Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TEORI BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori belajar

Dosen: Dr. Bambang Sigit Widodo S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:

Fina Puspitawati NIM 20040274017

Ramli Hasriadi NIM 20040274020

Anisah Azzah Zhafirah Rukhus NIM 20040274029

Ila Dwi Mardiyani NIM 20040274053

Ahmad Gilang Ramadhan NIM 20040274059

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2020
1. Teori belajar kognitif merupakan suatu proses internal yang melibatkan proses berpikir
secara sangat kompleks meliputi ingatan, pengolahan informasi, informasi dan aspek
kejiwaan lainnya. Teori belajar kognitif lebih mengutamakan proses pembelajaran
daripada hasil yang dicapainya. Hal yang diutamakan dari teori belajar kognitif adalah
pemahaman terhadap situasi dan kondisi yang ada di lingkungan untuk dapat dipecahkan
permasalahan yang ada. Sehingga setiap individu dituntut untuk berpikir (thinking).
Menurut aliran teori belajar ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam
menafsirkan peristiwa yang terjadi di dalam lingkungan. Proses belajar dengan
menggunakan terori kognitif akan berjalan baik bila meteri pelajaran yang baru
beradaptasi secara balance dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Perbedaan antara teori belajar kognitif dan teori belajar behavioristik :

No. Teori belajar kognitif Teori belajar behavioristik


1. Lebih mengutamakan proses belajar Lebih mengutamakan pengukuran
daripada hasil belajar hasil belajar
2. Penerapan teori ini bertujuan agar Siswa dihadapkan terhadap tujuan
siswa mampu mengerjakan tugas yang jelas sehingga dapat
dengan cara yang sama dan konsisten menanggapi secara otomatis
3. Mementingkan apa yang ada di dalam Mementingkan pengaruh terhadap
diri lingkungan
4. Mementingkan terbentuknya karena Mementingkan pembentukan teori
struktur kognitif belajar secara kebiasaan
5. Pemecahan masalah dilakukan dengan Pemecahan masalah dilakukan
dasar insight dengan trial and error
6. Mementingkan fungsi kognitif Mementingkan bagian-bagian
7. Adanya keseimbangan dalam diri Hasil belajar terbentuk secara
mekanis
8. Menggali munculnya berpikir Menuntut satu jawaban yang benar
pemecahan ganda, bukan hanya satu
jawaban benar saja
9. Penekanan : keterampilan proses Penekanan: evaluasi individual
dalam kelompok
10. Menekankan penyusunan makna Menekankan respon pasif,
secara aktif , keterampilan terintegrasi keterampilan terpisah dan biasanya
dengan menggunakan konteks menggunakan paper and pencil test
pemasalahan yang nyata dan terbaru
11. Kognitivisme proses belajar terjadi Mekanisme yang periferik dan
secara internal di otak dan terletak jauh dari otak
menjerumus ke ingatan dan pikiran.

2. Pandangan tokoh belajar kognitif terhadap teori kognitif


1. Jean Piaget
Teori kognitif dari Jean Piaget masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang
pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kirakira permulaan tahun 1960-
an. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan
organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi
diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu:
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan saraf;
pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya;
interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan
lingkungan social,
ekulibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar
dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
Pokok-pokok pikiran Piaget mengenai teori kognitif dan perkembangannya
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan
intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang
menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-
hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif
dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya.
2. Robert Gagne
Ada berbagai klasifikasi teori belajar sesuai dengan pendekatan yang digunakan, salah
satunya adalah teori belajar kognitif. Dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan
tentang teori belajar kognitif, satu diantaranya adalah Robert Mills Gagne. Gagne
berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun
yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan
tersebut meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah dan berbagai lingkungan
sosial. Lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh
seseorang dan selanjutnya akan menentukan menjadi apa ia nantinya.
Pembelajaran menurut Gagne (dalam Miarso, 2004, hlm. 245) adalah seperangkat
proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi
rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan indivisu yang
bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya
diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain
itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang
dapat diterima oleh panca indra yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011, hlm. 67), belajar konsep merupakan suatu
bagian dari suatu hierarki delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat
belajar bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Hierarki belajar Gagne disajikan
pada tabel berikut:
No Bentuk belajar Prosedur Contoh
Belajar tanda Conditioning Klasik Mata dikejapkan terhadap suatu
sinyal (signal suara setelah suara dipasangkan
1
learning) dengan hembusan udara pada
mata
Belajar stimulus Conditioning Operant Belajar yang terjadi pada bayi
2 respon (stimulus untuk memehang botol susu
response learning)
Belajar merangkai Seri koneksi-koneksi Membuka pintu, terdiri atas: 1)
3 tingkah laku S-R menempatkan kunci, 2)
(behaviour memasukkan kunci, 3) memutar
No Bentuk belajar Prosedur Contoh
chaining learning) kunci, 4) membuka kunci
Belajar asosiasi Rantai verbal, tentang Belajar sumpah pemuda
verbal (verbal memberi nama obyek
4
chaining learning) dan koneksi kata
menjadi urutan verbal
Belajar Menghasilkan respons Membedakan lingkaran dan elips
diskriminasi yang berbeda pada
5
(discrimination stimulus-stimulus yang
learning) mirip
Belajar konsep Membuat respons yang Respons sama tentang rumah
(concept learning) sama pada stimulus- terhadap berbagai ukuran dan
6
stimulus dengan bentuk gedung
atribut yang mirip
a. Konsep Menggunakan konsep Saudara sepupu ialah anak laki-
terdefinisi yang telah dipelajari laki atau perempuan dari paman
sebelumnya untuk atau bibi
memperoleh suatu
7 konsep baru
b. Aturan Memberikan respon Jarak sama dengan kecepatan kali
pada satu kelas waktu
stimulus dengan satu
kelas penampilan
Belajar Menggabungkan Menemukan langkah-langkah
memecahkan aturan untuk mencapai dalam membuktikan suatu teori
masalah (problem suatu pemecahan yang dalam geometri
8
solving) menghasilkan suatu
aturan dengan tingkat
yang lebih tinggi

3. Lev Vygotsky
TeoriperkembangankognitifmenurutVygotskyyaituteoridimanaanakketikabelajarmend
apatpengaruhbesardari orang tuadan orang – orang di sekitarnya.Karenaanak –
anakjikadiajarioleh orang tuadan orang – orang yang
sudahterlatihmakaanakakanlebihmemahamidanmengertiapa yang
sedangialakukandanpelajari. padateoriini, Vygotskyjugamenekankanbagaimana
proses – proses perkembangan mental yang dialamiolehanak.
Teorivygotskyadalahteorikognisisosiobudaya yang
memfokuskanbagaimanaperkembangankognitifdiarahkanolehbudayadaninteraksisosia
l.Jadi,
budayadaninteraksisosiallebihpentingdanlebihfokusterhadapperkembangankognitifpa
daanakmenurutVygotsky.
TeoriPerkembanganKognitifVygotsky
a. KonsepZonaPerkembanganProksimal (ZPD)
VygotskymengistilahkanZonaPerkembanganProksimal (ZPD) yaituanak yang
mendapatkantugas yang dirasasulitbagianakuntukdikerjakansendiri.Akan
tetapijikadibantuoleh orang dewasaatauoleh orang yang
terlatihmakaanakdapatmengerjakantugas yang dirasasulittersebut.
b. Konsep Scaffolding
Vygotskymenjelaskantentangperubahandukungan yang dialamiolehanakselama
proses pembelajaranterkaitdenganperkembangankognitif.
c. BahasadanPemikiran
MenurutVygotsky, pembicaraan yang
dilakukanolehanaktidakhanyauntukberkomunikasisaja,
melainkanuntukmembantumerekadalammemenuhikebutuhanmereka.
Karenadenganmenggunakanbahasameskipunbahasa yang
diucapkanbelumsempurna, tapidenganbahasatersebutsudahmewakiliapa yang
diinginkanataudiutrakanolehanak.
4. Jerome S. Bruner
Teori kognitivisme merupakan teori yang menekankan pada proses belajarnya
ketimbang hasil belajarnya, yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar itu merupakan proses internal yang mencakup ingatan maupun memperoleh
informasi.Jerome Bruner memiliki pandangan perkembangan kognitif manusia, dan
bagaimana manusia itu belajar, atau manusia dapat memperoleh pengetahuan.
Menurut Jerome Bruner perkembangan seseorang terjadi melalui 3 tahapan yang
ditentukan oleh cara melihat lingkungannya:
a. Tahap Enaktif (penggambaran benda nyata): peserta didik melakukan aktivitas
dalam usaha memahami lingkungan. Peserta didik juga melakukan observasi
dengan cara mengalami suatu realitas. Contohnya ketika seorang guru memegang
beberapa pensil, kemudian guru mengajak muridnya untuk berhitung menggunakan
benda nyata (pensil). Atau juga tahap enaktif ini berbasis tindakan atau kinestetik.
b. Tahap Ikonik : peserta didik ataupun seseorang sedang memahami objek-objek
dunia melalui gambaran-gambaran atau visualisasi gambar.
c. Tahapan Simbolik : seseorang memahami dunia melalui simbol-simbol, bahasa,
logika, matematika, dll. Di tahap ini peserta didik mempunyai gagasan-gagasan
yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan
pertolongan sistem simbol.
Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran dapat
berkesinambungan atau saling terkait dengan kognitif yang sudah dimiliki oleh
peserta didik. Salah satu teori belajar kognitivisme yang berkembang adalah
Discovery Learning (Metode penemuan) dari Jerome Bruner :
 Pembelajaran berbasis lingkungan : pembelajaran ini berkaitan dengan
berwawasan lingkungan, menciptakan perilaku dan kebiasaan untuk mengharvai
lingkungannya.
 Pembelajaran dengan percobaan : contohnya agar anak bisa memengerti atau
mengetahui warna yang sedang dicampurkan secara bersamaan hingga bisa
berubah warna. Dengan cara ada 1 buah bunga berwana putih kemudian
diletakkan di sebuah wadah, kemudian mencampurkan 2 warna yang berbeda ke
dalam wadah yang berisikan bunga. Kemudian ditunggu beberapa menit bunga
akan menghasilkan warna yang berbeda dari campuran kedua warna tersebut.
 Pembelajaran pemecahan masalah : anak diajarkan untuk dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Contohnya memberikan anak
usia 4 tahun sebuah alat permainan yaitu puzzle, dengan catatan potongan puzzle
hanya ada 4 atau 5 potong. Kemudian anak pasti akan mencoba menyusun puzzle
tersebut hingga anak itu bisa menyelesaikan permainan tersebut.

5. David Paulus Ausubel


Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir,
yakni proses pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia.Ausubel memberi penekanan pada belajar
bermakna dan juga terkenal dengan teori belajar bermaknanya. Menurut Ausubel
(Hudoyo, 1998) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” artinya bahan
pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut
benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian faktor intelektual, emosional siswa
tersebut terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada
belajar menemukan, konsep dicari/ditemukan oleh siswa. Sedangkan pada belajar
menerima siswa hanya menerima konsep atau materi dari guru, dengan demikian
siswa tinggal menghapalkannya. Selain itu Ausubel juga membedakan antara belajar
menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan
materi yang sudah diperolehnya tetapi pada belajar bermakna, materi yang telah
diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih bisa
dimengerti.
Ausubel menentang pendapat yang mengatakan bahwa metode penemuan dianggap
sebagai suatu metode mengajar yang baik karena bermakna, dan sebaliknya metode
ceramah adalah metode yang kurang baik karena merupakan belajar menerima.
Menurutnya baik metode penemuan maupun metode ceramah bisa menjadi belajar
menerima atau belajar bermakna, tergantung dari situasinya.
Menurut David P. Ausubel dalam Sutomo (2015), ada dua jenis belajar :
a. Belajar Bermakna (Meaningfull Learning), belajar dikatakan bermakna bila
informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur
kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
b. Belajar Menghafal (Rote Learning), bila struktur kognitif yang cocok dengan
fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara
menghafal.
Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (Dahar, 1988) memperlihatkan
gambar sebagai berikut:
Menjelaskan Pengajaran
hubungan antara Audio- Penelitian Ilmiah
konsep-konsep Tutorial
Belajar
Sebagian Besar
Bermakna Penyajian Melalui Kegiatan di
penelitian rutin
Ceramah atau laboratorium
atau produksi
buku pelajaran sekolah
intelektual
Menerapkan
rumus-rumus
Pemecahan
Daftar Perkalian untuk
Belajar dengan coba-coba
memecahkan
hafalan
Masalah
Belajar Belajar Penemuan Belajar Penemuan
Penerimaan Terbimbing Mandiri
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna dapat
dilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan
belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila belajar dilakukan dengan
pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna hanyalah
terjadi pada penelitian ilmiah
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi
Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan
kepada peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut
bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
telah ada. Meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa
dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final
ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan
sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Dalam tingkat ke dua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan
tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu
tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur
kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Jadi dapat disimpulkan jika peserta didik hanya mencoba menghafalkan informasi
baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar
dengan hafalan. Sebaliknya jika peserta didik menghubungkan atau mengaitkan
informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar
bermakna.
6. Kurt Lewin
Teori Medan Kognitif, Teori Medan atau Field Theory, merupakan salah satu teori
yang termasuk rumpun Cognitive-Gestalt-Field. Teori ini sama dengan Gestalt
menekankan keseluruhan dan kesatupaduan.[3] Sebagai langkah awal, penting sekali
mengenali pondasi yang mengkonstruksi teori ini. Menurut psikologi gestalt,
keseluruhan itu berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya atau membagi-bagi
berarti mendistorsi. Kita tidak akan dapat memahami atau menikmati pengalaman
mendengarkan simfoni musik orchestra dengan menganalisa konstribusi musisi-
musisi yang bermain di dalamnya secara terpisah. Atau kita juga tidak mungkin dapat
menikmati keindahan sebuah lukisan bila melihat bagian-bagiannya secara terpisah.
Pada pokoknya, psikologi gestalt selalu memberi penekanan pada totalitas atau
keseluruhan, bukan pada bagian-bagian.
Berbeda dengan kaum behavioral yang berpendapat bahwa belajar adalah pengalaman
empiris, maka menurut Gestaltis belajar adalah fenomena kognitif.Kognisi sendiri
dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak
dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun
melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Oleh sebab itu belajar
merupakan proses mental dan aspek-aspek belajar adalah unik bagi spesies manusia.
Menurut Kurt Lewin perilaku ditentukan oleh totalitas situasi yang melingkupi
seseorang. Dalam teori medannya, 'lapangan' didefinisikan sebagai the totality of
coexisting facts which are conceived of as mutually interdependent (totalitas fakta-
fakta yang mengiringi dan dipahami saling tergantung atau terkait satu dengan yang
lainnya). Setiap individu berperilaku berbeda sesuai dengan persepsi diri dan
lingkungannya bekerja. Medan psikologis atau lifespace, di mana orang berperilaku
harus ditinjau, dalam rangka memahami perilaku itu sendiri. Penilaian seseorang
berdasar persepsi diri dan aspek lingkungan yang mendukungnya ini disebabkan
karena otak adalah sistem fisik, otak menciptakan medan yang memengaruhi
informasi yang masuk ke dalamnya, seperti medan magnet memengaruhi partikel
logam. Medan kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar.
Kurt Lewin (1892-1947) menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial.
Lewin memandang bahwa masing-masing individu berada di dalam suatu medan
kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu
bereaksi disebut sebagai ”Life Space”. Life Space mencakup perwujudan lingkungan
dimana individu bereaksi, misalnya: orang-orang yang ia jumpai, objek material yang
ia hadapi, serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki. Lewin berpendapat bahwa
tingkah laku merupakan hasil tindakan antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam
diri individu seperti; tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri
individu, seperti; tantangan dan permasalahan.
Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk
mencapainya selalu ada barier atau hambatan. Individu memiliki satu atau sejumlah
dorongan dan berusaha mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila
individu telah berhasil mencapai tujuan, maka ia masuk ke dalam medan atau
lapangan psikologis baru yang di dalamnya berisi tujuan baru dengan hambatan-
hambatan yang baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan
masuk ke medan psikologis berikutnya.
Hall dan Lindzey merangkum poin utama Teori Medan Kognitif Lewin sebagai
berikut:
a. Perilaku adalah fungsi dari medan yang ada pada saat perilaku tersebut terjadi.
b. Analisa tingkah laku dimulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari komponen-
komponen tingkah laku yang terpisah dan berbeda.
c. Individu yang konkret dalam sebuah situasi nyata (konkret) dapat digambarkan
secara matematis.
Dalam teori ini, individu dan kelompok dapat dilihat dalam kacamata topologi
(menggunakan peta sebagai representasi). Individu berpartisipasi dalam serangkaian
ruang hidup seperti, keluarga, sekolah, kerja, masjid dan ini dibangun di bawah
pengaruh berbagai vektor. Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada
kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika,
Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam bentuk
panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung
membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari
valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis.
Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif misalnya berisi makanan yang
diinginkan, vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau
region yang kedua valensinya negatif misal berisi anjing yang menakutkan, vektor
lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika
beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika seseorang dalam kondisi sulit
dan lapar sementara makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam
pertemuan penting sedang ia tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya
(tingkah lakunya) merupakan jumlah dari semua vektor.
Kurt Lewin melihat needs (kebutuhan) sebagai kekuatan yang mendasar yang
menentukan perilaku fisiologis dan inilah yang disebut deskripsi fisik dari medan.
Dalam teori ini kita juga bisa melihat bagaimana Kurt Lewin berpertautkan
pemahaman dari topologi (lifespace misalnya), psikologi (kebutuhan, aspirasi), dan
sosiologi (misalnya medan gaya-motif yang jelas tergantung pada tekanan kelompok).
Ketiganya saling berhubungan dalam sebuah tingkah laku. Intinya, teori medan
merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan
psikologis.

3. Penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran


Teori kognitif sendiri lebih mementingkan proses belajar daripada hasil maka dari itu
dalam rangkaian kegiatan pembelajaran perlu dikemas dan lebih mengutamakan pada
pengembangan proses belajar siswa, untuk mendukung proses belajar siswa yang
kondusif maka diperlukan metode. Metode pembelajaran kognitif yang dirasa sesuai
yakni dengan meningkatkan partisipasi aktif baik guru ataupun murid. Untuk guru,
penerapan pembelajaran berdasar teori kognitif dapat dilakukan dengan membuat metode
mengajar yang mudah dan praktis untuk ditangkap peserta didik. Seperti dengan
menggunakan bahasa yang mudah dan komunikatif saat menerangkan materi
pembelajaran, mengemas penyampaian materi dengan sederhana dan tepat sasaran agar
peserta didik lebih mudah dalam menangkap materi. Selain itu metode belajar berbasis
teori kognitif oleh guru dapat di dukung dengan menggunakan alat peraga atau contoh
model objek materi dalam pembelajaran hal ini agar peserta didik diarapkan tidak hanya
memahami dan menguasai konsep (materi) namun juga dapat mengerti praktik dari teori
tersebut. Dalam hal ini materi dikemas dalam penyampaian teori dan praktik yang
seimbang agar peserta didik tidak hanya dapat membayangkan (berangan) konsep namun
juga praktiknya dalam contoh yang diajarkan oleh guru. Kemudian bagi murid, metode
belajar berbasis teori kognitif perlu ditekankan pada partisipasi aktif peserta didik selama
kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini perlu dikembangkan diskusi aktif peserta didik
seperti dengan tutor sebaya, presentasi tugas, diskusi terbuka antar murid dan guru,
maupun pengerjaan tugas kelompok. Dengan peningkatan partisipasi aktif siswa tersebut
diharapkan siswa dapat terbentuk sikap percaya diri dalam menuangkan argumen atau
pendapatnya mengenai suatu teori (materi) dan lebih kritis dalam menganalisis materi
berbasis diskusi sehingga membantu memudahkan pemahaman peserta didik.
Diharapkan dengan lebih megembangkan diskusi, roda materi mengalir dan pemahaman-
pemahaman terbentuk dari peserta didik dengan sendirinya lewat lontar tanya jawab atau
penuangan argumen dan sanggahan. Dengan metode-metode belajar tersebut
memungkinkan lebih mudahnya pemahaman materi oleh peserta didik, meskipun
seorang peserta didik yang sulit fokus atau kurang rajin pastinya tidak akan luput dalam
partisipasi diskusi. Dalam serangkaian diskusi tersebut setiap peserta didik tentunya akan
mendengarkan dan memahami materi sedikit demi sedikit. Dengan hal ini pun peluang
siswa mencontek atau bertanya pada teman saat ujian juga akan berkurang karena siswa
telah memiliki bekal pemahaman materi dari diskusi dan tanya jawab yang telah
dilakukannya selama kegiatan pembelajaran.

4. Teori pembelajaran kognitif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai


berikut:
No. Kelebihan Kekurangan
1. Teori kognitif yang mengutamakan Pada dasarnya teori kognitif lebih
pengembangan pengetahuan setiap menekankan pada kemampuan ingatan
individu diterapkan di sebagian besar masing-masing peserta didik, sehingga
kurikulum pendidikan yang ada di kekurangannya adalah selalu
Indonesia. menganggap semua peserta didik
memiliki kemampuan daya ingat yang
sama.
2. Pada metode pembelajaran kognitif, Metode kognitif terkadang tidak
pendidik hanya perlu memberikan memperhatikan cara peserta didik dalam
dasar-dasar materi yang diajarkan mencari, mengeksplorasi, hingga
serta mengawasi dan menjelaskan mengembangkan wawasan yang
alur pengembangan materi yang telah dimilikinya karena pada dasarnya setiap
diberikan. Kelanjutan dari kegiatan peserta didik memiliki cara yang
pembelajaran akan diserahkan pada beragam.
peserta didik.
3. Penerapan teori kognitif membantu Peserta didik tidak akan memahami
pendidik dalam memaksimalkan materi yang diberikan secara keseluruhan
ingatan yang dimiliki oleh peserta apabila dalam pembelajaran hanya
didik untuk mengingat semua materi menggunakan metode kognitif.
yang telah diberikan karena pada
pembelajaran kognitif terdapat
penekanan daya ingat peserta didik
dengan selalu mengingat akan materi-
materi yang telah diberikan.
4. Dalam metode belajar kognitif, Penggunaan metode kognitif tanpa
peserta didik harus lebih mampu adanya metode pembelajaran lain dalam
dalam mengkreasikan hal-hal baru sekolah kejuruan akan menyulitkan
yang belum ada atau memberikan peserta didik dalam praktek kegiatan atau
inovasi pada hal yang yang sudah ada penerapan materi.
agar menjadi lebih baik lagi.
5. Metode kognitif mudah untuk Dalam penerapannya, metode
diterapkan dan juga telah banyak pembelajaran kognitif perlu
diterapkan pada pendidikan di memperhatikan kemampuan peserta didik
Indonesia dalam segala tingkatan. dalam melakukan pengembangan materi
yang telah dipelajarinya.
Format Penilaian

Komponen Penilaian (0-100)


Keaktifan
Partisipasi Keaktifan
No. Nama Kerjasama Mengumpulkan
dalam Mengemukakan
Kelompok Literatur dan
Diskusi Pendapat
Bahan
1. Fina Puspitawati 94 93 89 92
2. Ramli Hasriadi 94 92 93 89
3 Anisah Azzah
94 89 92 93
Zhafirah Rukhus
4 Ila Dwi Mardiyani 94 93 92 89
5 Ahmad Gilang
89 94 93 92
Ramadhan

Anda mungkin juga menyukai