Anda di halaman 1dari 14

FISIOLOGI TUMBUHAN

Perkecambahan Biji dan Dormansi

Disusun oleh :

Kelompok 4 :

Khoiri

Medhita Amalia 1300008088

Rizki Hestanti 1700008

Yunidha Tri Marvitasari 1700008096

Wulan Martya N 1701008069

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti dengan
melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan suplai oksigen
sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses perkecambahan dapat
terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis
tertentu.
Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi
menyebabkan kadar air di dalam biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan pecah atau
robeknya kulit biji. Air juga merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam biji. Suhu
optimum untuk berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40ºC.
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terhenti yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan
itu sendiri. Penyebab dormansi antara lain tidak ada proses imbibisi (masuknya air ke biji),
respirasi terhambat, pergerakan cadangan makanan terhambat, dan rendahnya lau
metabolisme. Seringkali terdapat jaringan yang dormannya gagal tumbuh meskipun berada
dalam kondisi yang ideal. 
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan tipe perkecambahan biji
2. Jelaskan proses perkecambahan biji
3. Jelaskan dormansi biji
4. Jelaskan pematahan dormansi biji
PEMBAHASAN

1. Tipe perkecambahan biji


 Epigeal
Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang
sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon
dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini
adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang
muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan
tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang
dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah
mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama
kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis
digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000: 365).

 Hipogeal
Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian
plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di
dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang
ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et al., 2000:366). Biji
yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis cadangan
makanan sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan
(endosperma). Umumnya cadangan makanan pada biji berupa amilum (pati). Pati
tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih
dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air.

2. Proses perkecambahan biji


Setelah terjadi proses imbibisi (masuknya air ke dalam biji), embrio di dalam biji
melakukan perbanyakan sel. Pada tahapan tertentu, sel mengalami proses diferensiasi.
Pada tahapan ini, sel-sel mengalami proses penambahan jenis dan fungsi sel menjadi
jelas. Tahap berikutnya adalah proses pembentukan organ-organ yang
disebut organogenesis.
Dengan organogenesis ini, struktur dan fungsi menjadi semakin lengkap. Proses
ini disebut perkembangan atau morfogenesis. Proses perkecambahan diawali dengan
berubahnya struktur embrio biji menjadi tumbuhan kecil di dalam biji yaitu terlihat daun
kecil, calon batang, dan calon akar.
Dua faktor yang memengaruhi perkecambahan yaitu faktor internal (dari dalam)
dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan). Faktor internal meliputi tingkat
kemasakan biji, ukuran biji, absorbansi (daya serap biji terhadap air), dan ada tidaknya
zat penghambat. Faktor eksternal meliputi suhu, O2, dan air.
Mengapa setelah biji terinduksi oleh air, embrio biji memiliki kemampuan untuk
tumbuh? Setelah biji menyerap air (imbibisi), biji membesar sehingga kulit biji pecah.
Secara umum, proses perkecambahan terjadi secara kimiawi. Dengan masuknya air ke
dalam biji, enzim akan bekerja dengan aktif. Jika embrio terkena air, embrio
menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron
untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan antara
lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein.
Gambar biji jagung yang dibuka hingga terlihat bagian aleuron, embrio dan endosperma.
Gambar tersebut menggambarkan urutan proses :
a. embrio menyerap air,
b. embrio mengeluarkan GA ke aleuron,
c. aleuron mengeluarkan enzim dan enzim menuju ke endosperma,
d. enzim bekerja menguraikan zat makanan hingga diperoleh energi untuk perkecambahan.
Amilase merubah amilum (pati) menjadi maltosa. Maltosa dihidrolisis oleh
maltase menjadi glukosa. Metabolisme glukosa menghasilkan energi dan atau senyawa-senyawa
untuk menyusun struktur tubuh tumbuhan. Pembentukan energi ini membutuhkan oksigen (O2).
Oleh sebab itu, proses perkecambahan membutuhkan oksigen. Protein yang ada dipecah menjadi
asam amino yang berfungsi menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru. Enzim-enzim di dalam
biji dapat bekerja dengan baik pada suhu tertentu, sedangkan suhu yang tinggi dapat merusak
enzim.

3. Dormansi biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan
proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang
sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan
untuk mengatasi dormansi embryo. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam
kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
 Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan
 Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam
organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
1. Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu
sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
2. Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses
fisiologis; terbagi menjadi:
 photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
 immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio
yang tidak/belum matang
 thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
1. Kulit biji impermeabel terhadap air/02
 Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,
endocarp  Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam
substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
 Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.
Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
 Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
 Keluar masuknya 02 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Dormansi karena hambatan keluar masuknya 02 melalui kulit biji ini dapat-
dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
 Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum
menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnomon (melinjo)
 Embrio belum terdiferensiasi
 Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk
mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna. Dormansi karena immature embryo
ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia.
2. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening), dalam penyimpanan
kering Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
3. Biji membutuhkan suhu rendah, Biasa terjadi pada spesies daerah temperate,
seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji
dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan Baru berkecambah
pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini
dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi
dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
 jika kulit dikupas, embrio tumbuh
 embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
 embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
 perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
 akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
4. Biji bersifat light sensitive, Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara,
yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan
fotoperiodisitas (panjang hari).
5. Kuantitas cahaya, Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan
perkecambahan pada bijibiji yang positively photoblastic (perkecambahannya
dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi
waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively
photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya). Biji positively photoblastic
yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan
berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant.
Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika
dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
6. Kualitas cahaya , Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah
merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm)
menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually
antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang
terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal
ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi
alternatif):  P650 : mengabsorbir di daerah merah  P730 : mengabsorbir di daerah
infra merah Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah
menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan
terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red;
730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses
perkecambahan.
7. Photoperiodisitas Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur: -
Pemberian temperatur 10-20°C : biji berkecambah dalam gelap - Pemberian
temperatur 20-30°C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah - Pemberian
temperatur >35°C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang
diubahubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat
digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin.
Dormansi karena zat penghambat Perkecambahan biji adalah kulminasi dari
serangkaian kompleks prosesproses metabolik, yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses
akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan.
Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan
lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah
kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat
berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.

4. Pematahan dormansi biji


a. Perlakuan Mekanis
 Skarifiaksi
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan
kertas empelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlaukan impaction (gocangan)
untuk benih-benih yang memiliki sumber gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk
melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
 Tekanan
Benih - benih dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa) setelah
diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20 menit
ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah
benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan
perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air.
b. Perlakuan Kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk
memecahkan dormansi benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan
asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga
dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang juga sering digunakan
adalah: potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, dan thiourea.
Disamping itu dapat pula digunakan hormon tumbuh untuk memecahkan dormansi pada
benih, antara lain adalah : cytokinin, gibberellin dan auxin.
c. Perlakuan Perendaman dengan Air
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan
tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umum digunakan adalah
sebagai berikut : air dipanaskan sampai 1800 – 2000F, benih dimasukkan ke dalam air
panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin, selama beberapa waktu.
d. Perlakuan Pemberian Temperatur Tertentu
 Stratifikasi
Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan
bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Benih-Benih yang memerlukan
stratifikasi selama waktu tertentu sebelum tanam yaitu : apel, anggur, pear, peach,
pinus, rosa, strawberry, oak, cherry, dan lain-lain. Kebutuhan stratifikasi berbeda
untuk setiap jenis tanaman. Temperatur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan
dormansi benih, kecuali baru kelapa sawit. Biasanya temperatur tinggi malah
meningkatkan dormansi benih daripada memperbaiki perkecambahnnya.
 Perlakuan dengan Temperatur Tinggi dan Rendah
Keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari
temperatur rendah dan agak tinggi. Tetapi temperatur ekstrim dari perlakuan ini
tidak boleh berbeda lebuh dari 100 atau 200C , pada umumnya berada diatas dari
titik beku.
e. Perlakuan dengan Cahaya
Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang
diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tipe perkecambahan biji dibagi menjadi dua yaitu :
a. Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang
sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah).
b. Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian
plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada
di dalam tanah.
2. Proses perkecambahan biji dapat diurutkan :
a. embrio menyerap air,
b. embrio mengeluarkan GA ke aleuron,
c. aleuron mengeluarkan enzim dan enzim menuju ke endosperma,
d. enzim bekerja menguraikan zat makanan hingga diperoleh energi
untuk perkecambahan.
3. Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terhenti yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam
tumbuhan itu sendiri. Penyebab dormansi antara lain tidak ada proses imbibisi
(masuknya air ke biji), respirasi terhambat, pergerakan cadangan makanan terhambat,
dan rendahnya lau metabolisme. Seringkali terdapat jaringan yang dormannya gagal
tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal. 
4. Benih yang mengalami masa dormansi dapat merupakan kerugian dalam teknik
budidaya tanaman. Waktu yang dibutuhkan dalam proses budidaya menjadi lebih
lama sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan
adanya perlakuan-perlakuan khusus untuk mematahkan atau memperpendek masa
dormansi ini.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ai,N.S., Ballo,M. 2010. Peranan Air dalam Perkecambahan Biji. Jurnal Imiah Sains.10(2)pp.
190-195 ISSN. 1412-3770.

Campbell, dkk. 2010. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Fahmi, Z.I. 2013. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih dengan Skarifikasi Mekanik dan
Kimiawi. Balai Besar Pembenihan dan Proteksi Tanaman. Surabaya

Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Rajawali Pers

Marsiwi, T. 2012. Beberapa Cara Perlakuan Benih Aren (Arenga pinnata Merr) untuk
Mematahkan Dormansi. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. UGM.
Yogyakarta

Pantilu, L.I., Feki,R.M., Ai,N.S., Pandiangan, D. 2012. Respons Morfologi dan Anatomi
Kecambah Kacang Kedelai (Glycine max (L.) merill) Terhadap Intensitas Cahaya yang
Berbeda. 80 Jurnal BIOSLOGOS. Agustus 2012. Vol.2 No.2. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai