Anda di halaman 1dari 10

JAUR, 5 (1) Bulan 2021 ISSN 2599-0179 (Print) ISSN 2599-0160 (Online)

JAUR
(Journal of Architecture and Urbanism Research)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur

Pusat Kesehatan Mental Anak dan Remaja Korban


Kekerasan dengan Healing Environment di Pekanbaru

Child and Adolescent Mental Health Center for Victims of


Violence with Healing Environment in Pekanbaru

Nada Rizqi Amalia1), Pedia Aldy2) & Muhd Arief Al Husaini3)

1)Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia


2) 3) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia

Diterima: Agustus 2021; Disetujui: September 2021; Dipublikasi: Oktober 2021


*Coresponding Email: Nada.rizqi3211@student.unri.ac.id
Abstrak
Fenomena kekerasan anak merupakan hal yang sangat memprihatikan, terlihat dari kasus kekerasan
anak yang meningkat setiap tahunnya di Indonesia, kekerasan yang terjadi meliputi kekerasan fisik,
psikologis, seksual maupun ekonomi yang berdampak pada kesehatan mental. Perlu adanya
penanganan khusus melihat banyaknya korban kasus kekerasan anak di berbagai daerah. Di provinsi
Riau tingkat kasus kekerasan dari tahun 2012 - 2020 berjumlah 1225 kasus dan kota Pekanbaru
merupakan daerah penyumbang kasus kekerasan dengan jumlah 713 kasus. Kasus kekerasan yang
terjadi didominasi oleh kekerasan seksual, hal ini membuktikan rendahnya kesadaran masyarakat dan
perlu adanya penanganan terutama terhadap korban kekerasan yakni anak - anak, karena kesehatan
mental anak sangat berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangannya terlebih anak korban
kekerasan fisik dan psikis membutuhkan fasilitas dan penanganan yang tepat. Inilah yang menjadi
dasar untuk menciptakan Pusat Kesehatan Mental Anak sebagai tempat yang dapat mewadahi dan
melayani kebutuhan terhadap kesehatan mental yang didalamnya terdapat fasilitas konseling, sharing,
relaksasi dan fasilitas penunjang lainnya. Perancangan ini menggunakan Pendekatan Healing
Environment dimana menekankan prinsip healing sebagai penerapan desain, tidak hanya secara fisik
segi non-fisik pun saling mempengaruhi dengan menciptakan suasana penyesuaian elemen desain yang
memberi rangsangan positif bagi kelima panca indera sehingga tercipta lingkungan yang kondusif
dalam proses penyembuhan.
Kata Kunci: Kekerasa Anak, Healing Environment, Mental Health Center.

Abstract
The phenomenon of child abuse is a very concerning thing, as seen from cases of child abuse that increase
every year in Indonesia, violence that occurs includes physical, psychological, sexual and economic violence
that has an impact on mental health. There needs to be special treatment to see the number of victims of
child abuse cases in various regions. In Riau province the level of violence cases from 2012 - 2020

68
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (1) Oktober 2021: 68-77

amounted to 1225 cases and the city of Pekanbaru is a contributing area of violence cases with a total of
713 cases. Cases of violence that occur are dominated by sexual violence, this proves the low awareness of
the community and the need for treatment especially for victims of violence, namely children, because
children's mental health is very influential on optimizing their development especially children victims of
physical and psychological violence need appropriate facilities and treatment. This is the basis for creating
a Children's Mental Health Center as a place that can accommodate and serve the needs of mental health
in which there are counseling, sharing, relaxation and other supporting facilities. This design uses a
Healing Environment Approach which emphasizes the principle of healing as the application of design, not
only physically non-physical aspects also influence each other by creating an atmosphere of adjustment of
design elements that provide positive stimuli for the five senses so as to create a conducive environment in
the healing process.

Keywords: Child Violence, Healing Environment, Mental Health Center.

How to Cite: Amalia, N.R, Pedia Aldy, Arief Al Husaini. (2021). Pusat Kesehatan Mental Anak dan Remaja Korban
Kekerasan dengan Healing Environment di Pekanbaru. JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research). 5(1):
68-77

69
Nada R.A, Pedia Aldy, M. Arief Al Husaini, Pusat Kesehatan Mental Anak dan Remaja dengan Healing Environment

PENDAHULUAN perekonomian tinggi, dengan angka


pertumbuhan yang cukup besar dan kasus
Anak dan remaja merupakan generasi
kekerasannya sendiri didominasi oleh kasus
penerus bangsa yang memiliki peran penting
kekerasan seksual dan kejahatan terhadap
dalam keberlangsungan suatu bangsa, mereka
anak. Tercatat jumlah kekerasan terhadap anak
adalah aset berharga yang harus
di Kota Pekanbaru sejak januari 2020
dikembangkan, mendapatkan pemenuhan
mencapai 44 kasus, kepala DPPPA Kota
terhadap hak-haknya, serta perlindungan dari
Pekanbaru yakni Mahyuddin mengkonfirmasi
berbagai tindak kekerasan. Kasus kekerasan
bahwa kasus kekerasan seksual adalah yang
anak atau children abuse merupakan fenomena
mendominasi kasus kekerasan anak yang
yang marak terjadi di Indonesia terbukti
pelakunya merupakan orang terdekat bahkan
dengan peningkatan di setiap tahunnya,
kerabat, disusul dengan kasus kekerasan anak
children abuse sendiri merupakan segala
yang cukup banyak seperti penelantaran, kasus
macam tindak kekerasan meliputi kekerasan
hak anak, kekerasan fisik, psikis, perilaku sosial
fisik, psikologis, seksual maupun ekonomi
menyimpang dan lainnya (Delvi Adri, 2020).
yang berdampak pada kesehatan mental anak.
Berdasarkan data yang telah diperoleh
Menurut Valentina Gintings selaku
dari lembaga pemerintah yaitu UPT PPA
Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dari
Provinsi Riau tercatat bahwa kota atau
Kekerasan dan Eksploitasi, data menunjukan
kabupaten dengan jumlah kasus kekerasan
SIMFONI PPA, pada 1 Januari – 19 Juni 2020
tertinggi dari tahun 2012-2020 adalah kota
telah terjadi 3.087 kasus kekerasan terhadap
Pekanbaru dengan total keseluruhan kasus
anak, diantaranya 852 kekerasan fisik, 768
yakni 713 kasus, data tersebut membuktikan
psikis, dan 1.848 kasus kekerasan seksual,
bahwa kota Pekanbaru memiliki tingkat kasus
angka ini tergolong tinggi.
kekerasan yang tinggi dan inilah yang menjadi
Dari hasil SIMFONI PPA ringkasan data
dasar pemilihan lokasi perancangan Pusat
persentase korban kekerasan di Indonesia
Kesehatan Mental pada Anak dan Remaja
berdasarkan status usia yang tertinggi adalah
Korban Kekerasan di Pekanbaru. Berikut data
anak-anak yakni 56.6 % sedangkan sisanya
terlampir terkait jumlah kasus kekerasan yang
adalah dewasa 43,4%, untuk kategori jenis
terjadi di provinsi Riau periode 2012-2020:
kelamin sebanyak 79.0% adalah perempuan
dan 21.1% adalah laki-laki, sementara
berdasarkan range umur 6.6% berumur 0-5
tahun, 17.3% berumur 6-12 tahun, 32.7%
berumur 13-17 tahun, 10.8% berumur 18-24
tahun, dan sisanya adalah 32.5% berumur 25-
60 tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa
tingkat kasus kekerasan terbesar adalah
kekerasan terhadap anak, dan usia yang
dominan menjadi korban adalah 13-17 tahun
dimana usia tersebut merupakan usia remaja Gambar 1. Data Tingkat Kasus Kekerasan di
(Kemen PPPA, 2020). Provinsi Riau.
Di Indonesia sendiri kasus kekerasan
tidak hanya terjadi di kota besar namun terjadi Tujuan Perancangan ini adalah
pula di berbagai daerah, salah satunya adalah penerapan desain arsitektur yang mampu
Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru adalah mewujudkan tempat pemulihan dengan kesan
sentral dari Sumatra yang memiliki tingkat nyaman, aman menciptakan suasana yang

70
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (1) Oktober 2021: 68-77

kondusif menyatu dengan lingkungannya dan pada Anak dan Remaja Korban
dapat mempengaruhi proses kesehatan Kekerasan di Pekanbaru?
psikologi dan perilaku anak menjadi lebih baik. c. Bagaimana merumuskan konsep yang
Perancangan Pusat Kesehatan Mental pada tepat dalam perencanaan Kesehatan
Anak Korban Kekerasan ini menerapkan Mental pada Anak dan Remaja Korban
pendekatan Healing Environment dimana Kekerasan di Pekanbaru?
dikenal sebagai konsep lingkungan
penyembuh, Healing Environment merupakan METODE PENELITIAN
suatu desain lingkungan terapi yang
Perancangan Pusat Kesehatan Mental
memadukan antara unsur alam, indra dan
pada Anak dan Remaja Korban Kekerasan di
psikologis (Lidayana et al., 2013).
Pekanbaru ini mewadahi seluruh kegiatan yang
Konsep desain menghadirkan prinsip
berkaitan dengan pemulihan kesehatan mental
Healing Environment, sebagai penerapannya
bagi anak dan remaja korban kekerasan.
tidak hanya secara fisik dari segi non-fisik pun
Penyediaan fasilitas yang dapat memenuhi
saling mempengaruhi dengan menciptakan
kebutuhan pemulihan kesehatan mental
suasana terhubung dengan alam kemudian
merupakan tanggapan untuk mengurangi,
penyesuaian elemen desain yang memberi
menangani dan mencegah terjadinya gangguan
rangsangan positif bagi kelima panca indera
mental bagi anak dan remaja yang
dimana indra manusia akan memproses di otak
membutuhkan penanganan akibat maraknya
yang selanjutnya mempengaruhi psikologis.
kasus kekerasan yang terjadi serta belum
Pada perancangan Pusat Kesehatan Mental
tersedianya fasilitas yang memadai sehingga
pada Anak dan Remaja Korban Kekerasan di
perlu mewujudkan adanya suatu sarana
Pekanbaru ini memiliki kesesuaian dengan
berbasis arsitektur yang dapat menciptakan
konsep Healing Environment apabila diterapkan
lingkungan yang positif dalam pemulihan
pada bangunan akan selaras dengan tujuan
kesehatan mental yang disesuaikan dengan
perancangan dan elemen desain yang
kebutuhan baik secara fisik maupun psikis
digunakan terhubung dengan alam,
melalui elemen-elemen arsitektural yang
penerapannya seimbang tidak hanya di luar
mengutamakan aspek pemulihan kesehatan.
namun juga dalam menciptakan kualitas
Prinsip desain Healing Environment
lingkungan yang mempercepat pemulihan
merupakan solusi dalam mewujudkan
kesehatan mental korban.
lingkungan yang positif dan bertujuan untuk
Perancangan Pusat Kesehatan Mental
mempercepat pemulihan kesehatan, sehingga
pada Anak dan Remaja Korban Kekerasan di
memiliki kesesuaian apabila Healing
Pekanbaru ini memiliki tantangan masalah
Environment diterapkan pada perancangan
sebagai berikut:
Pusat Kesehatan Mental pada Anak dan
a. Bagaimana merumuskan kebutuhan
Remaja Korban Kekerasan di Pekanbaru ini
fasilitas yang dapat mewadahi segala
yang merupakan sarana untuk menangani
kegiatan pada Kesehatan Mental pada
kesehatan mental bagi anak dan remaja
Anak dan Remaja Korban Kekerasan di
sekaligus untuk menyadarkan masyarakat
Pekanbaru?
betapa pentingnya kesehatan mental anak dan
b. Bagaimana merumuskan prinsip desain
remaja serta semakin banyak anak dan remaja
pendekatan Healing Environment pada
yang menjadi korban kasus kekerasan,
rancangan bangunan Kesehatan Mental
sementara anak dan remaja merupakan
satusatunya aset berharga yang harus
71
Nada R.A, Pedia Aldy, M. Arief Al Husaini, Pusat Kesehatan Mental Anak dan Remaja dengan Healing Environment

dilindungi dan dijaga untuk keberlangsungan (CMHS), yaitu sebuah komunitas layanan
suatu bangsa. kesehatan mental yang bertujuan sebagai penyedia
Strategi dalam memulai proses utama pelayanan kesehatan bagi orang-orang yang
perancangan Pusat Kesehatan Mental pada mempunyai penyakit mental dan berbeda halnya
Anak dan Remaja Korban Kekerasan ini dengan rumah sakit jiwa, biasanya layanan yang
disusun dengan menggunakan beberapa diberikan lebih terfokus terhadap pemulihannya,
strategi yang dimulai dari studi literature fungsinya sendiri mencakup berbagai layanan
terkait fungsi dan tema perancangan sejenis, kesehatan mental seperti penyediaan layanan
analisis fungsi, analisis ruang, analisa site, konsultasi, psikoterapi, edukasi keterampilan sosial,
penzoningan, konsep, program ruang, rehabilitasi dan fasilitas lain yang tentu mendukung
sirkulasi, lansekap, bentukan massa,tatanan kebutuhan, diterapkan dengan menciptakan
massa, sistem struktur, utilitas, fasad, hingga lingkungan yang positif, toleransi, nyaman, aman,
mendapatkan hasil desain (Lihat gambar 2). dan dapat memahami kebutuhan bagi setiap
individu.
Tema desain pada bangunan Pusat
Kesehatan Mental Anak dan Remaja Korban
Kekerasan ini menggunakan penerapan tema
Healing Environment, Healing Environment berasal
dari kata “healing” atau penyembuhan yang berasal
dari bahasa Anglo-Saxon “haelen” yang berarti
keseluruhan atau diartikan sebagai keselarasan
antara pikiran, jasmani, dan jiwa.
Penerapan konsep Healing Environment pada
lingkungan perawatan terlihat pada kondisi akhir
kesehatan pasien, yaitu pengurangan waktu rawat,
pengurangan biaya pengobatan, pengurangan
rasa sakit, pengurangan stres atau perasaan
tertekan, memberikan suasana hati yang positif,
Gambar 2. Bagan Alur Perancangan membangkitkan semangat, dan meningkatkan
pengharapan pasien akan lingkungan (Bloemberg
Setelah itu melakukan pengumpulan et al., 2009).
data, pengumpulan dan pengolahan data Menurut Murphy (2008) dalam (Lidayana,
Alhamdani, and Pebriano 2013) terdapat tiga aspek
yang dianalisis dalam perancangan ini ada
pendekatan yang digunakan dalam mendesain
dua macam, yaitu data primer melalui
Healing Environment, ketiga aspek tersebut adalah
dokumentasi, survei lapangan (observasi)
alam, indra dan psikologis.
dan data sekunder yang diperoleh dari Di dalam buku Healing Environment in
jurnal, skripsi, tesis, atau disertasi, buku, Radiotherapy terdapat beberapa elemen Healing
dan media. Kemudian data yang telah Environment yang harus diperhatikan yang dapat
dikumpulkan akan diolah dan dianalisis. mempengaruhi kondisi baik pasien, pengunjung
maupun para staff , beberapa elemen tersebut
PEMBAHASAN antara lain pencahayaan, penghawaan, aroma,
taman dan lanskap, alam dalam ruangan,
Pelayanan Pusat Kesehatan Mental atau
kebisingan, ketenangan, dan musik, tata ruang,
Mental Health Center secara umum dapat dikatakan
seni, warna (Bloemberg et al., 2009).
juga sebagai Community Mental Health Services

72
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (1) Oktober 2021: 68-77

Lokasi site terletak di Provinsi Riau tepatnya


di ibukota Provinsi Riau yaitu Kota Pekanbaru Penzoningan, Pusat Kesehatan Mental
(Lihat gambar 3). Berada di pinggir jalan Yos pada Anak dan Remaja Korban Kekerasan di
Sudarso, Rumbai, Pekanbaru, Riau dengan data Pekanbaru ini penzoningan secara umum
fisik sebagai berikut: dibagi atas tiga yaitu publik, semi-privat dan
• Luas Lahan : ± 20.000 m² privat. Publik terdiri atas unit penerimaan, area
• KDB : 60% parkir sedangkan semi privat terdiri dari unit
• Kontur : Relatif datar rawat jalan, dan unit rawat inap serta privat
• Kondisi Eksisting : Lahan kosong terdiri dari unit pengelola, dan servis. (Lihat
gambar 4).

Gambar 3. Lokasi Perancangan

Kebutuhan ruang dipengaruhi oleh


analisis kegiatan pada pengguna. Untuk
mengoptimalkan fungsi, maka kebutuhan Gambar 4. Zona Ruang
ruang pada Pusat Kesehatan Mental pada
Anak dan Remaja Korban Kekerasan di
Penerapan Tema, Pusat Kesehatan
Pekanbaru dijabarkan pada Tabel berikut ini.
Mental pada Anak dan Remaja Korban
Kekerasan di Pekanbaru menerapkan tema
Tabel 1. Kebutuhan Ruang
Arsitektur Healing Environment yang dijabarkan
Fungsi Kegiatan Luasan (m²)
pada tabel 2 dibawah ini.
Penerima tamu
Penerimaan
dan memberi 148,4 m2
dan Informasi Tabel 2. Analisis penerapan tema
informasi
Prinsip
Melayani dan
Healing
Administrasi menerima 350,636 m2 Elemen Penerapan
Environmen
keluhan serta t
Memeriksa dan Pencahayaan Menggunak Penyediaan jendela
Rawat Jalan melakukan 600,48 m2 an paparan besar dan penggunaan
konseling cahaya kaca sebagai akses
Tempat alami dan pencahayaan alami,
Rawat Inap beristirahat dan 1883,37 m2 buatan penerapan skylight,
yang sesuai cahaya buatan yang
pendampingan
dan sesuai dengan
Kegitan umum
Fasilitas memadai kebutuhan seperti
tamu dan jual 890,084 m2 lampu LED pada
Penunjang
beli ruangan pasien
Pengelolaan dengan indirect light.
Fasilitas
keamanan dan 353,28 m2 Penghawaan Sistem Menggunakan sistem
Service
sistem bangunan filtrasi penghawaan buatan
Sumber : (Neufert, 2002). memaksim maupun alami, selain

73
Nada R.A, Pedia Aldy, M. Arief Al Husaini, Pusat Kesehatan Mental Anak dan Remaja dengan Healing Environment

alkan itu untuk menciptakan mancur disekitar


bukaan aroma yang merespon bangunan.
untuk psikologis dalam Bentuk dan Memudahk Menggunakan bentuk
mengontrol proses penyembuhan Tata Ruang an akses lengkungan pada
masuknya dengan menyediakan Interior sirkulasi ruang dalam maupun
udara segar taman di sekitar dan fasad seperti plafon
landscape dengan menciptaka maupun pola lantai
vegetasi tanaman n bentuk untuk menyamankan
aromaterapi seperti cenderung visual bangunan yang
lavender, sweet pea, memiliki mengurangi tingkat
dan sweet alyssum. unsur stres, masa ruang yang
Landscape Mengurang Menyediakan akses lengkungan sederhana dan
dan taman i tingkat menuju alam dengan yang dapat cenderung simetri
(view) stress dan healing merespon memberi kemudahan.
memberika garden,terdapat pula psikologi
n akses tak unsur alam didalam Sumber : (Analisis Penulis,2020)
terbatas bangunan dengan
terhadap taman mini atau
Konsep, Bentuk massa perancangan
alam dengan vertical
garden, memberikan diambil dari konsep “kepompong”.
view yang menarik Kepompong merupakan salah satu fase
terhadap alam atau metamorfosis yang dialami oleh seekor kupu-
view alam disekitar kupu, diambil dari proses metamorfosis kupu-
bangunan.
kupu yaitu dari ulat berproses menjadi
Warna dan Pengontrol Penggunaan warna
material an suasana yang menciptakan kepompong lalu kupu-kupu. Ulat diibaratkan
pada suasana hangat sebagai anak dan remaja dari korban
bangunan maupun dingin sesuai kekerasan. Kemudian ketika ulat menjadi
kebutuhan ruangan, kepompong, ulat mengasingkan diri dari
serta berpengaruh
kehidupan luar pada fase kepompong ulat
positif kepada
psikologi, penggunaan terlihat tidak melakukan apapun namun
material alami untuk kenyataannya ulat tetap berproses di dalam
memberi kesan alam kepompong sampai waktu tertentu dan
seperti kayu, kaca kepompong ini yang diibaratkan sebagai pusat
dengan kesan hangat
kesehatan mental tempat perlindungan serta
dan batu alam, batu
bata kesan natural. membantu proses pemulihan anak dan remaja
Kontrol Menciptaka Penggunaan material korban kekerasan. Setelah melewati semua
Akustik n suasana yang mengurangi proses dari kepompong tersebut akan tercipta
nyaman tingkat kebisingan seekor kupu-kupu yang cantik dan dapat
dan tenang seperti dinding
terbang bebas, kupu- kupu diibaratkan sebagai
dengan lapisan
peredam, lantai anak dan remaja korban kekerasan yang telah
dengan bahan vynil pulih serta memiliki mental yang sehat
yang pada koridor layaknya kupu-kupu yang terbang anak dan
kamar yang menyerap remaja yang telah pulih berhak atas masa
suara, penggunaan
depan yang lebih baik. Oleh karena itu bentuk
plafon dengan NRC >
0.80, menggunakan bangunan diambil dari bentuk kepompong,
iringan musik sebagai kepompong disusun menjadi 3 buah massa dan
relaksasi pada ruang, pengaplikasian kepompong ditonjolkan pada
menciptakan suasana
bentuk atap bangunan dan di hubungkan untuk
berasal dari alam
seperti elemen air
menyesuaikan dengan konsep zoning serta

74
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (1) Oktober 2021: 68-77

konsep tapak dan vegetasi yang berkaitan ruang serta penggunaan bentuk-bentuk tidak
dengan tema perancangan. monoton seperti bentuk meliuk pada interior
ruang yang diaplikasikan pada plafon, pola
Dipotong lantai, furniture yang dapat memberi stimulus
terhadap kenyamanan indra penglihatan serta
serta mengurangi resiko kecelakaan, kemudian
Disusun menjadi 3 memberi kesan alami dalam ruangan dengan
massa
penggunaan dinding vertikal garden ,motif
alam pada dinding bangunan sehingga
memepengaruhi pemulihan psikologi pasien.

Dihubungkan

Gambar 5. Konsep Bentukan

Konsep Fasad, Penggunaan fasad sesuai


karakteristik Healing Environment yang
melibatkan unsur alam serta di desain dengan Gambar 7. Konsep Interior
memaksimalkan pencahayaan dan
penghawaan bertujuan untuk menciptakan Konsep Lansekap, Menerapkan prinsip
lingkungan bangunan yang nyaman memberi Healing Environment dengan menciptakan
kesan alami karena alam merespon indra dan lingkungan yang memaksimalkan akses
memberikan ketenangan terhadap kenyamanan menuju alam memberikan kesan bangunan
psikologis. Fasad mengambil pola abstrak dari berdampingan dengan lingkungannya,
benang – benang halus yang menyalimuti penerapan healing garden pada tapak
kepompong dan dikombinasikan dengan unsur menggunakan pola aksesibilitas yang baik dan
hijau dan tektur kayu untuk memberikan kesan mudah dicapai oleh pasien, sekaligus dapat
alami. memberikan view yang baik dari tapak oleh
karena itu healing garden pada tapak diletakan
berdekatan dengan bangunan dan menghadap
area perawatan pasien sehingga healing garden
hanya dapat dinikmati oleh pasien. Untuk
akses sirkulasi kendaraan pengunjung hanya
berada dibagian depan bangunan dan area
yang mendukung proses pemulihan berada di
Gambar 6. Konsep Fasad
belakang untuk menciptakan area privasi bagi
pasien agar tidak mengganggu proses
Konsep interior yang diterapkan
pemulihan psikologi.
menyesuaikan bentuk penerapan prinsip
Healing Environment, dominan menggunakan
material alami seperti batu bata untuk
memberikan nuansa natural yang
dikombinasikan dengan warna yang memiliki
makna psikologis menyesuaikan fungsi setiap

75
Nada R.A, Pedia Aldy, M. Arief Al Husaini, Pusat Kesehatan Mental Anak dan Remaja dengan Healing Environment

Healing Garden

Area Olahraga

Area sirkulasi
kendaraan

Gambar 8. Konsep Lansekap

Konsep sirkulasi yang diterapkan pada


Gambar 10. Konsep Vegetasi
rencana tapak Pusat Kesehatan Mental pada
Anak dan Remaja Korban Kekerasan ini
menggunakan sirkulasi satu arah hal ini
dikarenakan lokasi tapak yang hanya dapat SIMPULAN
diakses melalui jalan Yos. Sudarso. Sirkulasi Kesimpulan dari perancangan Pusat
dibuat sederhana agar memudahkan arah Kesehatan Mental pada Anak dan Remaja
pengguna bangunan, lebar jalan dengan Korban Kekerasan dengan Pendekatan
mengikuti standar yaitu 6 meter dan dilengkapi Arsitektur Healing Environment,
akses pedestrian untuk akses pejalan kaki.
diantaranya: (1) Bangunan dirancang
untuk anak dan remaja korban kekerasan
Parkir Mobil yang mempertimbangkan kebutuhan
Pengunjung

Parkir Motor
pengguna dengan menyediakan fasilitas-
Pengunjung
fasilitasutama seperti ruang pemeriksaan
Parkir
Pengelola kesehatan, ruang psikoterapi, ruang
konseling, ruang terapi yang terdiri atas
berbagai jenis terapi (terapi seni, musik,
Gambar 9. Konsep Sirkulasi
keagamaan, hipnoterapi, dll) dan ruang
Konsep Vegetasi, Pada perancangan relaksasi. Kemudian fasilitas pendukung
Pusat Kesehatan Mental pada Anak dan seperti ruang isolasi berupa kamar rawat
Remaja Korban Kekerasan ini, menggunakan inap untuk anak dan remaja, ruang
konsep vegetasi yang sesuai dengan tema edukasi, area bermain, healing garden, area
Healing Environment dengan penataan vegetasi olahraga dan fasilitas penunjang berupa
pada healing garden dan yang dapat ruang pelayanan umum. (2) Menerapkan
menyamankan indra manusia terutama tema arsitektur Healing Environment yang
penglihatan, serta pemilihan jenis vegetasi di
menyesuaikan fungsi utama bangunan
sekitar site yang dapat meredam kebisingan
yaitu pemulihan mental, dengan penerapan
dan peletakan vegetasi yang bersifat aroma
prinsip-prinsip pada tema rancangan
terapi diterapkan di tiga area healing garden dan
disekeiling bangunan untuk menciptakan menerapkan elemen desain dengan 3
ketenangan serta menyamankan indra. prinsip utama yakni alam, indra dan
psikologi. (3) Konsep dari perancangan
adalah kepompong diambil dari salah satu
daur hidup sempurna yaitu kupu-kupu,
kempompong merupakan fase yang
menjadi tempat bagi ulat untuk berproses
76
JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research), 5 (1) Oktober 2021: 68-77

menjadi kupu-kupu hal tersebut


mengibaratkan kepompong sebagai wadah
atau tempat yaitu pusat kesehatan mental
yang memberi perlindungan membantu
memulihkan kesehatan mental dimana
tujuan dari pusat kesehatan mental adalah
menciptakan kembali mental yang sehat.
Adapun beberapa saran yang dapat penulis
berikan terkait perancangan sebagai
berikut:
(1) Diharapkan memperhatikan dan
menyesuaikan kebutuhan secara maksimal
yang membantu proses pemulihan dengan
fasilitas yang tepat. (2) Perlu
mempertimbangkan tema yang sesuai
dengan permasalahan serta tujuan dari
fungsi bangunan sehingga menciptakan
kenyamanan bagi penghuni bangunan itu
sendiri. (3) Perlu mempertimbangkan
pemilihan site atau lokasi yang dipilih.
Pemilihan lokasi yang jauh dari keramaian
dan dekat dengan alam namun tetap
memiliki akses yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA
Bloemberg, F. C., Juritsjeva, A., Leenders, S., Scheltus,
L., Schwarzin, L., Su, A., & Wijnen, L. (2009).
Healing Environments in Radiotherapy. June.
Delvi Adri. (2020). Jumlah Kekerasan pada Anak di
Pekanbaru Mencapai 44 Kasus. Cakaplah.Com.
https://www.cakaplah.com/berita/baca/50944/2
020/03/13/jumlah-kekerasan-pada-anak-di-
pekanbaru-mencapai-44-
kasus#sthash.6iW7oAAe.dpbs
KEMSOS, (2019). Peraturan Mentri Sosial Republik
Indonesia.
Lidayana, V., Alhamdani, M. R., & Pebriano, V. (2013).
Konsep dan Aplikasi Healing Environment dalam
Fasilitas Rumah Sakit. Jurnal Teknik Sipil Untan.
Neufert, E. (2002). Architects’ Data. In Journal of Chemical
Information and Modeling.
SIMFONI-PPA, (2020). Sistem Informasi Online
Perlindungan Perempuan dan Anak.

77

Anda mungkin juga menyukai