Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI KULIAH

TRYPANOSOMA SP

( Trypanosoma Gambiense)
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah PARASITOLOGI II

Dosen Pengampu :
Nurhalina S,KM..M.Epid

Oleh :

Ayub Donara (20.72.0222992)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA PALANGKARAYA
2021
Nama : Ayub Donara
Nim : 20.72.022992
Kelas : B ( Analis Kesehatan)
Matkul : Parasitologi I
Dosen Pengampu : Nurhalina S,KM.M.Epid

• Trypanosoma Brucei Gambiense

Trypanosoma brucei gambiense menyebabkan 97% kasus penyakit tidur pada manusia.
Resistensi terhadap ApoL1 dimediasi oleh ß-sheet hidrofobik dari glikoprotein spesifik pada
T. b. gambiense. Hal ini dapat mencegah toksisitas APOL1 dan menyebabkan pengerasan
membran saat berinteraksi dengan lipid. Faktor lain yang berkontribusi dalam resistensi T. b.
gambiense, yaitu perubahan aktivitas protease sistein yang menyebabkan berkurangnya
spesifisitas terhadap ApoL1 dan adanya inaktivasi TbHpHbR karena terdapat substitusi leusin
menjadi serin (L210S) pada kodon 210

• Klasifikasi

Domain : Eukaryota
Kerajaan : Protozoa
Filum : Euglenozoa
Kelas : Kinetoplastea
Memesan : Metakinetoplastina
Keluarga : Trypanosomatidae
Spesies : T. brucei

• Morfologi

T. brucei memiliki struktur berupa sel eukariotik uniseluler dengan panjang 8 hingga 50 μm.
T. brucei memiliki tubuh memanjang yang berbentuk ramping dan meruncing. Membran
selnya (disebut pelikel) membungkus berbagai organel sel, termasuk nukleus, mitokondria,
retikulum endoplasma, aparatus Golgi, dan ribosom.

• Siklus Hidup

Dilalat Tse-Tse
1. Trypanosoma masuk ke dalam inangnya, yaitu manusia melalui gigitan lalat Tse-tse
(Trypanosoma tersimpan pada kelenjar saliva).
2. Pada tahap ini, Trypanosoma berada pada bentuk infektif yang disebut tripomastigot
metasiklik dengan flagela yang pendek.
3. Ketika memasuki aliran darah, parasit ini akan berubah bentuk menjadi tripomastigot dengan
flagela yang lebih panjang.
4. Tripomastigot bertambah banyak dengan melakukan pembelahan biner di dalam darah,
limpa, dan cairan spinal.
5. Lalat Tse-tse menjadi infektif dengan tripomastigot ketika menghisap darah manusia yang
terinfeksi.
6. Ketika di usus tengah lalat Tse-tse, tripomastigot berubah bentuk menjadi tripomastigot
prosiklik yang melakukan perbanyakan diri di dalam usus.
7. Setelah perbanyakan diri, tripomastigot prosiklik pindah dari anterior usus tengah ke kelenjar
saliva lalat Tse-tse.
8. Pada perjalanan menuju kelenjar saliva, tripomastigot prosiklik berkembang menjadi
epimastigot dan menempel pada kelenjar saliva menggunakan flagelanya.
9. Epimastigot berubah menjadi lebih kecil, yaitu bentuk infektif tripomastigot metasiklik dan
10. melepaskan dirinya dari kelenjar saliva dan siap untuk menginfeksi manusia berikutnya.
Di inang (manusia atau mamalia lainnya)
Trypanosoma brucei Ia datang dalam tiga bentuk dasar sepanjang siklusnya. Ketika lalat
menggigit manusia atau mamalia lain untuk mengekstraksi darahnya, ia menyuntikkan dari
kelenjar ludahnya ke dalam aliran darah bentuk nonproliferatif dari protozoa, yang disebut
metacyclic. Begitu berada dalam aliran darah, itu berubah menjadi bentuk proliferatif, yang
disebut darah ramping (ramping dalam Bahasa Inggris).
Bentuk darah ramping Trypanosoma brucei ia mendapat energinya dari glikolisis glukosa
yang ada dalam darah. Proses metabolisme ini dilakukan dalam organel yang disebut
glikosoma. Trypanosom ini berkembang biak dalam cairan tubuh yang berbeda: darah, getah
bening dan cairan serebrospinal.
Ketika jumlah parasit dalam darah meningkat, mereka mulai berubah lagi menjadi bentuk
non-proliferasi. Kali ini adalah varian yang lebih tebal dengan flagel yang lebih pendek, yang
disebut darah montok (kekar). Tripanosom darah tuberous disesuaikan dengan kondisi sistem
pencernaan lalat. Mereka mengaktifkan mitokondria dan enzim yang diperlukan untuk siklus
asam sitrat dan rantai pernapasan. Sumber energi bukan lagi glukosa tetapi prolin.

• Manifestasi Klinik
Gejala awal berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, dan gatal-gatal. Stadium lanjut dapat
berupa perubahan perilaku, kebingungan, dan koordinasi yang buruk.
Fase pertama
"Penyakit tidur" memiliki dua tahap. Yang pertama disebut tahap awal atau fase
hemolimfatik, ditandai dengan adanya Trypanosoma brucei hanya di dalam darah dan getah
bening. Pada fase ini penyakitnya bisa dikacaukan dengan malaria.
Fase kedua
Yang disebut tahap akhir atau fase neurologis (keadaan ensefalitis), diaktifkan dengan
kedatangan parasit di sistem saraf pusat, yang terdeteksi dalam cairan serebro-spinal. Di sini
gejalanya diekspresikan sebagai perubahan perilaku, kebingungan, inkoordinasi, perubahan
siklus tidur dan akhirnya koma.Perkembangan penyakit berlanjut dengan siklus hingga tiga
tahun dalam kasus subspesies gambiense, berakhir dengan kematian. Ketika subspesies hadir
Rhodesian, kematian datang dari minggu ke bulan. Dari kasus-kasus yang tidak mengalami
perawatan, 100% meninggal. 2-8% dari kasus yang diobati juga mati.

• Diagnosa Lab
• Diagnosis spesies Trypanosoma Gambiense umumnya menggunakan preparat ulas
darah yang diwarnai dengan Giemsa. Hasil positif dinyatakan jika ditemukan morfologi
parasit pada pemeriksaan mikroskop. Uji antibodi dapat menggunakan uji aglutinasi langsung,
9 ELISA. Uji lanjutan untuk membedakan antar spesies Trypanosoma perlu pemeriksaan
biomolekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji PCR sangat sensitif sehingga
sering ditemukan hasil false positif. Untuk mensiasati hal tersebut, diagnosis juga dapat
dilakukan dengan uji ampliikasi sinyal asam nukleus yang spesiik terhadap masing17 masing
spesies Trypanosoma.
• Melalui pemeriksaan mikroskopis sampel darah, bentuk spesifik dari parasit
terdeteksi. Pada fase ensefalitis diperlukan pungsi lumbal untuk menganalisis cairan
serebrospinal.

• Epidemiologi
T. brucei pada manusia yaitu Penyakit Tidur ( African Human 4, ,28 Trypanosomiasis) yang
mewabah pada Negara afrika,Malaysia,India ,dan Juga gambia.

• Pencegahan
Pada umumnya manusia memliki kekebalan terhadap infeksi Trypanosoma Gambiense,
namun ada beberapa individu yang memiliki tingkat keparahan tinggi jika terinfeksi oleh
Trypanosoma. Mengingat gejala klinis yang ditimbulkan tidak khas dan penyakit disebarkan
oleh vektor serta reservoir, maka sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakit ini perlu
adanya alat diagnostik 31 cepat. Hasil penelitian tersebut berkorelasi dengan ditemukannya
kasus infeksi T. lewisi pada seorang bayi berusaia 45 hari di Thailand. Bayi mendapatkan
infeksi T. lewisi melalui gigitan kutu tikus yang ditemukan di 21 dalam tempat tinggalnya.
Alat diagnostik cepat dapat berupa strip untuk diteteskan reagen dan darah

• Sumber
 Hamilton PB, Stevens JR, Gaunt MW, Gidley J, Gibson WC (2004). "Trypanosomes are
monophyletic: evidence from genes for glyceraldehyde phosphate dehydrogenase and
small subunit ribosomal RNA". Int. J. Parasitol. 34 (12): 1393–404.
doi:10.1016/j.ijpara.2004.08.011. PMID 15542100
 Taylor, M.A.; Coop, R.L.; Wall, R.L. (2016). Veterinary Parasitology (edisi ke-4).
Chichester, West Sussex: Wiley Blackwell. ISBN 978-1-119-07369-7. OCLC 907811634

Anda mungkin juga menyukai