Anda di halaman 1dari 3

Review Artikel berjudul: Spatio-Temporal Distribution of Landslides in Java and Their

Factors.

A. Pendahuluan
Penulisan review artikel ini dilaksanakan dalam memenuhi nilai tugas Ujian Tengah
Semester pada mata kuliah Geomorfologi Lingkungan. Artikel dengan judul “Spatio-
Temporal Distribution of Landslides in Java and Their Factors” dimuat dalam Forum
Geografi pada tahun 2017 oleh Danang Sri Hadmoko, Franck Lavigne, Junun Sartohadi,
Christopher Gomez, dan Daryono. Penelitian yang dilakukan oleh Danang dkk. ini
memiliki 2 tujuan penulisan, yakni untuk mengumpulkan dan menganalisis data spasial
dan temporal kejadian longsor untuk periode 1981-2007. Dan yang kedua untuk
mengevaluasi faktor-faktor utama penyebab longsor, antara lain hujan, topografi,
geologi, gempa bumi, dan penggunaan lahan.

B. Pembahasan
ISI

Tanah longsor merupakan fenomena berbahaya terutama wilayah pegunungan di


daerah tropis lembab. Pulau Jawa adalah pulau Indonesia yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk sangat tinggi. Ketidakseimbangan permukiman penduduk dalam
lingkungan fisik yang terjadi pada lereng yang curam dan tidak stabil merupakan
sumber dari berbagai masalah longsor. Jawa merupakan wilayah yang paling
terpapar pergerakan massa di Indonesia, karena beberapa faktor:
1. terletak di zona subduksi, 60% wilayah Jawa bergunung-gunung dengan
rangkaian gunung berapi-tektonik dan 36 gunung berapi aktif dari 129 di
Indonesia, dan material vulkanik ini mengalami pelapukan intensif
2. Pulau Jawa diguncang oleh lebih dari 200 gempa bumi mulai dari 5 hingga 9 skala
Richter dari Abad ke-19 hingga pertengahan 1980-an
3. Jawa adalahdi bawah iklim tropis lembab yang terkait dengan curah hujan lebat
selama musim hujan dari Oktober hingga April

Distribusi Temporal Tanah Longsor


Selama periode 1981-2007, frekuensi longsor tahunan bervariasi secara signifikan
dari 13 – 90 kejadian per tahun dengan rata-rata 49 kejadian per tahun. Peningkatan
kejadian longsor ini disebabkan karena meningkatnya pertambahan penduduk dan
pembangunan ekonomi, serta adanya eksploitasi sumber daya alam dan lahan secara
berlebihan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pembangunan. Penggalian lereng
bukit untuk pembangunan jalan dan pembangunan pemukiman, serta penggundulan
hutan di banyak bagian lereng gunung berapi untuk daerah pertanian meningkat
pesat. Kegiatan ini meluas ke bagian atas daerah pegunungan karena pendudukan
tanah penuh di bagian bawah pulau. Kemudian pada tahun 2000-2004 terjadi
penurunan kejadian longsor yang disebabkan oleh penurunann curah hujan tahunan
di Jawa dan peraturan pemerintah yang ketat pada pengelolaan lahan.
Distribusi spasial longsor dan analisis faktor penyebab
Pulau Jawa terutama diwakili oleh kemiringan mulai dari 0 ° hingga 10 ° (28,5%).
Yang melebihi 60° (0,84% saja) terletak di lereng gunung berapi bagian atas dan di
sepanjang lereng gunung (Gbr 5). Secara umum gradien lereng berpengaruh
terhadap kejadian longsor. Jumlah tanah longsor meningkat secara signifikan dari
lereng di bawah 10° dan dari 30° hingga 40°. Hubungan antara longsor dan topografi
untuk renang kemiringan 30° hingga 40° disebabkan oleh pengaruh gaya gradien
lereng, serta dipengaruhi oleh populasi manusia dan kegiatan pembangunan di
dalamnya. Lereng yang lebih curam (> 40°) dapat lebih stabil karena adanya batuan
dasar yang resisten dan material yang terkonsolidasi. Kejadian longsor juga
meningkat seiring dengan curah hujan hingga kelas 2500 – 3000 mm. Namun,
jumlah longsor menurun dengan meningkatnya nilai curah hujan lebih dari 2500 mm.
Hanya sedikit tanah longsor yang terjadi di bawah curah hujan dengan intensitas
tinggi ini. Aktivitas manusia, seperti penggunaan lahan secara berlebih juga berperan
penting dalam terjadinya longsor. Meningkatnya tekanan demografis juga memaksa
orang untuk berinvestasi di lahan yang paling tidak dapat ditanami hingga ke puncak
lereng dengan lereng yang sangat curam.

Dampak terhadap manusia


Adanya peningkatan jumlah korban tanah longsor dari tahun 1999 hingga 2001
dan dari tahun 2003 hingga 2006 yang disebabkan oleh meningkatnya penduduk
yang tinggal di area berbahaya. Tanah longsor juga berdampak pada rumah,
bangunan, jalan, lahan pertanian dan infrastruktur drainase irigasi. Meningkatnya
korban jiwa mencerminkan semakin padatnya pendudukan manusia di lahan yang
sebagian besar berada di daerah berbahaya baik untuk pemukiman maupun daerah
pertanian. Penanaman berlebihan dan pembangunan rumah di lereng atas
memperparah terjadinya tanah longsor

CRITICAL REVIEW
Artikel dengan judul “Spatio-Temporal Distribution of Landslides in Java and Their
Factors” sudah ditulis dengan sangat baik, namun ada beberapa masalah yang akan di
review dari artikel ini, yakni sebagai berikut:
1. Referensi jurnal yang digunakan sebaiknya dibatasi setidaknya dalam rentang
maksimal 5 tahun terakhir agar data lebih valid dan isinya lebih terpercaya.
2. Pembehasan mengenai faktor pengendalian tanah longsor bisa dikaji lebih dalam
karena pemparannya masih terlalu sedikit dibandingkan dengan faktor penyebabnya

C. Penutup
Variasi temporal tanah longsor di Jawa menunjukkan variasi yang besar dalam rentang
waktu yang berbeda. Dalam skala jangka panjang, kejadian longsor meningkat dengan
fluktuasi tahunan yang besar dan variasi musiman yang teratur. Variasi ini
mencerminkan perubahan faktor pemicu dari waktu ke waktu seperti curah hujan,
gempa bumi dan tekanan manusia. Kejadian longsor jangka panjang sesuai dengan
curah hujan tahunan yang sangat bervariasi dari satu tahun ke tahun lainnya
dipengaruhi oleh kondisi seperti peristiwa El-Nino dan La-Nina. Selain itu, evolusi
jangka panjang ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya tekanan manusia di Jawa.
Proses pembangunan dan penggarapan berlebihan di lahan marginal oleh masyarakat
dapat menjadi penyebab meningkatnya longsor dan korban jiwa. Selain itu, baik curah
hujan kumulatif selama periode tertentu maupun intensitas curah hujan diakui secara
luas berperan penting dalam memicu terjadinya longsor. Tergolong sebagai pulau
terpadat di dunia dan masalah kelangkaan lahan, Jawa melibatkan faktor manusia
dalam memicu terjadinya longsor. Indikator yang dapat mencerminkan intensitas
intervensi manusia di wilayah tersebut antara lain tingginya laju pertambahan penduduk
di Pulau Jawa. Dengan meningkatnya tekanan penduduk, tidak hanya stabilitas lereng
akan berkurang, tetapi orang juga akan dipaksa untuk mengolah lereng yang lebih tidak
stabil. Sebagai konsekuensi dari keduanya, risiko kerusakan akibat keruntuhan lereng
meningkat. Penulisan artikel ini telah memberikan kontribusi analisis kumpulan
informasi untuk seluruh Jawa tentang perilaku longsor dan faktor-faktor
pengendaliannya. Dan diharapkan dapat lebih baik lagi dalam struktur maupun isi artikel
atau jurnal dikedepannya.

Anda mungkin juga menyukai