Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN

Nama : Priyoga
NIM : 20.72.023495
Kelas : B
A. INTOKSIKASI, INFEKSI, TOKSIKONIFEKSI
1. Intoksikasi

Intoksikasi adalah penyakit yang disebabkan karena tertelannya toksin dalam makanan
yang sebelumnya diproduksi oleh mikroba dalam makanan. Gejala penyakit timbul lebih
cepat daripada infeksi yaitu 3-12 jam setelah makanan dikonsumsi, yang ditandai dengan
muntah- muntah hebat dan diare (Taylor, 2002 dalam Handayani dan Werdiningsih, 2010).
Akibat kontaminasi mikroba pada makanan dapat dibagi 2 kategori yaitu food poisoning
(keracunan makanan) dan food borne desease (penyakit yang berhubungan dengan makanan)
(Handayani dan Werdiningsih, 2010).

Sedangkan menurut Santoso, (2009) intoksikasi yaitu apabila mikrobia tumbuh dalam 
makanan kemudian memproduksí zat racun (toksik) di dalamnya, dan  makanan tersebut
dikonsumsi, maka toxinnya tersebut yang  menyebabkan keracunan, jadi meskipun
mikrobianya sudah musnah  pada waktu pengolahan pemanasan, tetapi jika zat racunnya
masih Stabil maka tetap akan potensi memberikan gejala keracunan, Contoh mikrobianya
adalah Staphylococcus yang memproduksi zat racun, enterotoxsin dan clostridium botulinum
yang memproduksi botulinin. Ditambahkan oleh Siagian (2002), intoksikasi pangan adalah
gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan.
Keracunan (intoksikasi) pada konsumen: dalam hal ini adalah termakannya racun yang
dihasilkan lebih dulu oleh pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan yang
mengakibatkan pengaruh pada konsumen. Gejala gejala umumnya terlihat lebih cepat (3-12
jam) setelah memakan bahan pangan tersebut dibandingkan dengan akibat organisme
penyebab infeksi, dan ditandai oleh sering kali muntah muntah ringan dan berak berak
(Buckle et al., 1987). Dapat menyebabkan penyakit seperti diare, muntaber, septicemia
( keracunan darah ) dan banyak lainnya.

2. Infeksi

Menurut Buckle et al., (1987), mikroorganisme dengan kategori ini termasuk jenis
mikroorganisme yang menyebabkan keracunan makanan yang telah lama sekali dikenal:
Slamonella, clostridium perfingens, Vibrio parahaemolyticus, galur dari Escherchia coli yang
enteropatogenik dan spesies shigella. Sedangkan menurut Handayani dan Werdiningsih
(2010), infeksi pangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu (a) infeksi dimana
makanan tidak menunjang pertumbuhan patogen tetapi sekedar membawa patogen tersebut,
misalnya patogen penyebab tuberkulosis (Mycobacterium bovis dan M. tuberculosis),
Brucellosis (Brucella abortus, B. mulitensis), dipteri (Coryne- bacterium diphteriae), disentri
oleh Campylobacter, demam, tipus, cholera, hepatitis dan (b) infeksi dimana makanan
berfungsi sebagai medium kultur untuk pertumbuhan patogen sehingga mencapai jumlah
yang memadai untuk menimbulkan infeksi bagi konsumen makanan tersebut. Infeksi ini
mencakup Salmonella, sp, Listeria, Vibrio parahaemolyticus, dan E. coli enteropatogenik.
Penyakit yang ditimbulkan seperti, tifus, diare serta muntaber.

3. Toksikoinfeksi

Toksikoinfeksi adalah terjadinya sekresi racun bila sel mikroba telah berada dalam tubuh.
Contoh mikroba yang mengakibatkan toksikoinfeksi adalah Bacillus cereus dan Clostridium
perfringers. Flu lambung, flu perut atau virus perut, serta juga dapat menyebabkan muntaber.

B. METODE DAN CARA KERJA PEMERIKSAAN CEMARAN MIKROORGANISME

1. Pelapisan spiral

Laminasi spiral atau spiral adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan sampel cairan
di atas cawan petri dalam pola spiral , biasanya digunakan sebagai bagian dari prosedur
penghitungan untuk tujuan menentukan jumlah mikroba dalam sampel. Dalam kerangka ini,
cawan petri diinkubasi selama beberapa jam, setelah itu ditentukan jumlah koloni yang
membentuk mikroba tersebut. Laminasi spiral atau spiral ini juga digunakan untuk penelitian
klinis dan diagnosis dan sebagai metode menutup cawan petri dengan bakteri sebelum
menempatkan tablet antibiotik .

2. Metode kerja

 Sekrup spiral memutar pelat sekaligus mengeluarkan cairan dan menggerakkan


pelat atau mengetuknya secara linier .

 Ini menciptakan pola spiral yang sama, jika semua gerakan dilakukan dengan
kecepatan konstan, maka bentuk heliks yang dibuat akan memiliki fokus yang
lebih sedikit di bagian luar pelat daripada di bagian dalam. Laminasi spiral yang
lebih canggih menawarkan pilihan yang berbeda untuk pola spiral seperti fokus
statis (dengan memperlambat gerakan berputar dan / atau lateral) atau fokus
eksponensial (dengan mempercepat gerakan berputar dan / atau lateral).

 Dalam pengujian makanan dan kosmetik

Laminasi spiral atau spiral banyak digunakan untuk pengujian mikrobiologi


makanan, susu, produk susu, dan kosmetik, serta metode yang disetujui oleh Food
and Drug Administration. [2] Salah satu keuntungan dari metode heliks ini adalah
jumlah panel yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan laminasi manual
karena konsentrasi yang berbeda terdapat di setiap pelat. [3] [1] Hal ini membuat
penghitungan koloni bakteri menjadi sulit dan membutuhkan teknik dan peralatan
khusus.
 Panel heliks tersedia sebagai alat mandiri yang diumpankan secara manual ke
pelat dan sampel atau diumpankan secara otomatis menggunakan tumpukan
khusus. Contoh pelapisan, pembibitan , dan penghitungan.

Anda mungkin juga menyukai