Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

Kajian Interaksi Obat pada Pasien


Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan
Hiperlipidemia di RSUD Raden
Mattaher Jambi (S...
arini alfa hidayah

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

DRUG-RELAT ED-PROBLEMS-PADA-PASIEN-DIABET ES-MELIT US-T IPE-2-DENGAN-T UBERKULO…


Sept iyaning Tafa

VERONA SHAQILA EFMARALDA-FKIK


ayunda saput ri

Evaluasi Penggunaan Obat Ant idiabet ik pada Pasien Diabet es Melit us T ipe-2 di Suat u Rumah Sakit Pe…
rahuddin apt
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

Kajian Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2


dengan Hiperlipidemia di RSUD Raden Mattaher Jambi

(Study of Drug Interaction on Type 2 Diabetes Mellitus - Hyperlipidemia Patient in


Raden Mattaher Hospital Jambi)

Uce Lestari1*; Desi Meliyani2; & Helmi Arifin3

1Program Studi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi


2Program Studi Farmasi STIKES Harapan IbuI Jambi
3Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

*Corresponding email: uce_kenzie@yahoo.co.id

ABSTRAK

Interaksi obat merupakan bagian dari Drug Related Problems (DRPs) yang secara nyata maupun
potensial berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui interaksi penggunaan obat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan komplikasi
hiperlipidemia dibangsal penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini merupakan
penelitian non eksprimental dengan menggunakan rancangan penelitian secara deskriptif yang
dikerjakan secara retrospektif dan prospektif. Data diambil langsung dari catatan rekam medik pasien
Diabetes Meliitus tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia yang dirawat di bangsal penyakit dalam RSUD
Raden Mattaher Jambi. Hasil penelitian ini dari 18 orang pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan
komplikasi hiperlipidemia di bangsal penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi, interaksi obat terjadi
pada 9 pasien dengan persentase sebesar 50 % yang merupakan interaksi sinergis (interaksi yang
diharapkan), seperti interaksi obat antara simvastatin dengan metformin sebesar 27,78 % dan tidak
ditemukan terjadinya interaksi obat yang tidak diharapkan.

Kata Kunci: diabetes mellitus tipe 2, hiperlipidemia, interaksi obat

PENDAHULUAN Menurut survey yang dilakukan WHO,


Diabetes mellitus merupakan suatu Indonesia menempati urutan ke- empat dengan
kelompok penyakit metabolik dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena India, Cina dan Amerika Serikat, dengan
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau prevalensi 8,6 % dari total penduduk. Pada
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada tahun 1995, pengidap diabetes menempati
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka urutan pertama dari seluruh penyakit yang
panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa disebabkan oleh kelainan endokrin, yaitu
organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, diperkirakan mencapai 4,5 juta jiwa baik yang
jantung dan pembuluh darah (Sudoyo W, et al, dirawat inap maupun yang rawat jalan (DepKes
2006). RI, 2005).

17
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

Penyebab kematian yang paling utama terjadinya interaksi obat yang juga makin
pada penderita Diabetes Melitus adalah meningkat. Interaksi obat dianggap penting
timbulnya penyakit kardiovaskuler. Banyak secara klinik jika berakibat meningkatkan
faktor resiko penyakit kardiovaskular pada toksisitas dan/atau mengurangi efektifitas obat
diabetes diantaranya adalah hipertensi, yang berinteraksi, jadi terutama jika
obesitas, dislipidemia, mikroalbuminuria, menyangkut obat dengan batas keamanan yang
kelainan koagulasi, stroke, dan infark miokard sempit. Demikian juga interaksi yang
(Soegondo, 2008). menyangkut obat-obat yang biasa digunakan
Hiperlipidemia adalah keadaan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih
terdapatnya akumulasi berlebih salah satu atau penting dari pada obat yang jarang dipakai
lebih lipid utama dalam plasma, sebagai (Gunawan, 2007).
manifestasi kelainan metabolisme atau Dari hasil observasi dilapangan, dokter
transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia meresepkan obat dengan kombinasi yang
dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia, berbeda-beda untuk terapi diabetes dengan
hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya. komplikasi hiperlipidemia, hal ini karena
Hiperlipidemia sekunder disebabkan adanya perbedaan terhadap kondisi medis
peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan pasien dan tingkat kepatuhan pasien. Dalam hal
suatu penyakit tertentu, misalnya Diabetes penggunaan kombinasi obat, sangat perlu
Melitus (Mansjoer A, et al, 2000). diperhatikan efek yang dapat ditimbulkan oleh
Keberhasilan terapi Diabetes Melitus tipe penggunaan bersama dari obat tersebut dan
2 dengan komplikasi hiperlipidemia salah interaksi yang dapat ditimbulkan dari
satunya dapat ditunjang dengan pemilihan obat pemakaian obat secara bersamaan (Guyton:
yang tepat, sedangkan kegagalan terapi dapat 2004; Gunawan: 2007).
diakibatkan karena adanya kejadian Drug Berdasarkan pembahasan sebelumnya
Related Problem (DRPs). Drug Related Problem yang menjelaskan tentang pola pengobatan,
(DRPs) adalah masalah-masalah yang dapat maka penelitian kali ini mempelajari dan
timbul selama pasien diberi terapi yaitu adanya mengidentifikasi interaksi obat yang terjadi
indikasi tanpa obat salah satu terjadinya selama penggunaan obat – obatan pada pasien
interaksi obat dan juga kegagalan pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi
menerima terapi yang disebabkan berbagai Hiperlipidemia. Penelitian ini dilakukan dengan
faktor (Strand et,all 2010). analisis deskriptif yang dikerjakan secara
Dari hasil survei yang dilaporkan pada retrospektif dan prospektif yaitu seluruh pasien
tahun 1977 mengenai polifarmasi pada pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi
yang dirawat di rumah sakit menunjukkan Hiperlipidemia di Bangsal Rawat Inap Penyakit
bahwa insidens efek samping pada pasien yang Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
mendapat 0-5 macam obat adalah 3,5%, harapan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
sedangkan yang mendapat 16-20 macam obat pelayanan kesehatan, khususnya dalam
54%. Peningkatan insiden efek samping yang pemantauan interaksi obat terhadap pasien
jauh melebihi peningkatan jumlah obat yang diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi
diberikan bersama ini diperkirakan akibat hiperlipidemia, sehingga interaksi obat dapat

18
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

dicegah dan pilihan penggunaan obat yang tepat Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hiperlipidemia. Meliputi data kualitatif dan
kuantitatif serta kelengkapan data pasien
METODE PENELITIAN (seperti umur dan jenis kelamin, tindakan
Penelitian dilakukan dengan analisis penggobatan terhadap penyakit Diabetes
deskriptif yang dikerjakan secara prospektif dan Melitus tipe 2 dengan Hiperlipidemia, Diagnosa,
retrospektif. Data terdiri atas data kuantitatif Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, dan
meliputi: Jumlah (%) jenis obat Antidiabetik lain-lain). Data yang diambil dipindahkan ke
yang digunakan, Jumlah (%) jenis obat lembaran pengumpulan data yang telah
AntiHiperlipidemia yang digunakan, Jumlah (%) disiapkan. Kekurangan rekam medik dilengkapi
pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan dengan wawancara pasien atau keluarga pasien.
komplikasi hiperlipidemia berdasarkan jenis
kelamin, Jumlah (%) pasien Diabetes melitus HASIL DAN DISKUSI
tipe 2 dengan komplikasi hiperlipidemia Hasil analisa kuantitatif yang diperoleh
berdasarkan umur, Jumlah (%) pasien Diabetes dari penggunaan obat antidiabetes dan obat
Melitus tipe 2 dengan komplikasi antihiperlipidemia yang menimbulkan interaksi
Hiperlipidemia berdasarkan Klasifikasi Penyakit obat pada 18 (orang) pasien penderita Diabetes
Hiperlipidemia. Data kualitatif meliputi interaksi Melitus tipe 2 dengan komplikasi
obat dengan efek sinergis dan interaksi obat Hiperlipidemia pada rawat inap di bangsal
yang tidak diharapkan. Data ditabulasikan Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
kemudian bandingkan hasil yang diperoleh yang dilakukan secara retrospektif dan
dengan standard yang telah ditetapkan terlebih prospektif, adalah sebagai berikut. Hasil Analisa
dahulu. Hasil perbandingannya akan Kuantitatif:
menunjukkan terjadi interaksi obat dengan efek 1. Obat antidiabetes yang banyak digunakan
sinergis dan interaksi obat yang tidak adalah jenis obat generik yang sesuai
diharapkan. formularium RSUD Raden Mattaher jambi
Sumber data meliputi rekam medik yakni sebesar 40,91%, sedangkan obat
pasien yang menjalani pengobatan Diabetes merek dagang sebesar 36,36%. Obat
Melitus tipe 2 dengan komplikasi antidiabetes generik non formularium tidak
Hiperlipidemia serta wawancara pasien atau ada ditemukan sedangkan obat merek
keluarga pasien di Bangsal Penyakit Dalam di dagang non formularium sebesar 22,73%.
RSUD Raden Mataher Jambi. Sampel yang dipilih 2. Obat Antihiperlipidemia yang banyak
adalah semua pasien Rawat inap yang digunakan adalah jenis obat generik yang
menderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan sesuai formularium RSUD Raden Mattaher
komplikasi Hiperlipidemia di Bangsal Penyakit Jambi yakni sebesar 100%, sedangkan obat
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi. merek dagang, obat generik non
Pengambilan Data dilakukan formularium dan obat merek dagang non
pencatatan rekam medik di Bangsal Penyakit formularium tidak ditemukan. Dari data
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi meliputi yang diperoleh, obat hipolipidemia yang
pasien rawat inap yang menjalani terapi paling banyak diresepkan adalah

19
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

simvastatin golongan penghambat HMG- umur >71 tahun sebesar 5,56%. Dari data
KoA reduktase sebesar 77,78%. yang diperoleh bahwa penyakit ini banyak
3. Obat antidiabetes dan obat terjadi pada pasien umur 51-60 tahun yaitu
antihiperlipidemia yang paling banyak sebesar 50%.
diberikan kepada pasien perempuan 5. Pasien terdiagnosa hiperlipidemia tipe I,
sebesar 77,78%, sedangkan pada pasien hiperlipidemia tipe II-a, hiperlipidemia tipe
laki-laki sebesar 22,22%. II-b, dan hiperlipidemia tipe III tidak
4. Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi ditemukan, semuanya pasien terdiagnosa
Hiperlipidemia umur 40-50 tahun sebesar hiperlipidemia tipe IV sebesar 66,67% dan
22,22%, umur 51-60 tahun sebesar 50%, hiperlipidemia tipe V sebesar 33,33%.
umur 61-70 tahun sebesar 22,22% dan

Tabel 1. Persentase terjadinya interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi
hiperlipidemia
No Jenis Obat Jenis interaksi Mekanisme No Jumlah %
pasein pasien
1 Simvastatin + Farmakodinamika Menurunkan kadar 3,7,10.1 5 27,78
metformin (efek sinergis) kolesterol LDL dan 5,18
trigliserida
Asetosal + Farmakodinamika Peningkatan resiko 7
meloxicam (interaksi yang pendarahan
tidak diharapkan) gastrointestinal
Metformin + Farmakodinamika Peningkatan kadar 10,15
ranitidin (efek sinergis) metformin
2 Furosemid + Farmkodinamika Menurunkan tekanan 5,6 2 11,11
captopril/ (efek sinergis) darah secara tajam
lisinopril
3 Gemfibrozil Farmakodinamika Peningkatan efek 2,11 2 11,11
+glikazid/ (interaksi yang hipoglikemia
glimpirid/ tidak diharapkan)
glikudon
4 Gemfibrozil/ Farmakodinamika Meningakatnya efek 11
simvastatin (interaksi yang kadar statin, Resiko
tidak diharapkan terjadinya
rhabdomyolisis, Resiko
myopati, Resiko gagal
ginjal akut
Total 9 50

Hasil Analisa Kualitatif berupa persentase Analisa kuantitatif meliputi analisa


terjadinya interaksi obat pada pasien Diabetes persentase jenin obat antidiabetes dan obat
Melitus tipe 2 dengan komplikasi hipolipidemia yang digunakan, persentase
Hiperlipidemia dapat dilihat pada tabel 1. jumlah pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan

20
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

komplikasi Hiperlipidemia berdasarkan jenis pada keadaan penurunan berat badan yang
kelamin,rentang umur, persentase pasien cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi ketoasidosis diabetic, hiperglikemia
Hiperlipidemia berdasarkan penyakit Diabetes hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan
Melitus, dan persentase pasien Diabetes Melitus asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO
tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia dosis hamper maksimal, stress berat (infeksi
berdasarkan penyakit Hiperlipidemia sistemik, operasi besar, stroke), kehamilan
dengan DM gestasional, gangguan fungsi ginjal
Jenis Obat Antidiabetes yang digunakan pada atau hati yang berat, kontra indikasi atau alergi
Terapi terhadap OHO (PETRI:2009).
Persentase obat antidiabetes yang
digunakan dilihat dari jumlah obat antidiabetes Jenis Obat Antihiperlipidemia yang
generik dan antidiabetes merek dagang yang digunakan pada Terapi
sesuai formularium maupun non formularium Obat Antihiperlipidemia yang banyak
RSUD Raden Mattaher Jambi (PFT: 2010). dapat digunakan adalah jenis obat generik yang sesuai
dilihat obat antidiabetes yang paling banyak formularium RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
digunakan adalah jenis generik yang sesuai 2011 yakni sebesar 100%, sedangkan obat
formularium RSUD Raden Mattaher Jambi 2011 merek dagang sesuai formularium sebesar 0%.
yaitu sebesar 40,91%, sedangkan obat merek Obat antihiperlipidemia generik non
dagang yang sesuai dengan formularium formularium sebesar 0%, sedangkan obat merek
sebesar 36,36%. Obat generik non formularium dagang non formularium sebesar 0%. Hal ini
sebesar 0% dan obat merek dagang non juga sesuai dengan peraturan Menteri
formularium sebesar 22,73%. Hal ini sesuai Kesehatan Republik Indonesia No.
dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik 1455/Menkes/SK/X/2010, tangggal 4 Oktober
Indonesia No. 1455/Menkes/SK/X/2010, 2010 tentang Formularium Program Jaminan
tangggal 4 Oktober 2010 tentang Formularium Kesehatan Masyarakat dan Peraturan Menteri
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010
Peraturan Menteri Kesehatan No. tentang kewajiban menulis resep dan atau
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang menggunakan obat generik di fasilitas
kewajiban menulis resep dan atau pelayanan Kesehatan Pemerintah, kebijakan
menggunakan obat generik di fasilitas Rumah Sakit, dan standar ASKES/RS (Depkes
pelayanan Kesehatan Pemerintah, kebijakan RI:2005).
Rumah Sakit dan standar ASKES/RS (Depkes Pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan
RI;2005). Ini diharapkan untuk meringankan komplikasi Hiperlipidemia, obat
pasien dalam hal pendanaan untuk terapi. antihipelipidemia yang paling banyak
Pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 diresepkan adalah golongan penghambat HMG-
dengan komplikasi Hiperlipidemia obat KoA reduktase yaitu simvastatin sebesar
antidiabetes yang paling banyak diresepkan 77,78%, dan diikuti dengan golongan turunan
adalah Insulin short-acting seperti Insulin Asam Fibrat yaitu gemfibrazil sebesar 22,22%,
Regular (Novorapid Flexpen). Insulin diperlukan Inhibitor HMG-KoA reduktase adalah obat

21
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

pilihan pertama untuk mengobati sebagian pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang
besar pasien hiperkolesterolemia, statin saat ini sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung
merupakan antihiperlipidemia yang paling Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994):
efektif dan aman. Obat ini terutama efektif untuk 206 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar
menurunkan kolesterol. Pada dosis tinggi statin kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan
juga dapat menurunkan trigliserida yang hiperkolesterolemia maka pada penelitian
disebabkan oleh peninggian VLDL, selain Monica yang pertama terdapatlah
simvastatin obat antihiperlipidemia yang hiperkolesterolemia 13.4% untuk wanita dan
banyak digunakan adalah golongan turunan 11,4 % untuk pria. Pada penelitian Monica yang
asam fibrat yaitu gemfibrazil. Diabetes kedua hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2
Atherosclerosis Intervertion Study tahun 2001 % untuk wanita dan 14 % pria. Hal ini
baru-baru ini menunjukkan manfaat Fenofibrat menunjukkan bahwa penyakit DM tipe 2 dengan
yang signifikan untuk mengobati DM tipe 2. komplikasi hiperlipidemia banyak diderita oleh
Penelitian arteriografi selama 3 tahun ini wanita dibandingkan pria (Anwar,2004).
menunjukkan adanya penurunan stenosis
koroner fokal sebesar 40% (Gunawan: 2007; Jumlah Pasien Diabetes Melitus tipe 2
Goodman & Gilman: 2007). dengan komplikasi Hiperlipidemia
Berdasarkan Rentang Umur
Jumlah Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan rentang umur, persentase
dengan komplikasi Hiperlipidemia tertinggi pasien yang mendapat terapi obat
Berdasarkan Jenis Kelamin antidiabetes dan obat antihiperlipidemia banyak
Pada penggunaan obat antidiabetes dan dialami oleh umur 51-60 tahun yaitu sebesar
obat antihiperlipidemia berdasarkan jenis 50%, sedangkan umur 61-70 tahun sebesar
kelamin, yang paling banyak mendapatkan 22,22%, umur 40-50 tahun sebesar 22,22%, dan
terapi obat antidiabetes dan obat hipolipidemia umur >71 tahun sebesar 5,56%. Pada penelitian
adalah perempuan yaitu sebesar 77,78%, Losenden, Hensen pasien yang paling banyak
sedangkan laki-laki 22,22%. Menurut penelitian menderita Diabetes Melitus dengan rentang
Martias Bachtiar: 1994 menghasilkan bahwa umur 34-79 tahun, penelitian lain menemukan
perempuan lebih banyak menderita Diabetes pasien yang menderita Diabetes Melitus diatas
Melitus komplikasi dengan hiperlipidemia umur 50 tahun sebanyak 42 orang (87,5%), di
daripada laki-laki masing-masing sebesar Turki dari 2345 penderita Diabetes Melitus
56,57% dan 43,33%, hal ini dapat diartikan diatas 46 tahun sebanyak 51,9%.
bahwa Diabetes Melitus tipe 2 komplikasi Penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan
dengan hiperlipidemia lebih banyak dialami komplikasi hiperlipidemia mengalami
oleh perempuan. peningkatan jumlah kasusnya pada umur di atas
Penelitian Monica di Jakarta (1988) 45 tahun, dan jumlah kasus paling banyak
menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol terjadi pada umur 51 sampai 60 tahun (50%).
total pada wanita adalah 206.6 mg/dl dan pria Data tersebut sesuai dengan pernyataan dari
199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi American Diabetes Association (ADA), bahwa
213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada usia diatas 45 tahun merupakan salah satu

22
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

faktor risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2. (66,67%), dan hiperlipidemia tipe V sebanyak 6
Dalam perjalanan penyakit Diabetes Melitus, orang (33,33%). Berdasarkan hasil tersebut
dapat terjadi komplikasi akut dan menahun. bahwa penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dengan
Dari 100 pasien yang dievaluasi, hanya 17% komplikasi Hiperlipidemia lebih banyak terjadi
yang tidak mengalami komplikasi. Komplikasi pada Hiperlipidemia tipe IV dan V, terutama
yang terjadi adalah Hipertensi, Hiperlipidemia, pada orang dewasa dan lanjut usia. Hal ini
Retinopathy dan Neuropathy. Komplikasi dikarnakan pada penyakit diabetes mellitus
terbanyak salah satunya Hiperlipidemia dikenal berhubungan dengan resiko PJK. Pada
(12,3%) yang merupakan salah satu penyebab hiperlipidemia sekunder Banyak penyakit yang
kematian yang paling utama pada penderita mempengaruhi kadar lemak atau memperberat
Diabetes mellitus akan meningkatkan faktor adanya ketidaknormalan lemak dalam plasma
pembentukan aterosklerosis dan menimbulkan salah satunya penyakit Diabetes Melitus
penyakit Jantung Koroner (PJK) (ADA: 2004; (Priyanto, 2009).
PERKENI:2010; Andayani:2006). Pada hiperlipidemia atau
Berdasarkan hasil penelitian dapat hiperlipoproteinemia tipe IV ini mungkin
diperkirakan bahwa pada kenyataannya umur merupakan hiperlipidemia yang terbanyak
dewasa terutama umur 45 tahun keatas dijumpai di Negara barat. Di sini terjadi
memiliki resiko tinggi Diabetes Melitus tipe 2 peningkatan VLDL dengan hipertrigliserida.
dengan komplikasi hiperlipidemia. Hal ini Gejala klinik terutama terjadi pada pasien
terutama disebabkan karena dengan dewasa obesitas,diabetes, dan hiperurisemia
bertambahnya umur fungsi sel pancreas dan dan tidak memiliki xantoma. Kondisi sekunder
sekresi insulin berkurang, dan juga berkaitan bisa terjadi pada peminum alkohol dan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya diperburuk dengan stress, progestin,
massa otot dan perubahan vascular, kontrasepsi oral, dan obat-obatan seperti
berkurangnya aktivitas fisik sehingga rentan thiazid atau beta bloker. Sedangkan
terhadap berat badan berlebihan bahkan hiperlipidemia tipe V memperlihatkan kumulasi
obesitas (Misnadiarly: 2006). VLDL dan kilomikron, mungkin karena
gangguan katabolisme trigliserida endogen dan
Jumlah Pasien Diabetes Melitus tipe 2 eksogen. Gejala klinik ditandai dengan nyeri
dengan komplikasi Hiperlipidemia abdominal, pancreatitis, munculnya xantoma,
Berdasarkan Klasifikasi Penyakit dan polineuropathy perifer. Pasien-pasien ini
Hiperlipidemia biasanya obesitas, hiperurisemia, dan diabetes,
Pada penelitian ini dihasilkan bahwa peminum alkohol, eksogenus estrogen, dan
pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan gagal ginjal dapat memperburuk faktor yang
komplikasi hiperlipidemia ditemukan telah ada (Gunawan: 2007; Dipiro, et al, 2006).
hiperlipidemia tipe I sebanyak 0 orang (0%), Pada analisa kualitatif meliputi analisa
hiperlipidemia tipe II-a sebanyak 0 orang (0%), terjadi atau tidaknya interaksi obat yaitu:
hiperlipidemia tipe II-b sebanyak 0 orang (0%), persentase terjadinya interaksi obat pada pasien
hiperlipidemia tipe III sebanyak 0 orang (0%), Diabetes Melitus tipe 2 dengan komplikasi
hiperlipidemia tipe IV sebanyak 12 orang Hiperlipidemia.

23
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

Terjadinya Interaksi Obat Kejadian interaksi obat pada penelitian


Persentase terjadinya Interaksi Obat pada ini yang paling banyak ditemukan penggunaan
pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan Kombinasi metformin diberikan pagi hari dan
komplikasi hiperlipidemia sebesar 50%, simvastatin diberikan pada malam hari pada
Interaksi obat artinya aksi suatu obat diubah pasien No 3, 7, 10, 15 dan 18 interaksi terjadi
atau dipengaruhi oleh obat lain jika diberikan sebesar 27,78%. Ini merupakan interaksi yang
secara bersamaan (Priyanto:2009). Dengan kata diharapkan. Karena pada pasien diabetes
lain Interaksi obat merupakan satu dari delapan mellitus yang gemuk, simvastatin bekerja
kategori masalah terkait obat (drug-related menghambat sintesis kolesterol dalam hati,
problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian dengan menghambat enzim HMG Coa reduktase
atau keadaan terapi obat yang dapat sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada
interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika membran sel hepatosit akan menurunkan kadar
atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL,
oleh kehadiran satu atau lebih zat yang VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL
berinteraksi (Piscitelli, 2005). meningkat. Statin merupakan senyawa yang
Hasil penelitian dari 18 (orang) pasien paling efektif dan paling baik toleransinya untuk
DM tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia di mengobati dislipidemia. American Diabetes
Bangsal Penyakit Dalam, interaksi obat terjadi Association lebih jauh menyarankan pengobatan
pada 9 pasien dari Analisa Retrospektif dan statin sebagai pilihan pertama untuk
Prospektif. Interaksi obat pada penelitian ini dislipidemia diabetes (Goodman & Gilman:
berupa interaksi farmakokinetik dan 2007; Gunawan: 2007).
farmakodinamik, yang dalam prakteknya sudah Sedangkan metformin juga dapat
ditanggulangi dengan cara menjarakkan menurunkan berat badan, menurunkan kadar
pemberian obat dan telah dilakukan monitoring trigliserida, LDL, kolesterol, dan kolesterol total,
terhadap interaksi obat. Sedangkan interaksi dan juga dapat meningkatkan LDL kolesterol.
obat yang bersifat toksik atau interaksi yang Metformin lebih sering digunakan sebagai terapi
tidak diharapkan tidak ditemukan. antidiabetik oral karena memiliki efek samping
Interaksi obat yang banyak ditemukan hipoglikemi yang rendah dibandingkan dengan
pada penelitian ini yaitu pada pemakaian obat golongan lain dan direkomendasikan oleh
Biguanid (metformin), Penghambat HMG-KoA American Diabetes association (ADA) sebagai
reduktase (simvastatin) dan Asam fibrat first line therapy bersama dengan modifikasi
(gemfibrozil). Menurut Standar Perkumpulan gaya hidup untuk pengobatan DM tipe 2. Dengan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun demikian mekanisme kerja metformin dan
2010, obat hipoglikemik oral yang tepat untuk simvastatin yang mana satu menurunkan
pasien DM tipe 2 dengan komplikasi produksi glukosa hati dan satu lagi menghambat
dislipidemia adalah golongan biguanida sintesis kolesterol di hati sehingga efek
(metformin), sedangkan antidislipidemia yang keduanya mampu menurunkan kadar kolesterol
tepat adalah golongan statin dan asam fibrat. didalam tubuh (Gunawan: 2007; Misnadiarly:
2006; Elvina R: 2012).

24
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

Pada penelitian ini ditemukan pula metabolic hepatik, hambatan ekresi renal,
Interaksi antara furosemid dengan kaptropil pengusiran dari ikatan protein, penurunan
pada pasien No 5 dan 6 sebesar 11,11%. glukosa darah, perubahan metabolism
Kombinasi kedua obat ini biasanya aman dan karbohidrat(Gunawan: 2007; Dipiro: 2006).
efektif, karena memberikan efek sinergis dan Kombinasi gemfibrozil dan simvastatin
interaksi yang diharapkan dalam menurunkan merupakan interaksi yang tidak diharapkan
tekanan darah. Dimana kaptropil merupakan karena gemfibrozil (seperti pembahasan
ACE Inhibitor menghambat perubahan sebelumnya) dapat menyebabkan peningkatan
angiostensin I menjadi angiostensin II sehingga konsentrasi simvastatin (seperti pembahasan
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi sebelumnya) dalam darah, dengan cara
aldosteron, sedangkan Furosemid termasuk menghambat metabolisme dari simvastatin,
diuretik kuat, diuretik bekerja dengan cara sehingga meningkatkan resiko terjadinya
meningkatkan eksresi garam dan air, myopathy. Interaksi pada penelitian ini terjadi
menghambat retensi garam dan air sehingga pada pasien No 11. Tetapi interaksi yang tidak
menurunkan volume darah dan cairan diharapkan ini dapat diatasi oleh tenaga medis
ektraseluler, akibatnya terjadi penurunan curah dengan memberi jarak dalam penggunaan
jantung dan tekanan darah (Gunawan: 2007). gemfibrozil dan simvastatin, sekitar 1-2 jam
Akan tetapi pada beberapa pasien serta dilakukan monitoring terhadap timbulnya
kombinasi kedua obat ini dapat menyebabkan myopathy, atau menggunakan simvastatin dosis
penurunan tekanan darah (hipotensif) secara rendah yakni 10 mg (stockley: 2008).
tajam yang terjadi pada awal pemberian Pada penelitian ini interaksi antara
terutama pada hipertensi dengan aktivitas renin asetosal dengan meloxicam yang terjadi pada
yang tinggi dan tergantung kepada kondisi pasien No 7 merupakan interaksi yang tidak
pasien dan dosis obat, sebaiknya pada awal diharapkan. Namun interaksi yang tidak
pemberian captopril dimulai dengan dosis diharapkan ini dapat diatasi oleh tenaga medis
rendah, dan monitor tekanan darah pasien dengan memberi jarak dalam penggunaan
(Stockley: 2008). asetosal dan meloxicam serta telah
Namun pada penelitian ini pada pasien dilakukannya monitoring terhadap
No 2 dan 11 interaksi yang menimbulkan efek kemungkinan terjadinya pendarahan
yang tidak diinginkan dapat di atasi dengan gastrointestinal.
memberikan jarak penggunaan dan monitorkan Interaksi asetosal dengan meloxicam,
kadar gula darahnya oleh tenaga medis sehingga kombinasi keduanya dapat meningkatkan resiko
tidak ditemukan interaksi yang tidak pendarahan gastrointestinal, selain itu asetosal
diharapkan pada penggunaan kombinasi dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari
gemfibrozil dan gol sulfonil urea. meloxicam dan peningkatan AUC meloxicam.
Interaksi antara gemfibrozil dan gol (Dipiro: 2005; Gunawan: 2007; Stockley: 2008;
sulfonil urea, kombinasi keduanya ini Goodman & Gilman: 2007).
merupakan interaksi yang tidak diharapkan Pada penelitian ini Interaksi antara
karena efek hipoglikemik meningkat akibat metformin dengan ranitidin, interaksi yang
berbagai mekanisme seperti penurunan diharapkan (Sinergis) yang terjadi pada pasien

25
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

No 10 dan 15 sebesar 11,11%. Karena dapat KESIMPULAN


meningkatkan kadar metformin, mekanisme Dari hasil penelitian ini dapat
kerja metformin tidak melalui perangsangan disimpulkan bahwa interaksi penggunaan obat
sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi
sasaran yaitu dengan meningkatkan transport hiperlipidemia di Bangsal Penyakit Dalam RSUD
glukosa, meningkatkan ambilan glukosa dari Raden Mattaher Jambi sebesar 50% yang
otot dan jaringan lemak, menurunkan produksi merupakan interaksi Sinergis (Interaksi yang
glukosa hati dengan menghambat glikogenolisis diharapkan) dan tidak ditemukan interaksi yang
dan glukoneogenesis, memperlambat absorpsi tidak diharapkan. Interaksi tersebut adalah
glukosa di saluran gastrointestinal. Sedangkan simvastatin dengan metformin sebesar 27,78%,
ranitidin bekerja menghambat reseptor H2 Furosemid dengan ACE inhibitor sebesar
secara selektif dan reversible. Perangsangan 11,11%, dan Metformin dengan Ranitidin
reseptor H2 akan merangsang sekresi asam sebesar 11,11%. Dengan demikian Pasien DM
lambung, sehingga pada pemberian (ranitidin) tipe 2 dengan komplikasi Hiperlipidemia sudah
sekresi asam lambung dihambat (Gunawan: mendapatkan obat sesuai dengan penyakit yang
2007; Elvina R: 2012). dideritanya.
Interaksi obat kationik di atas yang
potensial dieliminasi melalui ginjal (sistem UCAPAN TERIMA KASIH
sekresi/transport tubular), sehingga dapat Terima kasih kepada seluruh pihak
meningkatkan kadar metformin. Dengan kata RSUD Raden Mattaher Jambi yang terkait yang
lain jika kedua obat tersebut dikombinasikan telah membantu baik secara moril ataupun
secara bersamaan maka kadar metformin harus spirituil sehingga penelitian ini selesai
selalu dimonitor dan dilakukan pengaturan dilaksanakan.
dosis metformin (Dipiro, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko dengan Gangguan Fungsi Ginjal Di Poliklinik
Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas khusus RSUP DR. M .Djamil Padang periode bulan
Sumatera Utara. Oktober 2011-Januari 2012, Sekolah Pasca
American Diabetes Associations., 2004., Standars of Sarjana, Universitas Andalas, Padang.
Medical Care in Diabetes., J Diabetes., Gunawan., Sulistia G., 2007. Farmakologi dan Terapi
Andayani Tri Murti (2006). Skripsi Analisis Biaya Terapi Edisi V., Departemen Farmakologi dan Terapeuti,
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Dr.Sardjito EGC, Jakarta.
Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Guyton Hall, 2009. Buku Ajar Fisiologi. Penerbit Buku
Madah. Kedokteran, EGC. Jakarta.
Depkes RI., 2005., Kumpulan Peraturan Perundang- Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi,
undangan., Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Edisi 10, Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
dan Makanan, Jakarta. Jakarta.
Dipiro JT, dkk. 2005. Pharmacotherapy A Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi,
Pathophysiologic Approach (6th ed.,). USA: Edisi 10, Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
McGraw-Hill Companies. Jakarta
Dipiro, Joseph T, et al, 2006. Pharmacotheraphy Mansjoer, A., K. Triyanti., R. Savitri., W. I. Wardhani.,
Handbook, Sixth Edition, Mc Graw Hill Companies: dan W. Setiowulan., (Editor), 2000. Kapita Selekta
Inc, New York, USA. Kedokteran, Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.,
Elvina, R. 2012. Kajian Aspek Farmakokinetik Klinik obat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.,
Antidiabetes pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 Jakarta.

26
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015

Misnadiarly., 2006., Diabetes Melitus, Gangren, Ulcer, Stockley I., 2008. Drug Interaction A Source Book of
Infeksi, Pustaka Populer Obor., Jakarta. Adserve Interaction, Their Mechanism, Clinical
Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Importance and Management (8rd ed.)., University
(PETRI)., 2009., Compendium of Indonesian of Nottingham Medical School., England.
Medicine IPD 1 st Edition., Jakarta. Sudoyo W.A, et al, editor. 2006. Buku Ajar ilmu Penyakit
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Dalam. Jilid 3. Edisi IV, Penerbit Fakultas
LESKONFI. Jakarta Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Piscitelli, SC., Rodvold, KA., 2002. Drug Interactions in Soegondo S., 2008, “Diabetes, The Silent Killer”, at
Infectious Diseases, Humana Press Inc, Totowa, http://www.medicastore.com., Bagian Metabolik dan
NJ. Endokrin., FKUI/RSCM., Jakarta., akses 20 mei
2012.

27

Anda mungkin juga menyukai