Anda di halaman 1dari 14

EKSPOR & IMPOR

1. PENGERTIAN EKSPOR DAN IMPOR


Ekspor adalah kegiatan menjual atau mengirim barang dagangan ke luar negeri sesuai
dengan ketentuan pemerintah dengan pembayaran atau mata uang internasional yaitu Dollar
Amerika.
Apa yang dimaksud eksportir? Eksportir adalah perusahaan atau orang yang melakukan
kegiatan ekspor. Misalnya Bapak Nata seorang pengusaha batik, beliau menjual barang-
barang hasil usahanya tersebut ke Singapura. Nah, itu artinya Bapak Nata melakukan
kegiatan ekspor. Jadi Bapak Nata dapat disebut sebagai eksportir.

Tujuan kegiatan ekspor antara lain:


a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual
yang lebih baik.
b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar dalam negeri.
c. Memanfaatkan kelebihan komoditas yang telah dimiliki.
d. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga mampu bersaing dengan
negara lain.

Impor adalah kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan barang-barang dari luar negeri
sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan pembayaran valuta asing.
Importir adalah orang yang melakukan kegiatan impor. Misalnya di Cina terkenal dengan
hasil produksi tekstil yang memiliki kualitas bagus. Ibu Wina seorang pedagang kain di
Indonesia, untuk melengkapi barang dagangannya ia mendatangkan kain-kain dari Cina.
Dengan demikian, Ibu Wina telah melakukan kegiatan impor, jadi Ibu Wina adalah seorang
importir.

Tujuan kegiatan impor


· Memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang
yang belum tersedia di dalam negeri dari luar negeri

2. KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR


a. Kegiatan Ekspor
Kegiatan ekspor adalah kegiatan memasok suatu komoditi ke negara lain atau kepada orang
asing dengan pembayaran menggunakan valuta asing.

Contoh kegiatan ekspor:


1) Seorang perajin sarung dari Tasikmalaya menjual sarung kepada seorang pembeli di Kuala
Lumpur sebelum musim haji. Perajin tersebut menerima pembayaran dalam Ringgit Malaysia
atau Dolar Amerika. Komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa Indonesia.
2) Seorang perajin rotan di Cirebon menjual satu container kursi rotan ke Jepang.
Pembayaran dilakukan oleh importir Jepang dengan membuka Letter of Credit dalam mata
uang dolar. Penawaran dan kontrak jual-beli dibuat dalam bahasa Inggris.

b. Kegiatan Impor
Setiap importir harus memiliki izin kegiatan pengimporan barang dari pemerintah. Izin dari
pemerintah kepada importir dikeluarkan dalam bentuk TAPPI (Tanda Pengenal Pengakuan
Importir).
3. KOMODITI EKSPOR DAN IMPOR
Pengertian Komoditi
Komoditi adalah setiap barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumennya.

Beberapa faktor yang dapat menjadi keunggulan komoditas :


a. Faktor Alam
Letak geografis suatu negara, kandungan alam, dan keindahan alam menjadi sebab
terciptanya keunggulan tertentu bagi suatu komoditas. Contohnya karet alam (natural rubber)
hanya dapat tumbuh dengan baik dan subur di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia
dan Malaysia. Kedua negara ini memiliki keunggulan alamiah dalam memproduksi karet
alam daripada negara lain yang terletak di luar daerah beriklim tropis. Kandungan alam
seperti bahan tambang misalnya timah hanya terdapat di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Bolivia. Dalam memproduksi timah, keempat negara tersebut mempunyai keunggulan
daripada Negara lain yang pada umumnya memiliki kandungan timah lebih sedikit.
Keindahan alam seperti Minangkabau, Bali, Lombok, dan lainl-ain memiliki keunggulan
untuk mengembangkan industry pariwasata daripada daerah lain.

b. Faktor Biaya Produksi


Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan pada waktu perusahaan membuat
barang atau jasa. Biaya produksi yang ditanggung perusahaan akan menentukan harga jual
barang yang diproduksi. Semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan, semakin rendah
harga yang ditetapkan.
Contohnya Negara Indonesia dengan negara Singapura sama-sama memproduksi televisi dan
akan diekspor ke luar negeri. Indonesia mampu memproduksi televisi dengan biaya
Rp500.000,00 sedangkan Singapura mampu memproduksi televisi dengan biaya
Rp650.000,00. Artinya dalam memproduksi televisi, Negara Indonesia sudah mempunyai
kelebihan menekan harga daripada Singapura.

c. Faktor Teknologi
Perbedaan teknologi yang digunakan dalam membuat suatu komoditi akan memengaruhi
keunggulan daripada komoditi tersebut. Semakin canggih teknologi yang digunakan suatu
Negara untuk membuat suatu barang maka semakin unggul negara tersebut dalam komoditi.
Syarat-syarat komoditi yang akan diekspor :
· Dapat bersaing dengan ketat dibandingkan komoditi serupa dari negara lain. (mutu barang,
harga barang, waktu penyerahan, syarat perdagangan, syarat pembayaran, dan layanan purna
jual)
· Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk pemakaian.
· Setiap komoditi diberi warna, ukuran, dan bentuk yang sesuai dengan selera konsumen
setempat.

Kedudukan Komoditas Negara Indonesia


Dalam pemasaran komoditas negara Indonesia ada 3 hambatan pokok yaitu:
a. Daya saing yang rendah dalam harga dan waktu penyerahannya.
b. Masih terdapat anggapan bahwa daya saing merupakan masalah eksportir.
c. Saluran pemasaran tidak berkembang di Luar Negeri.

4. PENGELOMPOKAN BARANG EKSPOR


Pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 10/MPP/SK/I/1996 barang
ekspor digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu :
a. Barang yang Diatur Tata Niaga Ekspornya
Ø tekstil dan produk tekstil
Ø kerajinan rotan
Ø kayu dan produk kayu
Ø barang hasil industri
Ø kerajinan kayu cendana
Ø kopi, dan cengkih.

b. Barang yang Diawasi Ekspornya


Ø Kacang kedelai, pecah atau utuh.
Ø Padi dan beras.
Ø Tepung gandum, tepung beras, tepung jagung, dan tepung gandum hitam.
Ø Tepung halus dan tepung kasar dari kacang kedelai.
Ø Gula tebu atau bit dalam bentuk padat.
Ø Ternak hidup seperti sapi dan kerbau.
Ø Binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi secara terbatas.
Ø Jenis hasil perikanan dalam keadaan hidup.
Ø Inti kelapa sawit.
Ø Pupuk urea.
Ø Emas dan perak dalam berbagai bentuk.
Ø Minyak dan gas bumi.
Ø Timah.

c. Barang-barang yang Dilarang untuk Diekspor


Ø Jenis ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias air tawar botia macracanthu ukuran di atas 15
cm, udang galah (udang air tawar) di bawah ukuran 8 cm, udang penaeidae
Ø Binatang liar dan tumbuhan liar yang dilindungi secara mutlak.
Ø Kulit mentah, binatang melata/reptil.
Ø Karet bongkah.
Ø Limbah dari besi tuang dan baja stainless.
Ø Sisa dari tembaga.
Ø Kuningan rongsokan.
Ø Barang kuno yang bernilai kebudayaan.

d. Barang yang Bebas Ekspor


Ø Mempunyai surplus produksi atau kelebihan jumlah produksi sehingga belum dapat
dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri.
Ø Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah, mutu baik, atau unik
jika dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi negara lain.
Ø Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor.Komoditi itu memperoleh izin
pemerintah untuk ekspor

PROSEDUR EKSPORT – IMPORT

A. Sumber Hukum Ekspor


Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor : 182/MPP/Kep/4/1998
Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.
a.   Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean;
b.   Eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor;
c.   Eksportir Terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
d.   Daerah Pabean adalah Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan;
e.   Barang Yang Diatur Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh
Eksportir Terdaftar;
f.    Barang Yang Diawasi Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk;
g.   Barang Yang Dilarang Ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor;
h.   Barang Yang Bebas Ekspornya adalah barang yang tidak termasuk pengertian butir e, f dan g.

Ekspor pada mulanya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan berbentuk Badan Hukum
yang telah mendapatkan izin dari Departemen Perdagangan.
Izin ekspor tersebut tersebut adalah :
a.   APE (Angka Pengenal Ekspor ) untuk Eksportir Umum, berlaku untuk jangka 5 tahun dan
dapat diperpanjang.
b.   APES ( Angka Pengenal Ekspor Sementara ), berlaku untuk jangka 2 tahun dan tidak dapat
diperpanjang. 
c.   (APE maupun APES dikeluarkan oleh Kanwil. Departemen Perdagangan).
d.   APET  ( Angka Pengenal Ekspor Terbatas ), untuk perusahaan PMA / PMDN (Penanaman
Modal Asing/Penanam Modal Dalam Negeri).
e.   APETS (Angka Pengenal Ekspor Terbatas Sementara ).
f.    (APET maupun APET(S) dikeluarkan oleh BKPM)
g.   ApeS Produsen diberikan kepada perusahaan yang selain melakukan kegiatan produksi juga
melakukan kegiatan ekspor bahan baku / penolong untuk proses produksi industri di luar
negeri. Eksportir produsen memperoleh izin yang bersangkutan dari Menteri Perdagangan
setelah ada surat rekomendasi dari Menteri Perindustrian.
Setelah keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan No. 331/Kp/XII/87 tanggal 23
Desember 1987 mengubah ketentuan di atas sehingga ekspor dapat dilakukan oleh setiap
pengusaha yang telah memiliki :
1.    Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); atau
2.   Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
3.   Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Setiap eksportir yang melakukan ekspor Barang Yang Diatur Ekspornya harus memenuhi
persyaratan dan telah mendapat pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar dari Menteri
Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Internasional.
Setiap eksportir yang melakukan ekspor Barang Yang Diawasi Ekspornya harus
memenuhi persyaratan dan telah mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perindustrian dan
Perdagangan, dalam hal ini Direktur Ekspor dengan mempertimbangkan usulan dari Direktur
Pembina Teknis yang bersangkutan dilingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
dan atau instansi / Departemen lain yang terkait.
       Barang Yang Diatur Ekspornya, Diawasi Ekspornya dan Dilarang Ekspornya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini sebagaimana telah dirubah dengan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 57/MPP/Kep/I/2002 Tentang
Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor
558/Mpp/Kep/12/1998 Tentang Ketentuan Umum Dibidang Ekspor Sebagaimana Telah
Diubah Beberapa Kali, Terakhir Dengan Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan
Nomor 294/Mpp/Kep/10/2001 Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia.
            Pembayaran ekspor dapat dilakukan dengan Letter of Credit (L/C) atau dengan cara
pembayaran lain yang lazim berlaku dalam perdagangan internasional sesuai kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Terhadap barang ekspor tertentu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam hal ini
Direktur Jenderal Perdagangan Internasional menetapkan Harga Patokan Ekspor secara
berkala sebagai dasar perhitungan Pajak Ekspor.
Eksportir yang melanggar ketentuan dalam Keputusan ini dapat dikenakan sanksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B.  Sumber Hukum Impor


Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor:229/MPP/Kep/7/1997 Tentang
Ketentuan Umum Di Bidang Impor

a. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.


b. Daerah Pabean adalah  Wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan;

Barang yang diatur tata niaga impornya adalah barang yang  impornya  hanya boleh
dilakukan oleh perusahaan yang  diakui dan disetujui oleh Menteri Perindustrian dan
Perdagangan untuk mengimpor barang yang bersangkutan;
Barang yang dilarang impornya adalah barang yang tidak boleh diimpor.
Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal
Importir (API), Angka Pengenal Importir Sementara ( APIS ) atau Angka Pengenal Importir
Terbatas (APIT).
Ketentuan mengenai API diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan

Republik Indonesia Nomor: 253/MPP/KEP/7/2000: Tentang Perubahan Keputusan Menteri


Perindustrian Dan Perdagangan Nomor.  550/Mpp/Kep/10/1999 Tentang Angka Pengenal
Importir (API).
Angka Pengenal Importir disingkat API adalah tanda pengenal sebagai importir yang
harus dimiliki setiap perusahaan yang melakukan perdagangan impor;
a.   Perusahaan Importir adalah Perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan impor barang;
b.   Perusahaan dagang adalah setiap bentuk usaha perorangan, persekutuan, koperasi atau badan
hukum yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan kegiatan usaha perdagangan;
c.               Perusahaan industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang usaha
industri;
d.   Menteri adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Direktur adalah Direktur Impor
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
e.   KANWIL adalah Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 
f.     KANDEP adalah Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Kegiatan usaha perdagangan impor hanya dapat dilaksanakan oleh Perusahaan yang telah
memiliki API.
API terdiri dari :
a.   Angka Pengenal Importir Umum (API-U);
b.   Angka Pengenal Importir Produsen (API-P).
       Setiap Perusahaan Dagang yang melakukan impor wajib memiliki API-U.
       Setiap Perusahaan Industri di luar PMA/PMDN yang melakukan impor wajib memiliki API-
P.
       Perusahaan pemilik API-U dapat mengimpor semua jenis barang kecuali barang yang diatur
tata niaga impornya dan barang yang dilarang impornya.
       Perusahaan pemilik API-P hanya dapat mengimpor barang modal dan bahan baku/penolong
untuk keperluan proses produksinya sendiri, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
API merupakan syarat untuk :
1.    Pengimporan barang melalui pembukaan L/C pada Bank Devisa dan/atau dengan cara
pembayaran lain yang lazim berlaku dalam transaksi perdagangan luar negeri;
2.   Penerbitan Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
3.   Pengimporan barang tanpa API dapat diberikan kepada Instansi/Lembaga Pemerintah
maupun Lembaga Swasta, Badan Internasional dan yayasan sepanjang untuk keperluan
sendiri dan tidak untuk diperdagangkan setelah mendapat persetujuan Menteri atau pejabat
yang ditunjuknya.
4.   Pemilik API bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan impor yang dilakukan
sendiri atau cabang/perwakilannya, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk keperluan
pihak lain.
Tata Cara Dan Persyaratan Memperoleh Angka Pengenal Importir (API)
1.     API diterbitkan oleh Kepala KANWIL atas nama Menteri di tempat kantor pusat perusahaan
berdomisili.
2.     Setiap Perusahaan dagang hanya berhak memiliki 1 (satu) API-U dan setiap
3.     Perusahaan Industri hanya berhak memiliki 1 (satu) API-P.
4.     Perusahaan Dagang dan Perusahaan Industri sebagaimana dimaksud pada Keputusan ini
adalah setiap bentuk usaha perorangan, persekutuan, koperasi atau badan hukum yang
berkedudukan di Indonesia.
Untuk dapat memperoleh API-U, perusahaan yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan kepada Kepala KANWIL, tembusan kepada Kepala KANDEP dengan
melampirkan :
a.     Formulir Isian (disediakan dengan cuma-cuma);
b.     Copy Akte Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;
c.     Nama dan susunan pengurus perusahaan (asli);
d.    Surat Keterangan Kelakuan Baik pengurus perusahaan dari Kepolisian (asli);
e.     Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP);
f.      Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
g.     Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan;
h.     Surat Keterangan Domisili Kantor Pusat yang masih berlaku dari Kantor Kecamatan apabila
milik sendiri atau dari pemilik gedung apabila sewa/kontrak (asli);
i.      Copy perjanjian sewa/kontrak tempat berusaha yang masa waktu sewa/kontraknya minimal 2
(dua) tahun;
j.      Referensi Bank Devisa (asli);
k.     Pas foto pengurus 2 (dua) lembar ukuran 2 x 3;
l.      Copy KTP pengurus.
Untuk dapat memperoleh API-P, perusahaan yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan kepada Kepala KANWIL, tembusan kepada Kepala KANDEP dengan
melampirkan :
a.      Formulir Isian (disediakan dengan cuma-cuma);
b.      Copy Akte Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;
c.      Nama dan susunan pengurus perusahaan (asli);
d.     Surat Keterangan Kelakuan Baik pengurus perusahaan dari Kepolisian (asli);
e.      Copy Izin Usaha Industri dari Departemen terkait;
f.       Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
g.      Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan;
h.      Surat Keterangan Domisili Kantor Pusat yang masih berlaku dari Kantor Kecamatan apabila
milik sendiri atau dari pemilik gedung apabila sewa/kontrak (asli);
a.      Copy perjanjian sewa/kontrak tempat berusaha yang masa waktu sewa/kontraknya minimal 2
(dua) tahun;
b.      Referensi Bank Devisa (asli);
c.      Pas foto pengurus 2 (dua) lembar ukuran 2 x 3;
d.         Copy KTP pengurus.
Kepala KANDEP setempat, selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja sejak
diterimanya tembusan permohonan API dan Formulir Isian berikut lampirannya telah selesai
melakukan pemeriksaan ke lapangan.
Pemeriksaan ke lapangan sebagaimana dimaksud untuk memastikan kebenaran dokumen
yang diajukan oleh pemohon dilaksanakan oleh 2 (dua) orang pegawai dari KANDEP dimana
kantor pusat perusahaan tersebut berdomisili.
Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP
yang ditandatangani oleh Kepala KANDEP atau Pelaksana Tugas Kepala KANDEP dan
seorang pegawai dari KANDEP yang melakukan pemeriksaan langsung ke lapangan.
Berita Acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud, selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
telah disampaikan oleh Kepala KANDEP atau Pelaksana Tugas Kepala KANDEP kepada
Kepala KANWIL.
Kepala KANWIL selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja terhitung
sejak diterima BAP telah menerbitkan API atau menolak permohonan.
API-U berwarna biru muda dan API-P berwarna hijau muda;
Nomor API terdiri dari 9 (sembilan) digit :
a.                2 (dua) digit di depan untuk nomor kode Propinsi;
b.                2 (dua) digit berikutnya untuk nomor kode Kabupaten/Kota Madya;
c.                5 (lima) digit lainnya untuk nomor urut API yang diterbitkan.

MASA BERLAKU ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)


Masa berlaku API selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkannya API tersebut.
API dapat dipergunakan untuk melaksanakan impor di seluruh Daerah Pabean Republik
Indonesia.

KEWAJIBAN PEMEGANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)


Perusahaan pemilik API wajib melaporkan kepada Kepala KANWIL mengenai :
a.      Kegiatan usaha setiap 1 (satu) tahun;
b.      Setiap perubahan nama, bentuk badan usaha, pengurus dan alamat perusahaan;
c.   Penutupan perusahaan atau penghentian kegiatan impor disertai dengan  pengembalian API
asli.

PEMBAHARUAN ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)


API-U, API-P, APIS Umum dan APIS Produsen yang telah diterbitkan sebelum dan atau
pada tanggal ditetapkannya Keputusan ini wajib diperbaharui dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya Keputusan ini;
APIS Umum dan APIS Produsen diperbaharui menjadi API-U dan API-P;

SANKSI
API dibekukan apabila perusahaan pemilik API/pengurus perusahaan pemilik API :
Sedang diperiksa oleh penyidik karena diduga melakukan tindak pidana yangberkaitan
dengan penyalahgunaan API;
Tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Kepala Kanwil mengenai kegiatan
usaha setiap 1 (satu) tahun; setiap perubahan nama, bentuk badan usaha, pengurus dan alamat
perusahaan.
API yang telah dibekukan, dapat dicairkan apabila :
Telah dikeluarkannya perintah penghentian penyidikan oleh Penyidik;
Dinyatakan tidak bersalah/dibebaskan dari segala tuntutan hukum yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dengan melampirkan amar pengadilan; atau
Telah melaksanakan kewajibannya melaporkan kepada Kepala Kanwil mengenai kegiatan
usaha setiap 1 (satu) tahun; setiap perubahan nama, bentuk badan usaha, pengurus dan alamat
perusahaan.
API dicabut apabila perusahaan pemilik API / pengurus perusahaan pemilik API :
a.   Tidak melaksanakan kewajibannya melapor sebanyak 2 (dua) kali mengnai kegiatam usaha
kepada kepala Kanwil;
b.   Tidak melaksanakan kewajibannya pemberitahuan perubahan nama, bentuk badan usaha,
pengurus dan alamat perusahaan. selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal pembekuan;
c.   Memalsukan, mengubah, menambah dan/atau mengganti surat yang diberikan oleh Instansi
lain, dengan maksud untuk mendapatkan surat persetujuan dan/atau surat keterangan dari
Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
d.   Memalsukan, mengubah, menambah dan/atau mengganti surat yang diberikan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan;
e.   Mengubah, menambah dan/atau mengganti isi yang tercantum dalam API;
f.    Mengimpor barang yang jumlahnya dan/atau jenisnya tidak sesuai dengan persetujuan impor
yang diberikan Departemen Perindustrian dan Perdagangan;
g.   Memperjualbelikan dan/atau memindahtangankan barang impor yang dalam surat persetujuan
dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan ditetapkan hanya untuk kebutuhan sendiri;
atau
h.   Dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tindak pidana yang berkaitan dengan
penyalahgunaan API dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Bagi perusahaan pemilik API yang API-nya telah dicabut karena melakukan kesalahan
Tidak melaksanakan kewajibannya melapor sebanyak 2 (dua) kali mengnai kegiatam usaha
kepada kepala Kanwil; tidak melaksanakan kewajibannya pemberitahuan perubahan nama,
bentuk badan usaha, pengurus dan alamat perusahaan. selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal pembekuan; maka terhadap perusahaan dan atau pengurus
perusahaan yang tandatangannya tercantum dalam API, hanya dapat mengajukan
permohonan API baru setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal pencabutan API tersebut.
Bagi perusahaan pemilik API dan API-nya telah dicabut karena melakukan kesalahan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan c, d, e, f, g, h dan i, maka terhadap perusahaan
dan/atau pengurus perusahaan yang tandatangannya tercantum dalam API, hanya dapat
mengajukan permohonan API baru setelah 5 (lima) tahun sejak tanggal pencabutan API
tersebut.
Dikecualikan dari ketentuan di atas, Badan, Perusahaan atau Perorangan yang mengimpor
barang sebagai berikut:

1. Barang pindahan;
2. Barang impor sementara;

a.   Barang kiriman, hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;
b.   Barang  perwakilan   negara  asing  beserta  para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
c.   Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;
d.   Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan.
Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru, ketentuan ini tidak  berlaku untuk
pengimpor kapal niaga dan kapal ikan.
Pengecualian lebih lanjut dari ketentuan ini dapat ditetapkan oleh Menteri Perindustrian
dan Perdagangan.
Pembayaran impor dapat dilakukan dengan  Letter of Credit (L/C) atau dengan cara
pembayaran lain yang lazim   berlaku  dalam  perdagangan  internasional sesuai kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Pembiayaan impor dapat dilakukan baik dengan penggunaan devisa yang dibeli dari Bank
Devisa dengan kurs yang terjadi dalam Bursa Valuta Asing maupun menggunakan sumber
lainnya.
Barang yang diatur tata niaga impornya, barang yang dilarang diimpor,  barang yang
dimasukkan dari luar negeri ke Tempat  Penimbunan  Berikat, barang yang dimasukkan dari
Tempat Penimbunan Berikat ke wilayah lain dalam Daerah Pabean serta barang dalam
rangka  Perdagangan  Lintas  Batas, diatur tersendiri.
Importir yang melanggar ketentuan dalam Keputusan ini dapat dikenakan sanksi 
berdasarkan  peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keputusan Menteri Keuangan Ri
No. 66/Kmk.017/2001 Tanggal 9 Februari 2001 Tentang Penetapan Besarnya Tarip Pajak
Ekspor Kelapa Sawit, Cpo, Dan Produk Turunannya Menteri Keuangan Republik Indonesia,

Pajak Ekspor = Tarip Pajak Ekspor x Harga Patokan Ekspor (HPE) x Jumlah Satuan Barang
x Kurs.

Harga Patokan Ekspor (HPE) adalah harga patokan yang ditetapkan secara berkala oleh
Menteri Peridustrian dan Perdagangan dan berlaku pada saat dikeluarkannya penetapan
tersebut.
Dalam hal terjadi kelambatan penerbitan HPE, HPE yang lama masih berlaku sampai
diterbitkan HPE yang baru.
Dalam hal tidak ada HPE, Pajak Ekspor dihitung berdasarkan harga FOB yang tercantum
dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
Kurs sebagaimana dimaksud adalah kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan secara
berkala.

C. LETTER OF CREDIT (L/C)


Sumber Hukum Uniform Customs and Practice for Documentary Credits-500
(U.C.P.D.C.-500) 1993 Revision
Cara Pembayaran Ekspor-Impor yang paling aman adalah menggunakan Letter of Credit
(L/C).
L/C di sini dimaksudkan menjembatani perdagangan internasional atau antar negara
dimana pembeli dan penjual belum saling mengenal baik, maka dengan media L/C resiko non
payment dapat dialihkan ke bank yang terkait dalam proses L/C (Issuing bank, negotiating
bank, conferming bank).

L/C yang merupakan singkatan dari Letter of Credit, kadang disebut juga sebagai Credit 
khususnya dalam Uniform Customs and Practice  (UCP). Disamping itu Documentary Credit
juga dikenal sebagai istilah yang umumnya dipakai dalam konfirmasi L/C (lembaran L/C).
Documentary Credit mengandung arti bahwa bank hanya bertanggung jawab sebatas
dokumen dan tidak bertanggung jawab atas komoditi yang dikapalkan apakah sesuai degan
yang tersurat dalam dokumen. Singkat kata petugas bank tidak berurusa dengan barang yang
dikapalkan.
L/C merupakan janji bayar dari Bank Pembuka kepada pihak Eksportir sepanjang mampu
menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C. Bagi para nasabah
importir, BCA menyediakan jasa layanan untuk penerbitan berbagai jenis L/C, mulai dari
Sight L/C (atas unjuk), Usance L/C (berjangka), Red Clause L/C (pembayaran di muka),
hingga Standby L/C. Penerbitan L/C dapat dilayani dalam 22 mata uang asing ke berbagai
penjuru dunia di mana Anda bermitra bisnis.        
Suatu instrumen (dapat berupa telex, swift, surat) yang dikeluarkan oleh bank (bank
penerbit L/C) atas permintaan nasabahnya (importir/ buyer/applicant) yang memberikan
kuasa kepada penjual (eksportir/ seller/beneficiary) untuk menarik dengan sehelai wesel/draft
sejumlah uang jika telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam instrumen tersebut.
Manfaat bagi nasabah :
a.   Nasabah (eksportir) mendapat jaminan pembayaran atas barang yang mereka ekspor,
sedangkan bagi nasabah (importir) mendapat jaminan penerimaan barang yang mereka
impor.
b.   Karyawan mempunyai alternatif lain dalam memanfaatkan dana yang dimiliki.
c.   Menghindari korespondensi yang berkali-kali.
Persyaratan yang harus dipenuhi :

L/C IMPOR
a.   Copy API (Angka Pengenal Importir).
b.   SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
c.   Copy KTP pejabat perusahaan.
d.   Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen impor.
e.   Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan L/C.
f.    Mengisi dan menandatangani formulir Penggunaan Fasilitas L/C Sight/Usance.
g.   Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya yang timbul dalam
proses L/C Impor).
SKBDN ( Surat Berdokumen Dalam Negeri)

SIUP / NPWP/ TDP / Akte Pendirian Perusahaan.


a.   Copy KTP pejabat perusahaan.
b.   Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen SKBDN.
c.   Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan SKBDN.
d.   Membuka rekening di Bank.

L/C EKSPOR

SIUP / NPWP / TDP / Akte  Pendirian Perusahaan.


a.   Copy KTP pejabat perusahaan.
b.   Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen ekspor.
c.   Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pengoperan Wesel Ekspor.
d.   Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi (jika L/C tidak melalui Bank Pelaksana Negosasi).
e.   Membuka rekening di Bank.

PROSEDUR EKSPOR

Beberapa Peraturan Ekspor yang perlu diketahui


1.  Syarat Ekspor
Secara umum persyaratan untuk ekspor adalah sebagai berikut :
a.   Memiliki Surat Idjin Usaha Perdagangan (SIUP), untuk mendapatkannya perusahaan dapat
mengajukan permohonan melalui Kantor Departemen Perdagangan (Kandepdag),
b.   Memiliki Surat Ijin Usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah non Teknis
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.  Kelompok Mata dagangan Ekspor
Mata dagangan ekspor Indonesia dikelompokkan menjadi :
a.   Barang yang diatur tataniaga ekspornya, dan dilakukan oleh eksportir terdaftar yang telah
mendapatkan pengakuan dari Menperindag. Komoditas pertanian yang termasuk kelompok
ini antara lain komoditi: maniok, kopi.
b.   Barang yang diawasi ekspornya, dilakukan oleh eksportir yang mendapat persetujuan dari
Menperindag/ pejabat yang ditunjuk berdasarkan rekomendasi instansi teknis yang terkait.
Komoditas pertanian yang termasuk kelompok ini antara lain : tepung terigu, kedele, beras,
biji karet, inti kelapa sawit, nener,
c.   Barang yang dilarang ekspornya. Komoditas pertanian yang termasuk kelompok ini antara
lain: kulit mentah, karet bongkah, biji kapok (ex. Jawa dan Madura), induk udang, ikan hias.
d.   Barang yang bebas ekspornya.
Komoditas pertanian diluar poin 1 s/d 3 tersebut diatas.
3.  Kode HS / The Harmonized System
System kode digunakan untuk menunjuk komoditas secara lebih spesifik, sehingga dapat
terhindar dari pemilihan komoditi yang diperjual belikan. System kode yang dipergunakan
terdiri dari 9 digit yaitu 6 digit pertama adalah kode asli HS yang berlaku secara internasional
dan 3 digit terakhir dimaksudkan sebagai kode pengelompokkan komoditi lebih lanjut secara
nasional, sehingga penyebutannya menjadi :

 digit pertama menunjukkan Bab


 digit berikutnya menunjukkan Pos
 digit selanjutnya menunjukkan sub pos HS
 2 digit terakhir menunjukkan sub pos nasional

Contoh sebagai berikut :

HARMONIZED SYSTEM
Bab 07 : Sayuran, akar bonggol yang
Pos 0710 dapat dimakan
Sub Pos 0710.10 : Sayuran sejenis umbi
Nasional 0710.10.000 : umbi kentang
: Kentang beku

4.  Kontrak dan Syarat-Syarat Penjualan / Terms of Sale


Dalam merundingkan suatu kontrak, bagi eksportir dianjurkan untuk :
a.   Mengetahui status kelayakan dari calon importir melalui Bank eksportir atau perwakilan
perdagangan Indonesia diluar negeri.
b.   Mengecek status dari Bank yang mengeluarkan L/C.
Guna mengatasi resiko pembayaran dalam mengekspor disarankan untuk menghubungi
PT. Asuransi Ekspor Indonesia ( ASEI).
Dalam menutup suatu kontrak penjualan komoditi, beberapa persyaratan dan kondisi perlu
terlebih dahulu disetujui. Hal ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati oleh eksportir,
karena sekali kontrak telah disetujui, akan mengikat secara hukum.
Beberapa kelengkapan berikut ini merupakan informasi penting yang sebaiknya dimasukkan
kedalam kontrak, yaitu :
Deskripsi komoditi, termasuk spesifikasi standar/ teknis yang harus dipenuhi
a.   Jumlah yang dibeli
b.   Harga yang dikenakan yang dinyatakan dalam syarat-syarat penjualan yang disetujui, dan
mata uang yang digunakan dalam transaksi.
c.   Syarat-syarat pembayaran
d.   Waktu penyerahan barang
e.   Prosedur hukum dan arbitrasi jika terjadi perselisihan
f.    Syarat-syarat pengepakan
g.   Cara angkut
h.   Asuransi
5.  Terms Penjualan
Pembeli diluar negeri dalam transaksi pasar sering lebih menginginkan untuk terms
penjualannya menggunakan C&F atau CIF agar terjamin pengapalannya sampai di tangan
importir/ pembeli. Informasi tentang jasa yang tersedia dan perusahaan ekspedisi yang
terpercaya dapat diperoleh dari Cargo Tariff and Pricing Department dengan alamat sebagai
berikut :
Eksportir Indonesia masih sering pula menggunakan FOB (Freight on Board) dalam terms
penjualannya guna menghindarkan diri dari risiko angkutan / shipping dan asuransi.
6.  Standar dan Pengawasan Mutu
Peraturan pengawasan mutu pelak-sanaannya merupakan hal yang sangat penting untuk
menjamin, bahwa produk ekspor memenuhi :
a.   Spesifikasi yang ditetapkan didalam kontrak
b.   Syarat kesehatan, keamanan dan peraturan pengawasan mutu yang ditetapkan oleh negara
pengimpor
c.   Tingkat mutu minimum yang ditetapkan oleh yang berwenang di Indonesia
d.   Menjaga mutu secara konsisten sebagaimana yang diminta oleh pembeli adalah sangat
penting. Kegagalan dalam hal ini tidak saja akan merusak reputasi eksportir secara individu,
tetapi juga akan merusak nama Indonesia secara keseluruhan.

Standar
Standar komoditi dikeluarkan oleh dewan standarisasi nasional/ dsn dan disebut standar
nasional indonesia/sni. pelayanan informasi mengenai standar nasional, regional dan
internasional diberikan oleh lembaga standarisasi dari lembaga ilmu pengetahuan indonesia
(lipi).

Surat keterangan/ sertifikasi


Semua komoditi standarnya sudah ditetapkan memerlukan surat keterangan. Terdapat dua
bentuk surat keterangan untuk komoditi pertanian, antara lain :
a.   Surat Pernyataan Mutu (SPM), yaitu surat pernyataan dari eksportir bahwa komoditi yang
diekspor memenuhi standarnya.
b.   Sertifikasi Mutu (SM), yaitu surat pernyataan yang diterbitkan oleh Laboratorium Penguji
Mutu bahwa partai komoditi yang bersangkutan telah memenuhi Standar berdasarkan uji
contoh.
SPM wajib dilampirkan sebagai dokumen pelengkap pada saat pendaftaran Pemberitahuan
Barang (PEB) pada bank Devisa. SM wajib dimiliki oleh setiap eksportir dan digunakan
untuk keperluan ekspor antara lain apabila diminta oleh pembeli atau diwajibkan oleh
perdagangan internasional.
Sertifikasi Mutu dapat dikeluarkan oleh :

 Pusat Pengujian dan Pengawasan mutu barang


 Balai Sertifikasi Mutu Barang
 Laboratorium yang ditunjuk
 Produsen/ eksportir yang telah memenuhi syarat 

Anda mungkin juga menyukai