PEMBELAJARAN BIOLOGI
(Literasi Sains )
Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh :
Dr. Irwandi, M.Pd
Dr. Apriza Fitriani, M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Literasi Sains” dengan tepat waktu. Shalawat dan salam selalu
penulis sampaikan kepada Nabi kita, Muhammad SAW, yang telah
memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk kita umatnya.
Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis mengalami masalah,
namun itu semua dapat teratasi dengan berbagai bantuan. menyusun makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari Dosen Mata Kuliah
LITERASI SAINS guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi Penulis untuk
lebih baik lagi di masa yang akan datang, demi kesempurnaan dari makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang sangat menentukan maju atau
mundurnya suatu kehidupan. Pendidikan sains memiliki potensi yang besar dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan upaya memahami berbagai
fenomena alam secara sistematis. Sehingga, pembelajaran IPA bukan hanya
menekankan pada penguasaan sejumlah pengetahuan sebagai produk, tetapi juga
harus menyediakan ruang yang cukup untuk tumbuh kembangnya sikap ilmiah,
berlatih melakukan penyelesaian masalah, dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata (Subali dkk, 2009). Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan
pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi produk dan proses. Memasuki
abad ke-21 dunia pendidikan Indonesia masih mengalami masalah yaitu masih
rendahnya mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh belum meratanya
pembangunan di Indonesia dalam berbagai aspek dan keadaan geografis Indonesia
yang masih sulit dijangkau sehingga pembangunan dunia pendidikan masih
tertinggal dan terjadi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Dengan kenyataan tersebut dikhawatirkan Indonesia akan gagal
memasuki pasar bebas pada tahun 2020.
Tantangan abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan teknologi yang
diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu,
diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik yang memiliki
literasi terhadap IPA dan teknologi, serta mampu berpikir secara komprehensif
dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu,
siswa dituntut menguasai IPA secara terpadu (Subali dkk, 2009). Pengukuran
literasi sains tidak hanya penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap
berbagai aspek proses sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan
proses sains dalam situasi nyata. Berdasarkan data PISA tahun 2013 yang
publikasikan oleh Organization For Economic Cooperation and development
(OECD) menunjukkan bahwa tingkat literasi sains siswa Indonesia masih rendah
dan di bawah rata-rata OECD. Adapun skor rata-rata literasi sains yang diperoleh
Indonsia adalah 382 dengan skor rata-rata OECD adalah 501 (OECD, 2013).
Berdasarkan data Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang
diterbitkan oleh National Center Education Statistics (NCES) tahun 2011 skor
literasi membaca siswa Indonesia adalah 428. Sedangkan skor literasi
pengalaman
pada tahun 2011 adalah 418 dan kemampuan untuk memperoleh dan
menggunakan informasi 439 dengan skor rata-rata dari PIRLS adalah 500 untuk
semua kategori (NCES, 2012). Rendahnya literasi sains bangsa Indonesia
terindikasi dalam banyak hal, misalnya seseorang merasa aman berteduh di
bawah pohon rindang ketika hujan berpetir, seseorang membawa skala
thermometer di dekat kipas angin dan masih banyak bukti-bukti lain yang dapat
menjadi indikator rendahnya literasi sains di Indonesia. Meskipun beberapa
siswa Indonesia mampu mendapatkan nilai yang tinggi dalam ujian nasional
ataupun mampu menjuarai olimpiade sains, akan tetapi prestasi tersebut belum
menjamin bahwa Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang literat terhadap
sains.
Kurikulum 2013 telah dinyatakan berlaku di Indonesia secara bertahap.
Kurikulum 2013 menekankan bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran
berbasis integrated science (IPA terpadu) bukan sebagai pendidikan disiplin
ilmu. Hal tersebut bermakna bahwa IPA merupakan pendidikan berorientasi
aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin
tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam (Kemendikbud, 2013). Kurikulum sains terpadu
merupakan kurikulum yang menghubungkan konten yang berbeda dari ilmu
pengetahuan, teknologi, dan matematika. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan
literasi sains pada siswa. Dengan membuat hubungan antara konten ilmu
pengetahuan, teknologi, dan matematika serta dengan melibatkan siswa dalam
kegiatan ilmu pengetahuan di dunia nyata, siswa dapat mulai mengembangkan
keterampilan dan proses yang diperlukan untuk benar-benar memiliki literasi
sains (Turpin dan Cage, 2004). literasi sains/IPA (scientific literacy) dalam
pembelajaran IPA ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi
sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks
IPA.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu literasis sains?
2. Apa saja komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains?
3. Apa saja karakteristik literasi sains?
4. Bagaimana peranan literasi sains dalam pendidikan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu literasis sains
2. Untuk mengetahui komponen dan aspek-aspek dalam literasi sains
3. Untuk mengetahui karakteristik literasi sains
4. Untuk mengetahui peranan literasi sains dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Secara harfiah literasi berasal dari “Literacy” (dari bahasa inggris) yang
berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal
dari “Science” (dari bahasa inggris) yang berarti ilmu pengetahuan. Salah satu
indikator keberhasilan siswa menguasai berpikir logis, berpikir kreatif, dan
teknologi dapat dilihat dari penguasaan Literasi Sains siswa dari Program PISA.
PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi
sains, yaitu: 1) Mengenal pertanyaan ilmiah, 2) Mengidentifikasi bukti yang
diperlukan dalam penyelidikan ilmiah, 3) Menarik dan mengevaluasi
kesimpulan, 4) Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni
mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang
tersedia, 5) Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep- konsep sains.
Berdasarkan hasil penelitian Safitri (2015), Peningkatan kemampuan literasi
sains siswa yang Menggunakan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Literasi Sains
Bertema Gejala Alam lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan buku yang
biasa digunakan di sekolah.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang
dapat disampaikan peneliti, yaitu : (1) Pembelajaran berbasis literasi sains dapat
dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dengan lebih memperhatikan
kesesuaian antara isi materi berdasarkan literasi sains dan tingkat pengetahuan
siswa dalam menyusun materi yang akan disampaikan serta tes yang diberikan
kepada siswa, (2) Selain hasil belajar, ternyata pembelajaran literasi sains juga
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas, sehingga dapat menjadi
masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
Daftar Pustaka