SKRIPSI
OLEH
ROYANA PARHUSIP
NIM. 141000452
OLEH
ROYANA PARHUSIP
NIM. 141000452
iii
iv
Puji dan syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi adalah
2018”. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pohak. Sehingga
pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakulltas Kesehatan
Sumatera Utara.
6. dr. Heldy B.Z., MPH selaku dosen penguji II yang telah meluangkan
10. dr. Elya Nora Girsang, selaku Kepala Puskesmas Mogang dan seluruh
11. Teristimewa kepada orang tua tercinta, Maniur Parhusip dan Hotlida Br
dan bantuan dana yang telah diberikan kepada penulis dalam menempuh
vi
kepada penulis.
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
pengetahuan.
Royana Parhusip
vii
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
Salah satu tujuan khusus dari program upaya kesehatan adalah mencegah
dan angka kecacatan (Kemenkes RI, 2016). Tuberkulosis paru (TB Paru)
merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah utama dan menjadi
perhatian global.
hidup, ekonomi dan bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. Penyakit ini
dapat menyerang siapa saja baik mulai dari balita sampai dewasa. Sekitar 75%
Hal ini akan berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar
tuberkulosis (TBC) di dunia pada 2015 mecapai 10,4 juta jiwa meningkat dari
sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah temuan TBC terbesar adalah di India
sebanyak 2,8 juta kasus, di ikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta kasus dan Tiongkok
(Cina) sebanyak 918 ribu kasus. Indonesia menjadi temuan terbanyak kedua di
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
Notifikasi Kasus (Case Notification Rate / CNR) dari semua kasus, dilaporkan
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
sebanyak 6.700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB
dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang. Tingkat resiko
untuk terserang penyakit TB Paru di Indonesia berkisar antara 1,7% sampai 4,4%.
jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor satu dari
2015 sebesar 395 per 100 ribu populasi dengan angka kematian sebesar sebesar 40
per 100 ribu populasi atau 273 orang per hari (WHO, 2016).
peguatan sistem informasi dari riset operasional, penguatan manajamen Obat Anti
penguatan supervisi PMO, dan penyediaan sarana penunjang (Dirjen PPM & PL,
2002).
hamil.
masyarakat.
mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan yang didukung oleh
mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan
global Case Detection Rate (CDR) atau penemuan kasus TB sebesar 70% dan
Cure Rate (CR) atau angka kesembuhan pengobatan sebesar 85%. Angka
setelah selesai masa pengobatan diantara pasien TB Paru BTA positif yang
Sumatera Utara terdapat Penemuan kasus baru BTA+ yaitu 14.158 kasus
per tahun (Depkes RI, 2009). Di tahun 2011 case detection rate TB Paru adalah
69,4% (Kemenkes RI, 2012). Di tahun 2016 Sumatera Utara merupakan jumlah
kasus TB Paru terbanyak setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dengan
jumlah kasus sebesar 22.643 jiwa dari 14.102.911 jumlah penduduk (Kemenkes
RI, 2017).
jumlah penduduk 123.789 jiwa, mempunyai target penemuan kasus (case finding)
sebanyak 1981 kasus, akan tetapi realisasi penemuan kasus sebanyak 1.338
Mogang, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2017, hasil pelaksanaan case
finding baru mencapai 107 (40,2%) kasus. Apabila dibandingkan dengan target
sebanyak 266 kasus dengan target kasus utama BTA+ 26 kasus, dan
pencapaiannya hanya 10 (38,5%) kasus. Angka tersebut sudah cukup baik namun
masih di bawah target Renstra Nasional Indonesia yang ditetapkan WHO yaitu
rendah.
karena kurangnya motivasi dan beban kerja petugas cukup berat yang merangkap
program lain dan kurangnya pengetahuan tentang TB Paru dan bahaya TB Paru
oleh masyarakat. Mengacu kepada uraian diatas, maka perlu dilakukan kajian
ini adalah apa saja determinan pencapaian case finding penderita TB Paru di
2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, (3)
wilayah kerjanya. Untuk menjalankan tugas dan fungsi Puskesmas (Kemenkes RI,
2016).
secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah
kerja tertentu.
2.2 Tuberkulosis
Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga meyerang organ tubuh lainnya
Kuman ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai BTA, kuman
TB Paru cepat mati bila kena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam tubuh kuman ini dapat
organ tubuh seperti kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, selaput otak dan lain-lain
M.africanum, M.bovis, M.Leprae dsb, yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan
1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.
Ogawa.
4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).
percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000
1.000.000 M.tuberculosis.
Paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40%-60% saja, dengan strategi
pengobatan DOTS yang baru ini diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai
minimal 85% dari penderita TB Paru BTA positif yang ditemukan (Kemenkes
RI,2016).
1. D (Directly)
sembuh.
2. O (Observed)
Ada observer yang mengamati pasien dalam minum obat.Hal yang diamati
yaitu saat minum obat dan dosis obat.Observer dapat berupa seorang tenaga
3. T (Treatment)
bahwa mereka akan sembuh setelah pengobatan selesai. Alat monitor berupa buku
penyembuhan.
4. S (Shortcourse)
nasional.
diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah diagnosis
pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap
fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan
dibantu oleh kader dari posyandu, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan
penderita TBC Paru BTA positif dengan gejala yang sama, harus diperiksa
sesuai gejala klinis berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Gejala
klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit selain TB, sehingga sebagian besar diagnosis Tuberkulosis anak
kinerja yang baik guna mencapai target nasional angka penemuan kasus TB Paru
minimal 70%. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance yakni prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang.
Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
seberapa besar kinerja yang dilakukan melalui sarana informasi seperti komentar
baik dari atasan dan rekan-rekan kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja
2005).
diinginkan.
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut
Gibson dkk (1996) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan
perilaku, yaitu :
1. Variabel individu
maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur, dan jenis
kelamin, asal-usul.
2. Variabel organisasi
3. Variabel psikologis
kepuasan kerja, dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan
hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar
dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi
kerja pada usia, etnis, budaya, latar belakang dan keterampilan yang berbeda-
beda.
1. Kualitas
seharusnya dikerjakan.
2. Kuantitas
Kuantitas kerja yaitu seberapa lama seseorang bekerja dalam satu hari.
3. Pelaksanaan tugas
4. Tanggung jawab
Kemauan untuk menerima beban kerja lebih, f) Imbal balik dari karyawan
kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan
kebutuhan aktualisasi atau apresiasi diri. Motivasi dalam suatu pencapaian tujuan
mempunyai maksud yang sangat luas dalam pengembangan organisasi, antara lain
sebagai berikut :
petugas disebabkan oleh faktor dari luar individu (ekstrinsik) dan dari dalam
individu (intrinsik). Faktor dari luar individu meliputi kebijakan dan aturan,
keamanan dalam bekerja dan sarana prasarana. Sedangkan faktor dari dalam
berkaitan dengan hasil kerja individu karyawan dan organisasi secara keseluruhan
(Maslow, 1984).
Ada tiga kunci motivasi dalam kinerja organisasi, yaitu kemauan berusaha,
antara lain : a) gaji yang cukup,b) perhatian penuh terhadap pekerjaan yang
seorang petugas. Semakin tinggi pendidikan seorang petugas semakin tinggi pula
motivasi kerja demi kebutuhan pribadi dan pengembangan karier (Maslow, 1984)
mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu: (1) Variabel individu, yang meliputi
dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan
kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepempinan, imbalan, struktur
dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian,
belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar
merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang
dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan
Hall TL dan Meija (1987) dalam Ilyas (2002) menyebutkan bahwa faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah: faktor internal individu yang terdiri dari: (1)
kerja dan masa kerja, (2) sikap terhadap tugas yang terdiri dari persepsi,
oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun kerja
sesuai dengan standar profesional dan telah memperhitungkan waktu libur, sakit,
1. Tuntutan Fisik
pengaruh terhadap kondisi faal tubuh dan psikologi seseorang.dalam hal inibahwa
kondisi kesehatan pegawai harus tetap dalam keadaan sehat saat melakukan
pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan dukungan sarana tempat kerja
2. Tuntutan Tugas
pegawai akibat dari beban kerja yang berlebihan.beban kerja berlebihan dan beban
banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan dan rasa monoton.
ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesin-
mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada
pekerjaan otak.
yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable)
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab itu
1. Perilaku sehat agar tetap menjadi sehat dan meningkat (healthy behavior)
Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk
lain:
2. Perilaku sakit
yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari
poliklinik, dokter atau bidan praktek swasta, rumah sakit, dan sebagainya).
Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah
perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini
antara lain:
1. Pengetahuan (knowledge)
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
mengandung vitamin C.
b. Memahami (comprehension)
Memahami objek bukan sekedar tahu, tetapi orang tersebut harus dapat
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan
(responsible).
tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
a. Praktik terpimpin
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi
penularan, pengobatan, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), sehingga terjadi
perubahan sikap dan perilaku sasaran program TB terkait dengan hal tersebut serta
masyarakat.
terkait TB.
yang berkualitas.
undangan dibidang kesehatan dan bidang lain yang terkait serta mereka
diharapkan adalah:
gejala klinik saja, suatu tindakan yang tidak dapat diterima, kerena
telah beredar juga ternyata masih banyak kekurangan dan belum dapat
bulan. Hal ini menyebapkan penderita putus berobat. Tidak jarang pula
obat.
yang ada sekarang ini memang lebih didasarkan pada simulasi dan
TB.
kesehatan semata. Perlu ada koordinasi lintas program dan lintas sektor
2.11Pencegahan TB Paru
a. Pencegahan Primer
cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain
dengan cara:
b. Pencegahan Sekunder
diagnosis dini dan pemberian pengobatan, hal ini dapat dilakukan antara lain
dengan case finding (penemuan kasus) dengan ronsen dada massal atau
c. Pencegahan Tertier
sudah terjadi, menurunkan kelemahan dan membatasi kecacatan. Hal ini dapat
infeksi paru tidak meluas, mencegah pasien yang sudah sembuh tidak kontak
v
Faktor petugas:
1. Kemampuan
2. Beban kerja
Penemuan Kasus
3. Motivasi kerja
(case finding)
Penderita TB paru
Faktor pasien :
1. Pengetahuan
2. Tindakan atau praktik
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih
Puskesmas Mogang.
Paru minimal 70% yaitu dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 16.098
jiwa, maka diperkirakan jumlah tersangka penderita TB Paru sebanyak 266 kasus.
Pada tahun 2017 hasil pelaksanaan case finding diperoleh sebanyak 107 (40,2%)
kasus, dengan target case finding BTA+ sebanyak 26 kasus dan tercapainya hanya
10 (38,5%) kasus, hal ini berarti bila dibandingkan dengan perkiraan jumlah
Penelitian ini dilakukan pada bulan februari 2018 sampai dengan selesai .
3.3 Informan
33
2. Pasien yaitu pengguna pelayanan dalam hal ini adalah semua pasien
adalah 14 orang.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder:
pengumpulan informasi agar tidak ada yang hilang, digunakan alat bantu
2. Data sekunder diperoleh dari rekap hasil penemuan kasus dalam bentuk
form TB.06, serta data pendukung lainnya yang berasal dari register pada
Puskesmas Mogang.
1. Petugas adalah pemberi pelayanan, dalam hal ini adalah kepala puskesmas
4. Motivasi Kerja adalah motivasi dari dalam diri petugas (intrinsik) dan
5. Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang ditanggungkan
6. Pengetahuan adalah suatu hal yang diketahui pasien tentang case fiding
TB paru.
3.6 Triangulasi
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu dengan memilih informan
(Sugiyono, 2016).
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang terletak di Jl. Bintang Maratur,
beberapa macam, di antaranya balai Pengobatan swasta 1 unit, toko obat berizin
37
46 orang tenaga kesehatan, baik tenaga medis dan non medis dengan 26 orang
PNS, 3 orang pegawai harian lepas dan 17 orang PTT. Diantaranya dengan
Informan dalam penelitian ini terdiri dari petugas dan pasien. Selengkapnya
a. Petugas
b. Pasien
Pasien adalah Seluruh penderita TB BTA+ (10 orang) yang berobat pada
4.3.1 Kemampuan
Informan Pernyataan
Pelatihan pernah, Untuk pencarian aktif sejauh ini
Pemegang belum ada dek, yang batuk 2 minggu keatas
program TB dianjurkan cek kesehatan. Semua pasien yang
Paru diduga TB dlakukan pemeriksaan secara lengkap,
apa jenisnya, bagaimana obatnya meskipun
klasifikasi dan jenisnya apa tidak diberi tahu, tetap
pasien dianjurkan cek berkala, kami memberi
pelayanan kesehatan sesuai degan pasien, memang
kita tidak ada menganjurkan membawa keluarga
untuk ikut periksa, penyuluhan ada dek, menurut
saya penyuluhan yang lebih efektif kegnya
perorangan, ya lebih mendalam, dan selalu ada
laporan akhir tahun dek.
Penanggung Pelatihan pernah. kita nggak ada pencarian secara
jawab aktif kerumah-rumah dek, tapi setiap pasien yang
Program datang akan dilakukan pemeriksaan, pengkajian
P2M klasifikasi dan pengobatannya bagaimana dek,
meskipun memang kita tidak ada menyarakan untuk
membawa keluarga untuk cek kesehatan juga. TB
tidak menjadi prioritas juga dek, Penyuluhan ada
dek, Menurut tante iya lebih bagus penyuluhan
perorangan, mereka bebas menanyakan,dan tidak
segan dan malu.
Kepala Pelatihan Pernah.TB diperhatikan, cuma tidak
Puskesmast menjadi prioritas. Kalau masalah kinerja mereka
sudah lakukan sesuai SOP. Perencanaan ada, dan
selalu ada evaluasi pada rapat intern, rotasi jabatan
gak ada. Semua yang batuk berdahak lebih dari 2
minggu, kita anjurkan untuk periksa dahak. Untuk
penyuluhan ada dek, lokakarya ada,
Analis Pelatihan TB Paru pernah, tidak ada pencarian
Labora- kerumah-rumah, kalau batuk lebih dari 2 minggu
torium disarankan untuk memeriksakan diri, lalu diperiksa
klasifikasinya, bagaimana pengobatannya, dan kami
menyuruh pasien tetap datang periksa secara berkala
dan kami meberikan pelayanan sesuai kebutuhannya,
selalu menghindari kesalahan pemeriksaan ya dek,
penyuluhan perorangan lebih efektif”
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins, 2004). Kemampuan kerja antara
orang-orang satu dengan orang lain berbeda-beda walaupun mereka telah bekerja
pada bidang yang sama dalam tempo lama yang sama pula.
P2TB Paru, analis laboratorium, kepala puskesmas, dan penanggung jawab P2M
sudah pernah mengikuti pelatihan tentang P2TB Paru tetapi sudah lama. Petugas
pemegang program P2TB Paru, penanggung jawab P2M, dan analis laboratorium
ada satu kali mengikuti pelatihan yang dilakukan Dinkes Provinsi. Hal ini berbeda
dengan kepala puskesmas yang sudah pernah dua kali mengikuti pelatihan P2TB
Paru yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan
Provinsi.
untuk mendapat cakupan program yang lebih tinggi dibandingkan dengan petugas
mengatakan ada membuat uraian tugas yang mereka sebut SOP, tetapi tidak
terlihat di tempel dibawah meja atau sekitar tempat kerjanya. Berbeda halnya
dengan penanggung jawab program P2M yang tidak mempunyai urain tugas
karena merasa sudah mengetahui apa yang harus dilakukan dan dikerjakan oleh
gung jawab program P2M, perencanaan untuk program TB Paru selalu dibuat di
awal tahun dan disusun oleh setiap pemegang program, setelah itu akan dilakukan
mini lokakarya oleh kepala puskesmas dan membahas tentang hasil perencanaan
yang dibuat. Setelah dibuat perencanaan, didalam mini lokakarya akan di evaluasi
penanggung jawab P2M, tidak ada dilakukannya pencarian pasien secara aktif
minggu dianjurkan untuk memeriksakan diri tetapi tidak secara massal hanya
ditanyakan secara detail, hanya langsung melalui pengisian form dan penjelasan
berbasis keluarga dan masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu, pos
TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Investigasi kontak pada paling
sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan pasien TB dan menganjurkan batuk lebih
mnderita TB, klasifikasinya, dan jenis obat mana yang diperlukan untuk mencapai
tidak ada menjelaskan apa saja jenis penyakitnya dan apa penyebab sebenarnya
melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis penyakit yang diderita dan
pasti dan tepat kepada pasien, akan tetapi petugas tidak ada menganjurkan kepada
pasien untuk membawa keluarga yang kontak serumah dengan pasien untuk
diperiksa apakah tertular atau tidak yang bertujuan untuk memutuskan rantai
penularan TB di sekitar pasien yang kontak agar tidak menjadi menyebar luas.
diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah diagnosis
Menurut kepala puskesmas setiap bulan, triwulan, dan akhir tahun ada
diadakan mini lokakarya dalam membahas hasil dan evaluasi perencanaan yang
telah dibuat dan program P2TB Paru tidak mendapatkan perhatian khusus dari
merasa lebih prioritas bandingkan dengan program lain begitu juga menurut
Setiap akhir tahun pemegang program P2TB Paru, analis laboratorium, dan
penanggung jawab program P2M akan melaporkan hasil kerja kepada atasannya
atasan mereka memberi feed back berupa arahan, saran dan evaluasi terhadap
hanya rutinitas biasa saja dan tidak terlalu berdampak bagi penemuan kasus TB
masyarakat. Hal ini berbeda menurut kepala puskesmas yang menyatakan bahwa
penyuluhan perorangan dan kelompok lebih baik dilakukan secara sejalan untuk
halangannya dengan waktu maka penyuluhan lebih baik tetap diberikan saat ada
beban kerja, insentif yang tidak ada, pasien yang kurang pengetahuan akan TB
Paru dan tidak mau mengantarkan dahak jika dianjurkan oleh petugas untuk
tahu, merasa malu terhadap penyakitnya dan kader dan bidan desa kurang aktif
kasus disebabkan karena masyarakat yang kurang pengetahuan dan tidak adanya
rotasi jabatan untuk meningkatkan kinerja dan me refresh petugas agar tidak jenuh
dan bosan.
pekerjaan hanya didasarkan pada rutinitas saja meskipun telah membuat uraian
tugas. Petugas kurang aktif dalam melakukan penjaringan suspek TB dan tidak
memberikan arahan dan penjelasan secara lengkap tentang TB, seperti penyebab
dan jenisnya kepada pasien dan Pelatihan tentang TB Paru pun jarang dilakukan
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma
waktu (Mendagri, 2008). Menurut munandar (2001) beban kerja adalah keadaan
dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu
tertentu.
meskipun dengan tenaga ekstra dan sibuk. Hasil wawancara dengan petugas TB
dan P2M yang telah dilakukan bahwa jumlah petugas dengan beban kerja yang
harus dikerjakan tidak seimbang. Beban kerja yang terlalu banyak yang harus
dikerjakan petugas TB dan P2M terlalu banyak yang harus dikerjakan oleh satu
Hal ini menjadi beban kerja yang berat terhadap petugas TB mulai dari
petugas TB Paru saja, melainkan adanya dukungan lain seperti tenaga kesehatan
lain, kader TB dan PMO yang ditunjuk oleh puskesmas yang terlibat dalam
P2M beban kerja yang dikerjakan mereka kurang sesuai dengan kemampuan dan
bidang tersebut, berbeda dengan kepala puskesmas dan analis laboratorium yang
mengatakan beban kerja dan tugas pokok yang mereka jalankan sesuai dengan
pemahaman TB Paru, sehingga petugas kesehatan yang lain pun semua mampu
menjalankan program tersebut dan bisa dilakukan kerja sama dan rotasi program
agar tidak satu orang petugas memegang program dalam jangka waktu yang lama.
untuk mendapat cakupan program yang lebih tinggi dibandingkan dengan petugas
program, dan dengan adanya pelatihan dapat dilakukan rotasi jabatan dengan
yang direncanakan dan adanya hasil yang memuaskan sesuai tujuan program.
Berdasarkan hasil wawancara motivasi dari dalam diri petugas sudah ada,
dimana dari hasil penelitian petugas sudah menduduki jabatan dengan waktu yang
lama ada 4 tahun, 6 tahun, dan bahkan hampir 10 tahun, akan tetapi ada petugas
yang merasa jenuh dan bosan terhadap pekerjaannya karena tidak adanya rotasi
tercapai.
kasus TB Paru dapat tercapai sesuai harapan, akan tetapi banyaknya hambatan
dan kurang besarnya dorongan dari dalam diri untuk melakukan pekerjaannya.
Hal ini dibuktikan dengan kurangnya motivasi eksternal yang ikut kuat
Mc Cleand (1997) berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif
dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-
baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.
Menurut Winardi (2001) untuk dapat terjun dalam kegiatan secara lebih giat,
Pemberian insentif oleh kepala puskesmas dalam penemuan kasus TB Paru tidak
TB Paru.
pemberian insentif. Pemberian insentif dapat pun bisa dalam bentuk kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah rotasi jabatan
agar petugas mempunyai suasana baru dan terhindar dari stress kerja akibat waktu
kerja. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernah tercapainya penemuan kasus TB
Paru karena kurangnya perhatian petugas terhadap program TB, tidak pernah
mendapat pujian dan piagam berupa sertifikat , dan tidak adanya insentif dalam
oleh seseorang, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,
prinsip, dan prosedur yang secara probabilitas Bayesian adalah benar berguna.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seorang terhadap
pasien, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Kegiatan ini
membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan gejala
TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
Memahami objek bukan sekedar tahu, tetapi orang tersebut harus dapat
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain, dan
dan Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dan dapat
melakukan evaluasi dari hasil kemampuan dan tahu tentang suatu objek
(Notoadmodjo, 2012).
tentang penyakit TB Paru, yang dalam istilah mereka TBC, dan menurut mereka
TB adalah batuk dan sesak, ada yang menganggap bahaya dan biasa saja, mudah
Paru disebabkan oleh bakteri. TB Paru adalah merupakan penyakit infeksi yang
menyerang organ-organ tubuh yang berbeda. TB miller adalah bentuk yang jarang
dari penyakit aktif yang terjadi ketika bakteri TB menemukan jalan mereka
kedalam aliran darah, sedangkan orang dengan infeksi TB laten tidak merasa sakit
Informan Pernyataan
1 Dari puskesmas. Bidan yang memeriksa saya.
2 Dari perasaan saya, trus saya langsung ke rumah sakit
disitu saya tau semua.
3 Dari puskesmas. Waktu memeriksakan diri ya dikasi
tau.
4 Kemarin, kaka saya heran karna batu saya, di tes dia
dahak saya, rupanya TB, lalu di bawa langsung ke
puskesm. Dari ibu yang memeriksa saya di puskesmas
saya lebih tau.
5 Puskesmas. Ada ibu bidan disitu yang mengatakan
sama saya.
6 Yah dari puskesmas.
7 Dari ibu bidan di desa saya,lalu dari puskesmas lagi.
8 Dari puskesmas dek. Waktu memeriksa batuk saya ini.
9 Puskesmas lah dek. Dibilangin saya TB.
10 Puskesmas dek, waktu itu saya pigi kesana untuk
periksa disitu mereka bilangin kegnya saya kena TB
gitu. Akhirnya dipastikan memang saya kena.
lama-kelamaan masyarakat akan peduli yang diawali dengan rasa ingin tahu,
akan memperbaiki sikap dan pada gilirannya akan bertindak sesuai dengan
perilaku sehat.
dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
pebangunan kesehatan.
oleh angin, menghirup debu, lelah bekerja. Hanya satu (1) orang informan yang
mikron dan lebar 0,2-0,6 mikron, tumbuh baik pada suhu sekitar 370C dengan PH
6,4-7,0. Bakteri ini bersifat dormand dan bisa hidup kembali saat ada pemicu
Menurut Gupte (2000) gejala utama TB Paru adalah batuk yang terus-
menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. gejala yang sering dijumpai
adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam sub feril lebih
dari sebulan. Gejala TB Paru menurut WHO adalah batuk, berat badan menurun
(anoreksia), demam, keringat pada malam hari, hemoptisis (batuk darah), nyeri
gejala TB Paru sudah dalam waktu yang cukup lama dan bervariasi. Lima
informan merasakan gejala TB Paru selama dua minggu atau lebih, dan 5
tahun, mereka tidak ada yang tahu betul berapa lama gejala TB Paru dirasakan.
Menurut Gupte (2000) gejala utama TB Paru dirasakan selama tiga minggu
atau lebih dan gejala tambahan dirasakan lebih dari sebulan. Apabila tidak diobati,
maka setelah lima tahun sebagian besar penderita (50%) akan meninggal dunia.
informasi kepada masyarakat apa saja pengertian TB, gejala TB, penyebab TB,
dan bagaimana proses tahapan TB dan bahaya TB Paru. Pemahaman ini membuat
masyarakat bisa lebih mengetaui dimana saat masyarakat ada merasakan suatu
gejala yang persis maka mereka akan ada kesadaran diri untuk memeriksakan
kesehatan.
sebagai suspek dan penderita TB Paru dari hasil reaksi atau gejala yang mereka
rasakan dalam tubuh yang mengganggu kesehatannya dan datang sendiri atas
dorongan diri dan dari keluarga, sehingga mereka ditetapkan sebagai penderita TB
menjadi penderita TB ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar
akan keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga
Hampir seluruh informan mengatakan bahwa sikap mereka biasa saja dan
Bervariasi mulai dari isteri, orang tua, anak atau kakak, hanya dua orang informan
umtuk berobat informan adalah anggota keluarga terdekat dan hanya dua orang
dalam sikap dan perilaku, keluarga, tetangga, teman kerja, dan para petugas
kesehatan. Seorang individu akan lebih mau melakukan suatu tindakan jika sudah
mempunyai kemampuan yang cukup dan akan melakukan suatu tindakan jika ada
yang mendorong atau memotivasi dari dalam diri (internal) dan dari luar diri
diperiksa, karena mereka masih menganggap biasa dan jika mereka sembuh tidak
mengatakan angota keluarga mereka perlu diperiksa apakah tertular juga, tetapi
hanya sebagaian keluarga dan tidak semua anggota keluarga yang serumah
diperiksa dahaknya.
mempunyai gejala yang sama harus diperiksa dahaknya, untuk menemukan sedini
berikut.Sehingga dapat mengurangi angka kematian yang tinggi dan angka beban
Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Alasan Pasien Memeriksa diri dan berobatke
Puskesmas
Informan Pernyataan
1 Yah..ingin sembuh saja.
2 Karena disuruh mama, saya juga pengen sembuh dan
melanjutkan kuliah saya lagi .
3 Keg manalah, mana ada yang mau cepat mati pasti karna saya
ingin sehat lagi.
4 Karna dipaksa kaka saya, tapi karna disuruh ganti obat lagi ya
saya malas saya stop kan gak makan obat lagi.
5 Saya masih ingin hidup lama, kan gitu masih mau lihat dunia
ini lebih lama.
6 Yah..kasian lihat istri sama anak aja.hahaha.
7 Oohh..karna lihat anak, kasian kalau ngurus saya aja.
8 Yahh.., biar bisa kerja lagi.
9 Biar keluarga lain tidak ikut tertular lah dek.
10 Hahaha…kasian aja dek kalau saya cepat matikan..hahaha.
Dalam penelitian ini, hal yang membuat informan memeriksakan diri dan
kasihan terhadap isteri dan anak, ada untuk melanjutkan kuliah, dan bahkan
karena merasa takut mati.Tetapi belum adanya kesadaran sendiri untuk sembuh
dan tidak sejalannya pemikiran ingin sembuh dan tindakan yang dilakukan dalam
merupakan cerminan pasien yang berdasar pada sikap dan tanggapan terhadap
pelayanan dan sikap tenaga kesehatan.Sikap pasien ini terbentuk akibat interaksi
pasien dengan tenaga kesehatan yang melayaninya. Jadi persepsi terhadap kualitas
saja, hanya dua orang sebelumnya pernah berobat ke Rumah Sakit, dan 1 orang
yang mengatakan selain dari pelayanan keshatan informan membaca dari majalah
kesehatan tentang ramuan atau jamu untuk obat pada penderita TB Paru. Hal ini
bahwa hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
kesehatan modern, selain itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-
pengobatan dan situasi di sarana pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang
4.5.5 Orang yang Memotivasi Berobat dan Memakan Obat yang Diberi
Puskesmas
orang) bahwa yang memotivasi untuk berobat dan memakan obat adalah anggota
keluarga atau keluarga terdekat, seperti orang tua, istri, anak, kakak, dan anak-
anaknya. Hanya dua orang mengatakan termotivasi dari dalam diri sendiri, tetapi
Dalam penelitian ini, dorongan yang diberikan oleh keluarga kepada pederita
adalah supaya penderita berobat teratur. Dorongan yang diberikan dapat berupa
motivasi kepada penderita supaya penderita tetap semangat dan teratur dalam
bulan.
yang terwujud dalam sikap dan perilaku, keluarga, tetangga, teman kerja, dan para
pelayanan kesehatan.
5.1 Kesimpulan
dibuat oleh petugas, hal ini dibuktikan dengan kurangnya penyuluhan dan
Mogang masih dirasakan berat, hal ini disebabkan antara lain karena tidak
pernah tercapainya case finding TB paru, banyaknya tugas lain yang harus
diselesasikan, tidak adanya rotasi jabatan dan relatif lama menduduki satu
Mogang masih kurang, hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya
motivasi dalam diri akibat kejenuhan dalam melaksanakan tugas dan tidak
67
mendapat pujian atau reward dalam bentuk sertifikasi, dan tidak adanya
5. Tindakan pasien untuk menangani TB Paru relatif masih rendah, hal ini
pelayanan kesehatan.
5.2 Saran
Paru.
Nama :
NIP :
Pangkat/Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Umur :
A. Kemampuan Petugas
berapa kali?
a. Puskesmas sendiri
d. Nasional
4. Pada setiap awal tahun, apakah saudara ada membuat rencana kerja?
pekerjaan/penyakit pasien?
pengobatan (6 bulan)?
diderita?
tidak?
Paru ke masyarakat?
14. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau
kelompok?
16. Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding
B. Beban Kerja
C. Motivasi Kerja
Motivasi intrinsik
di puskesmas ini?
5. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?
Motivasi ekstrinsik
ini?
6. Jika ya, dalam hal apa saja isentif diberikan, dalam bentuk apa?
Nama :
Nip :
Pangkat/Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Umur :
berapa kali ?
a. Puskesmas sendiri
d. Nasional
tidak?
tahun?
tahun?
ke masyarakat?
12. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau
kelompok?
13. Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding
B. Beban Kerja
Motivasi intrinsik
puskesmas ini?
jenuh?
5. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?
Motivasi ekstrinsik
ini?
6. Jika ya, dalam hal apa saja isentif diberikan, dalam bentuk apa?
Paru)
Nama :
NIP :
Pangkat/Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Umur :
A. Kemampuan Petugas
Berapa kali ?
saudara?
paru?
tahun?
tahun?
7. Jika pemegang program P2TB paru sudah lebih dari 5 tahun, apakah
memeriksakan dahaknya?
11. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau
kelompok?
13. Apakah dilakukan mini lokakarya bulanan? Bila “ya”, apakah program
B. Beban Kerja
3. Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan tugas yang
saudara pegang?
C.Motivasi Kerja
Motivasi intrinsik
2. Apakah saudara merasa senang atau jenuh dengan tugas sebagai Kepala
6. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?
7. Berdasarkan hasil case finding tahun 2017 belum mencapai target, apa
usaha yang telah saudara lakukan untuk menyikapi hal ini? (lakukan
Motivasi ekstrinsik
in?
a. Nama :
b. Nip :
c. Pangkat/Jabatan :
d. Pendidikan terakhir :
e. Alamat :
f. Umur :
A. Kemampuan Petugas
berapa kali?
a. Puskesmas sendiri
d. Nasional
4. Pada setiap awal tahun, apakah saudara ada membuat rencana kerja?
pengobatan (6 bulan)?
diderita?
tidak?
13. Menurut saudara mana yang lebih efektif penyuluhan perorangan atau
kelompok?
15. Menurut saudara apakah hambatan yang ada sehingga case finding
B. Beban Kerja
3. Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan tugas yang
saudara pegang?
C. Motivasi Kerja
Motivasi intrinsik
puskesmas ini?
jenuh?
5. Apa yang saudara lakukan, bila case finding tidak mencapai target?
Motivasi ekstrinsik
ini?Jika ya, dalam hal apa saja isentif diberikan, dalam bentuk apa?
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
Paru?
Paru?
Paru?
B. Tindakan
kepuskesmas ini?
Informan Pernyataan
Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan P2TB Paru, bila ya berapa
kali?
Informan 1 Penah,,, sekali pernah deek
Informan 2 Oohhh,, pernah dek tapi Cuma sekali saja
Informan 3 Ya,, pernah dek, sudah dua kali dek
Informan 4 Ooohh,, TB Paru dek? Pernah tapi ,masih Cuma sekali dek
Apakah instansi yang yang megadakan pelatihan P2TB Paru tersebut?
Informan 1 Kemarin dari Dinas Kesehatan Provinsi dek, di Medan kalau nggak
salah dek.
Informan 2 Iya,,, di tingkat provinsi dek, berarti Dinas Kesehatan Provinsi lah
dek
Informan 3 Hhmm, sekali di Rumah Sakit, sekali di Puskesmas tapi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Samosir dek
Informan 4 Iya,, sama keg kaka itu dari Dinas Kesehatan Provinsi juga dek.
Apakah saudara dalam Bertugas mempunyai “URAIAN TUGAS” yang
dapat dilihat setiap saat? (biasanya terdapat dimeja tugas)
Informan 1 Oohh, ada dek namanya SOP sama kami dek,, tapi memang gak
ada saya tempel dimeja dek, udah ingat-ingat lah dek
Informan 2 Nggak ada dek,, saya kan penanggung jawab dek, ya saya tau tugas
saya apa aja, jadi saya rasa nggak perlu dek
Informan 4 Ada,, ada.. ha.. SOP namanya dek
Pada setiap awal tahun, apakah saudara ada membuat rencana kerja?
Informan 1 Iya,, ada dek. POA kan? ada kog
Informan 2 Ya ada,, tapi rencana biasa saja dek. Soalnya kan saya menerima
laporan dari setiap pemegang program, ya punya mereka yang
saya laporkan lagi dek
Informan 3 Ya,, kan pemegang program membuat perencanaan, lalu diajukan
ke saya, lalu kami bahas bersama dek, baik itu di minlok atau rapat
dilintas program dek. Itu mereka yang merencanakan dulu lalu
mengajukan lah dek ke ibu.
Informan 4 Hhmm,, ada bikin dek ada.. POA sama kami dek, Planing
OrganiSation Action kpanjangannya dek
Apakah anda melakukan pencarian kasus penderita TB secara aktif ke
setiap rumah wilayah kerja puskesmas anda?
Informan 1 Untuk sekarang ini memang tidak ada dek. Hmm,,,Kita hanya ada
jemput bola pasien yang udah menjalani pengobatan, itupun kalau
Informan Pernyataan
Menurut saudara apakah perbandingan jumlah petugas dengan jumlah
kunjungan pasien masih sesuai?
Informan 1 Hmm,,, masalah kunjungan sih dek,, masih bisa aja kita layani
meskipun memang sangat repot, trus banyaknya kerjaan yang lain
dek, tapi maunya memang adalah nambah pekerja lagi,biar gak
sering antri dek.
Informan 2 Untuk tante karna banyak kali tante pegang nggak lah,, hahha,,
smua laporan menumpuk, trus merawat pasien lagi, iya kan,,, jadi
kurang cukup menurutku dek petugasnya.
Informan 3 Menurut ibu yah,, masih bisa di tolelir lah ya dek,, memang kita
pun kewalahan dengan jumlah penduduk kita yang memang banyak
ya dek, memang sebaiknya yah,,, adalah petugas tambahan dek.
Informan 4 Kalau menurut kaka sih dek untuk pekerjaan kaka sendiri masih
bisa kaka tangani dek, karna gaknya banyak kali yang periksa lab
dek, paling buat laporan sama kerjaan lainnya yang buat sibuk dek.
Apakah jumlah petugas dengan tugas-tugas diluar gedung puskesmas masih
sesuai?
Informan 1 Nahh,,, inilah kegnya nggak dek,hahaha,,,terlalu sibuk dek, belum
lagi kmarin masalah akre, sibuklah memang.
Informan 2 Tante bilang nggak dek, soalnya dek tante gak sanggup sendiri
kadang memegangnya dek. Maunya adalah kawan tante ngurus
smua laporan sama hal-hal yang pentinglah dek.
Informan 3 Hmmm,,gini dek, yah,, memang kita sangat sibuk dek, saya pun
ingin juga petugasnya nambah, tapi mungkin hanya yang ada
dululah dek yang dimanfaatkan.
Informan 4 Yah,,, kaka cuma disininya, paling ikut ada rapat,,meskipun
memang sibuk dek, saya rasa kami pun kewalahan dek.
Menurut saudara apakah tugas pokok saudara sesuai dengan program yang
saudara pegang?
Informan 1 Tugas pokok sih dek yah,, namanya smua campur dek, jadi
disesuai-sesuaikan aja. Meskipun memang bukan kesitu
keahliannya kan dek.
Informan 2 Hahaha,, campur aduknya semua dek, bukan jurusan tante tapi
harus dipelajari, ya sama-sama kamilah belajar didalam dek, kan
itunya dek.
Informan 3 Iya lah dek,, saya sebagai kapus mengerjakan sesuai tugas saya,
meskipun saya harus masih merangkap kerjanya, sebagai dokter dan
kapus harus bisa sama-sama dijalani dek.
Informan 4 Tentulah dek, kan memang saya pun dari analis jadi sesuai dengan
tugas saya, meskipun tetap ada tugas lain yang dikerjakan dek, jadi
saya rasa pas dek.
Apakah saudara merasa jenuh menangani proses pencarian kasus TB Paru
karena menyita waktu yang cukup lama?
A. Motivasi intrinsik
Informan Pernyataan
Sudah berapa lama saudara menjadi penanggung jawab program P2TB
Paru di puskesmas ini?
Informan 1 6 tahun, rasanya sudah lama lah dek
Irforman 2 8 tahun dek, ini-ini aja, hehe….
Informan 3 4 tahun dek. Masih baru lah dek
B. Motivasi ekstrinsik
Informan Pernyataan
Apakah saudara pernah mendapatkan pujian dari atasan saudara
sehubungan dengan TUPOKSI saudara?
Informan 1 Pujian belum pernah dek, belum pernah sama sekali dek
Informan 2 Hmm,, pujian ga adalah dek, ya gini-gini ajanya dek kerjaan.
Informan 4 Pujian nggak pernah dek, kalau dibilang pujian kami nggak pernah
kami nggak pernah dapat capaian terbagus, selalu ditengah kalau
nggak ditengah ya dibawah dek,hahaha,,,,,.
Apakah saudara pernah mendapatkan bimbingan,arahan,atau teguran
sehubungan dengan TUPOKSI saudara? Bila pernah kapan?
Informan 1 Ya paling arahannya tingkatkan kinerja gitu aja dek, tapi kalau dari
wasor kami selalu di tegur, dimarahi lah dek. Arahan selalu dikasi
pas minlok atau rapat gitu
Informan 2 Ada dek, disemangati juga ada, ditegur juga ada. Tapi tetapnya ini-
ini aja yang masalah dek. Kami ka nada minlok dan rapat intern
disitulah dikasih arahannya dek
Informan 4 Arahan dan bimbingan ada dek,, apalagi teguran,, ahahha,, selalu
ditegor wasor kami dek, direpetilah dek. Apalagi pas rapat wasor
kena tegor lah.
Apakah saudara pernah mendapatkan piagam pengahargaan sehubungan
Informan Pernyataan
Apakah saudara pernah mendengar tentang penyakit TB Paru? Dan
menurut saudara apakah TB Paru itu?
Informan 1 Pernah.. TBC ada batuklah…seperti itu kan.
Informan 2 Pernah… TB itu penyakit menular yang disebabkan bakteri, bisa
batuk berdarah dan Mematikan.
Informan 3 Oohh. TBC? Pernah… yang saya tau itu menular dan bahaya.
Informan 4 Iya pernah... itulah yang nggak saya tahu, apa itu TBC
Informan 5 Ooh… pernah, itulah yang tidak saya tau, TB adalah TBC. Hahhaha
Informan 6 Ya pernah.. saya nggak tau betul
Informan 7 TB Paru? Ya saya dengar tapi nggak tau itu apa
Informan 8 Iya pernah.. TB itu bastuk dan sesak
Informan 9 Ya pernahlah… TB itu menular. Bisa di obati
Informan 10 Pernah.. TB itu katanya menular
Darimana saja saudara memperoleh informasi tentang penyakit TB Paru?
Informan 1 Dari puskesmas. Bidan yang memeriksa saya
Informan 2 Dari perasaan saya, trus saya langsung ke rumah sakit disitu saya tau
semua
Informan 3 Dari puskesmas. Waktu memeriksakan diri
Informan 4 Kemarin, kaka saya heran karna batuk saya, di tes dia dahak saya,
Informan Pernyataan
Siapa yang menganjurkan saudara untuk memeriksakan diri?
Informan 1 Yahh..saya ingin pergi ke puskesmas, ingin sehat, dan anak-anak
juga
menganjurkan supaya saya memeriksakan diri segera ke puskesmas
Informan 2 Pertama saya bingung, akhirnya orang tua saya menjemput saya
karna sakit. Lalu menganjurkan periksa kembali dan berobat ke
Puskesmas Mogang
Informan 3 Biasa saja awalnya, Cuma karna disuruh kawan-kawan ya saya pigi
Informan 4 Saya biasa saja, cumin kaka merasa kasihan sama batuk saya,
makanya dianjurkan memeriksa penyakit saya
Informan 5 Saya ber prinsip mau sehat mau hidup ratusan tahun, ya begitu
pikiran saya.Nggak ada ya mendorong hanya dorongan dari diri
sendiri saja. Istri mana peduli,hanya gaji saja yang penting, hahaha
Informan 6 Ya biasa saja, paling dianjurkan istri pergi ya pergi
Informan 7 Pertama biasa saja, tapi karna dipaksa istri sama anak-anak ya saya
berobat
Informan 8 Istri saya yang selalu menyuruh, ya saya pun ingin juga diperiksa,
karna sesak nya itu
Informan 9 Biasa saja, karan saya nggak tau sebelumnya, tapi karna istri sama
orang tua sayamenyuruh ya pergi
Informan10 Hmm..kegmanalah yang nggak tau ini, hahaha, memang yang
menganjurkan saya periksa orang tua dan istri memang
Apakah anda mengajak anggota keluarga lain untuk diperiksa? Jika ya
mengapa? Jika tidak mengapa?
Informan 1 Nggak, buat apa Cuma sanyanya yang kena ya sayalah periksa
Informan 2 Ya perlulah, tapi ada yang periksa ada juga nggak
Informan 3 Memang perlu, tapi gak sempat ya dibiarkan
Informan 4 Nggak, tidak ada periksa, saya saja kemarin malas karan dipaksanya,
makanya saya berhentikan berobat
Informan 5 Oohh..tidak ada, kan gak penting bedanya makanan kami kalau
apa…itu apamereka pake masker palingan
Informan 6 Yahh…tidak ada yang periksa, ya biasa saja, kan saya yang sakit
Informan7 Oohh..tidak ada, hanya saya yang periksa kan mereka bias
jagakesehatan dijaga mamanya
Informan 8 Tidak ada, nggak perlu. Cukup saya aja sembuh gaknya masalah.
Informan 9 Perlu, istri saya periksa tapi yang lain tidak
Informan 10 Sepertinya perlu, tapi yah… gimanalah, hahaha
Apa yang membuat saudara memeriksakan diri dan berobat ke puskesmas
ini?
Informan 1 Yahh… ingin sembuh saja sama disuruh
Informan 2 Saya mau sembuh dan melanjutkan kuliah saya lagi
Informan 3 Keg manalah, mana ada yang mau cepat mati tapi memang istri dan
anak juga menyuruh memang.