Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tri Hita Karana


Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang menyebabkan
kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia. Untuk bisa mencapai kebahagiaan
yang dimaksud, kita sebagai umat manusia perlu mengusahakan hubungan yang
harmonis (saling menguntungkan) dengan melaksanakan ketiga bagian dari Tri Hita
Karana. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal tersebut diatas,
akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh sebab itu dapat
dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah suatu yang
harus dijalin dalam hidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia akan semakin jauh
dari tujuan yang dicita-citakan atau sebaliknya ia akan menemukan kesengsaraan.
Adapun bagian – bagian Tri Hita Karana yaitu :
1. Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa). Kita sebagai umat manusia yang beragama dan bersusila harus
menjunjung dan memenuhi kewajiban antara lain, cinta pada kebenaran,
kejujuran, keiklasan dan keadilan. Dengan demikian jelaslah hubungan manusia
dengan tuhan. Hubungan ini harus dipupuk dan ditingkatkan terus kearah yang
lebih suci lahir dan bhatin. Sesuai dengan swardharmaning umat yang religious,
yakni untuk dapat mencapai ” moksartham jagadhita ya caitri dharma” yakni
untuk mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan kesempurnaan kebahagiaan
rohani yang langgeng(moksa).
2. Pawongan
Pawongan adalah hubungan manusia dengan manusia. Selain menyelaraskan
hubungan dengan tuhan, kita sebagai mahluk social kita harus membina hubungan
dengan sesame manusia dan mahluk lainnya. Yang dimaksud hubungan antar
manusia dengan mahluk lainnya adalah hubungan antar anggota keluarga,
masyarakat, anatra anak, suami istri dan lainnya.hubungan manusia dengan
mahluk lainnya hendaknya dapat menciptakan suasana yang rukun, harmonis dan
damai serta saling membantu sesama lain dengan hati yang penuh cinta kasih.
Perilaku yang baik adalah dasar mutlak dalam kehidupan sebagai manusia, karena

3
dengan berbuat susila manusia dapat meningkatkan taraf kehidupannya baik
didalam sekala maupn niskala.
3. Palemahan
Palemahan dalam arti yang luas,sebagai tempat manusia itu tinggal dan
berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani. Manusia hidup
dimuka buma ini memerlukan ketentraman, kesejukan, kedamaian dan
kesenangan lahir dan bhatin. Manusia hidup di alam dan dari hasil alam. Hal
inilah yang melandasi terejadinya hubungan harmonis antara manusia dengan
alam semesta ini. Untuk menjaga keseimbang dan keharmonisan alam, umat hindu
melaksanakan tumpek uye(tumpek kandang), yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian hidup binatang dan melaksanakan tumpek warige(tumpek bubuh)untuk
melestarikan tumbuh-tumbuhan .

Intinya tujuan dari Tri Hita Karana itu adalah untuk menjaga segala unsur-
unsur yang ada di alam ini baik itu unsur biotik maupun abiotik. Selain itu Tri Hita
Karana juga digunakan untuk menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan antara manusia dengan
alam lingkungannya.

4
2.2 Hari Raya Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan
perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak
tahun 78 Masehi. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan
Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan
Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat
beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali. Tiga
atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan
upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana
persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut
atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor)
di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat
Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari
masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil
salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.. Buta
Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan
memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10),
tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada
kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata"
Penyepian yang terdiri dari
amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api),
amati karya (tidak bekerja),
amati lelungan (tidak bepergian), dan
amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi. Pada hari
ini umat hindu sama sekali tidak melakukan aktivitas mereka seperti biasa.lingkungan
tampak sepi, malah seperti kota mati, tidak ada lampu yang menyala, semua orang diam
dirumah mereka.
Brata penyepian semacam ini sesungguhnya mengandung arti sebagai janji terhadap
diri sendiri untuk dapat mengenal sang diri yang lebih mendalam lagi, sehingga kita
selalu berada daam keseimbangan. Kalau diperhatikan secara mendalam maknanya

5
berupa mengendalaikan hawa nafsu atau tidak mengobarkan api hawa nafsu yang ada
pada diri sendiri. Pengendalian diri tersebut ada 10 (sepuluh) yang disebut dengan
karmapatha, sesuai dengan apa yang tersurat dan tersirat dalam Sarasamuscaya 73
sebagai berikut:

"Hana karmaphatha ngaranya, khrtaning indrya, sepuluh kewehnya, ulekena,


kramanya : prawrtiyaning kaya, telu pinda sepuluh, prawertyaning, wak, manah kangeta"

Artinya:
Adalah karmapatha namanya, yaitu Pengendalian hawa nafsu, sepuluh banyaknya
yang patut dilaksanakan gerak pikiran tiga (3) banyaknya, ucapan/perkataan empat (4)
jumlahnya, gerak tindakan/laksana tiga (3) banyaknya, Jadi sepuluh (10) jumlahnya
perbuatan yang timbul dari gerakan badan, perkataan dan pikiran, itulah yang patut
dilaksanakan.

Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Caka adalah hari Ngembak Geni yang
jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun
Baru Caka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti
dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan
(ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih.

Anda mungkin juga menyukai