Anda di halaman 1dari 8

Ilegal Fishing di Indonesia dari Perspektif Nasional dan

Internasional

Brigita glori putri pramiswari; Muhammad Hafidz Ali D, Anisah Azzah


Zhafirah Rhukus, Seina Siregar;Fajar Satria P, Mohammad Rama Arya
Wijaya

ABSTRAK

Illegal fishing Pengenaan sanksi penenggelaman merupakan upaya pemerintah untuk


memberantas kegiatan illegal fishing dan selain memberikan efek jera atau jera di wilayah
perbatasan atau di luar batas laut Indonesia yang dapat merusak dan mengancam
kedaulatan Negara.

Kata kunci : Illegal Fishing, Nasional dan Internasional

1
Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai mega biodiversitas laut terbesar di dunia. Hasil penelitian
Puji Rahmadi, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2O LIPI), mengungkapkan nilai kekayaan laut di Indonesia sebenarnya mencapai Rp 1,772
triliun. Namun, potensi laut Indonesia dipengaruhi oleh ancaman illegal fishing. Jika
mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor
37/PERMENKP/2017, illegal fishing dapat diartikan sebagai kegiatan illegal fishing atau
kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan secara bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dapat dikatakan bahwa illegal fishing merupakan bagian dari kejahatan


transnasional terorganisir, karena dalam banyak kasus memiliki beberapa karakteristik yang
mirip. Tentu saja, ada banyak tahapan dalam rantai pasokan perikanan di mana keuntungan
dari penangkapan ikan ilegal dikelola sedemikian rupa sehingga tampak sebagai
keuntungan yang sah dan sah, sebuah proses yang dikenal sebagai pencucian uang. Dana
haram dapat diinvestasikan dalam infrastruktur (peralatan baru, pabrik, pengolahan ikan,
kapal) atau untuk kepentingan operasional (penangkapan, pengolahan dan pengangkutan).
Pada akhirnya, pendekatan ini harus menjadi sarana untuk memulihkan kerugian negara
dari penangkapan ikan ilegal.

Bagaimana pengaturan hukum Illegal Fishing dalam hukum internasional ?

Illegal Fishing dapat diartikan sebagai aksi menangkap ikan oleh nelayan yang dilakukan
secara tidak bertanggung jawab dengan melanggar hukum dan peraturan yang berlaku.
Penangkapan ikan secara ilegal, tidak terlapor dan melanggar hukum dikenal dengan istilah
IUU (Illegal, Unreported dan Unregulated). Istilah ini merujuk pada kebijakan dan
pengelolaan perikanan dalam setiap aksi pencurian ikan di laut dan dilakukan dengan cara
bertentangan atau menghindari hukum terkait konservasi dan pengelolaan perikanan
domestik dan internasional. UNCLOS mengatur secara lengkap dan komprehensif sistem
hukum maritim dan sangat penting bagi Indonesia, karena prinsip "negara pulau" diakui
oleh masyarakat internasional untuk pertama kalinya setelah 25 tahun perjuangan di
Indonesia.

Metode Penelitian

Illegal fishing dapat diartikan sebagai kegiatan illegal fishing atau kegiatan
penangkapan ikan yang dilakukan secara bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada hakikatnya illegal fishing merupakan bagian dari kejahatan
transnasional terorganisir, karena dalam banyak kasus memiliki beberapa karakteristik yang
mirip.

2
Illegal fishing is also prohibited by international law. Diatur dalam Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, yang dikenal dengan United Nations
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).

Penyebab terjadinya illegal fishing disebabkan oleh beberapa hal, yakni;


peningkatan permintaan produk perikanan di pasar lokal maupun global, subsidi sektor
perikanan yang over kapasitas, berkurangnya kemampuan negara untuk mengontrol kapal
perikanan, dan tidak efektifnya kontrol, pemantauan terhadap kegiatan perikanan.

Untuk menjawab judul permasalan diatas, peneliti melakukan penelitian ini dengan
metode kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Dan menggunakan tiga teknik
mengumpulan data yaitu studi pustaka, studi literatur serta internet searching.

Hasil dan Pembahasan

1. Penerapan Hukum Illegal Fishing di Indonesia


Illegal fishing terdiri dari 2 kata dalam bahasa inggris yaitu Illegal serta fishing.
Kata“ Illegal” secara terminology yang dimaksud adalah sesuatu yang terlarang,
ditentang serta tidak legal bagi hukum, sebaliknya kata“ Fish” berarti ikan serta“
fishing” maksudnya menangkap ataupun memancing ikan selaku mata pencaharian.
Berarti Illegal Fishing memiliki makna kegiatan menangkap ikan yang diperbuat
oleh nelayan dan dibuat secara tidak bertanggung jawab serta melanggar hukum
dan peraturan yang berlaku. Contoh aktivitas nelayan yang dapat diucap melanggar
hukum dalam menangkap ikan merupakan penangkapan yang mengenakan
perlengkapan tangkap yang memiliki kemampuan mengganggu ekosistem laut.
Menangkap ikan secara illegal dan tidak terlapor serta melanggar hukum diketahui
dengan sebutan IUU (Illegal, Unreported serta Unregulated).

3
Bagi hukum nasional ataupun hukum di Indonesia, pengaturan terpaut Illegal
Fishing yaitu diantaranya: a. UURI Nomor. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
b. UU RI Nomor. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.
c. UU RI Nomor. 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran
d. UU RI Nomor. 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
e. UU RI Nomor. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Bagi Peraturan Menteri Kelautan serta Perikanan Nomor. 5 tahun 2008, dalam pasal
1 ayat 21 mengatakan Pesan izin penangkapan ikan ataupun SIPI, ialah izin tertulis
yang harus dipunyai tiap kapal ikan untuk melaksanakan penangkapan ikan yang
merupakan bagian dari SIU( Pesan Izin Usaha Perikanan). SIPI ialah harus dipunyai
oleh masing- masing nelayan. Karenakan didalam SIPI tercantum syarat menimpa
daerah penangkapan ikan, perlengkapan penangkapan ikan, serta kapal penangkap
ikan.
Penenggelaman kapal asing merupakan salah satu contoh upaya pemerintah
Indonesia dalam mengatasi dan memberantas illegal fishing. Pemerintah
Indonesiamemberikan mandat kepada petugas yang mengawasi laut Indonesia
supaya bisa melaksanakan penindakan tegas, salah satunya dengan
menenggelamkan kapal asing yang melaksanakan praktikillegal fishing di daerah
perairan Indonesia. Perihal ini bersumber pada pada UU RI Nomor. 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, dan diatur pula dalam Pasal 45 UU RI Nomor. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang- Undang Hukum Kegiatan Pidana. Kebijakan penenggelaman
kapal asing yang melaksanakan illegal fishing ialah aksi pemusnahan benda fakta.
Pemusnahan ini bisa dicoba dengan dikaramkan, terbakar, ditenggelamkan, serta
diledakan.
Ada pula tindak pidana perikanan yang diatur dalam Kitab Undang- Undang
Hukum Pidana ataupun KUHP, dalam Buku II KUHP tentang Kejahatan pada Bab
XXIX Tentang Kejahatan Pelayaran( 438- 479), dan dalam Buku III tentang
Pelanggaran ialah dalam Bab IX Tentang Pelanggaran Pelayaran( 60- 569). Syarat
yang diatur dalam KUHP tidak secara khusus tentang illegal fishing, namun lebih
mengendalikan tentang kejahatan pelayaran. NamunPasal 103 KUHP
mengendalikan jika ketentuan- pada Bab I hingga Bab VIII KUHP bisa berlaku untuk
perbuatan yang bagi undang- undang ataupun peraturan lain diancam dengan
pidana, kecuali ada syarat yang lain dalam undang- undang tersebut. Setelah itu
apabila sesuatu perbuatan tercantum dalam ketentuan pidana universal, serta
tercantum pula dalam ketentuan pidana khusus, hingga ketentuan pidana yang
khusus seperti itu yang bisa dikenakan oleh pelaku, perihal ini sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 63 ayat 2 KUHP. Syarat ini pasti mengacu pada permasalahan
perikanan yang diatur diluar KUHP ialah UU RI Nomor. 45 tahun 2009.
Ada pula pemidanaan pelaku illegal fishing bisa dicoba melalui 2 metode, ialah:
a. Pemidanaan lewat saranapenal yang diatur dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 94A,
Pasal 100 A UU RI Nomor. 45 tahun 2009 jo UU RI Nomor. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan. Bersumber pada ketentuan- ketentuan tersebut, hingga pelaku illegal
fishing diancam sanksi pidana semacam denda ataupun penjara. Perihal ini
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 64 serta Pasal 85 UU RI Nomor. 45 tahun 2009

4
jo UU RI Nomor. 31 tahun 2004. Ada pula untuk pelaku illegal fishing diancam
dengan penjara sekurang- kurangnya 5 tahun serta maximal 10 tahun beserta denda
sebesar Rp. 10.000.000.000. Setelah itu ada syarat lain yang diatur dalam Pasal 93,
Pasal 94 serta Pasal 94 A UU RI Nomor 45 tahun 2009 jo UU RI Nomor. 31 tahun
2004, yang melaporkan kalau tiap orang yang melaksanakan pengangkutan ataupun
penangkapan ikan tanpa dilengkapi dengan SIUP, SIPI serta SIKPI, hingga diancam
pidana penjara sekurang- kurangnya 5 tahun serta maximal 7 tahun dengan denda
minimun beberapa Rp. 1. 500. 000. 000 serta optimal Rp 20.000.000.000. Terdapat
pula syarat untuk nahkoda yang tidak memiliki pesan ijin untuk berlayar namun
mengemudi kapal pengangkutan ataupun penangkapan ikan, aksi tersebut hendak
diancam pidana penjara sepanjang 1 tahun serta dengan denda sebesar Rp.
200.000.000.
b. Pemidanaan melalui fasilitas nonpenal yaitu melalui penjatuhan kebijakan sosial
yang terintegrasi pada pembangunan hukum nasional dengan melaksanakan aksi
khusus oleh kapal pengawas RI, dengan fakta permulaan melaksanakan
pembakaran serta/ ataupun penenggelaman kapal.
Berbagai berbagai upaya sudah dicoba oleh Pemerintah Indonesia untuk
menghindari serta meniadakan illegal fishing dengan begitu sangat dibutuhkan
kerjasama dan koordinasi antar segala unsur yang bersangkutan dengan begitu
barulah bisa mengamankan dan melindungi sumber energi alam untuk kepentingan
nasional. Dengan demikian, diharapkan pemerintah Indonesia harus terus berupaya
menjalakan kerjasama antar negeri untuk wujud upaya penangkalan illegal fishing
karena Indonesia merupakan negeri kepulauan yang mempunyai kekayaan ikan
yang sangat banyak dengan begitu hendak sangat disayangkan apabila kekayaan
tersebut malah dinikmati oleh negeri lain bukan dari masyarakat Indonesianya
sendiri. Tidak hanya itu, Indonesia wajib terus melaksanakan bermacam upaya di
tingkatan internasional ataupun nasional supaya illegal

2. Bagaimana pengaturan hukum Illegal Fishing dalam hukum internasional

Istilah illicit angling (illegal fishing) banyak digunakan oleh aparat penegak
hukum dan instansi terkait untuk menyebut tindak pidana di bidang perikanan,
misal dalam acara”Laporan Singkat Rapat kerja Komisi III DPR RI Bersama
Kepolisian Republik Indonesia” (Bidang Hukum, Perundang-undangan, HAM dan
Keamanan). Sehingga Illicit Angling diartikan sebagai aksi menangkap ikan oleh
nelayan yang dilakukan secara tidak sah/resmi melanggar hukum dan peraturan
yang berlaku. Contoh permasalahan; Aktivitas nelayan yang melanggar hukum
dalam menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang berpotensi
merusak ekosistem laut. Penangkapan ikan secara ilegal, tidak terlapor dan
melanggar hukum dikenal dengan istilah IUU (Illicit, Unreported dan Unregulated).
Penangkapan ikan ilegal / Yang disebut penangkapan ikan ilegal adalah
kegiatan negara tertentu atau kapal asing yang menangkap ikan di perairan yang

5
tidak memiliki yurisdiksi, tanpa izin dari negara yang berwenang, atau kegiatan
penangkapan ikan tersebut bertentangan dengan hukum
negara tersebut.
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh kapal penangkap ikan
yang mengibarkan bendera salah satu negara yang tergabung dalam Regional
Fisheries Organization (RFMO), yang merupakan organisasi pengolahan perikanan
regional, tetapi pengoperasian kapal tersebut bertentangan dengan konservasi dan
tindakan yang diambil untuk konservasi. pengolahan perikanan. RFMO. RFMO
berkewajiban untuk mematuhi aturan yang ditetapkan atau peraturan lain yang
berkaitan dengan hukum internasional.
Dalam hukum internasional, unlawful angling diatur dalam Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut atau biasa disebut dengan Joined
together Countries Tradition on the Law of the Ocean (UNCLOS) yang pada tanggal
10 Desember 1982 telah disahkan oleh 117 Negara peserta termasuk Indonesia dan 2
satuan Negara di Montego Narrows, Jamaica. UNCLOS mengatur para rezim
hukum laut dengan lengkap dan menyeluruh, juga memiliki makna yang penting
terhadap Indonesia, karena untuk pertama kalinya asas “Negara Kepulauan”
mendapat pengakuan dari warga internasional setelah diperjuangkan oleh Indonesia
selama 25 tahun. Dengan demikian, maka perairan yang dahulunya merupakan
bagian laut lepas kini menjadi perairan kepulauan.
Akibat terjadinya illicit angling, Yaitu; peningkatan permintaan produk
perikanan di pasar lokal maupun worldwide, subsidi sektor perikanan yang over
kapasitas, berkurangnya kemampuan negara untuk mengontrol kapal perikanan,
dan kontrol yang tidak efektif, terhadap pemantauan kegiatan perikanan.
Berikut pengaturan terkait Unlawful Angling menurut Hukum
Internasional, yakni;
a. Joined together Countries Tradition on the Law of the Ocean 1982
Konvensi Perserikatan BangsaBangsa (PBB) tentang Hukum Laut Tahun 1982.
b. Nourishment and Agreeculture Organication Compliance Understanding
1993.
c. Joined
together Countries Actualizing Assention 1995 Pada intinya UNIA 1995.
d. Code of Conduct For Capable Fisheries 1995. e. Universal Arrange of
Activity to Anticipate, Prevent and Disposal Illicit, Unrefortet and Unregulated
Angling 2001 (IPO on IUU Angling 2001).

KESIMPULAN

Illegal fishing Pengenaan sanksi penenggelaman merupakan upaya


pemerintah untuk memberantas kegiatan illegal fishing dan selain

6
memberikan efek jera atau jera di wilayah perbatasan atau di luar batas
laut Indonesia yang dapat merusak dan mengancam kedaulatan negara.
Kebijakan pemerintah Indonesia untuk menenggelamkan kapal yang
terbukti menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia menuai
keuntungan dan kerugian, banyak yang mendukung namun juga ada
yang menentang, serta protes dari negara bendera kapal tersebut.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah apa dampak tenggelamnya
kapal nelayan asing, baik positif maupun negatif. Efek positif dari
kebijakan ini adalah pemerintah Indonesia dapat menghentikan
penangkapan ikan dan melindungi habitat perairan laut dari ancaman
bombardir oleh nelayan asing. Sedangkan dampak negatif dari
kebijakan ini adalah pencemaran oleh peledakan dan pembakaran kapal
asing yang dapat mencemari udara di sekitar laut. Saran penulis, upaya
penegakan hukum berupa kapal karam harus dibarengi dengan
dukungan anggaran untuk sarana yang memadai dalam penegakannya,
seperti personel yang memadai, sarana dan prasarana pendukung yang
memadai, seperti perlengkapan senjata api, kapal, suplai bahan bakar. ,
dukungan kapal. operasi, sehingga pengawas semua bagian dari zona
laut Indonesia dapat diakses.

Referensi

https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=ohRX2MsAAAAJ
&cstart=20&pagesize=80&citation_for_view=ohRX2MsAAAAJ:NhqRSupF_l8C

Ivan, B. (2014). Illegal Fishing Di Kawasan Perairan Kepulauan Bangka Belitung (Studi
Kasus Penangkapan Ikan Tanpa Dokumen Yang Sesuai). Jurnal Kriminologi Indonesia,
10(2), 41–48.

Jamilah, A., & Disemadi, H. S. (2020). Penegakan Hukum Illegal Fishing dalam Perspektif
UNCLOS 1982. Mulawarman Law Review, 5(1), 29–46.

7
https://doi.org/10.30872/mulrev.v5i1.311

Anda mungkin juga menyukai