Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


“PNEUMONIA”

DOSEN PENGAMPU :

1. Ns. YOFA ANGGRIANI UTAMA, S.Kep., M.Kes., M.Kep


2. Ns. ARIS CITRA WISUDA, S.Kep., M.Kes., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Deka Agustin (19-14201-30-08)


2. Nur Wahyuni (19-14201-30-10)
3. Uztazhar Anuggrah (19-14201-30-17)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

TAHUN 2021
PNEUMONIA

I. Pengertian

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan
batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens infeksius seperti : virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah peradangan yang
mengenai parenkim paru, distal dar bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratori, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2014).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan
oleh satu atau lebih agen yaitu : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasite atau aspirasi zat
asing (Betz & Sowden, 2009). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsolidasi dan terjadi pengikisan rongga alveoli yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. (Muttaqin Arif, 2008).
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu
infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) maupun benda asing.

II. Etiologi
Menurut (LeMone, Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2 penyebab antara lain :
infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa dan
mikroba. Sedangkan penyebab noninfeksius antara lain adalah aspirasi isi lambung dan
inhalasi gas beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius seringkali
diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi nosokomial (didapat di
rumah sakit), atau oportunistik (imun menurun).
Berikut tabel umum penyebab pneumonia pada orang dewasa (LeMone, Atal, 2016)
Didapat Komunitas Didapat Rumah Sakit Oportunistik
- Streptococcus pneumonia - Straphylococcus aureus - Pneumocystis carinii
- Mycoplasma pneumonia - Pseudomonas aeruginosa - Mycobacterium
- Haemophilus influenza - Klebsiella pneumonia tuberculosis
- Influenza vrus - Eschericia coli - Cytomegalovirus (CMV)
- Chlamyda pneumonia - Mikobakteria atipikal
- Legionella pneumophila - Jamur
Tabel Umum Penyebab Pneumonia
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p.aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotic yang tidak tepat (Nurarif & Kusuma, 2015).

III. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi (pola keterlibatan paru) (LeMone, Atal,
2016) antara lain :
1. Pneumonia lobal, biasanya mengenai seluruh lobus paru. Proses awalnya, ketika
respons imun minimal, bakteri menyebar sepanjang lobus yang terkena dengan
akumulasi cepat. Cairan edema karena terjadi respons imun dan inflamasi, RBC dan
neutrofil, merusak sel epitel, dan fibrin berakumulasi dalam alveoli. Eksudat
purulen mengandung neurofil dan makrofag terbentuk. Karena alveoli dan bronkiolus
pernafasan terisi dengan eksudat, sel darah, fibrin, dan bacteria, konsolidasi
(solidifikasi) jaringan paru terjadi. Akhirnya, proses sembuh karena enzim
menghancurkan eksudat dan sisa debris direabsorpsi, di fagosit, atau dibatukan keluar.
2. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis), Biasanya mengenai bagian jaringan paru
terkait, ditandai dengan konsolidasi bercak. Eksudat cenderung tetap terutama di
bronki dan bronkiolus, dengan sedikit edema dan kongesti alveoli daripada Pneumonia
lobar.
3. Pneumonia interstisial (Bronkiolitis), proses inflamasi terutama melibatkan interstisium :
dinding alveolar dan jaringan ikat yang menyokong pohon bronchial. Keterlibatan
dapat berupa bercak atau difus karena limfosit, makrofag, dan sel plasma menginfiltrasi
septa alveolar. Ketika alveoli biasanya tidak mengandung eksudat yang banyak,
membrane hialin yang kaya protein dpat melapisi alveoli, mengandung pertukaran
gas.
4. Pneumonia milier, pada pneumonia milier, sejumlah lesi inflamasi memiliki ciri
tersendiri terjadi sebagai akibat penyebaran patogen ke paru melalui aliran darah.
Pneumonia milier umumnya terlihat pada orang yang mengalami luluh imun berat.
Sebagai akibatnya, respons imun buruk dan kerusakan jaringan pleura sangat signifikan.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan (LeMone. Atal, 2016) :
1. Pneumonia Komunitas (Community-Acquired Pneumonia).
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius yang sering di
sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia. Bakteri ini terletak di saluran napas
atas pada hingga 70% orang dewasa. Bakteri ini dapat menyebar secara langsung dari
kontak orang ke orang melalui droplet.

2. Penyakit Legionnaire
Penyakit Legionnaire adalah bentuk bronkopneumonia yang disebabkan oleh
legionella pneumophilia, bakteri gram negative yang secara luas ditemukan dalam air,
terutama air hangat. Perokok, lansia, dan orang yang menderita penyakit kronik atau
gangguan pertukaran imun merupakan orang yang paling rentan terhadap penyakit
Legionnaire.

3. Pneumonia Atipikal Primer


Pneumonia disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia umumnya diklasifikasikan
sebagai Pneumonia Atipikal Primer karena manifestasi dan rangkaian penyakit sangat
berbeda dengan Pneumonia bakteri lainnya. Dewasa muda khususnya mahasiswa dan
calon anggota militer merupakan populasi yang umumnya terkena.
Pneumonia ini sangat menular.

4. Pneumonia Virus
Pneumonia virus umumnya merupakan penyakit ringan yang sering kali mengenai
lansia dan orang yang mengalami kondisi kronik. Sekitar 10% pneumonia ini terjadi pada
orang dewasa.

5. Pneumonia Pneumosis
Orang yang mengalami luluh imun yang parah beresiko terjadinya pneumonia
oportunistik yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci, parasit yang lazim ditemukan di
seluruh dunia. Infeksi oportunistik dapat terjadi pada orang yang ditangani dengan
imunosupresif atau obat sitotoksik untuk kanker atau transplan organ.

6. Pneumonia Aspirasi.
Pneumonia aspirasi merupakan aspirasi isi lambung ke paru-paru yang menyebabkan
pneumonia kimia dan bakteri.

IV. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah demam atau panas
tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas cepat (frekuensi nafas >50
kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit
kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang (Rikesdas, 2013). Pneumonia bacterial
(pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggil, demam yang timbul dengan
cepat (39,5o sampai 40,5o), dan nyeri dada yang tersa ditusuk-tusuk yang dicetuskan
oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas disertai dengan
pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori
pernapasan. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organism
penyebab.
Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis
mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan berkesenambungan. Nadi biasanya meningkat
sekitar 10 kali/menit untuk kenaikan satu derajat celcius. Pada banyak kasus pneumonia,
pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku
sianotik.

V. Patofisiologi

Gambaran patologis tertentu dapat ditunjukkan oleh beberapa bakteri tertentu


bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumonia biasanya
bermanisfestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru
(bronkopneumonia), dan pada remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus
(pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh
Staphylococcus aureus pada neonates, karena Staphylococcus aureus menghasilkan
berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin, stafilokinase, dan koagulase.
Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis pendarahan, dan kavitasi. Koagulase
berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin, sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi
antara produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak
menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat
menetap hingga berbulan- bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut
(Rahajoe dkk, 2008).
Sedangkan Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi-reaksi infalamsi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi okisegen serta karbon
dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli
dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat
ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan
oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi
dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau
dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial. (Brunner & Suddarth, 2002).

VI. Patoflow

VII. Pemeriksaan Penunjang


1. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor, bronchial), dapat
juga meyatakan abses.
2. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing. (Nurarif &
Kusuma, 2015).

VIII. Penatalaksanaan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :

 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.


 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
 Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
 Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
 Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

IX. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pneumonia (Brunner & Suddarth, 2002) antara
lain :
1. Hipotensi dan syok
Syok dan gagal pernafasan. Pasien biasanya memberikan respons terhadap pengobatan
dalam 24 sampai 48 jam setelah terapi antibiotic diberikan. Komplikasi ini ditemukan
terutama pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan spesifik, mendapat pengobatan
yang tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi antimikroba dimana organisme
penginfeksinya resisten, atau pada mereka dengan penyakit sebelumnya yang menyulitkan
pneumonia.
Jika pasien sakit parah, tetapi agresif dapat mencakup dukungan hemodinamik dan
ventilitator untuk melawan kolaps perifer dan mempertahankan tekanan darah arteri. Agens
vasopressor mungkin diberikan secara intravena dengan infus kontinu dan dengan kecepata
yang disesuaikan dengan respon tekanan. Kortikosteroid mungkin diberikan secara
parenteral untuk melawan syok dan toksisitas pada pasien dengan pneumonia yang
menderita sakit sangat parah dan pada mereka yang menghadapi bahaya terserang infeksi.
Pasien mungkin membutuhkan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik. Gagal jantung
kongestif, distritmia jantung, pericarditis, dan miokarditis juga merupakan komplikasi
pneumonia yang mengarah pada syok.
2. Gagal pernafasan
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering
kesulitan bernafas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa
bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti
mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress.
3. Atelektasis
Atelectasis adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat mengebang secara
sempurna. Atelectasis (akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi) dapat terjadi
pada sembarang fase dari pneumonia akut.
4. Efusi plural
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudate atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleural, dimana cairan terkumpul
dalam rongga pleural cukup umum terjadi dan dapat menandakan dimulainya epiema
(cairan purulent di dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostic biasanya perlu dilakukan
untuk menegakkan efusi pleura. Setelah efusi pleura terlihat dala gambaran rontgen dada,
mungkin dipasang selang dada untuk mengatasi infeksi pleura dengan membuat drainase
yang tepat dari empyema.

5. Delirium
Delirium adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai kedaruratan medis
ketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh hipoksia, meningitis, atau
sindrom putus zat alcohol. Pasien dengan delirium dberikan oksigen, hidrasi yang adekuat,
dan sediasi riangan sesuai yang diresepkan dan diobservasi dengan konstan.
6. Superinfek.
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang sangat besar, seperti
penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi antibiotic. Jika pasien membaik dan demam
menghilang setelah diberikan terapi antibiotic, tetapi selanjutnya terjadi peningkatan suhu
tubuh disertai dengan batuk dan adanya bukti penyesuaian pneumonia, kemungkinannya
adalah superinfeksi. Antibiotic diganti dengan penyesuaian atau dihentikan sama sekali
pada beberapa kasus.
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Supaya dapat mengidentifikasi masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
Pengkajian menggunakan 13 Domain menurut Nanda :
1. Health Promotion (Peningkatan Kesehatan)
Kesadaran akan kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi-strategi yang diterapkan
untuk memertahankan kontrol dan meningkatkan kesehatan atau normalitas fungsi tersebut.
 Health Awareness (Kesadaran Kesehatan) : pengenalan akan fungsi normal dan
kesehatan.
 Health Management (Manajemen Kesehatan) : mengidentifikasi, mengontol,
memperlihatkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan
kesehatan.

2. Nutrision (Nutrisi)
Kegiatan memperoleh, mengasimilasi dan menggunakan kandungan gizi untuk tujuan
mempertahankan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi tenaga.
 Ingestion (proses masuknya makanan) : memasukkan makanan atau kandungan gizi
ke dalam tubuh.
 Digestion (pencernaan) : kegiatan fisik dan kimiawi yang mengubah kandungan
makanan ke dalam zat-zat yang sesuai untuk penyerapan dan asimilasi.
 Absorption (penyerapan) : tahapan penyerapan kandungan gizi melalui jaringan-
jaringan tubuh.
 Metabolisme (metabolisme) : proses kimiawi dan fisik yang terjadi di dalam
organisme dan sel-sel hidup bagi pengembangan dan kegunaan protoplasma, produksi
kotoran dan tenaga dengan pelepasan tenaga untuk seluruh proses vital.
 Hydration (minum) : perolehan dan penyerapan cairan dan larutan-larutan.

3. Elimination (pembuangan)
Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh.
 Urinary system (sistem urinaria) : proses keluarnya urine.
 Gastrointestinal system (sistem gastrointestinal) : pengeluaran dan pengenyahan
produk-produk kotoran dari isi perut.
 Integumentary system (sistem integumen) : proses keluarnya melalui kulit.
 Pulmonary system (sistem paru-paru) : pembersihan produk-produk metabolis secara
ikutan, pengeluaran dan benda-benda asing dari paru-paru atau dua saluran bronkus.

4. Activity / Rest (aktivitas / istirahat)


Produk, konservasi, pengeluaran atau keseimbangan sumber-sumber tenaga.
 Sleep / rest (tidur / istirahat) : tidur, istirahat, ketenagaan atau tidak beraktifitas.
 Activity / exercise (aktifitas / berolahraga) : menggerakkan bagian-bagian tubuh
(mobilitas), melakukan pekerjaan atau sering melakukan kegiatan-kegiatan (tetapi
tdak selalu) untuk meningkatkan daya tahan tubuh (resistensi).
 Energy balance (keseimbangan energi) : kondisi dinamis keharmonisan antara proses
masuk dan keluarnya sumber-sumber tenaga.
 Cardiovaskular-pulmonary respons (respon jantung- paru-paru) : mekanisme jantung-
paru-paru yang mendukung aktifitas / istirahat.

5. Perception / cognition (cara pandang / kesadaran)


Sistem pemprosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan),
sensasi, cara pandang, kesadaran dan komunikasi.
 Attention (perhatian) : kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati.
 Orientation (tujuan) : kesadaran akan waktu, tempat dan orang.
 Sensation / perception (sensasi / cara pandang) : menerima informasi melalui
sentuhan, rasa, bau, penglihatan, pendengaran dan kinestesi (gerakan otot) dan
pemahaman akan data rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan pengenalan
pola.
 Cognition (kesadaran) : kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian masalah,
abstraksi, penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan bahasa.
 Communication (komunikasi) : mengirim dan menerima informasi verbal (memakai
kata-kata) dan non verbal (memakai gerakan anggota badan yang mengandung arti).
6. Self perception (persepsi diri)
Kesadaran akan diri sendiri
 Self-concept (konsep diri) : persepsi tentang diri sendiri secara menyeluruh.
 Self-esteem (penghargaan diri) : penilaian akan pekerjaan sendiri, kapabilitas,
kepentingan dan keberhasilan.
 Body image (citra tubuh) : citra mental akan tubuh diri sendiri.

7. Role relationship (hubungan peran)


Hubungan atau asosiasi positif dan negative antar individu atau kelompok-kelompok
individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukan oleh sarana tersebut.
 Caregiving roles (peran-peran yang memberi perhatian) : pola prilaku yang
diharapkan secara sosial oleh individu-indvidu yang menyediakan perawatan dan
bukan para professional perawatan kesehatan.
 Family relationship (hubungan keluarga) : asosiasi orang-orang yang secara biologis
saling berkaitan.
 Role performance (kinerja peran) : kualitas memfungsikan didalam pola-pola prilaku
yang diharapkan secara sosial.

8. Sexuality / seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi.
 Sexual identity (identitas seksual) : kondisi menjadi seseorang yang khusus dalam hal
seksualitas atau gender.
 Sexual function (fungsi seksual) : kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi
didalam aktifitas seksual.
 Reproduction (reproduksi) : segala proses yang melahirkan individu-individu baru.

9. Coping / stress tolerance


Berkaitan dengan kejadian-kejadian atau proses-proses kehidupan.
 Post-trauma responses (respon pasca trauma) : reaksi-reaksi yang terjadi setelah
trauma fisik atau psikologis.
 Coping responses (respon-respon penanggulangan) : proses mengendalikan tekanan
lingkungan.
 Neuro-behavioral responses (respon-respon prilaku syaraf) : respon prilaku yang
mencerminkan fungsi saraf dan otak.

10. Life principles (prinsip-prinsip hidup)


Prinsip-prinsip yang mendasari prilaku, pikiran dan prilaku tentang langkah-langkah,
adat-istadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki pekerjaan intrinsik.
 Values (nilai-nilai) : identifikasi tentang bagaimana akhirnya bertindak yang disukai.
 Beliefs (kepercayaan) : pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adat-istiadat,
atau lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan intrinsic.
 Value / belief / action congruence (nilai, kepercayaan, kesesuaian tindakan) :
korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai, kepercayaan dan
tindakan.

11. Safety / protection (keselamatan/perlindungan)


Aman dari marabahaya, luka fisik atau kerusakan sistem kekebalan, penjagaan akan
kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan.
 Infection (infeksi) : respon-respon setempat setelah invasi patogenik.
 Physcal injury (luka fisik) : luka tubuh yang membahayakan.
 Violence (kekerasan) : penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan sehingga
menimbulkan luka atau siksaan.
 Environment hazard (tanda bahaya lingkungan) : sumber-sumber bahaya yang ada di
lingkungan sekitar kita.
 Defensive processes (proses mempertahankan diri) : proses seseorang
mempertahankan diri dari luar.
 Thermoregulation : proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam tubuh
untuk tujuan melindungi organisme.

12. Comfort
Rasa kesehatan mental, fisik atau sosial atau ketentraman.
 Physical comfort : merasakan tentram dan nyaman.
 Social comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi sosial seseorang.
13. Growth / development
Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, sistem organ dan tonggak
perkembangan yang dicapai.
 Growth : kenaikan dimensi fisik atau kedewasaan sistem organ.
 Development : apa yang dicapai, kurang tercapai, atau kehilangan tonggak
perkembangan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas,
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d apnea : ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding
dada, gangguan kognitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas,
keletihan otot spinal.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory : tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidakseimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa
sputum.

C. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


No Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
efektif b/d obstruksi jalan Respiratory status Airway Suction
nafas : spasme jalan - Kebutuhan oral
nafas, sekresi tertahan, Kriteria Hasil : - Auskultasi suara nafas
banyaknya mukus, - Mendemonstrasikan batuk sebelum dan sesudah
adanya jalan nafas efektif dan suara nafas suctioning
buatan, sekresi bronkus, bersih, tidak ada sianosis - Informasikan pada klien
adanya eksudat di dan dyspnea (mampu dan keluarga tentang
alveolus, adanya benda mengeluarkan sputum, suctioning
asing di jalan nafas. mampu bernafas dengan - Minta klien nafas dalam
mudah) sebelum suction dilakukan
Batasan karakteristik : - Menunjukkan jalan nafas - Berikan O2 dengan
- Tidak ada batuk yang patem (klien tidak menggunakan nasal untuk
- Suara nafas tambahan merasa tercekik, irama memfasilitasi suksion
- Perubahan frekuensi nafas, frekuensi nasotrakeal
nafas pernafasan dalam rentang - Gunakan alat yang steril
- Perubahan irama nafas normal, tidak ana suara setiap melakukan tindakan
- Sianosis nafas abnormal) - Monitor status oksigen
- Kesulitan berbicara - Mampu pasien
/mengeluarkan suara mengidentifikasikan dan - Hentikan suksion dan
- Dispneu mencegah faktor yang berikan oksigen apabila
- Sputum dalam jumlah dapat menghambat jalan pasien menunjukkan
berlebihan nafas. bradikardi, peningkatan
- Batuk yang tidak efektif saturasi O2,dll
- Gelisah - Buka jalan nafas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
Faktor yang berhubungan thurst bila perlu
- Lingkungan
- Obstruksi jalan nafas
- Fisiologis
2 Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
nafas b/d apnea : ansietas, Respiratory status - Buka jalan nafas, gunakan
posisi tubuh, deformitas Airway patient teknik chin lift atau jaw
dinding dada, gangguan Vital sign status thurst bila perlu.
kognitif, keletihan - Posisikan pasien untuk
hiperventilasi, sindrom Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi.
hipovnetilasi, obesitas, - Mendemonstrasikan batuk - Identifikasikan pasien
keletihan otot spinal. efektif dan suara nafas perlunya pemasangan alat
bersih, tidak ada sianosis jalan nafas buatan.
Batasan karakteristik : dan dyspnea (mampu - Pasang mayo bila perlu.
- Perubahan kedalaman mengeluarkan sputum, - Keluarkan secret dengan
pernafasan mampu bernafas dengan batuk atau suction.
- Perubahan erkursi dada mudah) - Auskultasi suara nafas,
- Bradipsnue - Menunjukkan jalan nafas catat adanya suara
- Penurunan tekanan yang patem (klien tidak tambahan.
ekspirasi merasa tercekik, irama - Lakukan suction pada
- Penurunan ventilasi nafas, frekuensi mayo
semenit pernafasan dalam rentang - Berikan pelembab udara
- Penurunan kapasitas normal, tidak ana suara kasa bahas NaCl lembab
vital nafas abnormal) - Atur intake untuk cairan
- Peningkatan diameter - Tanda-tanda Vital dalam mengoptimalkan
anterior-posterioir rentang normal keseimbangan
- Dispnue - Monitor respirasi dan
- Ortopnue status O2
- Fase ekspirasi
memanjang
- Pernafasan bibir
- Takipnue
- Penggunaan otot
aksesorius untuk
bernafas

Faktor yang berhubungan


- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Keletihan
- Hiperventilasi
- Sindrom hipoventilasi
- Gangguan
musculoskletal
- Kerusakan neurologis
- Imaturasi neurologis
- Obesitas
- Nyeri
3 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
b/d gangguan kapasitas Respiratory status : Gas - Posisikan pasien untuk
pembawa oksigen darah. exchange. memaksimalkan ventilasi.
Keseimbangan asam basa, - Pasang mayo bila perlu.
Batasan karakteristik : elektroda - Lakukan fisioterapi dada
- Diaphoresis Respiratory Status : jika perlu.
- Dyspnea Ventilation, Vital Sign - Keluarkan secret dengan
- Gangguan penglihatan Status batuk atau suction.
- Gas darah arteri - Asukultasi suara nafas,
abnormal Kriteria Hasil : catat adanya suara
- Gelisah - Mendemonstrasikan tambahan.
- Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan - Atur intake untuk cairan
- Hipoksemia oksigenasi yang adekuat. mengoptimalkan
- Hipoksia - Memelihara kebersihan keseimbangan.
- Iritabilitas paru-paru dan bebas dar - Monitor respirasi dan
- Konfusi tanda-tanda distress status O2
- Napas cuping hidung pernafasan. - Catat pergerakan dada,
- Penurunan karbon - Mendemonstrasikan amati kesimetrisan,
dioksida batuk efektif dan suara penggunaan otot tambahan,
- Pola pernafasan nafas yang bersh, tidak retraksi oto
abnormal (mis., ada sianosi dan dyspney supraclavicular dan
kecepatan, irama, (mampu mengelurakan intercostals.
kedalaman) sputum, mampu bernafas - Monitor suara nafas,
- Sakit kepala saat dengan mudah). seperti dengkur.
bangun - Monitor pola nafas :
- Sumnolen hiperventilasi, takipenia,
- Takikardia bradipena, kussmaul.
- Warna kulit abnormal - Monitor TTV, AGD,
(mis., pucat, kehitaman) elektrolit dan status
mental.
Faktor yang berhubungan - Observasi sianosis khusnya
- Ketidakseimbangan membrane mukosa.
ventilasi-perfusi
- Perubahan membrane
alveolar-kapiler

4 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan Nutritional status : food Nutrition Management
isolasi respiratory : tirah and fluid intake - Kaji adanya alergi
baring atau imobilisasi, Nutritional status : nutrient makanan
kelemahan menyeluruh, intake - Kolaborasi dengan ahli
ketidakseimbangan suplai Weight kontrol gizi untuk menentukan
O2 dengan kebutuhan. kalori dan nutrisi yang
Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien
Batasan karakteristik : - Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
- Dispnea setelah berat badan sesuai meningkatkan intake
beraktifitas. dengan tujuan - Yakinkan diet yang
- Keletihan - Berat badan idel dengan dimakan mengandung
- Ketidaknyamanan tinggi badan tinggi serat untuk
setelah beraktiftas. - Mampu mengidentifikasi mencegah konstipasi
- Perubahan EKG (mis., kebutuhan nutrisi - Berikan makanan yang
aritmia, abnormalitas - Tidak ada tanda-tanda terpilih (sudah
konduksi, iskemia). malnutrisi dikonsultasikan dengan
- Respons frekuensi - Tidak terjadi penurunan ahli gizi)
jantung abnormal berat badan yang berarti - Ajarkan pasien
terhadap aktifitas. bagaimana membuat
- Respons tekanan darah catatn makan harian
abnormal terhadap - Monitor jumlah nutrisi
aktivitas. dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
Faktor yang berhubungan kebutuhan nutrisi
- Gaya hidup kurang - Kaji kemampuan pasien
gerak. untuk mendapatkan
- Imobilitas. nutrisi yang dibutuhkan
- Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
- Tirah baring lama

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta :
EGC.
LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 4. Ed ke-5. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogyakarta: Mediaction.

Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai