DOSEN PENGAMPU :
TAHUN 2021
PNEUMONIA
I. Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan
batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens infeksius seperti : virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah peradangan yang
mengenai parenkim paru, distal dar bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratori, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2014).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan
oleh satu atau lebih agen yaitu : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasite atau aspirasi zat
asing (Betz & Sowden, 2009). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsolidasi dan terjadi pengikisan rongga alveoli yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. (Muttaqin Arif, 2008).
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu
infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) maupun benda asing.
II. Etiologi
Menurut (LeMone, Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2 penyebab antara lain :
infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa dan
mikroba. Sedangkan penyebab noninfeksius antara lain adalah aspirasi isi lambung dan
inhalasi gas beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius seringkali
diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi nosokomial (didapat di
rumah sakit), atau oportunistik (imun menurun).
Berikut tabel umum penyebab pneumonia pada orang dewasa (LeMone, Atal, 2016)
Didapat Komunitas Didapat Rumah Sakit Oportunistik
- Streptococcus pneumonia - Straphylococcus aureus - Pneumocystis carinii
- Mycoplasma pneumonia - Pseudomonas aeruginosa - Mycobacterium
- Haemophilus influenza - Klebsiella pneumonia tuberculosis
- Influenza vrus - Eschericia coli - Cytomegalovirus (CMV)
- Chlamyda pneumonia - Mikobakteria atipikal
- Legionella pneumophila - Jamur
Tabel Umum Penyebab Pneumonia
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p.aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotic yang tidak tepat (Nurarif & Kusuma, 2015).
III. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi (pola keterlibatan paru) (LeMone, Atal,
2016) antara lain :
1. Pneumonia lobal, biasanya mengenai seluruh lobus paru. Proses awalnya, ketika
respons imun minimal, bakteri menyebar sepanjang lobus yang terkena dengan
akumulasi cepat. Cairan edema karena terjadi respons imun dan inflamasi, RBC dan
neutrofil, merusak sel epitel, dan fibrin berakumulasi dalam alveoli. Eksudat
purulen mengandung neurofil dan makrofag terbentuk. Karena alveoli dan bronkiolus
pernafasan terisi dengan eksudat, sel darah, fibrin, dan bacteria, konsolidasi
(solidifikasi) jaringan paru terjadi. Akhirnya, proses sembuh karena enzim
menghancurkan eksudat dan sisa debris direabsorpsi, di fagosit, atau dibatukan keluar.
2. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis), Biasanya mengenai bagian jaringan paru
terkait, ditandai dengan konsolidasi bercak. Eksudat cenderung tetap terutama di
bronki dan bronkiolus, dengan sedikit edema dan kongesti alveoli daripada Pneumonia
lobar.
3. Pneumonia interstisial (Bronkiolitis), proses inflamasi terutama melibatkan interstisium :
dinding alveolar dan jaringan ikat yang menyokong pohon bronchial. Keterlibatan
dapat berupa bercak atau difus karena limfosit, makrofag, dan sel plasma menginfiltrasi
septa alveolar. Ketika alveoli biasanya tidak mengandung eksudat yang banyak,
membrane hialin yang kaya protein dpat melapisi alveoli, mengandung pertukaran
gas.
4. Pneumonia milier, pada pneumonia milier, sejumlah lesi inflamasi memiliki ciri
tersendiri terjadi sebagai akibat penyebaran patogen ke paru melalui aliran darah.
Pneumonia milier umumnya terlihat pada orang yang mengalami luluh imun berat.
Sebagai akibatnya, respons imun buruk dan kerusakan jaringan pleura sangat signifikan.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan (LeMone. Atal, 2016) :
1. Pneumonia Komunitas (Community-Acquired Pneumonia).
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius yang sering di
sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia. Bakteri ini terletak di saluran napas
atas pada hingga 70% orang dewasa. Bakteri ini dapat menyebar secara langsung dari
kontak orang ke orang melalui droplet.
2. Penyakit Legionnaire
Penyakit Legionnaire adalah bentuk bronkopneumonia yang disebabkan oleh
legionella pneumophilia, bakteri gram negative yang secara luas ditemukan dalam air,
terutama air hangat. Perokok, lansia, dan orang yang menderita penyakit kronik atau
gangguan pertukaran imun merupakan orang yang paling rentan terhadap penyakit
Legionnaire.
4. Pneumonia Virus
Pneumonia virus umumnya merupakan penyakit ringan yang sering kali mengenai
lansia dan orang yang mengalami kondisi kronik. Sekitar 10% pneumonia ini terjadi pada
orang dewasa.
5. Pneumonia Pneumosis
Orang yang mengalami luluh imun yang parah beresiko terjadinya pneumonia
oportunistik yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci, parasit yang lazim ditemukan di
seluruh dunia. Infeksi oportunistik dapat terjadi pada orang yang ditangani dengan
imunosupresif atau obat sitotoksik untuk kanker atau transplan organ.
6. Pneumonia Aspirasi.
Pneumonia aspirasi merupakan aspirasi isi lambung ke paru-paru yang menyebabkan
pneumonia kimia dan bakteri.
V. Patofisiologi
VI. Patoflow
VIII. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
IX. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pneumonia (Brunner & Suddarth, 2002) antara
lain :
1. Hipotensi dan syok
Syok dan gagal pernafasan. Pasien biasanya memberikan respons terhadap pengobatan
dalam 24 sampai 48 jam setelah terapi antibiotic diberikan. Komplikasi ini ditemukan
terutama pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan spesifik, mendapat pengobatan
yang tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi antimikroba dimana organisme
penginfeksinya resisten, atau pada mereka dengan penyakit sebelumnya yang menyulitkan
pneumonia.
Jika pasien sakit parah, tetapi agresif dapat mencakup dukungan hemodinamik dan
ventilitator untuk melawan kolaps perifer dan mempertahankan tekanan darah arteri. Agens
vasopressor mungkin diberikan secara intravena dengan infus kontinu dan dengan kecepata
yang disesuaikan dengan respon tekanan. Kortikosteroid mungkin diberikan secara
parenteral untuk melawan syok dan toksisitas pada pasien dengan pneumonia yang
menderita sakit sangat parah dan pada mereka yang menghadapi bahaya terserang infeksi.
Pasien mungkin membutuhkan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik. Gagal jantung
kongestif, distritmia jantung, pericarditis, dan miokarditis juga merupakan komplikasi
pneumonia yang mengarah pada syok.
2. Gagal pernafasan
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering
kesulitan bernafas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa
bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti
mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress.
3. Atelektasis
Atelectasis adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat mengebang secara
sempurna. Atelectasis (akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi) dapat terjadi
pada sembarang fase dari pneumonia akut.
4. Efusi plural
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudate atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleural, dimana cairan terkumpul
dalam rongga pleural cukup umum terjadi dan dapat menandakan dimulainya epiema
(cairan purulent di dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostic biasanya perlu dilakukan
untuk menegakkan efusi pleura. Setelah efusi pleura terlihat dala gambaran rontgen dada,
mungkin dipasang selang dada untuk mengatasi infeksi pleura dengan membuat drainase
yang tepat dari empyema.
5. Delirium
Delirium adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai kedaruratan medis
ketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh hipoksia, meningitis, atau
sindrom putus zat alcohol. Pasien dengan delirium dberikan oksigen, hidrasi yang adekuat,
dan sediasi riangan sesuai yang diresepkan dan diobservasi dengan konstan.
6. Superinfek.
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang sangat besar, seperti
penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi antibiotic. Jika pasien membaik dan demam
menghilang setelah diberikan terapi antibiotic, tetapi selanjutnya terjadi peningkatan suhu
tubuh disertai dengan batuk dan adanya bukti penyesuaian pneumonia, kemungkinannya
adalah superinfeksi. Antibiotic diganti dengan penyesuaian atau dihentikan sama sekali
pada beberapa kasus.
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Supaya dapat mengidentifikasi masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
Pengkajian menggunakan 13 Domain menurut Nanda :
1. Health Promotion (Peningkatan Kesehatan)
Kesadaran akan kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi-strategi yang diterapkan
untuk memertahankan kontrol dan meningkatkan kesehatan atau normalitas fungsi tersebut.
Health Awareness (Kesadaran Kesehatan) : pengenalan akan fungsi normal dan
kesehatan.
Health Management (Manajemen Kesehatan) : mengidentifikasi, mengontol,
memperlihatkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan
kesehatan.
2. Nutrision (Nutrisi)
Kegiatan memperoleh, mengasimilasi dan menggunakan kandungan gizi untuk tujuan
mempertahankan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi tenaga.
Ingestion (proses masuknya makanan) : memasukkan makanan atau kandungan gizi
ke dalam tubuh.
Digestion (pencernaan) : kegiatan fisik dan kimiawi yang mengubah kandungan
makanan ke dalam zat-zat yang sesuai untuk penyerapan dan asimilasi.
Absorption (penyerapan) : tahapan penyerapan kandungan gizi melalui jaringan-
jaringan tubuh.
Metabolisme (metabolisme) : proses kimiawi dan fisik yang terjadi di dalam
organisme dan sel-sel hidup bagi pengembangan dan kegunaan protoplasma, produksi
kotoran dan tenaga dengan pelepasan tenaga untuk seluruh proses vital.
Hydration (minum) : perolehan dan penyerapan cairan dan larutan-larutan.
3. Elimination (pembuangan)
Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh.
Urinary system (sistem urinaria) : proses keluarnya urine.
Gastrointestinal system (sistem gastrointestinal) : pengeluaran dan pengenyahan
produk-produk kotoran dari isi perut.
Integumentary system (sistem integumen) : proses keluarnya melalui kulit.
Pulmonary system (sistem paru-paru) : pembersihan produk-produk metabolis secara
ikutan, pengeluaran dan benda-benda asing dari paru-paru atau dua saluran bronkus.
8. Sexuality / seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi.
Sexual identity (identitas seksual) : kondisi menjadi seseorang yang khusus dalam hal
seksualitas atau gender.
Sexual function (fungsi seksual) : kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi
didalam aktifitas seksual.
Reproduction (reproduksi) : segala proses yang melahirkan individu-individu baru.
12. Comfort
Rasa kesehatan mental, fisik atau sosial atau ketentraman.
Physical comfort : merasakan tentram dan nyaman.
Social comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi sosial seseorang.
13. Growth / development
Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, sistem organ dan tonggak
perkembangan yang dicapai.
Growth : kenaikan dimensi fisik atau kedewasaan sistem organ.
Development : apa yang dicapai, kurang tercapai, atau kehilangan tonggak
perkembangan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas,
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d apnea : ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding
dada, gangguan kognitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas,
keletihan otot spinal.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory : tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidakseimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa
sputum.
C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta :
EGC.
LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 4. Ed ke-5. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogyakarta: Mediaction.
Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI. Jakarta: EGC