Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS PERTAHANAN

Sejarah Perang

Tugas Kelompok
Review Film: SNOWDEN (2016)
Dosen Pengampu: Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

Abdillah Satari Rahim (120200102001)


Alsodiq (120200102002 )

FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN


PROGRAM STUDI PEPERANGAN ASIMETRIS
SALEMBA 2021
Tugas Kelompok – SP 14
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

INFORMASI FILM

Judul Film : Snowden.


Sutradara : Oliver Stone
Produser : Moritz Borman
Eric Kopeloff
Philip Schulz-Deyle
Fernando Sulichin
Tgl Rilis : 16 September 2016
Negara : Amerika
Bahasa : Inggris

1
Tugas Kelompok – SP 14
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

1. Resensi Film
Film ini bercerita tentang seseorang bernama Edward Joseph
Snowden yang tidak lulus SMA ingin mengabdikan hidup pada negaranya
yaitu Amerika Serikat. Dengan niat tersebut, Snowden bergabung dengan
tentara Angkatan Darat AS dan mengikuti pendidikan militer. Tetapi karena
kecerobohan yang dilakukannya, ia mengalami patah tulang dan tidak bisa
melanjutkan karier pendidikan militernya. Walaupun ia tidak bisa
melanjutkan karier pendidikan militernya, tetapi ia masih bisa mengabdi
kepada negara dengan bergabung di CIA.
Sebelum bergabung dengan CIA, Snowden harus mengikuti tes
simulasi serangan cyber dan ia dapat menyelesaikan tes tersebut dengan
mudah dan tercepat dibanding yang lainnya. Berkat kecerdasan dan
keahliannya, karir Snowden melejit tinggi. Ia bekerja di National Security
Agency (NSA) dan Central Intelligence Agency (CIA). CIA kemudian
menempatkan Snowden di Jenewa, Swiss. Dari sana Snowden menyadari
sebuah sistem yang dapat dengan mudah mendapatkan informasi pribadi
seseorang. Ia lalu mengintai seseorang tersebut dengan menggunakan
perangkat-perangkat elektronik yang berada di sekitar orang itu. Program
tersebut bernama XKeyscore.
Program XKeyscore ini berada di bawah perlindungan Foreign
Intelligence Surveillance Act (FISA) yang memungkinkan dapat bertindak
tanpa surat perintah dari pihak berwenang, serta tidak harus
mengumumkan kepada publik. XKeyscore mempunyai prinsip kerja seperti
mesin pencarian Google, bedanya XKeyscore dapat mencari data apapun
termasuk data pribadi sekalipun disembunyikan. Selain Xkeyscore, NSA
juga melakukan beberapa tindakan pengintaian lainnya yang sangat
merugikan bagi seseorang bahkan terhadap sebuah negara termasuk
negara sekutu Amerika.
Akhirnya Snowden keluar dari pekerjaannya tersebut dan
membocorkan dokumen-dokumen rahasia milik pemerintah kepada publik
melalui beberapa media massa terkenal. Atas perbuatan yang

2
Tugas Kelompok – SP 14
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

dilakukannya, Snowden dicap sebagai pengkhianat oleh pemerintah karena


mengungkap rahasia milik negara. Namun di saat bersamaan, ia menjadi
pahlawan oleh masyarakat karena mengungkapkan bahwa pemerintah
sering melewati batas privasi seseorang yang seharusnya tidak diketahui
secara umum.
Walaupun film ini terkesan dingin dan sering membahas berbagai
istilah komputerisasi, film ini juga disisipkan dengan kisah asmara yang
berwarna antara Snowden dengan perempuan yang bernama Lindsay
Mills. Lindsay adalah seorang perempuan cerdas yang menyukai fotografi.
Pada cerita ini, Snowden digambarkan dingin dan konservatif yang lebih
cenderung selalu setuju terhadap semua kebijakan yang dilakukan
pemerintah Amerika yang pada akhirnya ia tersadar terkadang pemerintah
melakukan hal-hal kotor demi kepentingan tertentu. Sedangkan Lindsay
digambarkan mempunyai pemikiran liberal dan cenderung dapat
memandang sebuah isu yang mana yang sebaiknya dibela.
Tokoh Edward Snowden diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt,
sedangkan tokoh Lindsay Mills diperankan Shailene Diann Woodley. Selain
kedua pemeran tersebut, beberapa pemeran lain di antaranya Melissa Leo
sebagai Laura Poitras, Zachary Quinto sebagai Glenn Greenwald, Tom
Wilkinson sebagai Ewen MacAskill, Scott Eastwood sebagai Trevor James,
Rhys Ifans sebagai Corbin O’Brian, Nicolas Cage sebagai Hank Forrester,
Logan Marshall-Green sebagai pilot drone, dan Timothy Olyphant sebagai
agen CIA Geneva, serta Edward Snowden yang ditampilkan sebagai dirinya
sendiri.

3
Tugas Kelompok – SP 14
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

2. Pelajaran Yang Dapat dipetik


Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari film ini, ialah:
Pertama Film ini hendak menyampaikan pesan penting tentang
bagaimana negara adikuasa Amerika Serikat memanfaatkan teknologi
informasi untuk menegakkan dominasinya ke seantero dunia. Hal ini
dilakukan Amerika Serikat melalui NSA dengan menyadap dan mematai-
matai warganya dan bahkan tidak sedikit penduduk dari negara lain.
Termasuk menyadap tokoh-tokoh ternama, pemimpin bisnis, selebritis,
hingga pemimpin politik. Hal ini dapat dilakukan oleh Amerika melalui
sebuah program yang disebut PRISM, yaitu program yang mampu
mengumpulkan data pribadi berupa kontak, percakapan (chat, email,
messenger), unggahan video, foto, transfer file, dan lain-lain dari orang
yang menjadi target. Hal ini dapat dilakukan karena NSA memiliki akses
terhadap internet provider, seperti Microsoft (Hotmail, dll), Goggle, Yahoo,
Facebook, PalTalk, Youtube, Skype, AOL dan Apple.
Dengan data-data itu, Amerika Serikat sebagai pemegang data
rahasia bisa menekan seseorang yang menjadi targetnya. Misalnya, NSA
mengumpulkan data pribadi seseorang, termasuk kalau ada kesalahan dan
skandal, untuk dijadikan “tombol” guna menekan orang tersebut. Selain itu
NSA dan intelijen Inggris, Government Communications Headquarters
(GCHQ), memiliki program yang disebut optic nerve yang memungkinkan
siaran langsung melalui webcam laptop, terutama bagi pengguna Yahoo
Webcam. Sekalipun laptop tersebut dalam keadaan mati/tidak digunakan.
NSA juga program yang disebut XKEYCORE, sebuah program mesin
pencarian yang menyerupai google. Bedanya, XKEYSCORE bisa mencari
data apapun, termasuk data yang disembunyikan (percakapan email, G-
chat, dll). Program ini juga bisa membaca lalu-lintas pengunjung pada
sebuah website.
Hal yang lebih mengkhawatirkan bahwa AS juga ternyata telah
memasang perangkat lunak berbahaya (malware) dalam sistem komunikasi
dan teknologi infrastuktur negara lain, seperti pembangkit listrik,

4
Tugas Kelompok – SP 14
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

bendungan, rumah sakit, dan lain-lain. Ini dilakukan bukan hanya ke negara
musuh, seperti Rusia, Tiongkok, Iran, Venezuela dan Bolivia, tetapi juga
negara-negara sekutunya: Jepang, Meksiko, Jerman, Austria, dan lain-lain.
“Idenya jika Jepang suatu hari nanti bukan lagi sekutu, maka negara itu bisa
dipadamkan,” kata Snowden. Hal ini tentu saja dapat membuat, sebuah
negara menjadi kacau tanpa perlu mengirim serdadu dan mengumbar
dentuman meriam.
Kedua, film ini juga mengubah cara pandang kita tentang perang.
Perang tidak lagi dalam makna konvensional, serdadu dan dentuman
meriam berhadap-hadapan. Melainkan perang dengan perangkat teknologi.
Misalnya, militer AS bisa menembak targetnya yang jauh di benua lain,
semisal di Pakistan, hanya dengan bantuan drone. Penembaknya tidak
perlu berlindung di parit, hanya dengan seperangkat komputer dan jaringan
internet serangan dapat dilakukan bahkan dari dalam kamar.
Hal ini dapat dilakukan selain melalui bantuan drone, NSA/CIA juga
bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi, termasuk ponsel. Jadi,
target bisa dilacak melalui ponselnya. Kemudian sebuah program bernama
“Epic Shelter” mencocokkan presisinya. Perang bisa saja berbentuk
pertempuran dunia maya antar hacker-hacker. Perang secara fisik
hanyalah opsi akhir dari perang cyber yang saat ini sedang berlangsung.
NSA sendiri punya dua grup hacker untuk menghadapi negara lain, yakni
NTOC (pertahanan) dan ROC (penyerbuan).
Ketiga, melalui film ini Stone juga berusaha merekonstruksi pengertian
patriotisme. Patriotisme tidak hanya dengan menjadi serdadu, dikirim ke
medang perang, dan bertempur demi tanah-air. Tetapi seorang patriot
adalah orang yang mendedikasikan apapun yang dimilikinya, termasuk
keahlian dan pengetahuan, kepada negaranya. Dia bisa saja seorang ahli
internet yang bertempur melawan hacker-hacker dari negara lain.
Melalui film ini, kita tahu bahwa apa yang diperjuangkan Snowden
bukan hanya kemerdekaan warga negara. Seperti dikatakannya: “Saya
tidak ingin hidup di dunia, dimana segala yang saya katakan, saya lakukan,

5
Tugas Kelompok – SP 14
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

yang saya bicarakan dengan orang lain, semua ekspresi, cinta,


persahabatan, direkam.”
Tetapi Snowden juga mau memberitahu kita, bahwa segala bentuk
penyadapan, atau kontrol intelijen atas kehidupan kita, bukanlah untuk
proyek yang disebut “perang melawan terorisme”, melainkan sebuah
kendali sosial dan ekonomi untuk menjaga tegaknya supremasi imperium
Amerika Serikat. Dan Snowden telah mengorbankan kehidupannya, gaji
dan karirnya yang menjulang, demi membela salah satu hak mendasar
setiap manusia: kebebasan dan kemerdekaan. Dia rela menjadi tamu asing
di negara lain: Rusia. Dia rela dicap sebagai “penghianat” oleh pemerintah
negerinya sendiri. Demi memperjuangkan hak kebebasan manusia tidak
hanya bagi masyarakat Amerika Serikat tetapi juga masyarakat dunia.

Anda mungkin juga menyukai