Anda di halaman 1dari 2

Nama Mahasiswa : Ilham Ardihamzah

Nama Skuadron : Pharmacology

DISEASE MODIFYING ANTI RHEUMATIC DRUGS

Rheumatoid arthritis (RA) adalah inflamasi kronik sistemik penyakit


autoimun yang menyerang berbagai jaringan terutama sendi. Hal ini disebabkan
oleh proliferasi sinovitis nonsuppuratif yang berkembang dan dapat
menghancurkan tulang rawan artikular beserta tulang lain yang mendasari
sehingga mengakibatkan radang pada sendi. Rheumatoid artritis lebih sering
dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1.

Rheumatoid Artritis merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh, WHO


sudah menyatakan bahwa Rheumatoid Artritis merupakah salah satu penyebab
kehidupan dengan disabilitas. Keterkaitannya dengan proses imunologis, maka
pasien dengan Rheumatoid Artritis tidak akan sembuh tapi akan mengalami
remisi atau menuju ke kematian. Obat yang digunakan dalam pengobatan
Rheumatoid Artritis terbagi menjadi lima kategori yaitu, NSAID (Non Steroid
Anti Inflammatory Drugs), analgesik, glukokortikoid, Disease-Modifying
Antirheumatic Drugs (DMARD) non biologik, dan Disease-Modifying
Antirheumatic Drugsbiologic.

Disease modifying anti rheumatic drugs atau biasa disingkat DMARD


merupakan salah satu obat yang sering digunakan untuk menyembuhkan penyakit
ini. Disease modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs) adalah kategori obat
yang sering digunakan untuk mengobati kondisi autoimun, seperti artritis
reumatoid dan lupus eritematosus sistemik (lupus). Penggunaan DMARDs harus
di bawah pengawasan dokter secara ketat dan hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter. DMARDs seringkali diresepkan bersama dengan obat lain sebagai bagian
dari pengobatan. Obat ini efektif, tetapi memerlukan waktu untuk menunjukkan
hasil, dan terkadang bisa mencapai hingga tiga atau empat bulan pengobatan.
Pengobatan dengan menggunakan Disease-Modifying Antirheumatic Drugs
sebagai pilihan pertama merupakan metode pengobatan piramida terbalik dimana
pemberian obat golongan ini sedini mungkin dapat memberikan efek yang
bermakna bila diberikan sedini mungkin, terapi ini memperlambat proses
penyakit. Namun penggunaan terapi model piramida ini hanya bertujuan untuk
mengurangi gejala saja dan kemudian dilakukan perubahan terapi bila keadaan
semakin memburuk. Pada fase ini DMARDs sudah tidak digunakan lagi.

Di negara berkembang penggunaan Disease-Modifying Antirheumatic


Drugs (DMARD) beresiko untuk terjadinya peningkatan terinfeksi TB sehingga
sering terjadi keengganan dokter untuk memberikan DMARD pada awal
perkembangan penyakit. Padahal, penggunaan DMARD pada terapi awal
direkomendasikan oleh American College of Rheumatology (ACR), European
League Against Rheumatoid League Against Rheumatism (EULAR), National
Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) dan banyak perhimpunan
lainnya. Terapi Rheumatoid Artritis bisa jadi berbeda antar ahli reumatologi dan
sampai sekarang, belum ada rekomendasi internasional yang jelas dan konsensual
dalam terapi penyakit ini. Menggunakan terapi DMARD sebagai terapi awal akan
menghambat remisi penyakit selama bertahun-tahun pada 40- 60% pasien.

DMARDs bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh untuk


membantu mengontrol penyakit autoimun. Hal ini dapat memperlambat laju
kerusakan jaringan dan perkembangan penyakit. Karena DMARDs menekan
sistem imun tubuh, selama mengkonsumsi DMARDs selalu perhatikan tanda-
tanda infeksi, termasuk menggigil, demam, sakit tenggorokan atau batuk.

“DAFTAR PUSTAKA”

Azizah, N. and Sutrisna, E.M., 2019. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat


Pada Pasien Rheumatoid Arthritis Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr.
Moewardi Surakarta Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Chabib, L., Ikawati, Z., Martien, R. and Ismail, H., 2019. Review
Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin dan
Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel. Jurnal
Pharmascience, 3(1), pp.10-18.

Ritonga, S.N., 2018. Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit


Rheumatoid Arthritis Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Kotapinang (Doctoral
dissertation, Institut Kesehatan Helvetia).

Sheba, S.H., Djuhaeni, H., Setiabudiawan, B., Sunjaya, D.K., Mutyara, K.


and Rinawan, F.R., 2018. Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Lupus
Eritematosus Sistemik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Majalah
Kedokteran Bandung, 50(1), pp.21-28.

Vonny, N., 2019. EVALUASI KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA


PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS DI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR.
M. DJAMIL PADANG (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Anda mungkin juga menyukai