalah : Belum bisa mandiri personal hygiene setelah BAB
Latihan BAK/BAB di toilet : ya
k. Personal higiene Frek. Mandi : 2 x/hari Cuci rambut : 2 x/minggu Sikat gigi : 2
x/hari
Masalah : Belum bisa melakukan personal hygiene yang efektif secara
mandiri
l. Aktivitas bermain saudara/teman didalam rumah dan kadang kadang diluar rumah
m. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : tidak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Terapi An. W pernah mengikuti terapi bicara pada umur 6 tahun di Rumah Sakit
Harapan Bunda Padang

ANALISIS DATA

Nama Klien : An W

NO Data Penyebab Masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Data Subjektif : Inkonsistensi respon Gangguan tumbuh
Ny J mengatakan sadar bahwa An W kembang
mengalami keterlambatan
perkembangan pada saat berusia 5
tahun, Ny J mengatakan An W juga
sulit berkonsentrasi, sering melamun,
mudah bosan, Ny J mengatakan
belum bisa melakukan perawatan diri
secara mandiri
Data Objektif :
An W tampak terkadang berbicara
tidak jelas dan tidak nyambung,
sering senyum, afek datar, respon
sosial agak lambat, tampak sering
bingung, IQ An. W : 48

2 Data Subjektif : Kesiapan peningkatan


Ny J berharap an W bisa hidup koping keluarga
mandiri seperti orang normal pada
umumnya, Ny J menyatakan
perasaan sedih dan khawatir ketika
an W sering di bully saat sekolah di
sekolah umum dan tak ingin kejadian
yang sama terulang lagi Data
Objektif :
Ny J tampak sangat antusias dalam
pemberian asuhan keperawatan pada
an W
3 Data Subjektif : Hambatan individu Gangguan komunikasi
Ny J mengatakan An W susah dalam dalam hubungan verbal
berbicara dan memilih kata yang sosial
tepat
Data Objektif :
An. W terkadang berbicara tidak jelas
dan tidak nyambung, An W jarang
menggunakan ekspresi wajah atau
tubuh saat berinteraksi, An W sering
senyum, afek datar, respon sosial
agak lambat, tampak sering bingung
saat berinteraksi
4 Data Subjektif : Gangguan psikologis Defisit perawatan diri
Ny J mengatakan An W mandi retardasi mental
kurang bersih, belum bisa menjaga
kebersihan diri sendiri serta belum
bisa melakukan perawatan diri secara
mandiri sesuai usianya.
Data Objektif :
rambut tampak kering dan tidak
rapi,mulut kurang bersih, telinga
kotor, kuku jari tangan terlihat kotor,
kuku jari kaki terlihat kotor, An. W
dapat makan secara mandiri tetapi
menyisakan rimah dan mulut yang
agak berlepotan, An W masih belum
bisa mandiri dalam menjaga personal
hygiene setelah buang air kecil
Belum bisa mandiri personal hygiene

Poltekkes Kemenkes Padang


setelah BAB
5 Data Subjektif : Perubahan fungsi Risiko cidera
Ibu J mengatakan An W sulit kognitif
berkonsentrasi, sering melamun Data
Objektif :
An W mengalami keterlambatan
perkembangan retardasi mental
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : An W

Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Tanda Tangan
Muncul
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan 28 maret 2018
dengan inkonsistensi respon
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga 28 maret 2018
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan 28 maret 2018
dengan hambatan individu dalam hubungan
sosial
4. Defisit perawatan diri 28 maret 2018
5. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan 28 maret 2018
fungsi kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An W
Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
NOC NIC

Poltekkes Kemenkes Padang


1 Gangguan tumbuh kembang a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif
berhubungan dengan anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
inkonsistensi respon Pertengahan 1. Bina hubungan
Setelah dilakukan tindakan saling percaya
keperawatan diharapkan 2. Bantu klien
perkembangan anak: usia memutuskan bagaimana
anak pertengahan adekuat, masalah dipecahkan
dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien
1. Menunjukkan beradaptasi dengan
kreatifitas (4) adanya perubahan peran
2. Menunjukkan 4. Jadwalkan
kemampuan pada peninjauan
tingkat mampu di kembali untuk
sekolah (4) mengevaluasi
keberhasilan atau
kebutuhan penguatan 5.
Keterangan: (4) :
Libatkan keluarga dan
Sering
orang orang
menunjukkan (5) :
terdekat klien
Secara Konsisten
menunjukkan b. Manajemen
perilaku 1. Konsultasikan
dengan keluarga dalam
rangka mendapatkan
informasi mengenai
kondisi kognisi dasar
anak 2. Atur batasan
bersama anak
3. Tahan diri dari
mendebat atau
melakukan tawar
menawar pada anak
untuk menetapkan
batasan perilaku
4. Gunakan suara
bicara yang lembut dan
rendah 5. Acuhkan perilaku
yang tidak tepat
6. Berikan penghargaan
apabila anak dapat
mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak
mengidentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial 2.
Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan
masalah interpersonal 3.
Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil

Poltekkes Kemenkes Padang


yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi
keterampilan sosial
yang spesifik yang akan
menjadi fokus latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam
berperilaku dalam rangka
mencapai keterampilan
sosial
7. Bantu anak
bermain peran dalam
setiap langkah
berperilaku 8. Berikan
umpan balik bagi anak
jika mampu
menunjukkan
kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan pengasuh
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Membuat
pernyataan positif pada
caregiver terhadap upaya
yang
telah dilakukan
3. Menyediakan
dukungan untuk
pengambilan keputusan
caregiver 4. Monitor
interaksi keluarga dalam
permasalahan berkaitan
dengan anak
5. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak 6.
DiskusikAn. Wengenai
keterbatasan yang
dimilki caregiver kepada
anak
7. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan

Poltekkes Kemenkes Padang


perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling
percaya dengan anak 2.
Lakukan interaksi
personal dengan anak 3.
Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling
percaya dengan orang
tua
5. Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal
dari anak dan perilaku
yang berhubungan
6. Demonstrasikan
kepada orangtua
mengenai kegiatan yang
mendukung tumbuh
kembang anak
7. Bantu integrasi
anak dengan
kelompoknya 8. Yakinkan
bahasa tubuh sesuai
dengan bahasa verbal
9. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak 10.
Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
11. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi 12.
Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
13. Bantu anak untuk
belajar mandiri
14. Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf
awalnya/ mengenali
namanya, sesuai
kebutuhan
15. Berikan kesempatan
mendukung aktivitas
motorik
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan
masalah yang tepat
sesuai dengan tingkat

Poltekkes Kemenkes Padang


perkembanngan anak
dan fungsi kognitif 2.
Bantu anak untuk
mengidentifikasi
masalah
3. Ajari anak untuk
melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara
impulsif 4. Bantu anak
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk
memilih tindakan yang
paling menguntungkan 6.
Bantu anak untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan
yang sudah dilakukan 7.
Beri dukungan positif
terhadap usaha yang
berhasil
8. Bantu anak untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda
g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak 1.
Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai
dengan usia anak
2. Identifikasi faktor-
faktor personal yang
berdampak pada
keberhasilan program
pendidikan
3. Identifikasi
mekanisme pertahanan
yang digunakan oleh
sebagian besar kelompok
usia 4. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
5. Berikan sumber
Informasi yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
anak
6. Berikan orangtua bahan

Poltekkes Kemenkes Padang


bacaan dan materi
lainnya yang akan
membantu dalam
melakukan peran
pengasuhan 7.
Tinjau masalah
keamanan dengan
orangtua
8. Diskusikan cara
yang dapat digunakan
orangtua
untuk membantu anak
anak dalam mengelola
kemarahan
9. Motivasi orangtua
untuk mencoba strategi
berbeda dalam
mengasuh anak
2 Kesiapan peningkatan a. Koping keluarga a..Peningkatan Koping
koping keluarga Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1..Berikan suasana
diharapkAn. Wanajemen penerimaan
koping keluarga 2..Sediakan informasi
meningkat, dengan kriteria aktual
hasil: 1. Menetapkan 3..Sediakan anak pilihan-
fleksibelitas peran (4) 2. pilihan yang realistis
Menghadapi masalah mengenai aspek
keluarga (4) perawatan
3. Mengelola 4..Evaluasi kemampuan
masalah keluarga (4) anak dalam membuat
4. Melibatkan keputusan
anggota keluarga dalam 5..Dukung kesabaran dalam
pengambilan keputusan mengembangkan suatu
(4) hubungan
5. Mengungkapkan 6..Dukung aktivitas-
perasaan dan emosi aktivitas sosial dan
secara terbuka diantara komunitas
anggota keluarga (4) 7..Dukung [kemampuan
6. Menggunakan dalam] penerimaan
strategi pengurangan terhadap keterbatasan
stress yang berpusat orang lain
pada 8..Dukung penggunaan
keluarga (4) sumber-sumber spiritual,
9..Eksplorasi pencapaian
Keterangan: anak sebelumnya 10..Bantu
(4) Sering menunjukkan anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
b. Fungsi keluarga
11..Dukung verbalisasi
Setelah dilakukan tindakan
perasaan, persepsi dan
keperawatan diharapkan
rasa takut
keluarga menunjukkan
b. Peningkatan
fungsi keluarga , dengan
Keterlibatan Keluarga
kriteria hasil:
Tindakan keperawatan:
1. Merawat anggota
1..Bangun hubungan
keluarga yang
pribadi dengan anak dan
memiliki
anggota keluarga yang
ketergantungan (5) 2.
akan terlibat dalam
Mengatur perilaku

Poltekkes Kemenkes Padang


anggota keluarga (4) perawatan
3. Beradaptasi terhdap 2..Identifikasi kemampuan
adanya perkembangan anggota keluarga untuk
transisi (5) terlibat dalam perawatan
4. Menerima anak
keanekaragaman 3..Ciptakan budaya
diantara anggota fleksibilitas untuk
keluarga (5) keluarga
5. Anggota keluarga 4..Tentukan sumber daya
bisa saling fisik, emosional ,dan
mendukung (5) edukasi dari pemberi
perawatan utama
5..Identifikasi defisit
Keterangan: (4) : perawatan diri anak
Sering 6..Identifikasi harapan
menunjukkan (5) : anggota keluarga untuk
Secara konsisten anak
menunjukkan c. 7..Dorong anggota keluarga
Pengetahuan
dan anak untuk
pengasuhan
membantu dalam
Setelah dilakukan tindakan
mengembangkan rencana
keperawatan diharapkan
perawatan, termasuk hasil
dapat memahami
yang diharapkan dan
pengetahuan pengasuhan,
pelaksanaan rencana
dengan kriteria hasil:
perawatan
8..Monitor struktur dan
1. Pertumbuhan dan peran keluarga
perkembangan yang 9..Monitor keterlibatan
normal (4) anggota keluarga dalam
2. Perilaku anak yang perawatan anak 10..Berikan
normal (4) informasi penting
6. Kebutuhan kepada anggota
psikologi keluarga mengenai
(3) anak sesuai dengan
7. Kebutuhan emosi keinginan anak
(3) 11..Berikan dukungan yang
8. Kebutuhan diperlukan bagi keluarga
untuk membuat
stimulasi
keputusan
(5)
12..Identifikasi persepsi
9. Kebutuhan untuk anggota keluarga
bersosialisasi (3) mengenai situasi,
10. Kebutuhan spiritual peristiwa yang tidak
(5) diinginkan, perasaan dan
11. Kebutuhan perilaku anak
bimbingAn. Woral (5) 13..Identifikasi stresor
12. Pengelolaan situasional lainnya untuk
kesehatan umum (5) 13. anggota keluarga
Metode disiplin yang 14. Identifikasi gejala fisik
sesuai untuk individu anggota yang
usia perkembangan terkait dengan stress
(3) 15..Tentukan tingkat
14. Strategi komunikasi ketergantungan anak
yang efektif (4) pada anggota keluarga,
yang sesuai untuk usia
Keterangan: 16..Identifikasi dan hormati
(3) : Pengetahuan mekanisme koping yang
sedang digunakan oleh anggota
(4) : Pengetahuan
banyak
(5) : Pengetahuan
sangat
Poltekkes Kemenkes Padang
banyak

keluarga
17..Identifikasi kesulitan
koping anak dengan
anggota keluarga
18. Identifikasi kekuatan dan
kemampuan anak
dengan anggota keluarga
19..Informasikan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan kondisi
anak pada anggota
keluarga
20..Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan
hubungan keluarga yang
sesuai
c. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:
1..Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga
2..Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
3..Identifikasi sifat
dukungan spiritual bagi
keluarga
4..Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan
keluarga
5..Berikan sumber spiritual
untuk keluarga, sesuai
kebutuhan
6..Libatkan anggota
keluarga dan anak dalam
membuat keputusan
terkait perawatan
7..Bantu kelurga untuk
mendapatakan
pengetahuan,
keterampilan dan alat
yang diperlukan untuk
mendukung keputusan
mereka terhadap
perawatan anak
3 Gangguan komunikasi a. Orientasi kognitif a. Mendengar aktif
verbal berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
hambatan individu dalam keperawatan diharapkan 1..Buat tujuan interaksi
hubungan sosial dapat melakuakan orientasi 2..Tunjukkan
kognitif, dengan kriteria ketertarikan pada anak
hasil: 3..Gunakan pertanyaan
maupun pernyataan yang
1. Mengidentifikasi mendorong klien untuk
diri sendiri (5) mengekspresikan
2. Mengidentifikasi perasaan, pikiran dan

Poltekkes Kemenkes Padang


tempat saat ini (5) kekhawatiran
4. Tunjukkan kesadaran
Keterangan: dan rasa sensitif terhadap
(5) : Tidak terganggu emosi yang ditunjukkan
anak
5..Gunakan perilaku non
b. Kontrol risiko verbal untuk
Setelah dilakukan tindakan menfasilitasi
keperawatan diharapkan komunikasi
dapat melakukan 6. Identifikasi tema yang
pengontrolan risiko, dominan
dengan kriteria hasil: 7..Berespon segera
sehingga menunjukkan
1. Mengenali faktor pemahaman terhadap
resiko individu (4-5) pesan yang diterima
2. Mengenali 8..Klarifikasi pesan yang
kemampuan untuk diterima dengan
merubah perilaku (4- menggunakan
5) pertanyaan maupun
3. Memonitor faktor memberikan umpan
risiko dilingkungan balik 9..Gunakan teknik
(4-5) diam/mendengarkan
4. Memonitor faktor dalam rangka
risiko individu (4-5) mendorong klien untuk
mengekspresikan
5. Mengembangkan
perasaan, pikiran dan
strategi yang efektif
kekhawatiran
dalam mengontrol
b. Latihan memori
risiko (4-5)
Tindakan keperawatan:
1..Stimulasi ingatan
Keterangan: (4) : dengan cara mengulangi
Sering pemikiran anak yang
menunjukkan (5) : terakhir diekspresikan,
Secara konsisten dengan cara yang tepat
menunjukkan 2..Implementasikan teknik
mengingat yang tepat,
misalnya permainan
ingatan, mengulang
informasi
3..Beri Latihan orientasi,
misalnya anak berlatih
mengenai informasi
pribadi dan tanggal,
dengan cara yang tepat 4.
Berikan kesempatan
untuk menggunakan
ingatan kejadian yang
baru saja terjadi,
5..Monitor perilaku anak
selama terapi
6..Identifikasi dan
koreksi kesalahan
orientasi anak
7..Monitor perubahan-
perubahan dalam latihan
mengingat

4 Defisit perawatan diri a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


Aktivitas Sehari- diri: Kebersihan
hari Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan budaya
keperawatan diharapkan anak saatmempromosikan
perawatan diri: aktivitas aktivitas perawatan diri 2.
sehari- hari secara mandiri, Pertimbangkan usia anak
dengan kriteria hasil: saat mempromosikan
aktivitas perawatan diri 3.
1. Makan (5) Tentukan jumlah dan
tipe terkait dengan
2. Memakai baju (5)
bantuan yang diperlukan 4.
3. Ke toilet (5)
Fasilitasi anak untuk
4. Mandi (5) menggosok gigi dengan
5. Berpakaian (5) tepat
6. Kebersihan (5) 5. Monitor kebersihan
7. KebersihAn. Wulut (5) kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat diri
Keterangan: anak
(5) : Tidak terganggu 6. Monitor integritas
kulit anak
7. Jaga ritual
kebersihan 8. Dukung
orangtua/ keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan
dengan tepat 9. Berikan
bantuan sampai anak
benar- benar mampu
merawat diri secara
mandiri
b. Bantuan perawatan
diri: pemberian makan
Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak
dalam posisi makan
yang nyaman
2. Berikan alat- alat
yang bisa memfasilitasi
anak untuk makan
sendiri
3. Gunakan cangkir
dengan pegangan yang
besar, 4. Gunakan alat
makan dan gelas yang
tidak mudah pecah dan
tidak berat, sesuai
kebutuhan
5 Risiko cidera berhubungan a. Pengetahuan : a.Manajemen
dengan perubahan fungsi keamanan fisik anak Lingkungan:
kognitif Setelah dilakukan tindakan Keselamatan
keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
dapat mengetahui kemanan 1..Identifikasi kebutuhan
fisik anak, dengan kriteria keamanan anak
hasil: berdasarkan fungsi fisik
1. Aktivitas yang dan kognitif serta
sesuai untuk tingkat usia riwayat perilaku di masa
perkembangan anak lalu
(4) 2..Identifikasi hal- hal yang
2. Strategi untuk membahayakan di
mencegah jatuh (4) lingkungan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Strategi untuk
3..Modifikasi lingkungan
mencegah kecelakaan untuk meminimalkan
bermain (4) bahan berbahaya dan
4. Surveilans area
berisiko
4..Gunakan peralatan
bermain outdoor yang
tepat (4) perlindungan untuk
membatasi akses pada
situasi yang
Keterangan :
membahayakan
(4) : Pengetahuan
5..Monitor lingkungan
banyak
terhadap terjadinya
perubahan status
b. Kinerja keselamatan
pengasuhan : 6. Edukasi individu dan
keamanan fisik kelompok yang berisiko
kehidupan masa tinggi terhadap bahan
anak anak berbahaya yang ada di
Setelah dilakukan tindakan lingkungan
keperawatan diharapkan b. Pencegahan Jatuh
dapat meningkatkan Tindakan keperawatan:
kinerja pengasuhan 1..Identifikasi kekurangan
keamanan fisik kehidupan baik kognitif atau fisik
masa anak- anak, dengan dari anak yang
kriteria hasil: mungkin meningkatkan
1. Memilih mainan potensi jatuh pada
yang aman dan lingkungan tertentu
sesuai dengan usia 2..Identifikasi perilaku
(5) 2. Memberikan dan faktor yang
pengawasan terkait mempengaruhi risiko
peralatan di area jatuh
bermain (5) 3..Kaji ulang riwayat jatuh
bersama dengan anak dan
Keterangan: keluarga
(5) : Secara konsisten 4..Identifikasi karakteristik
menunjukkan dari lingkungan yang
mungkin meningkatkan
potensi jatuh (misalnya,
lantai licin, dan tangga
terbuka)
5..Monitor gaya berjalan
(terutama kecepatan),
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
dengan ambulasi
6..Ajarkan anak untuk
beradaptasi dengan
terhadap modifikasi gaya
berjalan yang [telah]
disarankan (terutama
kecepatan)
7..Letakkan benda-benda
dalam jangkauan yang
mudah bagi anak
8..Sediakan alas kaki yang
tidak licin untuk
memfasilitasi
kemudahan
menjangkau
IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An W
Poltekkes Kemenkes Padang
Diagnosis : Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Membangun hubungan saling Subjektif :
maret percaya bersama keluarga Ny J Ny J mengatakan An. W mulai
2018/ dan An. W mengalami keterlambatan sejak
11.30 2. Melakukan informed concent lahir, namun diketahui ketika usia
WIB bersama Ny J An. W 5 tahun, Ny J mengatakan
3. Melakukan kontrak waktu An. W akan mau aktif beraktivitas
4. Mengkaji riwayat tumbuh ketika ditemani, Ny J mengatakan
kembang anak An. W mampu berfikir tetapi susah
5. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengungkapkan
personal yang berdampak pada
keberhasilan program Objektif :
pendidikan Ny J menyetujui informed consent
6. Mengkaji dengan keluarga dan kontrak waktu, An. W tampak
dalam rangka mendapatkan diam dan malu malu saat
informasi mengenai kondisi memperkenalkan diri
kognisi dasar An. W
7. Mengatur batasan bersama An.
Analisis Tujuan :
W
Masalah gangguan tumbuh
8. Mengkaji tingkat Penerimaan
kembang belum teratasi
orangtua terkait dengan
perannya untuk menyediakan
perawatan Perencanaan Selanjutnya :
9. Berinteraksi personal dengan Intervensi gangguan tumbuh
An. W kembang dilanjutkan
Kamis/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny J mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan
denganpenyandang disabilitas penyandang disabilitas intelektual,
intelektual Ny J mengatakan akan selalu
2. Mendiskusikan strategi dalam berusaha untuk menunjang
mengelola perilaku anak perkembangan An. W Objektif:
3. Memotivasi orang tua untuk Ny J tampak mengikuti pemberian
mencoba strategi berbeda dalam materi cara berinteraksi dengan
mengasuh anak penyandang disabilitas dengan
4. Memonitor interaksi keluarga seksama
dengan anak M Analisis Tujuan:
Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Jum’at/ 1. Mengatur batasan bersama Subjektif:
30 maret anak Ny J mengatakan akan menerapkan
2018 2. Menggunakan suara bicara 6 langkah cuci tangan bersama
yang lembut dan rendah keluarga Objektif:
3. Menyediakan media An. W tampak bisa melakukan 6
dalam langkah cuci tangan dengan benar
bentuk video untuk melakukan secara mandiri, An. W tampak
demonstrasi 6 langkah cuci
tangan
4. Melakukan
demonstrasi 6

langkah cuci tangan bersama Ny senang setelah melakukan


J dan anak M beserta demonstrasi 6 langkah cuci tangan

Poltekkes Kemenkes Padang


saudaranya sambil bernyanyi Analisis Tujuan:
5. Meminta An. W untuk Masalah gangguan tumbuh
mendemonstrasikan 6 langkah kembang teratasi sebagian
cuci tangan secara mandiri Perencanaan selanjutnya:
sambil diiringi dengan Intervensi gangguan tumbuh
bernyanyi kembang dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Berinteraksi personal bersama Subjektif:
maret An. W Ny J mengatakan hasil mewarnai
2018 2. Membantu anak untuk belajar An. W bagus dan sesuai dengan
mandiri ilustrasi gambar
3. Menyediakan kertas bergambar Objektif:
beserta ilustrasi gambar dan An. W tampak ragu ragu dalam
pewarna bersama Ny J memilih warna, An. W tampak
4. Membantu dan mendorong An. senang atas hasil usahanya
W memilih pewarna yang di mewarnai gambar
pakai untuk gambar sesuai Analisis Tujuan:
dengan ilustrasi secara mandiri Masalah gangguan tumbuh
5. Mengevaluasi hasil mewarnai kembang teratasi sebagian
An. W bersama Ny J Perencanaan selanjutnya:
6. Memberikan pujian kepada An. Intervensi gangguan tumbuh
W atas hasil usahanya kembang dilanjutkan
Minggu/ 1. Membangun suasana yang Subjektif:
01 April aman bagi An. W An. W mengatakan mempunyai
2018 2. Mengajarkan anak untuk permainan congklak dan bisa
mencari bantuan dari orang lain memainkannya
ketika sangat membutuhkan Objektif:
3. Melakukan terapi bermain An. W tampak senang ketika
games bersama An. W 4. bermain dimulai sampai selesai, An.
Mengajari anak untuk W tampak bisa memainkan
melakukan tindakan “berhenti congklak
dan berfikir” sebelum bertindak Analisis Tujuan:
secara impulsif
Masalah gangguan tumbuh
5. Bantu An. W memilih tindakan
yang paling menguntungkan kembang teratasi sebagian
6. Memberi pujian terhadap usaha Perencanaan selanjutnya:
setiap anak Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Senin/ 02 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
April 2. Mengacuhkan perilaku yang Guru kelas An. W mengatakan
2018 tidak tepat kalimat yang dibuat An. W rapi
3. Membantu anak untuk belajar Objektif:
mandiri An. W tampak terdiam saat perilaku
4. Membantu anak menulis sebuah nya yang tidak tepat, An. W tampak
kalimat secara mandiri bisa membuat kalimat dengan benar
5. Memuji anak terhadap hasil namun masih belum rapi secara
penulisan kalimat yang benar mandiri, An. W tampak bisa
dan rapi membuat kalimat dengan rapi ketika
di bantu
Analisis Tujuan:
Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Selasa/ 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
03 April 2. Mengacuhkan perilaku yang -
2018 tidak tepat Objektif:
3. Membantu anak An. W tampak senang melakukan
mengidentifikasi hasil yang bermain peran dari awal sampai
diinginkan dalam suatu akhir bersama teman- temannya,
Poltekkes Kemenkes Padang
hubungan interpersonal An. W tampak ragu dalam bermain
berteman peran
4. Melakukan terapi bermain : Analisis Tujuan:
dramatic play (bermain peran) Masalah gangguan tumbuh
5. Mendukung anak untuk kembang teratasi sebagian
mengekspresikan diri Perencanaan selanjutnya:
6. Memberikan pujian kepada Intervensi gangguan tumbuh
anak atas hasil usaha dalam kembang dilanjutkan
bermain peran
Rabu/ 04 1. Mengatur batasan bersama anak Subjektif:
April 2. Mengacuhkan perilaku yang Guru An. W mengatakan hasil
2018 tidak tepat penghitungan dari An. W benar
3. Membantu anak untuk belajar Objektif:
mandiri An. W tampak bisa berhitung
4. Membantu anak belajar
dengan menggunakan lidi secara
berhitung dengan menggunakan mandiri, An. W tampak senang
lidi berhitung menggunakan lidi
5. Memuji anak terhadap hasil Analisis Tujuan:
penghitungan yang benar Masalah gangguan tumbuh
kembang teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan
Diagnosis : Kesiapan peningkatan koping keluarga
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Membangun hubungan pribadi Subjektif :
maret dengan anak dan anggota keluarga Ny J mengatakan ingin mengetahui
2018/ yang akan terlibat dalam cara perawatan An. W, Ny J
15.00 perawatan berharap An. W berkembang seperti
WIB 2. Mengidentifikasi pada anak umumnya, Ny J
kemampuan anggota menjelaskan kondisi keluarga saat
keluarga untuk terlibat dalam ini
perawatan An. W
3. Mengidentifikasi harapan anggota Objektif :
keluarga untuk anak Ny J masih tampak khawatir
4. Monitor struktur dan peran terhadap perkembangan An. W, Ny
keluarga J tampak antusias dalam asuhan
5. Mengidentifikasi persepsi anggota keperawatan
keluarga mengenai situasi,
peristiwa yang tidak
Analisis Tujuan :
diinginkan, perasaan dan
Kesiapan peningkatan koping belum
perilaku An. W
teratasi
6. Mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan anak dengan
anggota keluarga Perencanaan Selanjutnya :
7. Mendengarkan kekhawatiran, Intervensi kesiapan peningkatan
perasaan dan pertanyaan dari koping di lanjutkan
keluarga
8. Mengidentifikasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga
9. Menghargai dan mendukung
mekanisme koping adaptif yang
digunakan keluarga
10. Melibatkan anggota keluarga dan
anak dalam membuat
keputusan terkait perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


Kamis/ 1. Memberikan pendidikanSubjektif:
29 maret kesehatan kepada orang tua Ny J mengatakan paham tentang
2018 mengenai cara berinteraksi cara berinteraksi dengan penyandang
dengan penyandang disabilitas disabilitas intelektual, Ny J
intelektual mengatakan akan selalu berusaha
2. Mendorong Ny J dan An. W untuk menunjang perkembangan An.
serta anggota keluarga untuk W Objektif:
bersikap asertif dalam Ny J tampak mengikuti pemberian
berinteraksi materi cara berinteraksi dengan
3. Mendorong Ny J untuk fokus penyandang disabilitas dengan
pada setiap aspek positif dari seksama
situasi anak M Analisis Tujuan:
4. Mendiskusikan bersama Ny J Masalah kesiapan peningkatan
jenis perawatan dirumah yang koping keluarga teratasi sebagian
sesuai dengan kondisi An. W Perencanaan selanjutnya:
5. Melakukan kontrak waktu Intervensi kesiapan
pertemuan selanjutnya peningkatan koping keluarga
dilanjutkan
Jum’at/ 1. Melakukan demonstrasi 6 Subjektif:
30 maret langkah cuci tangan bersama Ny Ny J mengatakan akan menerapkan
2018 J, An. W dan adik adiknya 6 langkah cuci tangan pakai sabun
2. Evaluasi kemampuan An. W bersama keluarga, Ny J meminta
bersama keluarga dalam video demonstrasi beserta lagu untuk
mendemonstrasikan 6 langkah demonstrasi 6 langkah cuci tangan
cuci tangan Objektif:
3. Memberikan pujian kepada An. Ny J dan An. W tampak bisa
W mengulang 6 langkah cuci melakukan cuci tangan pakai sabun
tangan dengan 6 langkah, Ny J dan An. W
4. Memonitor keterlibatan anggota tampak senang ketika
keluarga dalam demonstrasi 6 mendemonstrasikan 6 langkah cuci
langkah cuci tangan tangan pakai sabun secara bersama
5. Melakukan kontrak waktu untuk Analisis Tujuan:
pertemuan selanjutnya Kesiapan peningkatan koping
keluarga teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi kesiapan
peningkatan koping keluarga
dilanjutkan
Diagnosis : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam

Rabu/ 28 1. Menjelaskan tujuan Subjektif :


maret interaksi 2. Menunjukkan Ny J mengatakan An. W susah
2018/ ketertarikan pada anak dalam menyampaikan pendapat baik
15.00 dalam tulisan maupun dengan kata-
WIB kata, suka menanggapi orang
dengan senyuman
Objektif :
An. W tampak suka senyum senyum
dan malu malu saat
memperkenalkan diri
Analisis Tujuan : Gangguan
komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


Kamis/ 1. Menjelaskan tujuan pertemuan Subjektif:
29 maret 2. Memonitor perilaku An. W Ny J mengatakan An. W masih
2018 3. Mendorong anak untuk belum bisa mengekpresikan
mengekspresikan perasaan perasaannya sesuai keadaan
4. Mendengarkan An. W Objektif:
mengekspresikan perasaan Ny J tampak membantu An. W
mengekspresikan perasaan, An. W
tampak terbata bata dalam berbicara
dan kurang pandai mengekpresikan
perasaannya
Analisis Tujuan :
Gangguan komunikasi verbal belum
teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan
komunikasi verbal
dilanjutkan
Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan dan demonstrasi An. W mengatakan ingin
2018 tentang 6 langkah cuci tangan membiasakan 6 langkah cuci tangan
2. Mendorong anak untuk pakai sabun dengan mengangguk
mengekspresikan perasaan saat di evaluasi Objektif:
3. Memonitor perilaku An. W An. W tampak senang ketika
4. Meminta An. W untuk melakukan demonstrasi 6 langkah
mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan bersama keluarga dan
cuci tangan secara mandiri secara mandiri
5. Memberikan pujian atas Analisis Tujuan : Gangguan
kemampuan An. W komunikasi verbal belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi gangguan komunikasi
verbal dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Mendorong An. W untuk Subjektif:
maret mengekspresikan perasaan Ny J mengatakan An. W senang
2018 setelah melakukan perawatan setelah melakukan perawatan diri
diri
2. Menggunakan perilaku non Objektif:
verbal untuk memfasilitasi
An. W tampak senang
komunikasi
3. Menggunakan teknik diam
dan mendengarkan saat An. Analisis Tujuan : Gangguan
W mengekspresikan perasaan komunikasi verbal belum teratasi
4. Memberikan umpan
balik Perencanaan Selanjutnya :
kepada anak Intervensi gangguan komunikasi
5. Memberikan pujian kepada anak verbal dilanjutkan
atas hasil usaha dalam
mengekspresikan diri
Minggu/ 1. Melakukan terapi bermain Subjektif:
01 April assosiative play bernyanyi -
2018 bersama An. W, An. N dan An. Objektif:
F An. W tampak kesulitan dalam
2. Memonitor perilaku anak selama memilih lagu, An. W tampak
terapi berusaha mengikuti permainan, An.
3. Memberikan pujian W tampak berusaha
bernyanyi dengan terbata
bata dan bertepuk tangan, An. W
tampak senang Analisis Tujuan :
Gangguan komunikasi verbal belum
teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Poltekkes Kemenkes Padang
Intervensi gangguan
komunikasi verbal
dilanjutkan
Diagnosis : Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi defisit Subjektif :
maret perawatan diri anak Ny J mengatakan An. W mandi
2018/ 2. Memonitor kebersihan kuku, masih kurang bersih dan sering
15.00 sesuai dengan kemampuan bermain air ketika mandi, Ny J
WIB merawat diri An. W mengatakan An. W sudah bisa
berpakaian secara mandiri namun
belum bisa berhias secara mandiri
Objektif :
An. W tampak rambut tidak rapi,
rongga mulut kurang bersih,
beberapa gigi mengalami karies,
kuku jari tangan tampak panjang
dan kotor, kuku jari kaki tampak
panjang dan kotor, An. W tampak
belum bisa melakukan perawatan
diri secara mandiri dengan optimal
sesuai usia
Analisis Tujuan :
Defisit perawatan diri belum teratasi
Perencanaan Selanjutnya :
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Kamis/ 1. Menginformasikan kepada Ny J Subjektif:
29 maret untuk mendukung kemandirian Ny J mengatakan akan membantu
2018 dengan membantu hanya ketika kemandirian An. W ketika An. W
An. W tak mampu melakukan tak mampu melakukan perawatan
perawatan diri diri.
2. Memonitor kemampuan Objektif:
perawatan diri secara mandiri An. W tampak belum bisa secara
An. W mandiri menyisir rambut dengan
rapi, mencuci tangan pakai sabun,
menggunakan sabun saat mandi,
menggosok gigi saat mandi serta

berwudhu dengan benar


Analisis Tujuan:
Masalah defisit
perawatan diri
belum teratasi
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


Jum’at/ 1. Memberikan pendidikan Subjektif:
30 maret kesehatan cuci tangan pakai Ny J mengatakan akan
2018 sabun dan 6 langkah cuci membiasakan cuci tangan pakai
tangan pakai sabun sabun
2. Mendemonstrasikan 6 langkah Objektif:
cuci tangan bersama Ny J dan Ny J dan An. W tampak bisa
anak W melakukan cuci tangan pakai sabun
dengan 6 langkah, Ny J dan An. W
tampak senang ketika
mendemonstrasikan 6 langkah cuci
tangan pakai sabun secara bersama
Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Sabtu/ 31 1. Menjelaskan pentingnya Subjektif:
maret menjaga kebersihan tubuh An. W mengatakan senang
2018 (mandi, keramas, menggosok melakukan perawatan diri mandi,
gigi) secara mandiri kepada An. keramas, menyikat gigi, An. W
W menyebutkan beberapa alat untuk
bersama Ny J melakukan perawatan diri mandi,
2. Bersama Ny J memfasilitasi alat keramas, menyikat gigi
untuk mandi, keramas,
menyikat gigi Objektif:
3. Menjelaskan kembali kepada An. W tampak senang setelah
anak alat alat yang digunakan melakukan perawatan diri mandi,
untuk mandi, keramas, keramas, menyikat gigi, An. W
menyikat gigi tampak masih perlu di bantu saat
4. Menjelaskan peraturan yang melakukan perawatan diri mandi,
harus dipatuhi oleh An. W saat keramas, menyikat gigi
mandi, keramas, menyikat gigi
5. Bersama An. W melakukan
Analisis Tujuan:
perawatan diri mandi, keramas,
menyikat gigi Masalah defisit perawatan diri
6. Memberikan pujian untuk teratasi sebagian
kemampuan anak dalam
melakukan perawatan diri Perencanaan selanjutnya:
mandi, keramas, menyikat gigi Intervensi defisit perawatan diri
7. Mengevaluasi perasaan anak dilanjutkan
setelah melakukan perawatan
diri mandi, keramas, menyikat
gigi
Minggu/ 1. Mengevaluasi Subjektif:
01 April perawatan diri mandi, Ny J mengatakan An. W masih
2018 keramas, menyikat gigi 2. belum bisa melakukan perawatan
Menjelaskan kembali diri mandi, keramas, menyikat gigi
pentingnya menjaga dengan benar
kebersihan diri kepada
An. W
Objektif:

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Melakukan kembali An. W tampak ingin di temani
perawatan diri mandi, dalam melakukan perawatan diri
keramas, menyikat gigi mandi, keramas, menyikat gigi, An.
4. Mengevaluasi W tampak belum bisa menyiapkan
pengetahuan dan alat untuk perawatan diri mandi,
kemampuan An. W keramas, menyikat gigi secara
melakukan perawatan mandiri, An. W tampak belum bisa
diri secara mandiri 5. melakukan perawatan diri secara
benar sepenuhnya
Memberikan pujian
kepada An. W atas
kemampuan Analisis Tujuan:
Masalah defisit perawatan diri
teratasi sebagian

Perencanaan selanjutnya:
Intervensi defisit perawatan diri
dilanjutkan
Diagnosis : Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
Hari/
tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD
jam
Rabu/ 28 1. Mengidentifikasi kebutuhan Subjektif :
maret keamanan anak berdasarkan fungsi Ny J mengatakan An. W pernah
2018/ fisik dan kognitif serta riwayat memiliki riwayat cidera karena
15.00 perilaku di masa lalu 2. pembullyan dari teman teman An.
WIB Mengidentifikasi hal- hal yang W, Ny J mengatakan takut jika An
membahayakan di lingkungan anak W bermain sendirian
3. Mengidentifikasi kekurangan
baik kognitif atau fisik dari anak
Objektif :
yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh pada lingkungan An.W tampak sering kebingungan,
anak An. W tampak berjalan normal,
4. Mengidentifikasi perilaku dan Rumah An W berdekatan dengan
faktor yang mempengaruhi jalanan umum
risiko jatuh
5. Mengkaji ulang riwayat jatuh Analisis Tujuan :
bersama dengan anak dan Risiko cidera belum teratasi
keluarga
6. Mengidentifikasi karakteristik Perencanaan Selanjutnya :
dari lingkungan yang mungkin Intervensi risiko cidera dilanjutkan
meningkatkan potensi jatuh
7. Monitor gaya berjalan

Kamis/ 1.Memonitor lingkungan terhadap Subjektif:


29 maret resiko terjadinya perubahan Ny J dan An. W mengatakan mau
2018 status keselamatan anak W menjadikan lingkungan yang aman
2.Memberikan edukasi kepada Ny di sekitar rumah
N tentang lingkungan yang aman Objektif:
bagi anak W Rumah Ny J tidak memiliki pagar
pembatas dengan jalan umum
Analisis Tujuan:
Resiko cidera teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi Resiko cidera dilanjutkan
Jum’at/ 1. Menjaga lingkungan aman Subjektif:

Poltekkes Kemenkes Padang


30 maret sekitar anak W Ny J mengatakan akan selalu
2018 2. Memodifikasi lingkungan untuk mengawasi aktivitas an. W, Ny J
meminimalkan risiko cedera mengatakan meminta bantuan untuk
mengawasi An. W ketika
berinteraksi Objektif:
An. W tampak mengikuti perintah
untuk mengurangi resiko cedera
Analisis Tujuan:
Resiko cidera teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi Resiko cidera dilanjutkan

Sabtu/ 31 1. Menjaga lingkungan aman sekitar Subjektif:


maret anak W Ny J mengatakan meminta bantuan
2018 untuk mengawasi An. W ketika
berinteraksi, Guru SLB meminta
agar menutup pagar sekolah jika ada
yang keluar masuk, Guru SLB
meminta mengawasi anak anak agar
tidak bermain dengan berlebihan
Objektif:
Pagar sekolah tampak tertutup
Analisis Tujuan:
Resiko cidera teratasi sebagian
Perencanaan selanjutnya:
Intervensi Resiko cidera dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai