Anda di halaman 1dari 114

DETERMINAN PENCAPAIAN PENEMUAN KASUS (CASE FINDING)

PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS MOGANG KECAMATAN


PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH
ROYANA PARHUSIP
NIM. 141000452

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


DETERMINAN PENCAPAIAN PENEMUAN KASUS (CASE FINDING)
PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS MOGANG KECAMATAN
PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ROYANA PARHUSIP
NIM. 141000452

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penemuan pasien bertujuan untuk
mendapatkan pasien TB Paru melalui serangkaian kegiatan mulai dari
penjaringan terhadap terduga pasien TB pemeriksaan fisik dan laboratories,
menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi serta tipe pasien TB, sehingga
dapat dilakukan pengobatan agar sembuh sehingga tidak menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Puskesmas Mogang memiliki angka penemuan kasus terendah
di Kabupaten Samosir pada tahun 2017 sebanyak 107 kasus (40,2%) dengan
BTA+ sebanyak 10 (38,5%). Data ini membuktikan bahwa angka penemuan kasus
di Puskesmas Mogang masih belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 70%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan pencapaian penemuan
kasus penderita TB Paru di Puskesmas Mogang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data
wawancara mendalam dan observasi . Informan dalam penelitian ini adalah
petugas sebanyak 4 orang (Penanggung jawab Program P2TB Paru, Penanggung
jawab Program P2M, Kepala Puskesmas, dan Analis Laboratorium dan pasien
sebanyak 10 orang.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan petugas dalam penemuan kasus
TB Paru relatif masih kurang, motivasi kerja petugas relatif masih kurang, dan
beban kerja petugas relatif berat untuk dijalani. Pengetahuan pasien tentang TB
Paru relatif masih rendah dan secara umum tindakan pasien masih kurang.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada petugas Puskesmas
Mogang untuk meniingkatkan kemampuan dalam pelaksanaan penemuan kasus
TB perlu dilakukannya penyuluhan secara kontinu tentang TB Paru dan
pencegahannya kepada masyarakat luas bukan hanya kepada pasien TB Paru yang
berkunjung ke puskesmas, tetapi juga kepada pengunjung yang bukan penderita
TB Paru dengan melibatkan kader-kader.

Kata kunci: TB Paru, Determinan, Penemuan kasus

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Tuberculosis (TB) Lung is an infectious disease caused by the bacteria


Mycobacterium Tuberculosis. The patient's findings are aimed at obtaining
pulmonary tuberculosis patients through a series of activities ranging from
screening to unexpected tuberculosis tuberculosis patients and laboratories,
determining diagnosis, determining the classification and type of TB patients, so
that medication can be recovered so as not to transmit the disease to others.
Puskesmas Mogang has the lowest case finding rate in Samosir regency in 2017
as many as 107 cases (40,2%) with BTA + as much as 10 (38,5%). This data
proves that case detection rate in Puskesmas Mogang still has not reached the
target set that is 70%. This study aims to determine the detserminants of the
achievement of case finding of Pulmonary TB patients in Mogang Community
Health Center.
This type of research was qualitative research with in-depth interview data
collection and observation. Informants in this research are 4 officers (responsible
for P2TB Lung Program, P2M Program Officer, Head of Puskesmas, and
Laboratory Analyst and patient as many as 10 people.
The results showed that the ability of officers in the finding of pulmonary
tuberculosis cases was still lacking, the work motivation of the officers was still
relatively low, and the workload of the officers was relatively heavy to live.
Patients' knowledge of pulmonary tuberculosis was still relatively low and
generally the patient's actions were lacking.
Based on the results of the research, it was susgested that the Mogang
Community Health Center staff to improve the performance of the officers for
case finding pulmonary tuberculosis rate, it was necessary to conduct a
continuous counseling on pulmonary tuberculosis and its prevention to the public
not only to Pulmonary TB patients visiting the puskesmas, but also to visitors who
are not Pulmonary TB patients with cadres involved.

Keywords: Pulmonary TB, Determinant, Case Finding

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi adalah

“Determinan Pencapaian Penemuan Kasus (Case Finding) Penderita TB

Paru di Puskesmas Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun

2018”. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara.

Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pohak. Sehingga

pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakulltas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

4. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang banyak

memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan dan

menyempurnakan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan masukan kepada penulis dalam

menyempurnakan skripsi ini.

6. dr. Heldy B.Z., MPH selaku dosen penguji II yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan masukan kepada penulis dalam

menyempurnakan skripsi ini.

7. Dra. Syarifah, MS sebagai dosen Pembimbing Akademik Penulis yang

membimbing penulis selama mengikuti pendidikan dan menyelesaikan

studi di FKM USU.

8. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang telah memberikan izin

penelitian dalam penulisan skripsi ini.

10. dr. Elya Nora Girsang, selaku Kepala Puskesmas Mogang dan seluruh

Pegawai Puskesmas Mogang yang telah memberikan kesempatan,

mendukung, dan meluangkan waktu untuk membantu penulis melakukan

penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Mogang.

11. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Maniur Parhusip dan Hotlida Br

Situmorang, dan L. Situmorang, Abang Martua Parhusip, Parasian

Parhusip, Jhon v. Parhusip, Canro Parhusip. Terimakasih atas kasih

sayang, kesabaran, motivasi, memberi semangat, doa, dukungan moral,

dan bantuan dana yang telah diberikan kepada penulis dalam menempuh

vi

Universitas Sumatera Utara


pendidikan, dan yang terutama dukungan doa yang tak putus-putusnya

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian

skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu

pengetahuan.

Medan, Agustus 2018

Royana Parhusip

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian utama dari misi pemerintah

mengenai peningkatan kesejahteraan rakyat serta pembangunan kesehatan yang

berkeadilan dalam meningkatkan pembangunan manusia dan masyarakat yang

menghasilkan manusia – manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan

kecerdasan otak dan fisik melalui pendidikan kesehatan dan pencegahan

penularan penyakit (Kemenkes RI, 2016). Tujuan pembangunan kesehatan

menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setingi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009).

Salah satu tujuan khusus dari program upaya kesehatan adalah mencegah

terjadinya dan tersebarnya penyakit menular, dan menurunnya angka kematian

dan angka kecacatan (Kemenkes RI, 2016). Tuberkulosis paru (TB Paru)

merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah utama dan menjadi

perhatian global.

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. TB sangat berdampak luas bagi kualitas

hidup, ekonomi dan bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. Penyakit ini

dapat menyerang siapa saja baik mulai dari balita sampai dewasa. Sekitar 75%

penderita TB adalah kelompok usia kerja produktif (15-49 tahun), kebanyakan

dari kelompok sosial ekonomi dan berpendidikan rendah. Diperkirakan seorang

penderita TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan.

Universitas Sumatera Utara


2

Hal ini akan berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar

20-30%. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk

secara sosial yaitu dikucilkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), jumlah kasus baru

tuberkulosis (TBC) di dunia pada 2015 mecapai 10,4 juta jiwa meningkat dari

sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah temuan TBC terbesar adalah di India

sebanyak 2,8 juta kasus, di ikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta kasus dan Tiongkok

(Cina) sebanyak 918 ribu kasus. Indonesia menjadi temuan terbanyak kedua di

dunia setelah India. Sebesar 60% kasus baru (WHO, 2016).

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut laporan WHO tahun 2015,

diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)

dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan

63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka

Notifikasi Kasus (Case Notification Rate / CNR) dari semua kasus, dilaporkan

sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,

diantaranya 314.965 adalah kasus baru (Kemenkes RI, 2016).

Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB diperkirakan

sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO (Tuberkulosis Resisten Obat) diperkirakan

sebanyak 6.700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB

dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang. Tingkat resiko

untuk terserang penyakit TB Paru di Indonesia berkisar antara 1,7% sampai 4,4%.

Penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor satu dari

Universitas Sumatera Utara


3

golongan penyakit infeksi. Secara nasional, penderita TBC di Indonesia pada

2015 sebesar 395 per 100 ribu populasi dengan angka kematian sebesar sebesar 40

per 100 ribu populasi atau 273 orang per hari (WHO, 2016).

Sejak tahun 1995 Program pemberantasan TB Paru telah dilaksanakan

dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yang

direkomendasikan oleh WHO. DOTS merupakan strategi komprehensif yang

digunakan oleh pelayanan kesehatan primer di seluruh dunia, untuk mendeteksi

dan menyembuhkan pasien TB Paru dengan tujuan untuk memutuskan rantai

penularan di masyarakat dengan mengobati penderita BTA positif sampai

sembuh (WHO, 2016).

Seiring dengan berkembangnya waktu, program pemberantasan TB Paru

beralih menjadi program penanggulangan yang meliputi advokasi dan

pemberdayaan melalui Gerakan Terpadu Nasional (GERDUNAS) yang

dicanangkan pemerintah pada tanggal 24 maret 1999, penguatan mutu pelayanan

(pelatihan dasar dan penyegaran SDM, penguatan pembinaan dan supervisi,

peguatan sistem informasi dari riset operasional, penguatan manajamen Obat Anti

Tuberculosa (OAT) melalui penyediaan disrtibusi dan pengedalian mutu OAT,

penguatan kemampuan diagnosis TB melalui pengembangan jaringan

laboratorium dan pengendalian mutu diagnosis , penguatan kemampuan strategi

Pengawas Menelan Obat (PMO) melalui pengembangan dan pembinaan PMO,

penguatan supervisi PMO, dan penyediaan sarana penunjang (Dirjen PPM & PL,

2002).

Universitas Sumatera Utara


4

Strategi dalam penanggulangan penularan TB Paru dalam Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga meliputi :

1) Identifikasi terduga TB diantara anggota keluarga, termasuk anak dan ibu

hamil.

2) Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses pelayanan TB

yang sesuai standar.

3) Pemberian informasi terkait pengendalian infeksi TB kepada anggota

keluarga, untuk mencegah penularan TB di dalam keluarga dan

masyarakat.

4) Pengawasan kepatuhan pengobatan TB melalui Pengawas Menelan Obat

(PMO) (Kemenkes RI, 2016).

Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan, penemuan penderita perlu

dilakukan dengan pencarian kasus (case finding). Penemuan kasus TB Paru

dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilakukan pada

mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan yang didukung oleh

penyuluhan secara aktif. Menurut Depkes RI (2001) penyuluhan TB Paru perlu

dilakukan, karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan

perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB Paru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan penemuan penderita suatu

penyakit adalah : faktor tenaga (petugas), faktor sarana penunjang, pengendalian

mutu pelayanan, dan pengetahuan penderita. Pentingnya case finding adalah

untuk menemukan sedini mungkin penderita TB melalui serangkaian kegiatan

Universitas Sumatera Utara


5

mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan diagnosis, menentukan

klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB.

Kesuksesan dalam penanggulangan TB adalah dengan menemukan

penderita dan mengobati penderita sampai sembuh . WHO menetapkan target

global Case Detection Rate (CDR) atau penemuan kasus TB sebesar 70% dan

Cure Rate (CR) atau angka kesembuhan pengobatan sebesar 85%. Angka

kesembuhan menunjukkan persentasi pasien TB Paru BTA positif yang sembuh

setelah selesai masa pengobatan diantara pasien TB Paru BTA positif yang

tercatat (Depkes RI, 2007).

Sumatera Utara terdapat Penemuan kasus baru BTA+ yaitu 14.158 kasus

per tahun (Depkes RI, 2009). Di tahun 2011 case detection rate TB Paru adalah

69,4% (Kemenkes RI, 2012). Di tahun 2016 Sumatera Utara merupakan jumlah

kasus TB Paru terbanyak setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dengan

jumlah kasus sebesar 22.643 jiwa dari 14.102.911 jumlah penduduk (Kemenkes

RI, 2017).

Pada tahun 2017, gambaran case finding di Kabupaten Samosir dengan

jumlah penduduk 123.789 jiwa, mempunyai target penemuan kasus (case finding)

sebanyak 1981 kasus, akan tetapi realisasi penemuan kasus sebanyak 1.338

(67,6%), sehingga penemuan kasus TB di Kabupaten Samosir belum mencapai

target nasional 70%, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Universitas Sumatera Utara


6

Tabel 1. Rekapitulasi Penemuan Kasus TB Paru di Kabupaten Samosir


tahun 2017
NO Puskesmas Jlh.Penduduk Perkiraan JLH %
1 PRM Buhit 30.468 487 403 82,7
2 PS Simarmata 3.821 61 62 101,4
3 PPM Ambarita 7.320 117 97 82,8
4 PRM Tuktuk Siadong 6.100 98 78 79,9
5 PS Lontung 3.191 51 27 52,9
6 PS Harian 8.114 130 71 54,7
7 PRM Limbong 9.448 151 63 41,7
8 PS Ronggur Nihuta 8.632 138 66 47,8
9 PS Mogang 16.648 266 107 40,2
10 PS Sirait 12.261 196 83 42,3
11 PS Onan Runggu 10.445 167 115 68,8
12 PS Sitio-tio 7.341 117 67 57,0
Jumlah 123.789 1.981 1.338 67,6
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir Tahun 2017

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas

Mogang, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2017, hasil pelaksanaan case

finding baru mencapai 107 (40,2%) kasus. Apabila dibandingkan dengan target

sebanyak 266 kasus dengan target kasus utama BTA+ 26 kasus, dan

pencapaiannya hanya 10 (38,5%) kasus. Angka tersebut sudah cukup baik namun

masih di bawah target Renstra Nasional Indonesia yang ditetapkan WHO yaitu

sebanyak 70%. Maka pencapaian case finding di Puskesmas Mogang masih

rendah.

Rendahnya cakupan penemuan kasus di Puskesmas Mogang di asumsikan

karena kurangnya motivasi dan beban kerja petugas cukup berat yang merangkap

program lain dan kurangnya pengetahuan tentang TB Paru dan bahaya TB Paru

oleh masyarakat. Mengacu kepada uraian diatas, maka perlu dilakukan kajian

untuk mengetahui determinan penemuan kasus (case finding) penderita TB Paru

di Puskesmas Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun 2018.

Universitas Sumatera Utara


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah apa saja determinan pencapaian case finding penderita TB Paru di

wilayah kerja Puskesmas Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun

2018.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apa saja determinan pencapaian case finding penderita

TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten

Samosir tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelaksanaan program

pemberantasan penyakit TB Paru di Puskesmas Mogang.

2) Untuk mengetahui apa saja determinan pencapaian case finding penderita

TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Mogang.

Universitas Sumatera Utara


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat

Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas

adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah

kecamatan (Kemenkes RI,2016).Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa puskesmas

berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)dinas

kesehatan kabupaten/kota. Sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan

kabupaten/kota.

Dalam era reformasi ini Puskesmas mempunya visi yaitu tercapainya

kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, dengan misi : (1) Menggerakkan

pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, (2) Mendorong

kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, (3)

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


9

kesehatan yang diselenggarakan, (4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan

perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

Tugas Puskesmas yaitu Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Fungsi puskesmas : (1)

Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di wilayah

kerjanya, (2) Penyelenggaran upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di

wilayah kerjanya. Untuk menjalankan tugas dan fungsi Puskesmas (Kemenkes RI,

2016).

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas adalah unit

pelayanan kesehatan terdepan yang berfungsi sebagai alat pembangunan

kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatann

secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah

kerja tertentu.

2.2 Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis).Sebagian besar kuman

Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga meyerang organ tubuh lainnya

(Kemenkes RI, 2016).

Kuman ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan

terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai BTA, kuman

TB Paru cepat mati bila kena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup

Universitas Sumatera Utara


10

beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam tubuh kuman ini dapat

dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2008).

2.3 Kuman dan Cara Penularannya Penyakit TB

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis).Lebih dari 80% kelainan

karena Tuberkulosis terdapat pada paru sehingga sering disebut Tuberkulosis

Paru.Tuberkulosis di luar paru disebut TB Ekstra Paru yang menyerang berbagai

organ tubuh seperti kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, selaput otak dan lain-lain

(Kemenkes RI, 2016).

Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis,

M.africanum, M.bovis, M.Leprae dsb, yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan

Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium

Tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan dikenal

sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa

mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.

Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis adalah

1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.

2. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen,

berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.

3. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen,

Ogawa.

4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka

waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.

Universitas Sumatera Utara


11

5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.

Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan

mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C

akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.

6. Kuman dapat bersifat dorman. (Kemenkes RI, 2016)

Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung

kuman TB dalam dahaknya.Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).

Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung

percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000

percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3.500

M.tuberculosis.Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4.500 –

1.000.000 M.tuberculosis.

2.4 Definisi Strategi DOTS

Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi

pengobatan yang komprehensif yang digunakan oleh pelayanan kesehatan primer

di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB Paru. Di Indonesia

pelaksanaan staretegi DOTS dimulai pada tahun 1995/1996.

Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994), angka kesembuhan TB

Paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40%-60% saja, dengan strategi

pengobatan DOTS yang baru ini diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai

minimal 85% dari penderita TB Paru BTA positif yang ditemukan (Kemenkes

RI,2016).

Universitas Sumatera Utara


12

Strategi DOTS diartikan sebagai berikut:

1. D (Directly)

Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk menentukan apakah ada

kuman atau tidak.Agar kasus penderita TB dapat disembuhkan, maka prioritas

utama dari setiap program TB harus langsung pada sumber penyakit.Jadi,

penderita dengan pemeriksaan sputum BTA positif, langsung diobati sampai

sembuh.

2. O (Observed)

Ada observer yang mengamati pasien dalam minum obat.Hal yang diamati

yaitu saat minum obat dan dosis obat.Observer dapat berupa seorang tenaga

kesehatan atau kader terlatih atau keluarga pasien.

3. T (Treatment)

Pasien disediakan obat lengkap serta dimonitor. Pasien harus diyakinkan

bahwa mereka akan sembuh setelah pengobatan selesai. Alat monitor berupa buku

laporan yang merupakan bagian dari sistem dokumen kemajuan dalam

penyembuhan.

4. S (Shortcourse)

Pengobatan TB dengan kombinasi dan dosis yang benar.Obat-obat anti TB

dikenal dengan Shortcourse chemoteraphy.Pengobatan harus dilakukan dalam

jangka waktu yang benar selama 6 bulan (Permatasari, 2005).

Ada lima komponen dalam strategi DOTS yaitu :

1. Komitmen politis dari pemerintah untuk menjalankan program TB

nasional.

Universitas Sumatera Utara


13

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

3. Pengobatan TB Paru dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang

diawasi langsung oleh Pengawas Minum Obat (PMO).

4. Kesinambungan persediaan OAT.

5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan

dan evaluasi program penanggulangan TB Paru (Depkes RI, 2002).

2.5Penemuan kasus penyakit

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui

serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan

diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah diagnosis

ditetapkan dilanjutkan pengobatan yang adekuat sampai sembuh, sehingga tidak

menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan ini membutuhkan adanya

pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap

fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan

pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut (Kemenkes RI, 2016).

Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif dan aktif.Upaya

penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif,

sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.

1. Penemuan kasus TB dilakukan secara pasif di fasilitas kesehatan dengan

jejaring layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM), dan kolaborasi

berupa kegiatan TB-HIV, TB-DM (Diabetes Mellitus), TB-Gizi,

Pendekatan Praktis Kesehatan paru (PAL = Practical Approach to Lung

Universitas Sumatera Utara


14

health), ManajemenTerpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu

Dewasa Sakit (MTDS) atau menunggu penderita yang datang berobat ke

Puskesmas saja (Azwar,1999).

2. Penemuan pasien TB secara aktif berbasis keluarga dan masyarakat, dapat

dibantu oleh kader dari posyandu, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan

tokoh agama. Kegiatan ini dapat berupa:

a. Investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat

dengan pasien TB.

b. Penemuan di tempat khusus: Lapas/Rutan, tempat kerja, asrama,

pondok pesantren, sekolah, panti jompo.

c. Penemuan di populasi berisiko: tempat penampungan pengungsi,

daerah kumuh (Kemenkes RI, 2016).

2.6Penemuan penderita Tuberkulosis

2.6.1 Penemuan penderita Tuberkulosis pada orang dewasa

Penemuan penderita Tuberkulosis pada orang dewasa yaitu semua kontak

penderita TBC Paru BTA positif dengan gejala yang sama, harus diperiksa

dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita

sedini mungkin, mengingat Tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat

mengakibatkan kematian (Kemenkes RI, 2016).

2.6.2 Penemuan penderita Tuberkulosis pada anak

Penemuan penderita Tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit

sesuai gejala klinis berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Gejala

klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


15

berbagai penyakit selain TB, sehingga sebagian besar diagnosis Tuberkulosis anak

didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberculin

(tuberculin test(Kemenkes RI, 2016).

2.7Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas TB Paru Dalam Angka

Penemuan Kasus TB Paru

Salah satu faktor yang dibutuhkan dalam keberhasilan program

penanggulangan TB Paru yaitu sumber daya manusia yang berkualitas dengan

kinerja yang baik guna mencapai target nasional angka penemuan kasus TB Paru

minimal 70%. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual

Performance yakni prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang.

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya.Dalam hal ini karyawan bisa belajar

seberapa besar kinerja yang dilakukan melalui sarana informasi seperti komentar

baik dari atasan dan rekan-rekan kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja

merupakan sarana untuk menilai dan mamantau kemampuan setiap karyawan

untuk melihat keselarasan pencapaian target yang diinginkan (Mangkunegara,

2005).

Menurut Mangkunegara (2005) yang mengutip pendapat Keith Davis (1964)

faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability)

dan faktor motivasi (motivation).

Universitas Sumatera Utara


16

1. Faktor kemampuan (ability)

Kemampuan (ability) adalah kemampuan untuk mengubah pengetahuan

(knowledge) ke dalam tindakan (action) yang menghasilkan tingkat kinerja yang

diinginkan.

2. Faktor motivasi (motivation)

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut

Gibson dkk (1996) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan

perilaku, yaitu :

1. Variabel individu

Variabel individu yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur, dan jenis

kelamin, asal-usul.

2. Variabel organisasi

Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

penghargaan/imbalan, struktur organisasi, pembagian tugas yang jelas, beban

kerja, komitmen organisasi, struktur dan desain pekerjaan.

3. Variabel psikologis

Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

kepuasan kerja, dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan

hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar

dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi

Universitas Sumatera Utara


17

kerja pada usia, etnis, budaya, latar belakang dan keterampilan yang berbeda-

beda.

Menurut Mangkunegara (2005), indikator kinerja ada 4 yaitu kualitas,

kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut :

1. Kualitas

Kualitas kerja adalah seberapa baik seseorang mengerjakan apa yang

seharusnya dikerjakan.

2. Kuantitas

Kuantitas kerja yaitu seberapa lama seseorang bekerja dalam satu hari.

3. Pelaksanaan tugas

Pelaksanaan tugas yaitu seberapa jauh seseorang mampu melakukan

pekerjaan yang akurat atau tidak ada kesalahan yang dilakukan.

4. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan kesadaran akan kewajiban untuk

melaksanakan pekerjaan yang diberikan.

Motivasi mengandung unsur: a) Partisipasi atau keikutsertaan atasan

dalam pekerjaan bawahannya, b) Komunikasi seperti konsultasi atau bimbingan

kerja atasan kepada bawahan, c) Pengakuan atau penghargaan prestasi kerja, d)

Pendelegasian tugas, wewenang, tanggung jawab dan pengambilan keputusan, e)

Kemauan untuk menerima beban kerja lebih, f) Imbal balik dari karyawan

terhadap perusahaan dan sebaliknya.

Teori motivasi yang paling terkenal adalah Abraham Maslow yang

membuat hierarki kebutuhan manusia menjadi kebutuhan fisik dan biologis,

Universitas Sumatera Utara


18

kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan

kebutuhan aktualisasi atau apresiasi diri. Motivasi dalam suatu pencapaian tujuan

mempunyai maksud yang sangat luas dalam pengembangan organisasi, antara lain

sebagai berikut :

a. Mendorong semangat kerja petugas.

b. Meningkatkan kepuasan kerja petugas.

c. Meningkatkan produktivitas kerja petugas.

d. Meningkatkan loyalitas dan integritas petugas.

e. Meningkatkan kedisiplinan petugas.

Faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan dalam bekerja seorang

petugas disebabkan oleh faktor dari luar individu (ekstrinsik) dan dari dalam

individu (intrinsik). Faktor dari luar individu meliputi kebijakan dan aturan,

administrasi, motivator seperti bimbingan dan arahan dari atasan, kondisi

lingkungan kerja, hubungan interpersonal, gaji, kompensasi, insentif, status kerja,

keamanan dalam bekerja dan sarana prasarana. Sedangkan faktor dari dalam

individu antara lain prestasi, pengakuan serta penghargaan, tanggungjawab,

kemajuan dan promosi serta perkembangan diri keryawan. Motivasi kerja

berkaitan dengan hasil kerja individu karyawan dan organisasi secara keseluruhan

(Maslow, 1984).

Ada tiga kunci motivasi dalam kinerja organisasi, yaitu kemauan berusaha,

pencapaian tujuan dan pemenuhan kebutuhan individu. Beberapa penelitian

membuktikan adanya lima faktor yang mempengaruhi motivasi dalam bekerja,

antara lain : a) gaji yang cukup,b) perhatian penuh terhadap pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara


19

dilakukan,c) keamanan dalam bekerja,d) pertumbuhan organisasi dan peningkatan

karier,e) rasa ketertarikan terhadap pekerjaan.

Dalam upaya pelayanan kesehatan, kebutuhan perorangan dan

pengembangan karier pada karyawan berhubungan dengan tingkat pendidikan

seorang petugas. Semakin tinggi pendidikan seorang petugas semakin tinggi pula

motivasi kerja demi kebutuhan pribadi dan pengembangan karier (Maslow, 1984)

Gibson (Ilyas 2002) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu: (1) Variabel individu, yang meliputi

kemampuan dan keterampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman

dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan

dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu,

sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan

kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepempinan, imbalan, struktur

dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian,

belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar

merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang

pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung ke

dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan

keterampilan yang berbeda satu sama lainnya.

Hall TL dan Meija (1987) dalam Ilyas (2002) menyebutkan bahwa faktor

yang mempengaruhi kinerja adalah: faktor internal individu yang terdiri dari: (1)

karakteristik individu seperti umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman

kerja dan masa kerja, (2) sikap terhadap tugas yang terdiri dari persepsi,

Universitas Sumatera Utara


20

pengetahuan, motivasi, tangggung-jawab dan kebutuhan terhadap imbalan,

sedangkan faktor eksternal meliputi social ekonomi, demografi, geografi,

lingkungan kerja, akseptabilitas, aksesabilitas, pengawasan, koordinasi, fasilitas,

beban kerja dan organisasi yang terdiri pembinaan.

Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan

oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan

kesehatan.Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat

dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun kerja

sesuai dengan standar profesional dan telah memperhitungkan waktu libur, sakit,

dan lain-lain (Depkes RI, 2004).

Menurut Munandar (2001) mengklasifikasikan beban kerja ke dalam

faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan sebagai berikut :

1. Tuntutan Fisik

Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal

disamping dampaknya terhadap kinerja pegawai, kondisi fisik berdampak pula

terhadap kesehatan mental seorang tenaga kerja.Kondisi fisik pekerja mempunyai

pengaruh terhadap kondisi faal tubuh dan psikologi seseorang.dalam hal inibahwa

kondisi kesehatan pegawai harus tetap dalam keadaan sehat saat melakukan

pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan dukungan sarana tempat kerja

yang nyaman dan memadai.

Universitas Sumatera Utara


21

2. Tuntutan Tugas

Kerja shift/kerja malam sering kali menyebabkan kelelahan bagi para

pegawai akibat dari beban kerja yang berlebihan.beban kerja berlebihan dan beban

kerja terlalu sedikit dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Beban kerja dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Beban Berlebih Kuantitatif

Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak

melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan untuk yang

menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu dalam

menyelesaikan tuntutan pekerjaan, yaitu setiap tugas diharapkan dapat

diselesaikan secepat mungkin secara cepat dan cermat.

2. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif

Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif yang dapat memengaruhi

kesejahteraan psikologis seseorang pada pekerjaan yang sederhana, dimana

banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan dan rasa monoton.

3. Beban Berlebih Kualitatif

Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang selama

ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesin-

mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada

pekerjaan otak.

Universitas Sumatera Utara


22

4. Beban Terlalu Sedikit Kualitatif

Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja

tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau

untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh.

2.8 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik

yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable)

yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab itu

perilaku kesehatan dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Perilaku sehat agar tetap menjadi sehat dan meningkat (healthy behavior)

Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan

minum minuman keras.

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk

memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh

sebab itu perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan

(health seeking behavior).

Teori Becker (Notoatmodjo, 2012) membuat klasifikasi lain tentang

perilaku kesehatan dan membedakan menjadi tiga, yakni:

1. Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Antara

lain:

Universitas Sumatera Utara


23

a. Makanan dengan menu seimbang.

b. Kegiatan fisik secara teratur.

c. Tidak merokok dan minum minuman keras.

d. Istirahat yang cukup.

2. Perilaku sakit

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang

yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari

penyembuhan, atau teratasi masalah kesehatan yang lain.

a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, tetapi

menjalankan kegiatan sehari-hari.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment

atau self medication).

c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar, yakni ke fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni: fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional (dukun,sinshe, dan paranormal) dan

fasilitas pelayanan kesehatan modern atau professional (Puskesmas,

poliklinik, dokter atau bidan praktek swasta, rumah sakit, dan sebagainya).

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah

perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini

antara lain:

Universitas Sumatera Utara


24

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat

untuk memperoleh kesembuhan.

c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-

nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.

d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya.

e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya.

Menurut teori Bloom (Notoadmodjo, 2012) ranah perilaku dibagi

menjadi 3 tingkat yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Secara garis besar 6 tingkat pengetahuan yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Contohnya: tahu bahwa tomat

mengandung vitamin C.

b. Memahami (comprehension)

Memahami objek bukan sekedar tahu, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.Contohnya : orang yang tahu cara pemberantasan penyakit demam

berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup,

Universitas Sumatera Utara


25

dan menguras),tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,

menguras, dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.

Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan

yang lain. Komponen sikap yaitu: a) menerima (receiving), b)

Universitas Sumatera Utara


26

menanggapi(responding), c) menghargai (valuing), d) bertanggung jawab

(responsible).

3. Tindakan atau Praktik

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya

tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Menurut kualitasnya ada 3 tingkatan tindakan yaitu:

a. Praktik terpimpin

Apabila subjek atau seseorang talah melakukan sesuatu masih tergantung

pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memprkatikkan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya,

apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi

sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

2.9 Penyuluhan Tuberkulosis

Menurut Depkes RI (2001), penyuluhan tuberculosis perlu dilakukan

karena masalah tuberkulosis banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan

perilaku masyarakat. Menurut Kemenkes RI (2016) penyuluhan di kembangkan

dengan promosi kesehatan.Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang

dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri.

Universitas Sumatera Utara


27

Dalam promosi kesehatan dalam penanggulangan TB diarahkan untuk

meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai pencegahan

penularan, pengobatan, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), sehingga terjadi

perubahan sikap dan perilaku sasaran program TB terkait dengan hal tersebut serta

menghilangkan stigma serta diskriminasi masyakarat serta petugas kesehatan

terhadap pasien TB.

Sasaran promosi kesehatan penanggulangan TB adalah:

1. Pasien, individu sehat (masyarakat) dan keluarga sebagai komponen dari

masyarakat.

2. Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan, pejabat

pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa. Diharapkan

dapat berperan dalam penanggulangan TB sebagai berikut:

a. Sebagai panutan untuk tidak menciptakan stigma dan diskriminasi

terkait TB.

b. Membantu menyebarluaskan informasi tentang TB dan PHBS.

c. Mendorong pasien TB untuk menjalankan pengobatan secara tuntas.

d. Mendorong masyarakat agar segera memeriksakan diri ke layanan TB

yang berkualitas.

3. Pembuat kebijakan publik yang menerbitkan peraturan perundang-

undangan dibidang kesehatan dan bidang lain yang terkait serta mereka

yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Peran yang

diharapkan adalah:

Universitas Sumatera Utara


28

a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan untuk

mendukung penanggulangan TB.

b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) untuk

meningkatkan capaian program TB.

Beberapa contoh isi promosi kesehatan penyuluhan TB:

1. Apabila batuk, agar mulut ditutup dengan saputangan.

2. Segera memeriksakan diri, keluarga atau tetangga apabila ada yang

mengalami batuk lebih dari 3 minggu.

3. Pemeriksaan dahak sangat penting untuk mendiagnosis TB paru dengan

tiga spesimen SPS.

4. Minumlah obat secara teratur sampai dinyatakan sembuh.

5. Agar membantu mengingatkan pasien menelan obat diperlukan adanya

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Anonim, 2001).

2.10Faktor Penyebab Tuberkulosis Sulit Dibasmi

Ada 10 faktor yang menyebabkanTB sulit dibasmi, dan masih memjadi

masalah dewasa ini, yaitu:

1. Terdapatnya kelompok masyarakat yang telah tertular basil TB. WHO

menyebutkan sepertiga penduduk dunia telah tertular TB. Di Indonesia

dengan resiko penularan TB paru setiap tahun(ARTI=Annual risk of

tuberkulosis infection) yang bervariasi antar 1-2 %, maka sebagian

besar masyarakat berusia produktif telah tertular TB paru dan ditubuh

mereka ada M.tuberculosa yang dormant. Hal ini menyebabkan salalu

saja ada semacam “kantong” peduduk yang sewaktu-waktu bisa saja

Universitas Sumatera Utara


29

menderikta TB paru kendatipun bukan infeksi baru, bila kondisi daya

tahan tubuh mereka turun.

2. Masalah dalam diagnosis TB paru sacara mikriskopis, meliputi

kebaradaan alat dan reagen serta kehandalan petugas. Upaya

menetapkan laboratorium yang khusus merupakan hal yang patut

dilakukan, seperti halnya Puskesmas Rujukan Mikroskopis(PRM)

yang kini dilakukan.

3. Diagnosis non bakteriologik. Diagnose secara radiologic seringkali

tidaklah mudah, demikian juga untuk memastikan aktif tidaknya

penyakit tidak bisa hanya dengan diagnose radiologik saja. Cara

terbaik adalah menggabungkannya dengan data klinik yang ada. Di

pihak lain masih ada yang mendiagnosis TB paru hanya berdasarkan

gejala klinik saja, suatu tindakan yang tidak dapat diterima, kerena

angka kesalahannya sangat tinggi dan menyebapkan terjadinya over

diagnosis dan over treatment. Hasil pemeriksaan serologic yang kini

telah beredar juga ternyata masih banyak kekurangan dan belum dapat

dipakai sebagai dasar diagnosis yang baik.

4. Kenyataan bahwa obat yang diberikan harus beberapa macam

sekaligus serta pengobatanya memakan waktu yang lama, setidaknya 6

bulan. Hal ini menyebapkan penderita putus berobat. Tidak jarang pula

setelah memakan obat 2-3 bulan, keluhan yang dirasakan oleh

penderita telah hilang sehingga memutuskan untuk berhenti minum

obat.

Universitas Sumatera Utara


30

5. Timbul resistensi terhadap berbagai obat TB, apalagi kalau sudah

terjadi resistensi ganda (RG) , atau multi drug resistensi(MDR) yaitu

kuman telah resisten terhadap setidaknya dua obat utama,rifampisin

dan INH. Cara penanggulangan RG terbaik adalah terjadinya RG,

dengan menjamin agar semua pasien menyelesaikan panduan

pengobatan secara utuh.

6. Kenyataan bahwa vaksinasi BCG tidak menjamin 100% bahwa

seseorang akan terlindungidari penyakit TB. Kini disepakati bahawa

vaksinasi BCG setidaknya dapat menghindari terjadinya TB berat pada

anak yaitu TB milier dan meningitis tuberculosis.

7. Terbatasnya data epidemiologi yang ada terdapat pulandi Indonesia.

Survei prevalensi berskalaTurberkulosis BTA positif sebesar 0,29%.

Dari angka ini dibuat sebagai simulasi epidemiologic, sehingga angka

yang ada sekarang ini memang lebih didasarkan pada simulasi dan

perhitungan epidemiologi, bukan dari hasil survey ulang di lapangan.

8. Masih semacam stigma di masyarakat yang menghubungkan TB

dengan penyakit yang memalukan. Hal ini akan mempersulit diagnosis

dan juga terapi kepada penderita. Dalam hal diagnosis, penderita

menjadi malu untuk memeriksakan dirinya kerena takut didiagnosis

TB.

9. Masalah TB pada kelompok khusus, seperti para pengungsi, dimana

TB kini menjadi masalah kesehatan penting akibat turunya daya tahan

tubuh mereka. Penangulangan TB seyogianya merupakan bagian yang

Universitas Sumatera Utara


31

tidak terpisahkan dari program kesehatan para pengungsi, termasuk di

negara kita dewasa ini.

10. Kenyataan bahwa TB tidak dapat ditangani melalui pendekatan

kesehatan semata. Perlu ada koordinasi lintas program dan lintas sektor

secara aktif. Masalahnya adalah tidak semua pihak sadar bahwa TB

merupakan masalah yang penting. (Aditama, 2002).

2.11Pencegahan TB Paru

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi insiden TB paru dengan

cara mengendalikan penyebab penyakit TB paru dan faktor resikonya. Beberpa

cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain

dengan cara:

a. Mengonsumsi makanan bergizi, olahraga, istirahat yang cukup dan

meningkatkan sanitasi rumah.

b. Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG (Girsang, 2002).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengobati para penderita

danmengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit TB paru melalui

diagnosis dini dan pemberian pengobatan, hal ini dapat dilakukan antara lain

dengan case finding (penemuan kasus) dengan ronsen dada massal atau

tuberculin-test secara Mantoux, isolasi penderita dan pengobatan penderita.

c. Pencegahan Tertier

Universitas Sumatera Utara


32

Pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi komplikasi TB paru yang

sudah terjadi, menurunkan kelemahan dan membatasi kecacatan. Hal ini dapat

dilakukan antara lain dengan memberikan pengobatan yang adekuat sehingga

infeksi paru tidak meluas, mencegah pasien yang sudah sembuh tidak kontak

kembali dengan droplet infection penderita.

2.12 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, maka dapat

digambarkan fokus penelitian sbb:

v
Faktor petugas:

1. Kemampuan
2. Beban kerja
Penemuan Kasus
3. Motivasi kerja
(case finding)
Penderita TB paru

Faktor pasien :
1. Pengetahuan
2. Tindakan atau praktik

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode

pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih

mendalam tentang determinan pencapaian case finding penderita TB Paru di

Puskesmas Mogang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mogang. Dilakukannya

penelitian di pukesmas ini atas pertimbangan belum tercapainya case finding TB

Paru minimal 70% yaitu dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 16.098

jiwa, maka diperkirakan jumlah tersangka penderita TB Paru sebanyak 266 kasus.

Pada tahun 2017 hasil pelaksanaan case finding diperoleh sebanyak 107 (40,2%)

kasus, dengan target case finding BTA+ sebanyak 26 kasus dan tercapainya hanya

10 (38,5%) kasus, hal ini berarti bila dibandingkan dengan perkiraan jumlah

tersangka di Puskesmas Mogang masih rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan februari 2018 sampai dengan selesai .

3.3 Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari petugas dan pasien.

33

Universitas Sumatera Utara


34

1. Petugas yaitu pemberi pelayanan, dalam hal ini adalah Pimpinan

Puskesmas sebagai penanggung jawab pelaksanaan P2TB Paru 1 orang,

petugas pemegang program TB Paru 1 orang, koordinator program P2M 1

orang, analis Laboratorium 1 orang.

2. Pasien yaitu pengguna pelayanan dalam hal ini adalah semua pasien

penderita TB paru BTA+ tahun 2017 sebanyak 10 orang.

Dari kedua jenis informan diatas, maka jumlah informan seluruhnya

adalah 14 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder:

1. Data primer dikumpulkan dengan wawancara semi terstruktur. Untuk

pengumpulan informasi agar tidak ada yang hilang, digunakan alat bantu

tulis dan tape recorder, dengan cara :

a. Wawancara semi terstruktur. Kepada petugas dilakukan wawancara

semi terstruktur. Teknik ini digunakan agar wawancara berlangsung

luwes, arahnya lebih terbuka dan percakapan tidak membuat jenuh

pewawancara dan informan sehingga diperoleh informasi yang lebih

kaya. Wawancara semi terstruktur ini menggunakan panduan

wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada

informan. Panduan tersebut hanya untuk memudahkan wawancara,

penggalian data dan informasi.

Universitas Sumatera Utara


35

b. Observasi, dilakukan oleh peneliti terhadap keadaan pelayanan dan

case finding penderita TB Paru di Puskesmas Mogang.

2. Data sekunder diperoleh dari rekap hasil penemuan kasus dalam bentuk

form TB.06, serta data pendukung lainnya yang berasal dari register pada

Puskesmas Mogang.

3.5 Definisi Istilah

1. Petugas adalah pemberi pelayanan, dalam hal ini adalah kepala puskesmas

sebagai penanggung jawab pelaksanaan program P2TB paru, pemegang

program P2TB, Koordinator P2M, Analis laboratorium.

paru pada Puskesmas Mogang.

2. Pasien adalah pengguna pelayanan dalam hal ini adalah penderita TB

paru yang berobat ke Puskesmas Mogang.

3. Kemampuan adalah potensi yang ada pada petugas berupa kesanggupan,

kecakapan, kekuatan berusaha dengan diri sendiri dengan dapat mengubah

pengetahuan (knowledge) ke dalam tindakan (action) yang menghasilkan

tingkat kinerja yang diiginkan.

4. Motivasi Kerja adalah motivasi dari dalam diri petugas (intrinsik) dan

adanya reward dalam bentuk uang transportasi untuk kunjungan rumah,

piagam penghargaan atau usulan percepatan kenaikan pangkat dengan

meningkatnya angka kredit (ekstrinsik).

5. Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggungkan

kepada petugas atau tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


36

6. Pengetahuan adalah suatu hal yang diketahui pasien tentang case fiding

TB paru.

7. Tindakan atau Praktik

Tindakan adalah hasil realisasi dari sikap pasien dalam pencarian

pelayanan dan tempat pengobatan pasien.

3.6 Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu dengan memilih informan

yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan

(Sugiyono, 2016).

3.7. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2016) aktifitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis

data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Mogang merupakan salah satu puskesmas yang berada di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang terletak di Jl. Bintang Maratur,

Desa Pallombuan, Kecamatan Palipi, yang mempunyai wilayah kerja sebanyak

17 (tujuh belas) desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebanyak 16.648 jiwa.

Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Mogang adalah sebagai berikut:

Utara : Berbatasan dengan perladangan masyarakat

Timur : Berbatasan dengan pemukiman penduduk

Selatan : Berbatasan dengan jalan

Barat : Berbatasan dengan pemukiman penduduk

Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mogang ada

beberapa macam, di antaranya balai Pengobatan swasta 1 unit, toko obat berizin

sebanyak 2 unit, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mogang


Tahun 2018
No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Puskesmas Pembantu 3
3 Puskesmas Keliling 1
4 Posyandu 35
5 Balai Pengobatan 1
Swasta
6 Toko obat swasta 3
Sumber: Profil Puskesmas Mogang 2017

37

Universitas Sumatera Utara


38

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan Puskesmas Mogang dilayani oleh

46 orang tenaga kesehatan, baik tenaga medis dan non medis dengan 26 orang

PNS, 3 orang pegawai harian lepas dan 17 orang PTT. Diantaranya dengan

spesifikasi dokter umum 1 orang, bidan 26 orang, perawat 11 orang,

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah dan jenis ketenagaan pada Puskesmas


Mogang Tahun 2018
No Jenis Jumlah
Ketenagaan (Orang)
1 Kepala 1
Puskesmas
2 Dokter Umum 1
3 Dokter gigi 1
4 Perawat 1
5 Bidan/Bidan desa 26
6 Sanitarian 1
7 Petugas Gizi 1
8 Petugas Farmasi 2
9 Petugas Analis 1
10 Supir 1
Jum 36
lah

4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari petugas dan pasien. Selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4, sebagai berikut:

a. Petugas

Petugas terdiri dari Kepala Puskesmas, Pemegang Program P2TB paru,

Analis Laboratorium, dan Koordinator program P2M.

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 4.3 Karakteristik Petugas Berdasarkan Aspek Sosio Demografi


No Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan
Kelamin
1 Adriani Perempuan 31 D3 Petugas
naibaho P2TB Paru
2 Rohani Perempuan 40 D3 Petugas P2M
Panjaitan

3 dr.Elya Perempuan 37 S1 Kepala


Nora Puskesmas
Girsang
4 Eva Perempuan 34 S1 Analis
Novalina Laboratorium
Sitinjak

b. Pasien

Pasien adalah Seluruh penderita TB BTA+ (10 orang) yang berobat pada

Puskesmas Mogang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Berdasarkan Aspek Sosio Demografi


No Informan Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin
1 Lesmar Sinaga Laki-laki 59 SLTA Wiraswasta
2 Renata Perempuan 23 SMA Kuliah
Sihombing
3 Saur Simbolon Laki-laki 53 SLTA Guru
4 Fransisco Laki-laki 23 SMA Buruh
Sinaga
5 Singkat Laki-laki 69 SLTA PNS
Situmorang
6 Kariden Sigiro Laki-laki 49 SLTA Petani
7 Erdin Sinaga Laki-laki 51 SD Petani
8 Iran Sinaga Laki-laki 32 SMA Petani
9 Rudin Sinaga Laki-laki 38 SMA Wiraswasta
10 Jonri Simbolon Laki-laki 36 SMA Petani

Universitas Sumatera Utara


40

4.3 Hasil wawancara Khusus Petugas

4.3.1 Kemampuan

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan tentang Kemampuan Petugas

Informan Pernyataan
Pelatihan pernah, Untuk pencarian aktif sejauh ini
Pemegang belum ada dek, yang batuk 2 minggu keatas
program TB dianjurkan cek kesehatan. Semua pasien yang
Paru diduga TB dlakukan pemeriksaan secara lengkap,
apa jenisnya, bagaimana obatnya meskipun
klasifikasi dan jenisnya apa tidak diberi tahu, tetap
pasien dianjurkan cek berkala, kami memberi
pelayanan kesehatan sesuai degan pasien, memang
kita tidak ada menganjurkan membawa keluarga
untuk ikut periksa, penyuluhan ada dek, menurut
saya penyuluhan yang lebih efektif kegnya
perorangan, ya lebih mendalam, dan selalu ada
laporan akhir tahun dek.
Penanggung Pelatihan pernah. kita nggak ada pencarian secara
jawab aktif kerumah-rumah dek, tapi setiap pasien yang
Program datang akan dilakukan pemeriksaan, pengkajian
P2M klasifikasi dan pengobatannya bagaimana dek,
meskipun memang kita tidak ada menyarakan untuk
membawa keluarga untuk cek kesehatan juga. TB
tidak menjadi prioritas juga dek, Penyuluhan ada
dek, Menurut tante iya lebih bagus penyuluhan
perorangan, mereka bebas menanyakan,dan tidak
segan dan malu.
Kepala Pelatihan Pernah.TB diperhatikan, cuma tidak
Puskesmast menjadi prioritas. Kalau masalah kinerja mereka
sudah lakukan sesuai SOP. Perencanaan ada, dan
selalu ada evaluasi pada rapat intern, rotasi jabatan
gak ada. Semua yang batuk berdahak lebih dari 2
minggu, kita anjurkan untuk periksa dahak. Untuk
penyuluhan ada dek, lokakarya ada,
Analis Pelatihan TB Paru pernah, tidak ada pencarian
Labora- kerumah-rumah, kalau batuk lebih dari 2 minggu
torium disarankan untuk memeriksakan diri, lalu diperiksa
klasifikasinya, bagaimana pengobatannya, dan kami
menyuruh pasien tetap datang periksa secara berkala
dan kami meberikan pelayanan sesuai kebutuhannya,
selalu menghindari kesalahan pemeriksaan ya dek,
penyuluhan perorangan lebih efektif”

Universitas Sumatera Utara


41

Kemampuan kerja (ability) adalah kapasitas individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins, 2004). Kemampuan kerja antara

orang-orang satu dengan orang lain berbeda-beda walaupun mereka telah bekerja

pada bidang yang sama dalam tempo lama yang sama pula.

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan baik petugas pemegang program

P2TB Paru, analis laboratorium, kepala puskesmas, dan penanggung jawab P2M

sudah pernah mengikuti pelatihan tentang P2TB Paru tetapi sudah lama. Petugas

pemegang program P2TB Paru, penanggung jawab P2M, dan analis laboratorium

ada satu kali mengikuti pelatihan yang dilakukan Dinkes Provinsi. Hal ini berbeda

dengan kepala puskesmas yang sudah pernah dua kali mengikuti pelatihan P2TB

Paru yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan

Provinsi.

Berdasarkan penelitian Juliani dkk (2012) pelatihan sangat penting untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan meningkatkan kinerja

pegawai. Pelatihan berjenjang dan berkelanjutan kepada tenaga kesehatan serta

masyarakat yang terkait dalam upaya penanggulangan TB Paru merupakan bagian

dari pengembangan sumber daya manusia, dengan adanya pelatihan yang

berkelanjutan tersebut maka semua petugas TB di puskesamas diharapkan mampu

dalam meningkatkan angka penemuan penderita TB Paru dan mencegah sedini

mungkin terhadap kemungkinan menularnya TB Paru ke orang lain.

Penelitian Ivantika (2011) di Bandung menyatakan bahwa petugas yang telah

mendapatkan pelatihan sebelumnya, memiliki peluang 1,353 kali lebih besar

Universitas Sumatera Utara


42

untuk mendapat cakupan program yang lebih tinggi dibandingkan dengan petugas

yang tidak mendapat pelatihan.

Sewaktu bertugas pemegang program P2TB, analis laboratorium,

mengatakan ada membuat uraian tugas yang mereka sebut SOP, tetapi tidak

terlihat di tempel dibawah meja atau sekitar tempat kerjanya. Berbeda halnya

dengan penanggung jawab program P2M yang tidak mempunyai urain tugas

karena merasa sudah mengetahui apa yang harus dilakukan dan dikerjakan oleh

penanggung jawab program P2M.

Menurut pemegang program P2TB Paru, analis laobortaorium,dan penang-

gung jawab program P2M, perencanaan untuk program TB Paru selalu dibuat di

awal tahun dan disusun oleh setiap pemegang program, setelah itu akan dilakukan

mini lokakarya oleh kepala puskesmas dan membahas tentang hasil perencanaan

yang dibuat. Setelah dibuat perencanaan, didalam mini lokakarya akan di evaluasi

apa saja hal yang harus di perbaiki atau ditingkatkan.

Menurut kepala puskesmas, petugas P2TB Paru, analis laboratorium, dan

penanggung jawab P2M, tidak ada dilakukannya pencarian pasien secara aktif

yaitu berkunjung ke rumah, mereka hanya menunggu pasien datang untuk

memeriksakan kesehatan, tetapi mereka selalu menganjurkan batuk lebih dari 2

minggu dianjurkan untuk memeriksakan diri tetapi tidak secara massal hanya

membuat poster di puskesmas itu saja. Sedangkan untuk menanyakan riwayat

pekerjaan dan penyakit pasien menurut penanggung jawab P2TB tidak

ditanyakan secara detail, hanya langsung melalui pengisian form dan penjelasan

dari apa yang dirasakan pasien saja.

Universitas Sumatera Utara


43

Penemuan pasien TB secara aktif dapat dilakukan oleh petugas secara

berbasis keluarga dan masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu, pos

TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Investigasi kontak pada paling

sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan pasien TB dan menganjurkan batuk lebih

dari 2 minggu untuk memeriksakan diri (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian seluruh pasien yang datang ke puskesmas akan

dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium untuk memastikan ia benar-benar

mnderita TB, klasifikasinya, dan jenis obat mana yang diperlukan untuk mencapai

kesembuhan pasien secara total. Pemeriksaan dahak secara berkala dianjurkan

kepada pasien untuk datang dan dipantau perkembangan kesehatannya, tetapi

tidak ada menjelaskan apa saja jenis penyakitnya dan apa penyebab sebenarnya

sehingga menderita penyakit TB.

Dalam menjalankan tugasnya, analis laboratorium dan petugas P2TB

melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis penyakit yang diderita dan

memeberikan pelayanan sesuai perkembangannya. Pemeriksaan dilakukan secara

pasti dan tepat kepada pasien, akan tetapi petugas tidak ada menganjurkan kepada

pasien untuk membawa keluarga yang kontak serumah dengan pasien untuk

diperiksa apakah tertular atau tidak yang bertujuan untuk memutuskan rantai

penularan TB di sekitar pasien yang kontak agar tidak menjadi menyebar luas.

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui

serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan

diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah diagnosis

Universitas Sumatera Utara


44

ditetapkan dilanjutkan pengobatan yang adekuat sampai sembuh, sehingga tidak

menularkan penyakitnya kepada orang lain (Kemenkes RI, 2016).

Menurut kepala puskesmas setiap bulan, triwulan, dan akhir tahun ada

diadakan mini lokakarya dalam membahas hasil dan evaluasi perencanaan yang

telah dibuat dan program P2TB Paru tidak mendapatkan perhatian khusus dari

kepala puskesmas, karena setiap program harusnya dipehatikan dan TB tidak

merasa lebih prioritas bandingkan dengan program lain begitu juga menurut

penanggung jawab P2M bahwa TB Paru tidak menjadi prioritas utama.

Setiap akhir tahun pemegang program P2TB Paru, analis laboratorium, dan

penanggung jawab program P2M akan melaporkan hasil kerja kepada atasannya

(Kepala Puskesmas), lalu setelah kepada kepala puskesmas akan dilaporkan

kembali ke Dinas Kesehatan Kaupaten Samosir, mereka mengatakan bahwa

atasan mereka memberi feed back berupa arahan, saran dan evaluasi terhadap

laporan yang diberikan.

Menurut Kemenkes RI (2016) penyuluhan di kembangkan dengan promosi

kesehatan. Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap

masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatan mereka sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian penyuluhan promotif aktif dilakukan, tetapi

hanya rutinitas biasa saja dan tidak terlalu berdampak bagi penemuan kasus TB

paru di Puskesmas Mogang.Menurut pemegang program P2TB Paru, analis labo-

ratorium, dan penanggung jawab program P2M, menyatakan bahwa penyuluhan

perorangan lebih efektif, karena lebih mendalam mendapatkan informasi oleh

Universitas Sumatera Utara


45

masyarakat. Hal ini berbeda menurut kepala puskesmas yang menyatakan bahwa

penyuluhan perorangan dan kelompok lebih baik dilakukan secara sejalan untuk

lebih meningkatkan pengetahua masyarakat secara mendalam, tetapi dengan

halangannya dengan waktu maka penyuluhan lebih baik tetap diberikan saat ada

pasien yang datang berobat.

Hambatan yang dirasakan oleh pemegang program TB adalah banyaknya

beban kerja, insentif yang tidak ada, pasien yang kurang pengetahuan akan TB

Paru dan tidak mau mengantarkan dahak jika dianjurkan oleh petugas untuk

diperiksa, sedangkan menurut analis laboratorium dan penanggung jawab program

P2M mengatakan bahwa hambatannya dikarenakan masyarakatnya tidak mau

tahu, merasa malu terhadap penyakitnya dan kader dan bidan desa kurang aktif

dalam menjalankan tugasnya dalam menemukan suspek TB. Berbeda halnya

dengan kepala puskesmas mengatakan hambatan dalam pencapaian penemuan

kasus disebabkan karena masyarakat yang kurang pengetahuan dan tidak adanya

rotasi jabatan untuk meningkatkan kinerja dan me refresh petugas agar tidak jenuh

dan bosan.

Kemampuan untuk melaksanakan tugas merupakan modal awal untuk

suksesnya sebuah pekerjaan. Dalam penemuan kasus TB Paru di Puskesmas

Mogang, kemampuan petugas relatif masih kurang, petugas melaksanakan

pekerjaan hanya didasarkan pada rutinitas saja meskipun telah membuat uraian

tugas. Petugas kurang aktif dalam melakukan penjaringan suspek TB dan tidak

memberikan arahan dan penjelasan secara lengkap tentang TB, seperti penyebab

dan jenisnya kepada pasien dan Pelatihan tentang TB Paru pun jarang dilakukan

Universitas Sumatera Utara


46

oleh Dinkes Kabupaten Samosir maupun Provinsi untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan kerja petugas kesehatan.

4.3.2 Beban Kerja

Tabel 4.6. Matriks Pernyataan petugas tentang Beban Kerja


Informan Pernyataan
Pemegang jumlah pasien yang datang masih bisa ditangani,
program cuma membandingkan tugas di luar memang
P2TB Paru kurang mampu dek, saolnya disini saja sudah
sibuk kali dek, bagaimana lagi kalau harus
kelapangan, untuk tugas pokok saya memang
sesuai tidak sesuai lah dek, keahlian bukan
dibagian ini, dan saya memang sudah merasa
jenuh, beban kerja saya pun terlalu banyak
dengan masih memegang tugas lain.
Penanggung jumlah petugas dengan kunjungan pasien rasa
jawab saya gak sebanding dek, karna memang kan kita
pemegang juga banyak tugas diluar gedung, belum lagi
program banyaknya laporan dan kegiatan yang lain ang
P2M harus dihadiri, untuk tugas pokok saya memang
sesuai dengan tugas saya, tapi nggak sanggup
sendiri ngurusnya dek, ini rasanya jenuh dek,,
pengobatan lama, pelaporannya pun harus rutin
dek, beban tante kurang sesuai dengan
kemampuan dan keahlian saya dek, repot ini dek.
Kepala Kalau untuk kunjungan pasien bisa masih kita
puskesmas tangani dek, tugas luar gedung memang kita
repot dan kewalahan, ,memang baik rasanya
tambah petugas, jenuh ada, memang lama lah
hampir 6 bulan mengurus TB, saya rasa tugas
saya sesuai karna kita memang kapus disini jadi
harus siap dan mampu dek.
Analis Kalau untuk saya ya dek, kunjungan pasien
laboratorium masih bisalah dek, gak terlalu banyak
berhubungan dengan lab, kalau untuk tugas luar
gedung memang saya tidak terlalu banyak dek,
tapi tetap sibuk dengan smua laporan dan lain-
lain, saya rasa tugas saya sesuai dengan
kemampuan dan keahlian saya karena memang
saya dasarnya dilab, meskipun memang jenuh
hanya ngurus dahak itu, tapi bagaimana pun
tugas dek ya dikerjakan.

Universitas Sumatera Utara


47

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu

jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma

waktu (Mendagri, 2008). Menurut munandar (2001) beban kerja adalah keadaan

dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu

tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan petugas didapatkan bahwa

kunjungan pasien terhadap perbandingan jumlah petugas sebenarnya tidak

seimbang akan tetapi, untuk pelayanan mereka masih mampu menangani

meskipun dengan tenaga ekstra dan sibuk. Hasil wawancara dengan petugas TB

dan P2M yang telah dilakukan bahwa jumlah petugas dengan beban kerja yang

harus dikerjakan tidak seimbang. Beban kerja yang terlalu banyak yang harus

dikerjakan petugas TB dan P2M terlalu banyak yang harus dikerjakan oleh satu

orang sehingga kinerjanya menjadi tidak maksimal .

Hal ini menjadi beban kerja yang berat terhadap petugas TB mulai dari

penjaringan suspek TB kemasyarakat, pengobatan pasien, pencatatan dan

pelaporan tiap pasien. Seharusnya tenaga kesehatan yang terlibat dalam

penanggulangan TB Paru di Puskesmas Mogang bukan hanya tanggung jawab

petugas TB Paru saja, melainkan adanya dukungan lain seperti tenaga kesehatan

lain, kader TB dan PMO yang ditunjuk oleh puskesmas yang terlibat dalam

program penanggulangan TB Paru.

Dalam melaksanakan tugas menurut petugas P2TB, dan penanggung jawab

P2M beban kerja yang dikerjakan mereka kurang sesuai dengan kemampuan dan

keahlian mereka karena kurangnya kemampuan dan keahlian mereka dalam

Universitas Sumatera Utara


48

bidang tersebut, berbeda dengan kepala puskesmas dan analis laboratorium yang

mengatakan beban kerja dan tugas pokok yang mereka jalankan sesuai dengan

kemampuan dan keahlian mereka meskipun menurutnya pekerjaan itu

mempunyai beban tersendiri.

Beban kerja petugas tehadap pelaksanaan tugas masih berat karena

kurangnya tenaga kesehatan dan kurangnya pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan petugas dalam bidang TB paru. Pelatihan TB Paru untuk petugas

kesehatan sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan dan

pemahaman TB Paru, sehingga petugas kesehatan yang lain pun semua mampu

menjalankan program tersebut dan bisa dilakukan kerja sama dan rotasi program

agar tidak satu orang petugas memegang program dalam jangka waktu yang lama.

Penelitian Ivantika (2011) di Bandung menyatakan bahwa petugas yang telah

mendapatkan pelatihan sebelumnya, memiliki peluang 1,353 kali lebih besar

untuk mendapat cakupan program yang lebih tinggi dibandingkan dengan petugas

yang tidak mendapat pelatihan. Pelatihan terhadap seluruh petugas puskesmas

dapat meningkakan kemampuan kinerja dan keahlian dalam menjalankan

program, dan dengan adanya pelatihan dapat dilakukan rotasi jabatan dengan

mudah antar petugas untuk menghindari kejenuhan petugas karena lamanya

menduduki suatu jabatan.

Universitas Sumatera Utara


49

4.3.3 Motivasi Kerja

Tabel 4.7 Matriks pernyataan tentang Motivasi Kerja


Informan Pernyataan
Pemegang Jenuh dek tentang TB, kalau penemun
program P2TB tercapai sangat senang. Kadang buat rencana
paru dan di evaluasi dulu baru buat rencana tindak
lanjut apa yang mau di tentukan. Pujian
belum pernah, bimbingan diberikan. Insentif
belum pernah, piagam juga gak ada. Kalau
ditanya kenapa nggak mencapai dek
masyarakatnya ya,, gak bisa diajak kerjasama
Penanggung Jenuh dengan program ini, jadi bosan karna
jawab program ini-ini aja, ya kalau tercapai senang. Apapun
P2M hasilnya tetap di evaluasi dek, Pujian belum
pernah, kalau bimbingan selalu diberikan, dan
piagam belum pernah,insentif juga gak ada
dek. Gak tercapai karena masyarakatnya
susah dek diminta dahaknya gak diantar,
waktu kami pun gak banyak untuk jemput
bola karna masih banyak tugas lain yang
harus dikerjakan juga dek.
Kepala Kalau jenuh itu wajar ya kan. Ibu pasti...pasti
Puskesmas pengen tercapai, kalau mencapai ya puaslah,
kalau gak tercapai ya kita motivasi. Untuk
rencana tindak lanjut belum ada paling ada
jemput bola untuk suspect yang kita anjurkan
datang, Tapi nggak datang. Pujian belum,
piagam tidak ada, insentif gak ada. TB masuk
dalam Indikator SPM kan, ya pasti kita bahas,
pelatihan pelaporan pernah, Insentif ke
pegawai nggak ada dek. Hambatannya
mungkin karena masyarakatnya.
Analis Nggak jenuh… paling pasti ada bebanlah
Laboratorium kalau pekerjaan nya udah jadi TUPOKSI.
Keinginan tercapai adalah….Senang kali loh
dek kalau tercapai. Kalau nggak tercapai buat
rencana baru lah, paling kami kontak
serumah, pintu ke pintu dek.Pujian nggak
pernah,kalau dibilang pujian kami nggak
pernah dapat capaian terbagus selalu ditengah
atau dibawah. Arahan selaluada. Insentif
dalam TB gak ada. Hambatannya ya
masyarakatya. Susah dan mungkin malu dek,
atau bidan desa nya yang kurang aktif dek.

Universitas Sumatera Utara


50

Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya rangsangan ,

dorongan, atau pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang

tersebut memperlihatkan perilaku tertentu (Endang, 2011). Dalam melaksanakan

suatu program, pencapaian tujuan suatu program diharapkan tercapainya harapan

yang direncanakan dan adanya hasil yang memuaskan sesuai tujuan program.

Untuk pencapaian tersebut diharapkan kinerja petugas, dimana petugas

mempunyai kemauan dan keinginan agar tercapainya suatu tujuan dengan

motivasi yang tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara motivasi dari dalam diri petugas sudah ada,

dimana dari hasil penelitian petugas sudah menduduki jabatan dengan waktu yang

lama ada 4 tahun, 6 tahun, dan bahkan hampir 10 tahun, akan tetapi ada petugas

yang merasa jenuh dan bosan terhadap pekerjaannya karena tidak adanya rotasi

jabatan. Penemuan kasus TB Paru di Puskesmas Mogang juga belum pernahnya

tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian, petugas mempunyai keinginan agar penemuan

kasus TB Paru dapat tercapai sesuai harapan, akan tetapi banyaknya hambatan

dan kurang besarnya dorongan dari dalam diri untuk melakukan pekerjaannya.

Hal ini dibuktikan dengan kurangnya motivasi eksternal yang ikut kuat

mendorong motivasi dari dalam diri petugas.

Secara ekstrinsik petugas pemegang program P2TB Paru, analis

laboratorium, dan juga penanggung jawab P2M belum pernah mendapatkan

pujian dan piagam penghargaan dari atasannya dikarenakan belum pernah

Universitas Sumatera Utara


51

tercapainya target penemuan kasus TB Paru. Kepala puskesmas selalu

memberikan arahan dan bimbingan atas hasil penemuan kasus TB Paru.

Seluruh informan juga belum pernah menjadi paramedik berprestasi selama

memegang program masing-masing.Mangkunegara (2005) yang mengutip David

Mc Cleand (1997) berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif

berprestasi dengan pencapaian kerja”.Motif berprestasi adalah suatu dorongan

dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-

baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.

Menurut Winardi (2001) untuk dapat terjun dalam kegiatan secara lebih giat,

seorang individu harus mempunyai motivasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik.

Pemberian insentif oleh kepala puskesmas dalam penemuan kasus TB Paru tidak

ada diberikan.Hendaknya di masa mendatang perlu ditingkatkan motivasi kepada

seluruh petugas puskesmas untuk bersama-sama peduli dengan penemuan kasus

TB Paru.

Motivasi dapat diberikan dengan empati oleh kepala puskesmas dan

pemberian insentif. Pemberian insentif dapat pun bisa dalam bentuk kesempatan

untuk melanjutkan pendidikan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah rotasi jabatan

agar petugas mempunyai suasana baru dan terhindar dari stress kerja akibat waktu

yang lama dalam pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian petugas kesehatan kurang mempunyai motivasi

kerja. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernah tercapainya penemuan kasus TB

Paru karena kurangnya perhatian petugas terhadap program TB, tidak pernah

Universitas Sumatera Utara


52

mendapat pujian dan piagam berupa sertifikat , dan tidak adanya insentif dalam

pekerjaan yang bisa mendorong motivasi dalam diri (internal) petugas.

4.4 Pengetahuan pasien

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,

prinsip, dan prosedur yang secara probabilitas Bayesian adalah benar berguna.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung, telinga, dan sebagainya)

(Notoadmodjo, 2012). Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga

pasien, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Kegiatan ini

membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala

TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang

kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut

(Kemenkes RI, 2014).

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu, setelah individu tahu maka akan

Memahami objek bukan sekedar tahu, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut lalu

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain, dan

mampu menganalisis kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

dan Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dan dapat

melakukan evaluasi dari hasil kemampuan dan tahu tentang suatu objek

(Notoadmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara


53

4.4.1 Pengetahuan pasien tentang TB Paru

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan tentang Pengetahuan Pasien


tentang TB Paru
Informan Pernyataan
1 Pernah.. TBC ada batuklah…seperti itu kan.
2 Pernah, TB itu penyakit menular yang disebabkan
bakteri, bisa batuk berdarah dan mematikan kalau
tidak diobati ka.
3 Oohh. TBC? Pernah yang saya tau itu menular
dan bahaya.
4 Iya pernah..itulah yang nggak saya tahu, apa itu
TBC.
5 Ooh… pernah, itulah yang tidak saya tau, TB
adalah TBC,, Hahhaha.
6 Ya pernah..saya nggak tau betul, itulah itu.
7 TB Paru? Ya tulang pernah dengar tapi nggak tau
apa.
8 Iya pernah.. TB itu batuk dan sesak.
9 Ya pernahlah…TB itu batuk dan sesak kan,,, Bisa
di obati juga kan.
10 Pernah.. TB itu yahh,, bagaimana saya
bilangnya,hahaha,,gak tau bapak.

Berdasarkan hasil penelitian semua informan sudah pernah mendengar

tentang penyakit TB Paru, yang dalam istilah mereka TBC, dan menurut mereka

TB adalah batuk dan sesak, ada yang menganggap bahaya dan biasa saja, mudah

disembuhkan, tidak menular dan tidak berbahaya. Hanya 2 informan yang

mengatakan TB paru menular dan bahaya. Hanya 1 informan yang megatakan TB

Paru disebabkan oleh bakteri. TB Paru adalah merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2016). TB

Paru dapat menyerang berbagai organ tubuh. TB dikategorikan menjadi 3, yaitu

TBC aktif, TBC miller, dan TBC laten.

TB aktif adalah suatu penyakit dimana bakteri TB cepat mengalikan dan

menyerang organ-organ tubuh yang berbeda. TB miller adalah bentuk yang jarang

Universitas Sumatera Utara


54

dari penyakit aktif yang terjadi ketika bakteri TB menemukan jalan mereka

kedalam aliran darah, sedangkan orang dengan infeksi TB laten tidak merasa sakit

dan tidak mengalami gejala apapun, mereka hanya terinfeksi M. tuberculosis,

tetapi tidak memiliki penyakit TB (Permatasari, 2005).

4.4.2 Pengetahuan Pasien tentang Sumber Informasi TB Paru

Tabel 4.9 Matrix Pernyataan Pengetahuan Pasien tentang Sumber Informasi


TB Paru

Informan Pernyataan
1 Dari puskesmas. Bidan yang memeriksa saya.
2 Dari perasaan saya, trus saya langsung ke rumah sakit
disitu saya tau semua.
3 Dari puskesmas. Waktu memeriksakan diri ya dikasi
tau.
4 Kemarin, kaka saya heran karna batu saya, di tes dia
dahak saya, rupanya TB, lalu di bawa langsung ke
puskesm. Dari ibu yang memeriksa saya di puskesmas
saya lebih tau.
5 Puskesmas. Ada ibu bidan disitu yang mengatakan
sama saya.
6 Yah dari puskesmas.
7 Dari ibu bidan di desa saya,lalu dari puskesmas lagi.
8 Dari puskesmas dek. Waktu memeriksa batuk saya ini.
9 Puskesmas lah dek. Dibilangin saya TB.
10 Puskesmas dek, waktu itu saya pigi kesana untuk
periksa disitu mereka bilangin kegnya saya kena TB
gitu. Akhirnya dipastikan memang saya kena.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti seluruh informan mengetahui

informasi mengenai TB Paru dari puskesmas.Sumber informasi berperan penting

didalam penyebaran pesan-pesan kesehatan yang akurat, dengan adanya informasi

lama-kelamaan masyarakat akan peduli yang diawali dengan rasa ingin tahu,

apalagi hal-hal yang menyangkut dengan kesehatan dan kelangsungan hidupnya.

Tenaga kesehatan dan sarana kesehatan merupakan sumber informasi untuk

Universitas Sumatera Utara


55

meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat sehingga diharapkan nantinya

akan memperbaiki sikap dan pada gilirannya akan bertindak sesuai dengan

perilaku sehat.

Di dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang sistem informasi

kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem informasi kesehatan adalah seperangkat

tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi

dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk

mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung

pebangunan kesehatan.

4.4.3 Pengetahuan Pasien tentang Penyebab TB Paru

Tabel 4.10 Matrix Pernyataan Pengetahuan Pasien tentang Penyebab TB


Paru
Informan Pernyataan
1 Peyebabnya karena saya kelelahan, waktu itu saya
kelamaan mencangkul sampai sesak, makanya saya kena
TB, baru karna saya kena angin trus.
2 Penyebabnya dulu, saya sering begadang dan tidak makan
teratur. Kamar kost saya juga lembab, mungkin disitulah
kuman itu berkembang dan jadi saya hirup.
3 Ya… gak tau, karna kelelahan dan debu katanya.
4 Gak tau, aku Cuma merasa sesak ya disuruh periksa ya
periksa.
5 Waktu itu saya batuk dan keringat di malam hari ber
minggu-mingu. Saya merasa sesak, ya cuma itu.
6 Yah karena capek kerja sama banyak hirup angin malam
katanya.
7 Gak tau, katanya ada pengaruh angin sama rokok.
8 Yahh..karena lelah dan angin dek.
9 Hahaha….gak tau karena apa, kurasa dari debu lah itu.
10 Dari anginlah kan, saya sering keluar malam jadi kenalah.

Mayoritas informan (9 orang) tidak mengetahui penyebab penyakit TB Paru.

Secara umum seperti disebutkan informan, bahwa penyakit TB Paru disebabkan

Universitas Sumatera Utara


56

oleh angin, menghirup debu, lelah bekerja. Hanya satu (1) orang informan yang

mengatakan bahwa TB Paru disebabkan oleh bakteri.

Menurut Kemenkes RI (2016) Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa, merupakan jenis kuman berbentuk basil dengan panjang 1,10

mikron dan lebar 0,2-0,6 mikron, tumbuh baik pada suhu sekitar 370C dengan PH

6,4-7,0. Bakteri ini bersifat dormand dan bisa hidup kembali saat ada pemicu

yang sama untuk mengidupkan bakteri tersebut

4.4.4 Pengetahuan Pasien tentang Gejala dan Tanda Penyakit TB paru

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Pengetahuan Pasien tentang Gejala dan


Tanda TB Paru
Informan Pernyataan
1 Kemarin saya batuk,kurus, dan sesak sekali.
2 Saya kemarin drop, batuk terus dan gak nafsu makan, sakit
lah memang.
3 Sesak nafas memang sama batuk terus di pagi hari.
4 Nyeri, sesak, batuk, ya gitulah dek.
5 Dada saya sesak, keringat malam hari, ya gitu terus
6 Dingin, ya… sesak kalilah memang.
7 Kurusan lah sama batuk. Pokoknya tersiksa lah.
8 Yang pertama saya batuk, sesak, keringat malam.
9 Saya nggak selera makan sama batuk gitu terus.
10 Ya batuk, sesak, gitu-gitu. Yah….. gitulah dek.

Seluruh informan merasakan gejala yang sama sebelum didiagnosa menderita

TB Paru. Gejala tersebut seperti batuk-batuk, berkeringat malam, kurus, selera

makan berkurang dan sesak nafas.

Menurut Gupte (2000) gejala utama TB Paru adalah batuk yang terus-

menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. gejala yang sering dijumpai

adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan

lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan

Universitas Sumatera Utara


57

(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam sub feril lebih

dari sebulan. Gejala TB Paru menurut WHO adalah batuk, berat badan menurun

(anoreksia), demam, keringat pada malam hari, hemoptisis (batuk darah), nyeri

dada, mudah mengalami kelelahan (WHO, 2016).

4.4.5 Pengetahuan Pasien tentang Lamanya Gejala TB Paru

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Pengetahuan Pasien tentang Lamanya Gejala


TB Paru
Informan Pernyataan
1 Gak tau sebenarnya cuma kegnya dua sampai tiga minggu
lah gejalanya.
2 Gak tau, kegnya setahun lebih, kadang kambuh kadang
nggak.
3 Lebih dari tiga minggu kegnya .
4 Lama dek, ber tahun-tahun kegnya. Karna saya kan kerja
jadi nggak tau.
5 Sampai ber bulan-bulan juga, sepertinya di bulan
november 2016 sampai februari tahun 2017, lama lah
gejalanya.
6 Sudah merasakan gejalanya dua bulanan seingatku lah,
sepertinya begitu.
7 Berbulan-bulan dek, kira-kira segitulah.
8 Kira-kira seminggu sampai dua mingguan lah terasa.
9 Kalau seingat saya dua minggguan lah kemarin.
10 Oohhh…gejalanya kemarin dua mingguan batuk, ya
sampai ke puskesmas, begitulah.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan informan merasakan

gejala TB Paru sudah dalam waktu yang cukup lama dan bervariasi. Lima

informan merasakan gejala TB Paru selama dua minggu atau lebih, dan 5

informan mengalami gejala sampai berbulan-bulan bahkan ada yang bertahun-

tahun, mereka tidak ada yang tahu betul berapa lama gejala TB Paru dirasakan.

Universitas Sumatera Utara


58

Menurut Gupte (2000) gejala utama TB Paru dirasakan selama tiga minggu

atau lebih dan gejala tambahan dirasakan lebih dari sebulan. Apabila tidak diobati,

maka setelah lima tahun sebagian besar penderita (50%) akan meninggal dunia.

4.4.6 Proses sehingga bisa ditetapkan sebagai penderita TB Paru

Tabel 4.13 Matriks pernyataan Proses sehingga bisa ditetapkan sebagai


penderita TB Paru
Informan Pernyataan
1 Karna saya sesak-sesak gitu, trus batuk sakit kali,
saya ke puskesmas, dibilang kemungkinan TBC
katanya, setlah itu,, dibilanglah saya TBC, disitulah
saya tau saya kena TBC.
2 Waktu itu saya sesak-sesak trus batuk sakit kali,
pigila saya ke puskesmas, dibilang kemungkinan
TBC katanya, setelah itu,, dibilanglah saya TBC,
3 Taunya saya kena TBC dari puskesmas lah kan,
setelah saya diperiksa kemarin,, yahh,, dibilanglah
saya TBC, dibilanglah aturannya, datang periksa,
dikasi obat, ya gitulah.
4 Yahh,, saya nggak tau, pokoknya waktu itu saya
diperiksa, dibilang kena TBC, dikasi obat, ya
gitulah. Trus saya disuruh datang minta obat kalau
sudah habis, ya keg gitulah,,
5 Oohh,,, saya sesak, batuk sampe berdarah, pigilah
ke puskesmas di ceklah katanya dahakku, katanya
kena TBC. Saya ingin sehat saya pigi juga lah ke
RS Pangururankan. Dibilanglah saya juga TBC.
6 Saya taunya dari puskesmas Mogang setelah saya
diperiksa memang.trus dibilang TBC, diobatilah
saya.
7 Yahh,, diperiksa ibu itu saya, dibilanglah saya TBC,
ya begitulah.
8 Saya diperiksa setelah saya datang, kasih tau
keluhan, lalu diperiksa, kata bidannya saya kena
TBC katanya. Dari situ saya tau saya TBC an.
9 Oohh,, saya tau dari ibu yang dipuskesmas dek,
diperiksalah dahak saya, trus dibilang saya kena
TBC. Disuruh harus datang sering meriksa katanya.
10 Saya sesak dan sakit dada, trus saya pergi dengan
istri ke puskesmas, katanya saya dibilang TBC
setelah periksa, katanya kalau cirri-ciri saya
kemarin pasti TBC, baru saya disuruh lagi datang
katanya lihat hasil laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


59

Dalam pelayanan kesehatan, petugas sangat berpengaruh dalam memberikan

informasi kepada masyarakat apa saja pengertian TB, gejala TB, penyebab TB,

dan bagaimana proses tahapan TB dan bahaya TB Paru. Pemahaman ini membuat

masyarakat bisa lebih mengetaui dimana saat masyarakat ada merasakan suatu

gejala yang persis maka mereka akan ada kesadaran diri untuk memeriksakan

kesehatan.

Dari hasil penelitian seluruh informan mengatakan mereka akhirnya tau

sebagai suspek dan penderita TB Paru dari hasil reaksi atau gejala yang mereka

rasakan dalam tubuh yang mengganggu kesehatannya dan datang sendiri atas

dorongan diri dan dari keluarga, sehingga mereka ditetapkan sebagai penderita TB

Paru dan diberikan pengobatan TB Paru. Kegiatan penemuan suspek yang

menjadi penderita TB ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar

akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga

kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan

keluhan tersebut (Kemenkes RI, 2016).

Universitas Sumatera Utara


60

4.5 Tindakan Pasien

4.5.1 Sikap dan Orang yang Menganjurkan untuk Memeriksakan Diri

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan SikapPasien dan Orang yang Menganjurkan


untuk Memeriksakan Diri
Informan Pernyataan
1 Yahh..saya ingin pergi ke puskesmas, ingin sehat, dan
anak-anak juga menganjurkan supaya saya memeriksakan
diri segera ke puskesmas.
2 Pertama saya bingung, akhirnya orang tua saya menjemput
saya karna sakit. Lalu menaganjurkan periksa kembali dan
berobat ke Puskesmas Mogang.
3 Yahhh..karna disuruh isteri dan…. Kegmanalah pengen tau
juga kenapa saya begini.
4 Saya biasa saja, cuman kaka merasa kasihan sama batuk
saya, makanya dianjurkan memeriksa penyakit saya.
5 Saya ber prinsip mau sehat mau hidup ratusan tahun, ya
begitu pikiran saya. Nggak ada yang mendorong hanya
dorongan dari diri sendiri saja. Istri mana peduli, hanya
gaji saja yang penting, hahaha.
6 Ya biasa saja, paling dianjurkan istri pergi ya pergi.
7 Pertama biasa saja, tapi karna dipaksa istri sama anak-anak
ya saya berobat.
8 Istri saya yang selalu menyuruh, ya saya pun ingin juga
periksa, karna sesak nya itu.
9 Biasa saja, karna saya nggak tau sebelumnya, tapi karna
istri sama orang tua saya menyuruh ya pergi.
10 Hmm..kegmanalah yang nggak tau ini, hahaha, memang
yang menganjurkan saya periksa orang tua dan istri
memang dek.

Hampir seluruh informan mengatakan bahwa sikap mereka biasa saja dan

yang menganjurkan penderita untuk berobat ke puskesmas adalah keluarga.

Bervariasi mulai dari isteri, orang tua, anak atau kakak, hanya dua orang informan

yang memeriksakan diri karena keinginan dan kesadaran sendiri untuk

memeriksakan diri.Dari uraian di atas tergambar bahwa yang menganjurkan

umtuk berobat informan adalah anggota keluarga terdekat dan hanya dua orang

yang kesadaran sendiri.

Universitas Sumatera Utara


61

Green (Notoatmodjo, 2003), untuk mendapatkan pelayanan kesehatan salah

satunya dipengaruhi oleh faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud

dalam sikap dan perilaku, keluarga, tetangga, teman kerja, dan para petugas

kesehatan yang dapat memengaruhi individu untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Seorang individu akan lebih mau melakukan suatu tindakan jika sudah

mempunyai kemampuan yang cukup dan akan melakukan suatu tindakan jika ada

yang mendorong atau memotivasi dari dalam diri (internal) dan dari luar diri

(eksternal) individu yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan.

4.5.2 Perlunya Anggota Keluarga Diperiksa

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Perlunya Anggota Keluarga Diperiksa


Informan Pernyataan
1 Nggak, buat apa cuma sayanya yang kena ya sayalah
periksa.
2 Ya perlulah ka, tapi ada yang periksa ada juga nggak.
3 Memang perlu, tapi gak sempat ya dibiarkan.
4 Nggak, tidak ada periksa, saya saja kemarin malas karna
dipaksanya, makanya saya hentikan berobat.
5 Oohh..tidak ada, kan gak penting bedanya makanan kami
kalau apa…itu apa mereka pake masker palingan.
6 Yahh…tidak ada yang periksa, ya biasa saja, kan saya yang
sakit.
7 Oohh..tidak ada, hanya saya yang periksa kan mereka bisa
jaga kesehatan dijaga mama nya.
8 Tidak ada, gak perlu. Cukup saya aja sembuh gaknya
masalah lagi.
9 Perlu, istri saya periksa tapi yang lain tidak.
10 Sepertinya perlu, tapi yah… gimanalah, hahaha.

Secara umum informan menyatakan bahwa anggota keluarga tidak perlu

diperiksa, karena mereka masih menganggap biasa dan jika mereka sembuh tidak

akan menular ke anggota keluarga lain. Berbeda dengan 2 informan yang

mengatakan angota keluarga mereka perlu diperiksa apakah tertular juga, tetapi

Universitas Sumatera Utara


62

hanya sebagaian keluarga dan tidak semua anggota keluarga yang serumah

diperiksa dahaknya.

Menurut Kemenkes RI (2016), semua kontak serumah penderita yang

mempunyai gejala yang sama harus diperiksa dahaknya, untuk menemukan sedini

mungkin semua penderita sehingga tidak lagi menjadi sumber penularan

berikut.Sehingga dapat mengurangi angka kematian yang tinggi dan angka beban

tinggi negara dalam membiayai pengobatan TB Paru.

4.5.3 Alasan Pasien Memeriksakan diri dan Berobat ke Puskesmas Mogang

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Alasan Pasien Memeriksa diri dan berobatke
Puskesmas
Informan Pernyataan
1 Yah..ingin sembuh saja.
2 Karena disuruh mama, saya juga pengen sembuh dan
melanjutkan kuliah saya lagi .
3 Keg manalah, mana ada yang mau cepat mati pasti karna saya
ingin sehat lagi.
4 Karna dipaksa kaka saya, tapi karna disuruh ganti obat lagi ya
saya malas saya stop kan gak makan obat lagi.
5 Saya masih ingin hidup lama, kan gitu masih mau lihat dunia
ini lebih lama.
6 Yah..kasian lihat istri sama anak aja.hahaha.
7 Oohh..karna lihat anak, kasian kalau ngurus saya aja.
8 Yahh.., biar bisa kerja lagi.
9 Biar keluarga lain tidak ikut tertular lah dek.
10 Hahaha…kasian aja dek kalau saya cepat matikan..hahaha.

Dalam penelitian ini, hal yang membuat informan memeriksakan diri dan

berobat ke puskesmas ternyata bervariasi, ada yang disebabkan oleh karena

kasihan terhadap isteri dan anak, ada untuk melanjutkan kuliah, dan bahkan

karena merasa takut mati.Tetapi belum adanya kesadaran sendiri untuk sembuh

dan tidak sejalannya pemikiran ingin sembuh dan tindakan yang dilakukan dalam

Universitas Sumatera Utara


63

berobat, karena mayoritas informan berobat didasarkan atas dorongan dan

paksaan dari keluarga bukan karena motivasi dalam diri sendiri.

Menurut Parasuraman (1988) persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan

merupakan cerminan pasien yang berdasar pada sikap dan tanggapan terhadap

pelayanan dan sikap tenaga kesehatan.Sikap pasien ini terbentuk akibat interaksi

pasien dengan tenaga kesehatan yang melayaninya. Jadi persepsi terhadap kualitas

pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator untuk menilai outcome

pelayanan. Seseorang individu akan menggunakan suatu pelayanan jika mereka

merasa membutuhkan dan menganggap pelayanan kesehatan adalah hal yang

penting, menganggap bahwa pelayanan kesehatan tersebut tepat untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima dan mendapat sauatu kesembuhan

yang dapat memuaskan perasaan suatu individu.

4.5.4 Tempat Berobat sebelum ke Puskesmas Mogang

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan tentang Tempat Berobat Sebelumnya


Informan Pernyataan
1 Yah..nggak ada, Cuma ke Puskesmas Mogang aja.
2 Pertama kemarin kerumah sakit dulu sebelum di jemput
pulang, setelah itu hanya ke Puskesmas Mogang saja.
3 Cuma ke Puskesmas Mogang saja, tidak kemana-mana.
4 Hanya Puskesmas Mogang saja dek.
5 Oohh..saya sebelumnya hanya di Puskesmas Mogang, tapi
karna saya mereka rujuk ke rumah sakit pangururan saya
berobat kesana juga baru ke Puskemas lagi sampai sembuh
paling tulang bere ada membaca kemarin dari majalah,
itu,,, apa bawang putih, jahe sama kunyit katanya, di
blender dan diminum kayak jus bere. Itunya palingan obat
saya.
6 Tidak kemana-mana, hanya ke Mogang saja.
7 Kalau aku berobatnya hanya ke Puskesmas Mogang.
8 Ke Puskesmas Mogang saja, hanya kesitu.
9 Hanya ke Puskesmas Mogang dek, Cuma itu yang saya tau.
10 Puskesmas Mogang lah, kan dari situ saya tau kalau saya
sakit ya saya tetap berobat kesitu.

Universitas Sumatera Utara


64

Hasil penelitian hampir seluruh informan semuanya berobat ke puskesmas

saja, hanya dua orang sebelumnya pernah berobat ke Rumah Sakit, dan 1 orang

yang mengatakan selain dari pelayanan keshatan informan membaca dari majalah

kesehatan tentang ramuan atau jamu untuk obat pada penderita TB Paru. Hal ini

disebabkan karena kurangnya kemauan untuk mencari pengobatan dan jauhnya

jarak ke Rumah Sakit maka kedua infoman kembali berobat ke puskesmas.

Sesuai penelitian Sukiswoyo (2005) di Kabupaten Pekalongan menyimpulkan

bahwa hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara

umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, keparahan sakit, jarak ke pusat

layanan kesehatan dan nasehat kesehatan dengan praktek pencarian pengobatan

penderita suspek malaria.

Sedangkan penelitian Setyawan (2007) yang menyatakan ada hubungan

antara sikap dan minat masyarakat untuk memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan modern, selain itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-

faktor pendukung antara lain biaya pengobatan, hasil pengobatan, kepercayaan

kepada sarana pengobatan, kondisi waktu berobat, keberadaan sarana, pelayanan

pengobatan dan situasi di sarana pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang

dimiliki oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


65

4.5.5 Orang yang Memotivasi Berobat dan Memakan Obat yang Diberi
Puskesmas

Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Orang yang Memotivasi Berobat dan


Memakan Obat dari Puskesmas
Informan Pernyataan
1 Yah… paling anak ada yang mengingatkan dan menyuruh
minum dek.
2 Orang tua, mama saya ini bilang saya harus sembuh biar bisa
melanjutkan kuliah lagi dan biar mama saya senang katanya.
3 Istri dan anak saya lah yang menyemangati, kadang cucu
bilang harus sembuh ya opung… gitu ya saya makanlah
obatnya sampai habis.
4 Cuma kaka saya saja, soalnya Cuma dia yang tau saya sakit.
5 Tidak ada, saya sendiri yang ingin sembuh dan harus sehat.
6 Istri saya, istri selalu semangatin dan ingatkan minum obat.
7 Sekeluarga nyuruh semua, harus sehat dan minum obat
sampai habis katanya.
8 Yah… semua keluarga yang bilang supaya siap minum obat.
9 Yah..saya kan sadar itu bahaya dibiarkan, jadi saya
memotivasi diri saya biar sehat dan harus semangat, semua
keluarga pun menyemangati.
10 Saya sendiri yang ingin sembuh sama di ingatin istri biar
sembuh trus, saya juga takut anak saya jadi kena.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata didapatkan hampir semua informan (8

orang) bahwa yang memotivasi untuk berobat dan memakan obat adalah anggota

keluarga atau keluarga terdekat, seperti orang tua, istri, anak, kakak, dan anak-

anaknya. Hanya dua orang mengatakan termotivasi dari dalam diri sendiri, tetapi

tidak ada yang mengatakan dari petugas kesehatan.

Dalam penelitian ini, dorongan yang diberikan oleh keluarga kepada pederita

adalah supaya penderita berobat teratur. Dorongan yang diberikan dapat berupa

motivasi kepada penderita supaya penderita tetap semangat dan teratur dalam

menjalani pengobatannya, tidak terputus-putus dalam meminum obat. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


66

dikarenakan berobat TB membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 6

bulan.

Menurut Green (Notoatmodjo, 2003), untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh faktor pendorong (reinforcing factors),

yang terwujud dalam sikap dan perilaku, keluarga, tetangga, teman kerja, dan para

petugas kesehatan yang dapat memengaruhi individu untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat

disimpulkan apa saja determinan pencapaian penemuan kasus (case finding)

penderita TB Paru di Puskesmas Mogang Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

2018 sebagai berikut:

1. Kemampuan petugas dalam penemuan kasus TB Paru di wilayah kerja

puskesmas Mogang masih kurang ,masih rendahnya penemuan kasus TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Mogang, meskipun petugas

melaksanakan pekerjaannya sesuai Uraian tugas, dan perencanaan yang

dibuat oleh petugas, hal ini dibuktikan dengan kurangnya penyuluhan dan

pemberitahuan kepada masyarakat tentang bahaya TB Paru, gejala dan

penyebabnya dan kurangnya himbauan kepada masyarakat, terlebih

penderita TB Paru untuk mengajak orang yang dekat kontak langsung

dengan penderita untuk memeriksakan diri.

2. Beban kerja petugas dalam penemuan kasus TB Paru di Puskesmas

Mogang masih dirasakan berat, hal ini disebabkan antara lain karena tidak

pernah tercapainya case finding TB paru, banyaknya tugas lain yang harus

diselesasikan, tidak adanya rotasi jabatan dan relatif lama menduduki satu

jabatan, dan susahnya bekerjasama dengan masyarakat sekitar.

3. Motivasi kerja petugas dalam Penemuan kasus TB paru di Puskesmas

Mogang masih kurang, hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya

motivasi dalam diri akibat kejenuhan dalam melaksanakan tugas dan tidak

67

Universitas Sumatera Utara


68

adanya dorongan motivasi dari luar (eksternal) dimana tidak pernah

mendapat pujian atau reward dalam bentuk sertifikasi, dan tidak adanya

insentif dalam melaksanakan pekerjaannya.

4. Pengetahuan Pasien tentang TB paru relative masih rendah dan

menganggap biasasaja, karena kurangnya penyuluhan tentang TB Paru dan

pembinaan pada waktu pasien mengambil obat ke puskesmas.

5. Tindakan pasien untuk menangani TB Paru relatif masih rendah, hal ini

disebabkan antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang TB Paru dan rendahnya motivasi dalam diri untuk mencari

pelayanan kesehatan.

5.2 Saran

1. Kepada pemegang program TB Perlu ditingkatkan kemampuan petugas

dalam pelaksanaan penemuan kasus TB paru dengan melakukan

pemeriksaan pasien secara teratur, memberikan penjelasan tentang TB

Paru, mengajak pasien untuk mengikuti penyuluhan dan membawa

keluarga yang kontak langsung dengan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan TB Paru, dan kerjasama dengan bidan desa.

2. Kepada penanggung jawab P2M, perlu untuk meningkatkan kemampuan

dengan ikut membantu pemegang program TB Paru melakukan promosi

aktif, penjaringan secara aktif, dan lebih memperhatikan program TB

Paru.

3. Kepada analis laboratorium untuk terus meningkatkan kemampuan dan

kinerja dengan membantu pemegang program TB Paru untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara


69

pemeriksaan dahak, ikut melakukan promosi aktif dan pencarian suspek

secara aktif, dan memperhatikan hasil laboratorium dengan seksama untuk

menghindari kesalahan laboratorium dalam mendiagnosis TB Paru.

4. Kepada kepala puskesmas perlu di berlakukan kembali penyuluhan secara

kontinu tentang TB Paru dan pencegahannya kepada masyarakat luas

dengan melibatkan PMO dan kader-kader, dan senantiasa meningkatkan

kemampuan petugas dengan cara memberi refreshing, on the job training

serta kesempatan mengikuti pelatihan, seminar-seminar tentang program

TB paru, dan lebih memperhatikan program TB Paru.

5. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir meningkatkan pelatihan TB

Paru kepada pemegang program TB Paru se-KabupatenSamosir dan

petugas kesehatan lainnya, melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program TB Paru, sehingga penemuan kasus dapat mencapai

target sebagaimana yang diharapkan. Dengan adanya pelatihan dapat

meningkatkan kemampuan petugas, dan seluruh petugas dapat mengetahui

tentang TB Paru dan mampu menjalankan program sehingga mudah

dilakukan rotasi jabatan sehingga petugas kesehatan tidak jenuh karena

lamanya menduduki suatu jabatan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY, 2002. Tuberkulosis Masih menjadi Masalah Kesehatan, Bagian


Penyakit Dalam RS. Persahabatan, Jakarta
Anonim, 2001. Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis Nasional Modul 8,
Gerdunas TB, Jakarta
Azwar A, 1988. Epidemiologi Edisi pertama, PT. Binarupa Aksara, Jakarta
Depkes RI, 2001. Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis Nasional, Modul V,
Gerdunas TB, Jakarta
---------------, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Direktorat Jenderal P2M & PLP. Jakarta
---------------, 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta
---------------, 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta
---------------, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan
kedua. Bakti Husada, Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, 2017. Profil Kesehatan Kabupaten
Samosir Tahun 2017, Samosir
Dirjen PPM dan PL, 2002. Iformasi Dasar Tentang Tuberkulosis, Jakarta
Gibson, J., Ivancevich., Donelly.,J., H., 1995. Perilaku, Struktur, Proses Jilid I,
Edisi kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta
Girsang M, 2002. Pengobatan Standar Penderita TBC, Cermin Dunia
Kedokteran No. 137
Gupte S, (Alih bahasa Suryawidjaya JE), 2000. Mikrobiologi Dasar, Binarupa
Aksara, jakarta
Handayani T, 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penemuan Penderita
Pneumonia pada Puskesmas di Kota Padang tahun 2001, Skripsi FKM
USU
Ilyas, Y. 2002. Kinerja, Teori, Penilaian, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta
Ivantika, Elvira. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Cakupan
Penemuan Penderita Pneumonia pada Puskesmas di Kabupaten
Bandung tahun 2000, Tesis FKM UI. Depok
Juliani, A, Ansar, danJumriani. 2012. Evaluasi Program Imunisasi Puskesmas
di Kota Makassar Tahun 2012. Skripsi .FKM Universitas Hasanuddin.
Makassar
70

Universitas Sumatera Utara


71

Kemenkes, Dirjen PPM dan PL, 2011.Pedoman Nasioanal Pengendalian


Tuberkulosis, Jakarta
Kemenkes RI, 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta
---------------, 2015. Rencana Strategis Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
Tahun 2015-2019, Jakarta
---------------, 2016. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta
---------------, 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, Jakarrta
---------------, 2016. Pedoman Manajamen Puskesmas, Jakarta
---------------, 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, Jakarta
Mangkunegara, A., A., Anwar, Parbu. 2005. Evaluasi kinerja sumber daya
manusia. Penerbit Refika Aditama Bandung
Maslow AH, 1984. Motivasi dan Kepribadian, Teori Motivasi dengan
Ancanangan Hirarki Kebutuhan Manusia, PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi, UI-Pres, Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
---------------, 2012. Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Permatasari, A. 2005. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.
Bagian Paru. FK USU, Medan
Permendagri No.12, 2008. Pedoman Analis Beban Kerja di Lingkungan
Departeman Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Jakarta
Perpres RI, 2015. Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-
2019, Jakarta
PP RI Nomor 46, 2014.SistemInformasiKesehatan. Jakarta
Rahman, T. dan Solikhah, S. 2016. Analisis Pengaruh Rotasi Kerja, Motivasi
Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di Lembaga
Keuangan Mikro Syariah.
Robbins, S.P. & Coulter. 2004. Manajamen. PT. IndeksKelompokGramedia,
Jakarta
Setyawan, EF. 2007. Perilaku Pencarian Pengobatan pada Kelompok Ibu
Rumah Tangga di DesaTirtonarto Kecamatan Cawas Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


72

Klaten. (Skripsi) :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro


Semarang
Stoner JAF, 1986. Manajamen. Jilid II, Intermedia, Jakarta
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta CV.
Bandung
Sukiswoyo.2005. Praktek Pencarian Pengobatan (Care Seeking) Penderita
Suspek Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang serang
Kabupaten Pekalongan Tahun 2005. Tesis, Program Pasca sarjana
Universitas Diponegoro Semarang
WHO, 2016.Global Tuberkulosis Report 2016
Winardi J, 2001. Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajamen. PT. Raja
GrafindoPersada,Jakarta
Sulaeman, E, S., 2005. Manajamen Kesehatan. Gadjah Mada University Pres,
Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara


PEDOMAN WAWANCARA DETERMINAN PENCAPAIAN PENEMUAN

KASUS (CASE FINDING) TB PARU DI PUSKESMAS MOGANG

KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2017

I. Data Khusus Petugas

I.1. Pemegang Program P2TB Paru

Nama :

NIP :

Pangkat/Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Umur :

A. Kemampuan Petugas

1. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan P2TB Paru? Bila ya

berapa kali?

2. Apakah instansi yang mengadakan pelatihan tersebut?

a. Puskesmas sendiri

b. Dinas kesehatan Kabupaten Samosir

c. Dinas Kesehatan Provinsi

d. Nasional

3. Apakah saudara dalam bertugas mempunyai “URAIAN TUGAS” yang

dapat dilihat setiap saat? (biasanya terdapat dimeja tugas)

4. Pada setiap awal tahun, apakah saudara ada membuat rencana kerja?

Universitas Sumatera Utara


5. Apakah anda melakukan pencarian kasus penderita TB secara aktif ke

setiap rumah wilayah kerja puskesmas anda?

6. Apakah setiap penderita batuk pilek lebih dari 2 minggu dianjurkan

untuk memerikskan diri?

7. Apakah anda menanyakan pada penderita TB mengenai riwayat

pekerjaan/penyakit pasien?

8. Apakah dalam penemuan kasus penderita TB menjalani pemeriksaan

klinis dan laboratorium untuk memastikan ia benar-benar menderita

TB, klasifikasinya, dan jenis obat mana yang diperlukan?

9. Apakah saudara memberikan penjelasan tentang jenis-jenis penyakit TB

dan penyebab TB kepada pasien?

10. Apakah saudara melakukan pemeriksaan ulang dahak secara berkala

memantau kemajuan pengobatan dan tidak putus obat selama

pengobatan (6 bulan)?

11. Apakah saudara memberikan pelayanan TB sesuai jenis penyakit yang

diderita?

12. Apakah saudara menyarankan pasien untuk mengajak keluarga pasien

yang kontak rumah untuk memeriksakan diri apakah tertular atau

tidak?

13. Apakah saudara melakukan penyuluhan promotif aktif tentang TB

Paru ke masyarakat?

14. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau

kelompok?

Universitas Sumatera Utara


15. Apakah saudara ada membuat laporan hasil kerja setiap akhir tahun?

dan melaporkannya kepada atasan saudara?

16. Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding

P2TB Paru belum mencapai target?

B. Beban Kerja

1. Menurut saudara apakah perbandingan jumlah petugas dengan jumlah

kunjungan pasien masih sesuai?

2. Apakah saudara merasa jumlah petugas dengan tugas-tugas diluar

gedung puskesmas masih sesuai?

3. Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan program

yang saudara pegang?

4. Apakah saudara merasa jenuh menangani proses pencarian kasus TB

Paru karena menyita waktu yang lama?

5. Menurut saudara apakah beban kerja saudara sesuai dengan kemampuan

dan keahlian saudara?

C. Motivasi Kerja

Motivasi intrinsik

1. Sudah berapa lama saudara menjadi penanggung jawab program P2TB

di puskesmas ini?

2. Apakah saudara merasa senang atau jenuh sebagai pemegang Program

P2TB paru di Puskesmas ini? Jika jenuh, bagaimana usaha saudara

supaya tidak jenuh?

Universitas Sumatera Utara


3. Apakah saudara mempunyai keinginan agar case finding TB Paru

mencapai target sebagaimana yang diharapkan?

4. Bagaimana sikap saudara apabila case finding berhasil? Bila tidak,

bagaimana pula sikap saudara?

5. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?

Motivasi ekstrinsik

1. Apakah saudara pernah mendapatkan pujian dari atasan saudara

sehubungan dengan TUPOKSI saudara?

2. Apakah saudara pernah mendapatkan bimbingan, arahan, atau teguran

sehubungan dengan TUPOKSI saudara? Bila pernah kapan?

3. Apakah saudara pernah memperoleh piagam penghargaan sehubungan

dengan TUPOKSI saudara?

4. Apakah saudara pernah menjadi paramedic berprestasi?

5. Apakah saudara mendapatkan insentif untuk pelaksanaan tugas saudara

ini?

6. Jika ya, dalam hal apa saja isentif diberikan, dalam bentuk apa?

I.2. Penanggung jawab program P2M

Nama :

Nip :

Pangkat/Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Umur :

Universitas Sumatera Utara


A. Kemampuan Petugas

1. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan P2TB Paru? Bila ya

berapa kali ?

2. Apakah instansi yang membuat pelatihan tersebut?

a. Puskesmas sendiri

b. Dinas kesehatan Kabupaten Samosir

c. Dinas Kesehatan Provinsi

d. Nasional

3. Apakah saudara dalam bertugas mempunyai “URAIAN TUGAS” yang

dapat dilihat setiap saat? (biasanya terdapat dimeja tugas)

4. Apakah anda melakukan pencarian kasus penderita TB secara aktif ke

setiap rumah wilayah kerja puskesmas anda?

5. Apakah dalam penemuan kasus penderita TB menjalani pemeriksaan

klinis dan laboratorium untuk memastikan ia benar-benar menderita

TB, klasifikasinya, dan jenis obat mana yang diperlukan?

6. Apakah saudara menyarankan pasien untuk mengajak keluarga pasien

yang kontak rumah untuk memeriksakan diri apakah tertular atau

tidak?

7. Apakah saudara menyusun perencanaan program P2M setiap awal

tahun?

8. Apakah saudara ada membuat laporan hasil diakhir tahun? Dan

melaporkannya ke atasan saudara?

Universitas Sumatera Utara


9. bagaimana perhatian saudara terhadap program P2TB Paru? Apakah

saudara mempunyai perhatian khusus?

10. Apakah saudara melakukan evaluasi program tersebut setiap akhir

tahun?

11. Apakah sadara melakukan penyuluhan promotif aktif tentang TB Paru

ke masyarakat?

12. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau

kelompok?

13. Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding

P2TB Paru belum mencapai target

B. Beban Kerja

1. Menurut saudara apakah perbandingan jumlah petugas dengan jumlah

kunjungan pasien masih sesuai?

2. Apakah saudara merasa jumlah petugas dengan tugas-tugas diluar

gedung puskesmas masih sesuai?

3. Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan program

dan tugas yang saudara pegang?

4. Apakah saudara merasa jenuh menangani proses pencarian kasus TB

Paru karena menyita waktu yang lama?

5. Menurut saudara apakah beban kerja saudara sesuai dengan kemampuan

dan keahlian saudara?

Universitas Sumatera Utara


C.Motivasi Kerja

Motivasi intrinsik

1. Sudah berapa lama saudara menjadi penanggup jawab program P2M di

puskesmas ini?

2. Apakah saudara merasa senang atau jenuh mendapat tugas tersebut di

Puskesmas ini? Jika jenuh, bagaimana usaha saudara supaya tidak

jenuh?

3. Apakah saudara mempunyai keinginan agar case finding TB Paru

mencapai target sebagaimana yang diharapkan?

4. Bagaimana sikap saudara apabila case finding berhasil?Bila tidak,

bagaimana pula sikap saudara?

5. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?
Motivasi ekstrinsik

1. Apakah saudara pernah mendapatkan pujian dari atasan saudara

sehubungan dengan TUPOKSI saudara?

2. Apakah saudara pernah mendapatkan bimbingan, arahan, atau teguran

sehubungan dengan TUPOKSI saudara? Bila pernah kapan?

3. Apakah saudara pernah memperoleh piagam penghargaan sehubungan

dengan TUPOKSI saudara?

4. Apakah saudara pernah menjadi paramedic berprestasi?

5. Apakah saudara mendapatkan insentif untuk pelaksanaan tugas saudara

ini?

6. Jika ya, dalam hal apa saja isentif diberikan, dalam bentuk apa?

Universitas Sumatera Utara


I.3. Kepala Puskesmas ( Penanggung jawab Pelaksanaan Program P2TB

Paru)

Nama :

NIP :

Pangkat/Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Umur :

A. Kemampuan Petugas

1. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan P2TB Paru? Bila ya

Berapa kali ?

2. Apakah instansi yang mengadakan pelatihan tersebut?

3. Apakah program P2TB paru termasuk program yang menjadi perhatian

saudara?

4. Menurut saudara bagaimana kinerja petugas pemegang program P2TB

paru?

5. Apakah saudara menyusun perencanaan program P2TB paru setiap awal

tahun?

6. Apakah saudara melakukan evaluasi program P2TB paru setiap akhir

tahun?

7. Jika pemegang program P2TB paru sudah lebih dari 5 tahun, apakah

dilakukan penyegaran dengan rotasi jabatan misalnya?

Universitas Sumatera Utara


8. Apakah setiap penderita batuk pilek lebih dari 2 minggu dianjurkan

memeriksakan dahaknya?

9. Apakah anda melakukan pencarian kasus penderita TB secara aktif ke

setiap rumah wilayah kerja puskesmas anda?

10. Apakah saudara melakukan penyuluhan promotif aktif tentang

penyuluhan TB Paru ke masyarakat?

11. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau

kelompok?

12 .Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding

P2TB Paru belum mencapai target?

13. Apakah dilakukan mini lokakarya bulanan? Bila “ya”, apakah program

TB paru dibicarakan? kalau tidak mengapa?

14. Apakah dilakukan lokakarya mini triwulan? Apakah pada lokakarya

mini triwulan ini dibicarakan tentang penemuan kasus TB Paru ?

B. Beban Kerja

1. Menurut saudara apakah perbandingan jumlah petugas dengan jumlah

kunjungan pasien masih sesuai?

2. Apakah saudara merasa jumlah petugas dengan tugas-tugas diluar

gedung puskesmas masih sesuai?

3. Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan tugas yang

saudara pegang?

4. Apakah saudara merasa jenuh menangani proses pencarian kasus TB

Paru karena menyita waktu yang lama?

Universitas Sumatera Utara


5. Menurut saudara apakah beban kerja saudara sesuai dengan kemampuan

dan keahlian saudara?

C.Motivasi Kerja

Motivasi intrinsik

1. Sudah berapa lama saudara menjadi Kepala Puskesmas Mogang ini?

2. Apakah saudara merasa senang atau jenuh dengan tugas sebagai Kepala

Puskesmas di Puskesmas ini? Jika jenuh, bagaimana usaha saudara

supaya tidak jenuh?

3. Apakah saudara mempunyai keinginan agar case finding TB Paru

mencapai target sebagaimana yang diharapkan?

4. Bagaimana sikap saudara apabila case finding berhasil?

5. Bila tidak, bagaimana pula sikap saudara?

6. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?

7. Berdasarkan hasil case finding tahun 2017 belum mencapai target, apa

usaha yang telah saudara lakukan untuk menyikapi hal ini? (lakukan

croos check dengan pemegang program P2TB Paru)

Motivasi ekstrinsik

1. Apakah saudara pernah memperoleh piagam penghargaan sehubungan

keberhasilan program TB paru? Bila pernah, kapan?

2. Apakah saudara pernah menjadi Dokter berprestasi sehubungan

dengan program P2TB paru?

3. Apakah saudara pernah melakukan pemeriksaan pencatatan dan

pelaporan P2TB paru?

Universitas Sumatera Utara


4. Apakah saudara memberikan insentif untuk pelaksanaan P2TB paru

in?

5. Jika ada dalam bentuk apa?

6. Dalam hal apa saja insentif diberikan?

I.4 Analis Laboratorium

a. Nama :

b. Nip :

c. Pangkat/Jabatan :

d. Pendidikan terakhir :

e. Alamat :

f. Umur :

A. Kemampuan Petugas

1. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan P2TB Paru? Bila ya

berapa kali?

2. Apakah Instansi yang mengadakan pelatihan tersebut?

a. Puskesmas sendiri

b. Dinas kesehatan Kabupaten Samosir

c. Dinas Kesehatan Provinsi

d. Nasional

3. Apakah saudara dalam bertugas mempunyai “URAIAN TUGAS” yang

dapat dilihat setiap saat? (biasanya terdapat dimeja tugas)

4. Pada setiap awal tahun, apakah saudara ada membuat rencana kerja?

Universitas Sumatera Utara


5. Apakah anda melakukan pencarian kasus penderita TB secara aktif ke

setiap rumah wilayah kerja puskesmas anda?

6. Apakah setiap penderita batuk pilek lebih dari 2 minggu dianjurkan

untuk memerikskan diri?

7. Apakah dalam penemuan kasus penderita TB menjalani pemeriksaan

klinis dan laboratorium untuk memastikan ia benar-benar menderita

TB, klasifikasinya, dan jenis obat mana yang diperlukan?

8. Apakah saudara memberikan penjelasan tentang jenis-jenis penyakit TB

dan penyebab TB kepada pasien?

9. Apakah saudara melakukan pemeriksaan ulang dahak secara berkala

memantau kemajuan pengobatan dan tidak putus obat selama

pengobatan (6 bulan)?

10. Apakah saudara memberikan pelayanan TB sesuai jenis penyakit yang

diderita?

11. Apakah saudara menyarankan pasien untuk mengajak keluarga pasien

yang kontak rumah untuk memeriksakan diri apakah tertular atau

tidak?

12.Apakah saudara mengetahui berapa persen angka kesalahan

laboratorium dan bagaimana saudara dalam mengatasi untuk tidak

melakukan kesalahan pemeriksaan laboratorium?

13. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau

kelompok?

Universitas Sumatera Utara


14. Apakah saudara ada membuat laporan hasil kerja setiap akhir tahun?

Dan melaporkannya kepada atasan saudara?

15. Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding

P2TB Paru belum mencapai target?

B. Beban Kerja

1. Menurut saudara apakah perbandingan jumlah petugas dengan jumlah

kunjungan pasien masih sesuai?

2. Apakah saudara merasa jumlah petugas dengan tugas-tugas diluar

gedung puskesmas masih sesuai?

3. Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan tugas yang

saudara pegang?

4. Apakah saudara merasa jenuh menangani proses pencarian kasus TB

Paru karena menyita waktu yang lama?

5. Menurut saudara apakah beban kerja saudara sesuai dengan kemampuan

dan keahlian saudara?

C. Motivasi Kerja

Motivasi intrinsik

1. Sudah berapa lama saudara menjadi pemegang laboratorium di

puskesmas ini?

2. Apakah saudara merasa senang atau jenuh sebagai analis laboratorium

di Puskesmas ini? Jika jenuh, bagaimana usaha saudara supaya tidak

jenuh?

Universitas Sumatera Utara


3. Apakah saudara mempunyai keinginan agar case finding TB Paru

mencapai target sebagaimana yang diharapkan?

4. Bagaimana sikap saudara apabila case finding berhasil? Bila tidak,

bagaimana pula sikap saudara?

5. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?

Motivasi ekstrinsik

1. Apakah saudara pernah mendapatkan pujian dari atasan saudara

sehubungan dengan TUPOKSI saudara?

2. Apakah saudara pernah mendapatkan bimbingan, arahan, atau teguran

sehubungan dengan TUPOKSI saudara? Bila pernah kapan?

3. Apakah saudara pernah memperoleh piagam penghargaan sehubungan

dengan TUPOKSI saudara?

4. Apakah saudara pernah menjadi paramedic berprestasi?

5. Apakah saudara mendapatkan insentif untuk pelaksanaan tugas saudara

ini?Jika ya, dalam hal apa saja isentif diberikan, dalam bentuk apa?

II. Pasien (Penderita TB paru)

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

Universitas Sumatera Utara


A. Pengetahuan

a. Apakah saudara pernah mendengar tentang penyakit TB Paru?

b. Menurut saudara apakah yang dimaksud dengan TB Paru?

c. Darimana saja saudara memperoleh informasi tentang penyakit TB

Paru?

d. Apa yang saudara ketahui tentang penyebab penyakit TB Paru?

e. Menurut saudara, apa gejala dan tanda penyakit TB Paru?

f. Sudah berapa lama saudara merasakan gejala dan tanda penyakit TB

Paru?

g. Bagaimana proses sehingga anda di tetapkan sebagai pendertita TB

Paru?

B. Tindakan

a. Siapa yang menganjurkan saudara untuk memeriksakan diri?

b. Apakah anda mengajak anggota keluarga lain untuk diperiksa? Jika ya

mengapa? Jika tidak mengapa?

c. Apa yang membuat saudara memeriksakan diri dan berobat

kepuskesmas ini?

d. Kemana saja saudara sudah berobat sebelumnya?

e. Siapa yang memotivasi saudara untuk berobat di Puskesmas Mogang?

f. Siapa yang memotivasi saudara untuk menggunakan obat yang

diberikan oleh petugas kesehatan?

Universitas Sumatera Utara


TABEL MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH
INTERVIEW) DETERMINAN PENCAPAIAN PENEMUAN KASUS
(CASE FINDING) PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS
MOGANG KECAMATAN PALIPI KABUPATEN
SAMOSIR TAHUN 2018

Tabel Matriks 1. Kemampuan Petugas

Informan Pernyataan
Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan P2TB Paru, bila ya berapa
kali?
Informan 1 Penah,,, sekali pernah deek
Informan 2 Oohhh,, pernah dek tapi Cuma sekali saja
Informan 3 Ya,, pernah dek, sudah dua kali dek
Informan 4 Ooohh,, TB Paru dek? Pernah tapi ,masih Cuma sekali dek
Apakah instansi yang yang megadakan pelatihan P2TB Paru tersebut?
Informan 1 Kemarin dari Dinas Kesehatan Provinsi dek, di Medan kalau nggak
salah dek.
Informan 2 Iya,,, di tingkat provinsi dek, berarti Dinas Kesehatan Provinsi lah
dek
Informan 3 Hhmm, sekali di Rumah Sakit, sekali di Puskesmas tapi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Samosir dek
Informan 4 Iya,, sama keg kaka itu dari Dinas Kesehatan Provinsi juga dek.
Apakah saudara dalam Bertugas mempunyai “URAIAN TUGAS” yang
dapat dilihat setiap saat? (biasanya terdapat dimeja tugas)
Informan 1 Oohh, ada dek namanya SOP sama kami dek,, tapi memang gak
ada saya tempel dimeja dek, udah ingat-ingat lah dek
Informan 2 Nggak ada dek,, saya kan penanggung jawab dek, ya saya tau tugas
saya apa aja, jadi saya rasa nggak perlu dek
Informan 4 Ada,, ada.. ha.. SOP namanya dek
Pada setiap awal tahun, apakah saudara ada membuat rencana kerja?
Informan 1 Iya,, ada dek. POA kan? ada kog
Informan 2 Ya ada,, tapi rencana biasa saja dek. Soalnya kan saya menerima
laporan dari setiap pemegang program, ya punya mereka yang
saya laporkan lagi dek
Informan 3 Ya,, kan pemegang program membuat perencanaan, lalu diajukan
ke saya, lalu kami bahas bersama dek, baik itu di minlok atau rapat
dilintas program dek. Itu mereka yang merencanakan dulu lalu
mengajukan lah dek ke ibu.
Informan 4 Hhmm,, ada bikin dek ada.. POA sama kami dek, Planing
OrganiSation Action kpanjangannya dek
Apakah anda melakukan pencarian kasus penderita TB secara aktif ke
setiap rumah wilayah kerja puskesmas anda?
Informan 1 Untuk sekarang ini memang tidak ada dek. Hmm,,,Kita hanya ada
jemput bola pasien yang udah menjalani pengobatan, itupun kalau

Universitas Sumatera Utara


nggak datang ya dek,, kegmanalah,,, mana sempat juga dek, berapa
rumah coba,,haha,, bisa berapa bulan kami ngerjakannya nanti.
Informan 2 Yahh,, gak ada sih dek,, tapi kegmanalah gak sempat, jauh-jah
smua, kami sibuk, iya kan?,,, paling kita mengharapkan kesadaran
masyarakat dan bindes kamilah dek.
Informan 3 Sejauh ini dek memamng tidak ada,, dikarenakan waktu, jarak, dan
kemanpuan kamilah dek,, udah gitu memang kita hanya masih
mengharapkan kesadaran mereka lah dek,,yahh,,,, beginilah dulu
dek.
Informan 4 Saya rasa nggak ada sih dek, tante pun sibuk urus yang lain, udah
gitu payah dek,,, cemlah dek, sebanyak itu lagipulak bukannya
dekat-dekat.
Apakah setiap penderita batuk pilek lebih dari 2 minggu dianjurkan untuk
memeriksakan diri?
Informan 1 Yahhh, seharusnya dek, tapi tetapnya nggak ada, banyak alasannya
masyarakat ini dek, kadang dibilang cuma batuk aja, flu, sibuk
kerja, smualah alasan. Kita juga buat poster padahal di puskesmas.
Informan 3 Setau kaka adanya pengumuman sama poster di puskesmas ini,
dulu pun adanya penyuluhan. Tapi gak mau taunya, jadi
kegmanalah dekku,,, ya gitulah dulu.
Informan 4 Hmm,, seharusnya harus dek,, tapi apalah,, kita udah berkerja
semampu kita, tapi tetap ini hasilnya dek,, semogalah kedepannya
bisa lebih bagus dek.
Apakah anda menanyakan pada penderita TB mengenai riwayat
pekerjaan/penyakit pasien?
Informan 1 Yahh,, kalau pekerjaan itukan udah di,,,, apa itu dek, di form data
pengisian, ya,,, otomatis kalau pekerjaannya sudah tertera dek,,
masalah riwayat penyakit memang tidak ada, paling kita Cuma
mengecek langsung kesehatannya, trus cerita gitu ya,,,,
dibilanginlah seluruh keluhannya ya kita perjelas – jelas, hmmm
dan kita cek lah dek.
Apakah dalam penemuan kasus penderita TB menjalani pemeriksaan klinis
dan laboratorium untuk memastikan ia benar-benar menderita TB,
klasifikasinya, dan jenis obat mana yang diperlukan?
Informan 1 Ohh,, iyalah dek, kita pun pengennya sehat org itu, kalo setiap
pasien yang datang berobat kita akan langsung periksa smua, trus
berikan arahan kan dek,,,, baru,,, yah kita obati dek.
Informan 2 Iya dek, kita suruhlah di cek, trus dikonfirmasi hasilnya kan dek,
baru diobatilah dek.
Informan 4 Yalah dek,, kaka lah ayang cek itu. Haha,,, tapi itulah dek, kadang
gak rajin datang, ya kita tanyakan bidannya untuk melihat
warganya. Obntnya pun ya kita sesuaikah dengan tipe nya kan dek,
kalau ada ganti obat dibilangin kemana mereka belinya dek.
Apakah saudara memberikan penjelasan tentang jenis-jenis penyakit TB dan
penyebab TB kepada pasien?
Informan 1 Hehe,, sampai sejuh itu nggak ada sih dek, ya kita Cuma member

Universitas Sumatera Utara


tahu penyakit dia, trus,,, yah kita bilangin untuk berobat, dan
supaya datang lagi untuk cek berkala.
Informan 4 Yah,, nggak lah dek, itu yang tau pastinya hanya kami aja memang
dek, cuman kan,,,, yah kita bilang sama meraka apa penyakitnya
dan seharusnya harus langsung diobati, ya kita bilang juga bisa
sembuh, kita kasih keterangan secukupnyalah dek.
Apakah saudara melakukan pemeriksaan ulang dahak secara berkala
memantau kemajuan pengobatan dan tidak putus obat selama pengobatan (6
bulan)?
Informan 1 Yah,, tentu,, kalau pasien datang ya kita akan mengecek, trus kita
pantau perkembangannya, masalahnya kan dek yang nggak datang
ininya kadang, mau dibuat kegmana.
Informan 4 Iyalah dek,, kita akan pantau, kita cek, dan kita konfirmasi lagi, tapi
kalau datang ya, tapi kalau nggak datang, bagaimana mau di di cek,
itulah dek,, hmm yang saya bilang tadi yah,, kami mengharapkan
kesadaran pasiennya sama bindesnya supaya ikut memantau juga.
Apakah saudara memberikan pelayanan TB sesuai jenis penyakit yang
diderita?
Informan 1 Ya pastilah dek,, hehhe,, gak mungkin nggak kan,,
Informan 4 Ya lah dek,, ya kita kasih sesuai reseplah dek.
Apakah saudara menyarankan pasien untuk mengajak keluarga pasien yang
kontak rumah untuk memeriksakan diri apakah tertular atau tidak?
Informan 1 Hmm,,, gak ada dek, memang kita hanya terfokus pada pasien aja
memang dek, tapi yah,,begitulah dek.
Informan 2 Yah,, kalau tentang itu dek,, tante kurang tau, paling saya hanya
membantu sekilas, memang TB ini menular,, hmm,, tapi,,yah masih
seperti inilah dekku.
Informan 4 Seharusnya sih dek, ini kan memang sangat tertular, bagaimanapun
kan kemungkinan besar bisa kena istri atau anaknya,, cuma
memang sejauh ini tidak ada kita bilang hanya pasiennya aja yang
kita pastikan harus datang ke puskesmas lagi.
Apakah program P2TB Paru termasuk program yang menjadi perhatian
saudara?
Informan 2 Iya,,,, karna inikan indikator SPM dan memang menular, tapi ya
perhatiannya memang gak terkhusus dek, soalnya masih banyak
program yang harus diperhatikan dek. Jadi ya berjalan biasa saja
dek
Informan 3 Iya dieperhatikan, tapi bukan menjadi sebuah prioritas dek,, tapi
kan dek pada umumnya semua harus juga tetap diperhatikan, jadi
masalah diperhatikan ya diperhatikan sesangggupnya dek dan
bukan jadi yang paling utama dek
Apakah saudara ada membuat laporan hasil kerja setiap akhir tahun, dan
melaporkannya kepada atasan saudara?
Informan 1 Iya,,, setiap bulannya kami dek, kan ada laporannya setiap bulan,
ada minlok tiap bulan. Jadi disitulah dibicarkan setiap program,
biasanya disitu dibahas semua perkembangan dan masalah kami.

Universitas Sumatera Utara


Dan disitu kami melaporkan semua kekurangan disetiap program
yang menjadi masalah dan membahasnya bersama.
Informan 2 Ada dek, semua yang masuk program P2M ngasi ke tante, trus
tante laporkan dulu ke kapus, baru lapor ke dinkes dek
Informan 4 Ada, tapi ada juga kaka per triwulan, jadi,,, dalam setahun ada
empat kali, di kasi ke kapus, lalu k dinkes, dinkes cross check
dengan provinsi lalu di berikan arahan kembali.
Menurut saudara bagaimana kinerja petugas pemegang program P2TB
Paru?
Informan 3 Yahh,,hmm,, mereka sudah melakukan sesuai SOP, paling
kendalanya yaitu tadi pencapaian suspeknya mungkin kan karna
dari masyarakat, dari…., yahh,,, sudah melakukan SOP cuma
dalam pencapaiannya belum maksimal dek.
Apakah saudara melakukan evaluasi program P2TB Paru setiap akhir
tahun?
Informan 2 Yahh ,, evaluasi keg mana ya dek, kami saling megevaluasi dek,,
kadang nggak enak juga kan ngevaluasi, paling kami saling sharing
aja dek, kegmana biar kerjanya bagus.
Informan 3 Kalau masalah evaluasi selalu kita evaluasi dek, bagaimanalah biar
bisa maju dan bisa kerjaannya bagus dek
Jika pemegang program P2TB Paru sudah lebih dari 5 tahun, apakah
dilakukan penyegaran dengan rotasi jabatan misalnya
Informan 3 Hmm, belum memang, sampai saat ini belum karna,,,mmm,,,belum
ya belumlah dek karna masih memang tenaga kesehatan kurang
dek, terutama tentang yang paling paham akan ini kan gak semua
dek, jadi serba susah.
Apakah dilakukan mini lokakarya bulanan? dan apakah TB Paru selalu
dibahas?
Informan 3 Ya ada dek, tiap bulan ada minlok, masalah dibahas, nggak selalu
dek, mana yang lagi punya masalah untuk dibahas baru dibicarakan
dek
Apakah dilakukan mini lokakarya triwulan?dan apakah TB Paru selalu
dibahas?
Informan 3 Triwulan ada dek. Intinya dek mana yang timbul masalah pasti
dibahas dek, bukan berarti hanya TB diutamakan nggak dek.
Apakah saudara melakukan penyuluhan promotif aktif tentang TB Paru ke
masyarakat?
Informan 1 Yahh,, ada dek. Tapi tetapnya cuma rutinitas biasa, orang gak nya
mau datang banyak orang dek. Makanya kaka bilang bosan kali
disini
Informan 2 Ada dek,,, tapi tante gak aktif kalilah, sekali-kalinya dek
Informan 3 Iya,,ada tapi memang eee,,, tetap tidak pernah meencapai target
dek, mungkin sampai inilah dulu. Masyarakat pun hmm,, sedikit
datang, dan memang tidak terlalu sering dilakukan penyuluhan dek
Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau
kelompok

Universitas Sumatera Utara


Informan 1 Perorangan yah,, lebih mendalam dek
Informan 2 Iya,, lebih bagus penyuluhan perorangan, mereka bebas
menanyakan dan tidak segan dan malu, cumakan,,, waktu dan dan
orangnya yang susah diatur dek
Infprman 3 Kalau perorangan kan kita, eee,,,kadang waktu yang nggak
mencukupi kan jadi kalau kelompok karna itu memang kegiatan
yang gak bisa kita lakukan kelompok dan,,,sebenarnya sih tetap ke
perorangan yang lebih bagus, cuman kan kadang tetap juga yang
kita lakukan kelompok karna mengingat waktu kita, baru sasaran
yang mau dicapai, dua-duanya bagus.
Informan 4 Peroranganlah dek lebih bagus kan,, masyarakat gak malu-malu
nanya dan bisa lebih mendalam taunya dek
Apakah saudara pernah melakukan pemeriksaan, pencataan, dan pelaporan
P2TB Paru?
Informan 3 Pernah,,,waktu dirumah sakit ya,,,memeriksa,lalu mengisi form
tentang TB Paru, disitu melakukan diagnosa, dan mencatat laporan.
Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding P2TB
Paru belum mencapai target?
Informan 1 Masyarakatnya ya,,,, gak bisa diajak kerja sama dek, diminta
dahaknya biar diantar nggak mau. Mau kegmanalah
Informan 2 Menurut tante masyarakatnya lah dek, mereka nggak ada yang mau
datang periksa kalau sudah ada gejala demikian, jadikan kami
menunggu mereka tapi nggak ada yang datang dengan keluhan
utuk TB dek.
Informan 3 Ini dek,,, masyarakatnya kurasa ya dek,, Cuma dilain sisi memang
kan dek kita nggak ada nih terjun langsung ke desa-desa untuk
melihat lapangan tentang TB Paru ya seharusnya bidannya yang
lebih harus aktif disini. Karna kan dek yang lebih kenal dengan
masyarakat nya ya bidan desa nya dek. Jadi disini pun
masyarakatnya gak ada aktif untuk cek dahak, bidannya pun
mungkin kurang aktif ya,,,, itulah mungkin penghambatnya dek.
Informan 4 Apa ya,, mungkin masyarakatnya, satu sisi masih malu iya kan?
Satu sisi lagi apa ya?,,mungkin kerja bidannya yang kurang baiklah
ya soalnya kalau bukan karna bidan kami nggak akan mencapai
target apa-apa apalagi TB. Kalau nunggu-nunggu pasien datang ke
puskesmas ini nggak mungkin tercapai. Jadi kalau ada kerja sama
kami yang baik dengan bidan desa mungkin tercapai. Jadi bidan
desa ini yang kami harapkan ke masayarakat mengiya-iyakan,
mengayo-ayokan supaya kalau batuk “ayo tamping”,,, cumin
banyak masyarakat yang tidak mau, satu sisi dibilang bukan batuk
gitu aku, satu sisi akh jadi malu aku nanti kalau aku TB Paru, itu
aja she dek.

Universitas Sumatera Utara


Tabel Matriks 2. Beban kerja petugas

Informan Pernyataan
Menurut saudara apakah perbandingan jumlah petugas dengan jumlah
kunjungan pasien masih sesuai?
Informan 1 Hmm,,, masalah kunjungan sih dek,, masih bisa aja kita layani
meskipun memang sangat repot, trus banyaknya kerjaan yang lain
dek, tapi maunya memang adalah nambah pekerja lagi,biar gak
sering antri dek.
Informan 2 Untuk tante karna banyak kali tante pegang nggak lah,, hahha,,
smua laporan menumpuk, trus merawat pasien lagi, iya kan,,, jadi
kurang cukup menurutku dek petugasnya.
Informan 3 Menurut ibu yah,, masih bisa di tolelir lah ya dek,, memang kita
pun kewalahan dengan jumlah penduduk kita yang memang banyak
ya dek, memang sebaiknya yah,,, adalah petugas tambahan dek.
Informan 4 Kalau menurut kaka sih dek untuk pekerjaan kaka sendiri masih
bisa kaka tangani dek, karna gaknya banyak kali yang periksa lab
dek, paling buat laporan sama kerjaan lainnya yang buat sibuk dek.
Apakah jumlah petugas dengan tugas-tugas diluar gedung puskesmas masih
sesuai?
Informan 1 Nahh,,, inilah kegnya nggak dek,hahaha,,,terlalu sibuk dek, belum
lagi kmarin masalah akre, sibuklah memang.
Informan 2 Tante bilang nggak dek, soalnya dek tante gak sanggup sendiri
kadang memegangnya dek. Maunya adalah kawan tante ngurus
smua laporan sama hal-hal yang pentinglah dek.
Informan 3 Hmmm,,gini dek, yah,, memang kita sangat sibuk dek, saya pun
ingin juga petugasnya nambah, tapi mungkin hanya yang ada
dululah dek yang dimanfaatkan.
Informan 4 Yah,,, kaka cuma disininya, paling ikut ada rapat,,meskipun
memang sibuk dek, saya rasa kami pun kewalahan dek.
Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan program yang
saudara pegang?
Informan 1 Tugas pokok sih dek yah,, namanya smua campur dek, jadi
disesuai-sesuaikan aja. Meskipun memang bukan kesitu
keahliannya kan dek.
Informan 2 Hahaha,, campur aduknya semua dek, bukan jurusan tante tapi
harus dipelajari, ya sama-sama kamilah belajar didalam dek, kan
itunya dek.
Informan 3 Iya lah dek,, saya sebagai kapus mengerjakan sesuai tugas saya,
meskipun saya harus masih merangkap kerjanya, sebagai dokter dan
kapus harus bisa sama-sama dijalani dek.
Informan 4 Tentulah dek, kan memang saya pun dari analis jadi sesuai dengan
tugas saya, meskipun tetap ada tugas lain yang dikerjakan dek, jadi
saya rasa pas dek.
Apakah saudara merasa jenuh menangani proses pencarian kasus TB Paru
karena menyita waktu yang cukup lama?

Universitas Sumatera Utara


Informan 1 Jenuh sih dek,, tapi memang karna prosesnya lama, pelaporannya
juga, trus orang-orangnya susah jadinya bosan kali aq dek, pengen
yang lain ajalah maunya.
Informan 2 Hmm,, jenuh sih dek, apalagi laporannya ininya dek, padahal
orangnya payah diurus kan dek, jenuh memang tante dek.
Informan 3 Yah menurut saya dek, dibilang jenuh nggak, dibilang nggak jenuh
nggak juga, yah memang harus pintar-pintarlah dek, soalnya pun ini
memang salah satu yang susah nyari orangnya dek.
Informan 4 Yah,, memang masalah jenuh ada dek, meskipun ini memang kan
udah kerjaan saya, dahak trus dek,, hahha,, tapi bagaimana pun pasti
ada rasa jenuh dalam mengerjakan sesuatu dek.
Menurut saudara apakah beban kerja saudara sesuai dengan kemampuan
dan keahlian saudara? Atau apakah terbebani dengan tugas saudara?
Informan 1 Kurasa nggak dek,,, karna hanya saya sendiri dek dibagian ini,
dengan banyaknya tugas dek apalagi kaka masih ada tugas yang
lain yang saya pegang dek. Maunya entah ada kawan kaka satu
orang biar terbantu itu dek. Soalnya saya mencari, saya mencatat,
saya buat laporan, belum lagi kalau ke lapangan dek.
Informan 2 Menurut tante tebebani lah ya dek, karna kan P2M ini banyak dek.
Jadi kan hanya tante disini yang menanggung jawabi kadang tante
suka kesal karna banyaknya laporan dan program dek. Entah adalah
maunya kawan tante kan ngurus. Entah kawan bicara pun jadilah
biar gak bosan sendiri.
Informan 3 Yah,, inikan sudah jadi TUPOKSI dek, memang kan ini berat, tapi
bagaimana pun inilah memang pekerjaan saya, kalau merasa
terbebani, pastilah ini adalah beban yang harus dipikul
bagaimanalah biar bisa tercapai semua program dek, jadi,, ya,,,
tetap harus dijalani dek.
Informan 4 Tidak terlalu memang dek, karena kan sudah memang TUPOKSI
kaka. Masalah beban pastilah ada dek, apalagi cuma kaka yang di
lab, belum ada yang di lab selain kaka dek, jadi semuanya sama
sayalah apa yang mau diperiksa dek jadi sedang-sedang aja rasanya,
inikan memang sesuai keahlian juga memang bagian disini kaka
dek.

Tabel Matriks 3. Motivasi Kerja Petugas

A. Motivasi intrinsik

Informan Pernyataan
Sudah berapa lama saudara menjadi penanggung jawab program P2TB
Paru di puskesmas ini?
Informan 1 6 tahun, rasanya sudah lama lah dek
Irforman 2 8 tahun dek, ini-ini aja, hehe….
Informan 3 4 tahun dek. Masih baru lah dek

Universitas Sumatera Utara


Informan 4 Mulai tahun 2008 lah dek,,,sudah ada 10 tahun dek
Apakah saudara merasa senang atau jenuh? jika ya, bagaimana usaha
saudara agar tidak jenuh?
Informan 1 Hmm,, jenuh kali dek, jenuh disenang-senangilah macam mana
mau dibilang, keg mana ya dek,,,gak ada jawaban. Pengen kali
pindah dek tapi gak bisa-bisa juga.
Informan 2 Yahh,, jenuh pasti dek paling biar gak jenuh saya biarkan dulu gitu,
ya saya hibur diri sendiri. Tapi kegmanalah kerjaan banyak dan ada
tuntutan terpaksa harus dikerjakan
Informan 3 Setiap pekerjaan kan harus dinikmati, jenuh itu wajar yak an,,, pasti
karna banyaknya pekerjaan tapi kan harus tetap dinikmati harus
dilaksanakan kan dek
Informan 4 Hmm,, jenuh seh nggak dek, kalau udah pekerjaan nya udah jadi
TUPOKSI, kan TUPOKSI dek, cuma, memang adalah beban dek.
Apakah saudara mempunyai keinginan agar case finding TB Paru mencapai
target sebagaimana yang diharapkan?
Informan 1 Pengen kalilah,,,justru karna gak tercapai itu makanya awak jenuh
dek
Informan 2 Yah,, pasti adalah dek, biar tercapai lan pencapaiannya.
Informan 3 Pasti… pasti pengen tercapai, cuman kan ya itu tadi SOP sudah
dilaksanakan, penyuluhan juga sudah dilaksanakan,eee,,, kontak
serumah sudah dilaksanakan, tetap juga memang itulah yang ada
pencapaiannya, kalau mencapai ya puaslah kan gitu kan,,,, itukan
kerja sama antara pemegang program dengan kita, kalau gak
tercapai ya kita motivasi juga untuk petugas desa trus kalau di
poliklinik kalau ada dicurigai kita anjurkan memeriksakan dahak
dan tetap juga kita lakukan evaluasi program pada akhir tahun
Informan 4 Apa? Adalah… kalau nggak ada gak mungkin kami melakukan
penyuluhan terus, hanya tahun ini yang nggak ada penyuluhan
kepada pasien TB Paru dan kepada masyarakat di desa Palipi, gak
diapain tahun ini gak dimasukkan. Jadi tahun-tahun lalu kami
berusaha STOP TB, tapi ya ginilah tetap
Bagaimana sikap saudara apabila case finding berhasil?dan apa yang
saudara lakukan , bila case finding tidak mencapai target?
Informan 1 Ya kalau tercapai sangat senang dek,itulah kalau nggak tercapai
kecewa lagi makin jenuh,,, paling kaka buat apalah,buat rencana
tindak lanjutlah apa yang mau ditentukan dan rencanakan lagi dek
trus kaka diskusikan ke kapus dek
Informan 2 Ya kalau tercapai sangat-sangat senang dek, gak kena tegor lagi,,,
kecewa trust ante dek gak pernah berhasil. Paling untuk
menanganinya tetap tante evaluasi dan buat rencana tindak lanjut,
trus nanya lagi ama pemegang TB dek ka opsa.
Informan 3 Ya pasti senang kali lah dek, kita motivasilah petugasnya dek biar
lebih giat.
Informan 4 Ya senang kali loh dek, kenapa senang? Kurang beban kerja
memeriksa dahak-dahak itu, bosan juga memeriksa dahak tapi

Universitas Sumatera Utara


karna sudah TUPOKSI ya dilaksanakan.
Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?
Informan 1 Yah,, buat rencana barulah dek, kita evaluasi lagi, memang dek,
payah, cemanalah masyarakat ini gak mau datang.
Informan 2 Yahh,,, kita harapannya tercapai ya dek,, tapi memang ya beginilah
hasilnya, kita meminta sama bindes biar dibawain dahak warga,
tapi payah kali mereka cuma ngasih dahaknya aja, padahal dikasi
botol langsung, tapi tetap aja.
Informan 3 Hmmm,, seperti yang saya bilang dek, paling jemput bola pasien
lah dek, belum ada lah yang signifikan untuk menanganinya dek
Informan 4 Yah,,, paling di tegur,,disuruh untuk tingkatkan kinerja, trus kita
buat perencanan baru dek, ya kita berusaha untuk mencapai target
lah memang dek, sesuai kemapuan kita ya.
Berdasarkan hasil case finding tahun 2017 belum mencapai target, apa usaha
yang telah saudara lakukan untuk menyikapi hal ini? (lakukan cross check
dengan pemegang program P2TB Paru?
Informan 3 Yah,,, hehhe itulah dek,,,, ngeri memang pencapaiannya. Paling
kemarin kan jemput bila untuk suspek yang kita anjurkan datang,
tapi nggak datang. Itu aja sampai sejauh ini dek. Serba susah dek,
waktu kita gak cukup, orangnya kurang. Sebenarnya yang kita
harapkan ya maunya aktif nya bidan desa lah dek tapi ya
demikianlah keadaanya dek.

B. Motivasi ekstrinsik

Informan Pernyataan
Apakah saudara pernah mendapatkan pujian dari atasan saudara
sehubungan dengan TUPOKSI saudara?
Informan 1 Pujian belum pernah dek, belum pernah sama sekali dek
Informan 2 Hmm,, pujian ga adalah dek, ya gini-gini ajanya dek kerjaan.
Informan 4 Pujian nggak pernah dek, kalau dibilang pujian kami nggak pernah
kami nggak pernah dapat capaian terbagus, selalu ditengah kalau
nggak ditengah ya dibawah dek,hahaha,,,,,.
Apakah saudara pernah mendapatkan bimbingan,arahan,atau teguran
sehubungan dengan TUPOKSI saudara? Bila pernah kapan?
Informan 1 Ya paling arahannya tingkatkan kinerja gitu aja dek, tapi kalau dari
wasor kami selalu di tegur, dimarahi lah dek. Arahan selalu dikasi
pas minlok atau rapat gitu
Informan 2 Ada dek, disemangati juga ada, ditegur juga ada. Tapi tetapnya ini-
ini aja yang masalah dek. Kami ka nada minlok dan rapat intern
disitulah dikasih arahannya dek
Informan 4 Arahan dan bimbingan ada dek,, apalagi teguran,, ahahha,, selalu
ditegor wasor kami dek, direpetilah dek. Apalagi pas rapat wasor
kena tegor lah.
Apakah saudara pernah mendapatkan piagam pengahargaan sehubungan

Universitas Sumatera Utara


dengan TUPOKSI saudara?
Informan 1 Belum pernah dek.. belum sama sekali
Informan 2 Gak pernah dek,, kami nggak diakui disini analisnya. Hahha,,, yang
dapat-dapat disini yang menangani pasiennya seperti gizi, perawat,
bidan, karna kami kan di lab jadi yang melayanikan bidan dan
perawat, ya merekalah.
Informan 3 Belum dek, belum pernah,,,
Informan 4 Ohhh,, belum pernah dek, sama sekali nggak ada dek
Apakah saudara pernah menjadi paramedik berprestasi?
Informan 1 Yang ini juga nggak pernah dek, hahha,,,
Informan 2 Apalagi inilah dek, tante mana dapat
Informan 3 Nggak ada dek, belum.
Informan 4 Nggak ada dek, gak diakui dek,hahhhha,,,
Apakah saudara mendapatkan insentif untuk pelaksanaan tugas saudara
ini?
Informan 1 Nggak,, gak ada dek
Informan 2 Hahah,,,, nggak ada dek, apanya yang mau dikasi.
Informan 4 Oohh,, insentif nggak ada dek, paling kalau saya mendapatkan slide
positif baru dikasi uang, gitu aja dek. Masalah insentif gitu-gitu gak
ada dek
Apakah saudara memberikan insentif untuk pelaksanaan P2TB Paru ini?
Informan 3 Nggak dek,, nggak ada,hehe, ya gitulah dek.

Tabel Matriks 4. Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru

Informan Pernyataan
Apakah saudara pernah mendengar tentang penyakit TB Paru? Dan
menurut saudara apakah TB Paru itu?
Informan 1 Pernah.. TBC ada batuklah…seperti itu kan.
Informan 2 Pernah… TB itu penyakit menular yang disebabkan bakteri, bisa
batuk berdarah dan Mematikan.
Informan 3 Oohh. TBC? Pernah… yang saya tau itu menular dan bahaya.
Informan 4 Iya pernah... itulah yang nggak saya tahu, apa itu TBC
Informan 5 Ooh… pernah, itulah yang tidak saya tau, TB adalah TBC. Hahhaha
Informan 6 Ya pernah.. saya nggak tau betul
Informan 7 TB Paru? Ya saya dengar tapi nggak tau itu apa
Informan 8 Iya pernah.. TB itu bastuk dan sesak
Informan 9 Ya pernahlah… TB itu menular. Bisa di obati
Informan 10 Pernah.. TB itu katanya menular
Darimana saja saudara memperoleh informasi tentang penyakit TB Paru?
Informan 1 Dari puskesmas. Bidan yang memeriksa saya
Informan 2 Dari perasaan saya, trus saya langsung ke rumah sakit disitu saya tau
semua
Informan 3 Dari puskesmas. Waktu memeriksakan diri
Informan 4 Kemarin, kaka saya heran karna batuk saya, di tes dia dahak saya,

Universitas Sumatera Utara


rupanya TB, lalu di bawa langsung ke puskesmas. Dari ibu yang
memeriksa saya di puskesmas saya lebih tau
Informan 5 Puskesmas. Ada ibu bidan disitu yang mengatakan sama saya
Informan 6 Ya dari puskesmas
Informan 7 Dari ibu bidan di desa saya, lalu dari puskesmas lagi
Informan 8 Dari puskesmas dek. Waktu memeriksa batuk
Informan 9 Puskesmas lah dek. Dibilangin saya TB
Informan 10 Puskesmas dek, waktu itu saya pigi kesaan untuk periksa disitu
mereka bilangin kegnya saya kena TB gitu
Apa yang saudara ketahui tentang penyebab penyakit TB Paru?
Informan 1 Penyebabnya karena saya kelelahan, waktu itu saya kelamaan
mencangkul sampai sesak, makanya saya kena TB, baru karna saya
kena angin trus
Informan 2 Penyebabnya dulu, saya sering begadang dan tidak makan teratur.
Kamar kost saya juga lembab, mungkin disitulah kuman itu
berkembang dan jadi saya hirup
Informan 3 Ya… gak tau, karna kelelahan dan debu katanya
Informan 4 Gak tau, aku Cuma merasa sesak ya disuruh periksa ya periksa
Informan 5 waktu itu saya batuk dan keringat di malam hari
berminggu-minggu. Saya merasa sesak, ya cuma itu
Informan 6 Ya karena capek kerja sama banyak hirup angin malam katanya
Informan 7 Gak tau, katanya ada pengaruh angin sama rokok
Informan 8 Yahh..karena lelah dan angin dek
Informan 9 Hahaha….gak tau karena apa, saya kira dari debu
Informan 10 Dari anginlah kan, saya sering keluar malam jadi kena angin malam
ya kenalah TB
Menurut saudara, apa gejala dan tanda pentakit TB Paru?
Informan 1 Kemarin saya batuk, kurus, dan sesak sekali
Informan 2 Saya kemarin drop, batuk terus dan gak nafsu makan, sakitlah
memang
Informan 3 Sesak nafas memang sama batuk terus di pagi hari
Informan 4 Nyeri, sesak, batuk, ya gitulah dek
Informan 5 Dada saya sesak, keringat malam hari, ya gitu terus
Informan 6 Dingin, ya… sesak kalilah memang
Informan 7 Kurusan lah sama batuk. Pokoknya tersiksa lah
Informan 8 Yang pertama saya batuk, sesak, keringat malam
Informan 9 Saya nggak selera makan sama batuk gitu terus
Informan 10 Ya batuk, sesak, gitu-gitu. Yah….. gitulah dek
Sudah berapa lama saudara merasakan gejala dan tanda penyakit TB Paru?
Informan 1 Sepertinya dua sampai tiga minggu lah gejalanya
Informan 2 Gak tau, kegnya setahun lebih, kadang kambuh kadang nggak
Informan 3 Lebih dari tiga minggu kegnya
Informan 4 Lama dek, ber tahun-tahun kegnya. Karna saya kan kerja jadi nggak
tau
Informan 5 Sampai ber bulan-bulan juga, sepertinya di bulan November 2016
sampai februari tahun 2017, lama lah gejalanya

Universitas Sumatera Utara


Informan 6 Sudah merasakan gejalanya dan bulanan seingatku lah, sepertinya
begitu
Informan 7 Berbulan-bulan dek, kira-kira segitulah
Informan 8 Kira-kira seminggu sampai dua mingguan lah terasa
Informan 9 Kalau seingat saya dua mingguan lah kemarin
Informan10 Oohhh…gejalanya kemarin dua mingguan batuk, ya sampai ke
puskesmas, Begitulah
Bagaimana proses sehingga anda bisa ditetapkan sebagai penderita TB
Paru?
Informan 1 Kemarin itulah ya nang,,, karna saya sesak-sesak gitu, trus batuk
sakit kali, pigila saya ke puskesmas, di ceklah ka, dibilang
kemungkinan TBC katanya, dikasih lah dulu saya obat sementara,
semingguan datang lagi saya minta obat, yah,, dibilanglah saya
TBC, disitulah saya tau saya kena TBC katanya.
Informan 2 Yah,,, saya pigi kerumah sakit dulu waktu di Jakarta, karna saya
sudah sakit kan, trus disuruh pulang orang tua, ya saya di bawalah
ka ke puskesmas Mogang, saya di ceklah, kemudian dibilangin aku
kena TBC.
Informan 3 Taunya saya kena TBC dari puskesmas lah kan, setelah saya
diperiksa kemarin,, yahh,, dibilanglah saya TBC, dibilanglah
aturannya, datang periksa, dikasi obat, ya gitulah.
Informan 4 Yahh,, saya nggak tau, pokoknya waktu itu saya diperiksa, dibilang
kena TBC, dikasi obat, ya gitulah. Trus saya disuruh datang minta
obat kalau sudah habis, ya keg gitulah,,
Informan 5 Oohh,, itulah bere, waktu itu saya sesak, batuk sampe berdarah,
pigilah ke puskesmas kan, di ceklah katanya dahakku, dibilanglah
saya keana TBC. Karna saya ingin sehat saya pigi juga lah ke RS
Pangururankan. Dibilanglah saya juga TBC. Keg gitulah.
Informan6 Saya taunya dari puskesmas Mogang setelah saya diperiksa
memang.trus dibilang TBC, diobatilah saya.
Informan 7 Yahh,, diperiksa ibu itu saya, dibilanglah saya TBC, ya begitulah.
Informan 8 Kemarin saya yah,, diperiksa setelah saya datang, saya kasih tau
keluhan saya, lalu diperiksa, kata bidannya saya kena TBC katanya.
Dari situ saya tau saya TBC an.
Informan 9 Oohh,, saya tau dari ibu yang dipuskesmas dek, diperiksalah dahak
saya, trus dibilang saya kena TBC. Yah,, disuruh lagi harus datang
sering meriksa katanya.
Informan10 Saya sesak dan sakit dada, trus saya pergi dengan istri ke puskesmas,
katanya saya dibilang TBC setelah periksa, katanya kalau cirri-ciri
saya kemarin pasti TBC, baru saya disuruh lagi datang katanya
lihat hasil laboratorium, yahh,, memang saya TBC lah katanya

Universitas Sumatera Utara


Tabel Matriks 5. Tindakan Pasien

Informan Pernyataan
Siapa yang menganjurkan saudara untuk memeriksakan diri?
Informan 1 Yahh..saya ingin pergi ke puskesmas, ingin sehat, dan anak-anak
juga
menganjurkan supaya saya memeriksakan diri segera ke puskesmas
Informan 2 Pertama saya bingung, akhirnya orang tua saya menjemput saya
karna sakit. Lalu menganjurkan periksa kembali dan berobat ke
Puskesmas Mogang
Informan 3 Biasa saja awalnya, Cuma karna disuruh kawan-kawan ya saya pigi
Informan 4 Saya biasa saja, cumin kaka merasa kasihan sama batuk saya,
makanya dianjurkan memeriksa penyakit saya
Informan 5 Saya ber prinsip mau sehat mau hidup ratusan tahun, ya begitu
pikiran saya.Nggak ada ya mendorong hanya dorongan dari diri
sendiri saja. Istri mana peduli,hanya gaji saja yang penting, hahaha
Informan 6 Ya biasa saja, paling dianjurkan istri pergi ya pergi
Informan 7 Pertama biasa saja, tapi karna dipaksa istri sama anak-anak ya saya
berobat
Informan 8 Istri saya yang selalu menyuruh, ya saya pun ingin juga diperiksa,
karna sesak nya itu
Informan 9 Biasa saja, karan saya nggak tau sebelumnya, tapi karna istri sama
orang tua sayamenyuruh ya pergi
Informan10 Hmm..kegmanalah yang nggak tau ini, hahaha, memang yang
menganjurkan saya periksa orang tua dan istri memang
Apakah anda mengajak anggota keluarga lain untuk diperiksa? Jika ya
mengapa? Jika tidak mengapa?
Informan 1 Nggak, buat apa Cuma sanyanya yang kena ya sayalah periksa
Informan 2 Ya perlulah, tapi ada yang periksa ada juga nggak
Informan 3 Memang perlu, tapi gak sempat ya dibiarkan
Informan 4 Nggak, tidak ada periksa, saya saja kemarin malas karan dipaksanya,
makanya saya berhentikan berobat
Informan 5 Oohh..tidak ada, kan gak penting bedanya makanan kami kalau
apa…itu apamereka pake masker palingan
Informan 6 Yahh…tidak ada yang periksa, ya biasa saja, kan saya yang sakit
Informan7 Oohh..tidak ada, hanya saya yang periksa kan mereka bias
jagakesehatan dijaga mamanya
Informan 8 Tidak ada, nggak perlu. Cukup saya aja sembuh gaknya masalah.
Informan 9 Perlu, istri saya periksa tapi yang lain tidak
Informan 10 Sepertinya perlu, tapi yah… gimanalah, hahaha
Apa yang membuat saudara memeriksakan diri dan berobat ke puskesmas
ini?
Informan 1 Yahh… ingin sembuh saja sama disuruh
Informan 2 Saya mau sembuh dan melanjutkan kuliah saya lagi
Informan 3 Keg manalah, mana ada yang mau cepat mati tapi memang istri dan
anak juga menyuruh memang.

Universitas Sumatera Utara


Informan 4 Saya ingin sembuh, tapi karan disuruh ganti obat lagi ya saya malas
saya stop kan gak makan obat lagi
Informan 5 Saya masih ingin hidup lama, kan gitu masih mau lihat dunia
inilebih lama Informan 6 Yah..kasian lihat istri sma anak
aja.hahaha
Informan 7 Oohh..karna lihat anak, kasian kalau ngurus saya aja
Informan 8 Yahh.. ingin sehat saja, biar kerja lagi
Informan 9 Biar keluarga lain tidak ikut tertular katanya dek, ya saya ingin aja
Informan 10 Hahaha…kasian aja dek kalau semua jadi sakit kan
Kemana saja saudara sudah berobat sebelumnya?
Informan 1 Yahh..nggak ada, Cuma ke Puskesmas Mogang aja
Informan 2 Pertama kemarin kerumah sakit dulu sebelum di jemput pulang,
setelah itu hanya ke Puskesmas Mogang saja
Informan 3 Cuma ke Puskesmas Mogang saja, tidak kemana-mana
Informan 4 Hanya Puskesmas Mogang saja dek
Informan 5 Oohh..saya sebelumnya hanya di Puskesmas Mogang, tapi karna
saya mereka rujuk ke rumah sakit pangururan saya berobat kesan
juga baru ke Puskesmas lagi sampai sembuh. Palingan tulang bere
membaca buku kemarin. Buku majalah disitu dibuat ramuan
untuk obat TB Paru. Dia dari bawang putih, jahe begitu, tapi
diblender dulu seperti jus, itulah tulang minum sering. Untunglah
berfungsi lumayan sama tulang.
Informan 6 Tidak kemana-mana, hanya ke Mogang saja
Informan 7 Klaau aku berobatnya hanya ke Puskesmas Mogang
Informan 8 Ke Puskesmas Mogang saja, hanya kesitu
Informan 9 Hnaya ke Puskesmas Mogang dek, Cuma itu yang saya tau
Informan 10 Puskesmas Mogang lah, kan dari situ saya tau kalau saya sakit ya
saya tetap berobat kesitu
Siapa yang memotivasi saudara untuk berobat di Puskesmas Mogang? Dan
siapa yang memotivasi saudara untuk menggunakan obat yang diberkan
oleh petugas kesehatan?
Informan 1 Yah..hanya diri saya sendiri paling anak ada yang mengingatkan
Informan 2 Orang tua, mama saya ini bilang saya harus sembuh biar bias
melanjutkan kuliah lagi dan biar mama saya senang katanya
Informan 3 Istri dan anak saya lah yang menyemangati, kadang cucu bilang
harus sembuh ya opung… gitu ya saya makan lah obatnya sampai
habis
Informan 4 Cuma kaka saya saja, soalnya Cuma dia yang tau saya sakit
Informan 5 Tidak ada, saya sendiri yang ingin sembuh dan harus sehat
Informan 6 Istri saya, istri selalu semangatin dan ingatkan minum obat
Informan 7 Sekeluarga nyuruh semua, harus sehat dan minum obati habis
Informan 8 Yah… semua keluarga yang bilang supaya siap minum obat
Informan 9 Yah.. saya kan sadar itu bahaya dibiarkan, jadi saya memotivasidiri
saya biar sehat dan harus semangat, semua keluarga pun
menyemangati
Informan 10 Saya sendiri yang ingin sembuh sama di ingatin istri biar sembuh.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai